cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
syahrir_gassa@yahoo.com
Phone
+6275172201
Journal Mail Official
sofyan@kemenperin.go.id
Editorial Address
http://litbang.kemenperin.go.id/jli/about/editorialTeam
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Jurnal Litbang Industri
Core Subject : Science,
Jurnal Litbang Industri (JLI) is a scientific journal published regularly twice a year in June and December. JLI contains primary articles or reviews are sourced directly from results of industrial research such as processing of agricultural products, food processing, fishing industry, mining industry, industrial standardization, and pollution control. All submissions are reviewed by qualified reviewers in their field.
Articles 213 Documents
Pembuatan produk spray-dent dengan menggunakan ekstrak daun sirih hijau dan perasan jeruk nipis tanpa deterjen sebagai pembersih gigi pada anak usia dini Hendra Saputra Darman; Alfi Asben; Kurnia Harlina Dewi
Jurnal Litbang Industri Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1373.888 KB) | DOI: 10.24960/jli.v12i1.7732.49-60

Abstract

Pasta gigi merupakan produk yang umum digunakan untuk membersihkan gigi. Spray-Dent merupakan produk alternatif pembersih gigi yang memiliki zat aktif dari ekstrak daun sirih hijau dan perasan jeruk nipis yang aman dan mudah dalam pengaplikasiannya untuk anak usia dini. Bahan-bahan penyusun lain dari produk Spray-Dent terdiri dari bahan-bahan yang aman seperti air, sorbitol, dan perisa jeruk. Pada penelitian ini, peneliti membuat Spray-Dent dengan berbagai variasi jumlah ekstrak daun sirih hijau dan perasan jeruk nipis dengan perbandingan: 0% : 0% (kontrol) 0,1 % : 10 % (formulasi 1), 0,2 % : 20 % (formulasi 2), 0,3 % : 30 (formulasi 3), 0,4 % : 40 % (formulasi 4). Sampel produk Spray-Dent tersebut diuji dengan pengujian analisis kandungan zat aktif (bahan baku dan fomulasi Spray-Dent tebaik), uji antimikroba, uji karakteristik fisik, dan uji iritasi. Formulasi terbaik ditentukan dengan menggunakan metode Simple Additive Weight (SAW) dengan parameter warna, aroma, rasa (skala 1-5), kemampuan antimikroba (diameter zona bening), dan sifat mengiritasi pada kulit (persen mukus dari Slug yang dihasilkan). Formulasi 4 terpilih menjadi formulasi terbaik dengan penilaian warna 3, aroma 3,3, rasa 2,8, kemampuan antimikroba 13,1 mm, dan sifat mengiritasi 14%.   
Front Matter Jurnal Litbang Industri Vol. 8 No. 2 Desember Tahun 2018 JLI Padang
Jurnal Litbang Industri Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1300.447 KB) | DOI: 10.24960/jli.v8i2.4482.i-xii

Abstract

Front Matter Jurnal Litbang Industri Vol. 8 No. 2 Desember Tahun 2018
Pengaruh Substitusi Tepung Tapioka dengan Beberapa Jenis Tepung Terhadap Mutu Makanan Mpek-Mpek Palembang Inda Three Anova; Kamsina Kamsina
Jurnal Litbang Industri Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (970.364 KB) | DOI: 10.24960/jli.v2i1.597.27-33

Abstract

Mpek-mpek is a kind of food which is made of flour batter and fish meat. The presentation of mpek-mpek is mixed with a sauce or vinegar sauce. Nutrition of mpek-mpek are rich of protein, carbohydrates and fiber and has a high taste. The mpek-mpek obtained further was tested the water content, protein content, fat, ash, and the preferences panel of the color, aroma, flavor and texture. The results showed that the product mpek-mpek on the use of a variation of tