cover
Contact Name
Muhammad Zainuddin Sunarto
Contact Email
zain2406@gmail.com
Phone
+6282232108969
Journal Mail Official
hakam.unuja@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid PO. BOX . 1 Karanganyar Paiton Probolinggo 67291 Jawa Timur
Location
Kab. probolinggo,
Jawa timur
INDONESIA
Hakam : Jurnal Kajian Hukum Islam dan Hukum Ekonomi Islam
ISSN : 28295803     EISSN : 25808052     DOI : https://doi.org/10.33650/jhi
Core Subject : Religion, Social,
Hakam : Jurnal Kajian Hukum Islam dan Hukum Ekonomi Islam adalah jurnal ilmiah yang mengkaji tentang persoalan - persoalan hukum dan keislaman. Jurnal ini diterbitkan secara berkala setahun dua kali, yaitu setiap bulan Juni dan Desember oleh Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Redaksi menerima naskah ilmiah ataupun hasil penelitian dalam bahasa Indonesia, bahasa inggris maupun bahasa arab. Di samping itu, Tim Redaksi juga berhak untuk mengedit dan menyempurkan naskah ilmiah yang akan diterbitkan tanpa menghilangkan esensi dan makna tulisan.
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Hukum
Articles 106 Documents
PELAKSANAAN GADAI TANAH PERTANIAN PADA MASYARAKAT PEDESAAN (ANALISIS YURIDIS UU NOMOR 56 PNRP 1960) Faridy Faridy
JURNAL HAKAM Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.64 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v2i1.329

Abstract

Gadai tanah pertanian sebagai konsepsi lembaga hukum yang didasarkan atas ketentuan hukum adat,dimana dalam pelaksanaannya mengandung unsur eksploitasi/pemerasan,sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak penggadai tanah.Oleh karena itu perlu pemerintah menetapkan pembatasan pembatasan dalam pelaksanaannya,agar tidak menimbulkan kerugian terutamanya bagi penggadai tanah,maka dalam Pasal 53 UUPA ditempatkan  hak gadai sebagai hak yang bersifat sementara dan pelaksanaannya akan ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan,Untuk itu diterbitkan Undang Undang No.56 Pnrp 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian,yang didalamnya terdapat ketentuan tentang pembatasan pelaksanaan gadai tanah pertanian.
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN Moh Hafid
JURNAL HAKAM Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.615 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v5i2.3501

Abstract

An idea emerged to bring together the physical and metaphysical realms. A new science that was modern but still religious in nature and based on monotheism was known as the "Islamization of Science." This idea became popular since its inception, namely in the early '80s. This idea was first coined by Syed Naquib al-Attas and popularized by Ismail Ragi al-Faruqi, which is still being discussed among Muslims. This is why the author is interested in studying further about Islam and science, the history and goals of Islamization and Islamization of science. Islamization of science means the liberation of knowledge from interpretations based on secular ideologies and from the meanings and expressions of earthly humans. With the Islamization of science, Muslims will be freed from the shackles of things contrary to Islam so that harmony and peace will arise in themselves, according to their nature. To recast the entire treasure trove of knowledge according to Islamic perspective and match his ideas on the Islamization of knowledge, al-Faruqi put the "principle of monotheism" as the framework of thought, methodology, and way of life of Islam.
WANITA DI TENGAH ARUS KEMODERNAN DALAM PERSPEKTIF SACHIKO MURATA (Kajian Gender dengan pendekatan Feminis) Sulton Firdaus
JURNAL HAKAM Vol 1, No 1 (2017): Juni
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.886 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v1i1.69

Abstract

Sachiko Murata adalah seorang Muslimah Jepang dan Professor Studi-Studi Agama di State University of New York,Stony Brook yang memperlihatkan simbolisme gender dalam karyanya The Tao of Islam, yakni sebuah antologi yang lengkap di bidang pemikiran Islam tentang hakikat hubungan antara Tuhan dan alam semesta, alam semesta dan manusia, serta manusia dan Tuhan. Dalam permasalahan gender, Sachiko Murata menggunakan argument-argumen berdasarkan pendekatan teori alam semesta (kosmologi) sebagai dasar pemikirannya dan lebih mengarah kepada batiniyah-tekstual (mistik) dengan “mempercayakan” pada penafsiran bi al-Riwayat(bi al-Ma’sur)atau lebih dikenal dengan konsep teologis. Dalam menguraikan relasi gender, Prof. Sachiko Murata menggunakan perspektif teologi,kosmologi dan psikologi. Hubungan antara Tuhan, makrokosmos dan mikrokosmos. Beliau banyak menganalogikakan relasi gender dengan keterhubungan diantaran ketiganya.Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa Gender dalam perspektif Sachico Murata adalah tradisi alam yang tidak terhindarkan lagi. Interpretasi ini di apresiasi lebih mendalam oleh tokoh sekaliber beliau yang mengatakan bahwa manusia di muka bumi ini sama dihadapan Allah kecuali kapasitas ketakwaanya. Melalui elaborasinya dalam pandangan Tao bahwa penciptaan manusia dengan bahan tanah. Dalam ajaran Tao tanah adalah Yin, sehingga realitas Yin ini sangatlah terhormat. Sachico Murata lebih menekankan semangat egalitarianisme dan antropoteosentrisme yang memihak universalitas kemanusiaan. Sachico Murata melihat bahwa keberadaan Gender merupakan anugerah yang mesti disyukuri sebagai nikmat manusia yang memiliki peran selain regenerasi juga mitra dalam menengarai kehidupan dunia. Keyword: Wanita, Seks dan gender
KONSEP SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA PERSPEKTIF AL-RAZI DAN ABRAHAM MASLOW Ahmad Daniyal; Zainul Muin Husni
JURNAL HAKAM Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.294 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v4i2.1930

Abstract

Peace in the family (sakinah) is the hope of all couples. Creating a sakinah family is not merely the duty of a wife, but must be supported by both parties (husband and wife). Household life will also require several patterns that form the basis of a strong and harmonious family foundation. This pattern will later complement the deficiencies that should exist in the family. During the trip, many families in which there are problems, which are caused by several unfulfilled needs, instead take the way of divorce rather than maintaining family relationships.In Islamic studies literacy, forming a sakinah family can be achieved through the mawaddah and rahmah stages. Al-Razi in his commentary explains that mawaddah means jima 'and rahmah is to have children. Although now this is considered irrelevant by most people, but in an analytic-comparative way, what Al-Razi said above can be supported by a psychological perspective.Abraham Maslow, a well-known humanistic psychologist, explained that in his life, humans must meet their standard of life. There are five patterns of needs that must be met hierarchically. Among them are psychological safety, love / belonging esteem and self-actualization. These five needs will later support the actualization process in humans, as well as in pairs. If the five stages of these needs are met, then humans will get happiness and satisfaction in having a family.
Negosiasi Hukum Islam di Pulau Bawean: Studi Sistem Pembagian Harta Waris Adat dan Islam di Bawean Ainul Yakin
JURNAL HAKAM Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.724 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v3i1.683

Abstract

The topic of this article is the division of inheritance assets in Bawean Island in relation to Islamic inheritance law. This paper does not want to look for the legal status of the practice of division of inheritance on the island of Bawean according to Islam, but tries to elaborate the practice of the distribution of inheritance that exists on the island of Bawean. This type of research is qualitative with the case study method. While the theoretical framework used is Islamic inheritance law and maslahah. Data obtained through interviews and observations, and supplemented with secondary data such as Isalm inheritance book and customary law. The findings in this study indicate that the distribution system of inheritance on Bawean Island can be categorized as customary inheritance law, using two models of inheritance distribution. Namely the pattern du'um kupat and lalake mekol, bebine nyo’on. Both patterns are equally applied in the distribution of inheritance. The pattern of inheritance distribution with customary patterns is a form of negotiation between customary law and Islamic law. Once in Bawean there is already an official institution authorized to divide up inheritance assets such as the Religious Courts, but customary inheritance law is still maintained. The presence of codified Islamic inheritance law in the Compilation of Islamic Law (KHI) has not been fully followed in the practice of inheritance in Bawean. Between customary inheritance law and Islamic warsi law go hand in hand without eliminating them altogether. The practice of customary inheritance law among the Bawean community is still considered relevant in order to maintain kinship and family harmony. Thus, the provisions of Islamic inheritance law are implemented in an integrated manner without eliminating the others. Accommodation and negotiation are both in the context of harmonization between Islamic law and customary law as the benefit and local policy. Keywords: Customary law, inheritance, Islamic law, Maslahah
PROBLEMATIKA PENBEBANAN JAMINAN FIDUSIA Faridy Faridy
JURNAL HAKAM Vol 1, No 2 (2017): Desember
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.535 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v1i2.74

Abstract

Perkembangan dunia perekonomian juga menuntut bidang hukum untuk memberikan perhatian yang serius khususnya lembaga jaminan, karena perkembangan ekonomi dan perdagangan akan diikuti oleh kebutuhan akan kredit atau fasilitas kredit untuk penambahan modal, hal ini perlu adanya lembaga jaminan. Jaminan fidusia sebagai lembaga jaminan yang dibutuhkan oleh dunia usaha, pada awalnya tidak diatur dalam perundang – undangan, hanya dipelihara melalui putusan putusan pengadilan atau yurisprudensi.Dengan diterbitkannya Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang jaminan Fidusia, maka akan memberikan kepastian tentang apa saja yang dapat dijadikan objek dan yang dapat dibebani fidusia dan hak-hak apa yang melekat, baik bagi pemberi fidusia (debitur) maupun penerima penerima fidusia (kreditur). Aturan Undang - Undang ini masih baru dan tentu masih terdapat kekuranggan atau kelemahan, maka perlu penyempurnan melalui regulasi yang dibuat oleh lembaga – lembaga yang berwenang.Kata Kunci: Problematika,  Jaminan Fidusia
MUKALLAF SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM FIQIH JINAYAH Abdur Rakib
JURNAL HAKAM Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1215.459 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v5i2.3585

Abstract

Legal actors in the study of jinayah fiqh are an important part in the further study of jinayah fiqh, as are legal actors in muamalah fiqh, worship, and munakahat which of course cannot be separated from the discussion of mukallaf as the perpetrator of the legal discussion in it, where every law is certain because there are legal actors, or where there are humans (mukallaf) there must be laws resulting from their actions. The importance of the study of mukallaf in this more specific discussion is of course because the perpetrators or legal subjects – if not call it mukallaf – in the context of jinayah fiqh there are some differences in the imposition of taklif when compared to the fiqh of Mawarits, even with the fiqh of worship. Mukallaf in the discussion of jinayah fiqh basically has no difference with other fiqh except in the discussion of the expertyah category wujub al-kamilah. In essence, fiqh is God's law which is based on the absence of burdens on His servants who are beyond the limits of ability.
Analisis Status Anak Luar Kawin Terhadap Orang Tuanya: Studi Komparatif antara Hukum Positif dan Hukum Islam Zainul Mu’ien Husni; Emilia Rosa; Lilik Handayani; Dinda Febrianti Putri
JURNAL HAKAM Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.986 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v5i1.2261

Abstract

Anak (keturunan) dalam sebuah perkawinan merupakan salah satu tujuan yang diingikan semua keluarga. Namun, akan menjadi problem besar manakala seorang perempuan melahirkan anak tanpa melalui proses perkawinan yang sah atau yang populer disebut anak luar kawin. Disebut problem karena status anak tersebut dengan kedua orang tuanya menjadi absurd, terutama yang berkaitan dengan hak waris, hak perwalian, maupun hak nafaqah. Di sinilah pentingnya penelitian ini dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan mengkaji bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, kemudian menganalisanya dengan berbagai teori, doktrin, maupun asas hukum. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hukum positif, status anak luar kawin tidak hanya memiliki hubungan nasab dengan ibu dan keluarga ibunya, melainkan juga dengan laki-laki yang mengakibatkan kelahirannya, sepanjang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi atau alat bukti lainnya yang sah menurut hukum. Sementara dalam hukum Islam, status anak luar kawin hanya memiliki hubungan nasab, waris, dan nafaqah dengan ibu dan keluarga ibunya, hanya saja hakim selaku penegak hukum dapat menjatuhkan hukuman ta’zir kepada laki-laki yang mengakibatkan kelahiran.Keyword: Anak Luar Kawin, Hukum Positif, Hukum Islam
PROBLEMATIKA KELUARGA DAN IMPLEMENTASI PENEGAKAN HUKUM KELUARGA Alvan Fathony
JURNAL HAKAM Vol 1, No 1 (2017): Juni
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.689 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v1i1.65

Abstract

Kehidupan rumah tangga dapat dikatakan sebagai kehidupan yang diidam-idamkan oleh kebanyakan manusia. Kendati kehidupan keluarga diimpikan banyak orang, bukan berarti kondisi orang yang berkeluarga selalu ada pada jalur yang sesuai dengan koridor hukum. Berbagai problematika keluarga tentu akan muncul, termasuk terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga, sebagai akibat dari penyatuan dua insan yang memiliki karakter dan watak yang berbeda. Saat itu, tentu ada salah satu pihak yang dirugikan oleh pihak lain. Oleh karena itu, Negara perlu hadir untuk memberi rambu-rambu dengan segenap peraturan yang dibuatnya, agar pihak yang dirugikan itu mendapat hak yang seharusnya, sementara pelaku mendapat sanksi yang menjerakannya. Problematika keluarga dalam tulisan ini mencakup berbagai segi, seperti praktik poligami, nikah sirri, dan lain sebagainya. Maka dari itu, melalui tulisan ini penulis berupaya untuk membaca berbagai persoalan tersebut dari kaca mata hukum, berikut hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hukum para pihak, utamanya korban agar terjamin hak asasinya.Kata Kunci: Problematika Keluarga, Hukum, dan HAM
HAK ASUH ANAK DALAM PERSPEKTIF KHI DAN MADZHAB SYAFI’I Ahmad Baidawi; Muhammad Zainuddin Sunarto
JURNAL HAKAM Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1015.987 KB) | DOI: 10.33650/jhi.v4i1.1928

Abstract

In principle, the responsibility of caring for children is the burden of both parents, whether they are still living in harmony or a divorce has occurred. Hadanah itself is an act that must be carried out against their parents, because without Hadanah it will result in the child being neglected and his life is wasted, because if the child is still small or not yet mumayyiz, it is very well nurtured and educated, and will have a negative impact on their future. , can even challenge the existence of their soul. Child care, in the view of KHI, includes all the needs that can support the development of the child's life both in the scope of primary and secondary needs, such as the need for education, living expenses, peace of life, welfare, especially in health.In Shafi'i's view regarding child custody (hadanah), children who are seven years old are allowed to choose for themselves if both parents are equally worthy to take care of their hadhanah, be it in matters of religion, property or affection. so the child is invited to choose it, on the grounds that the child is considered to be able to distinguish which one is good and what is bad for himself, therefore the child is given the freedom to choose what he thinks the child is able to make his own choice whether to follow his mother or follow his father .

Page 2 of 11 | Total Record : 106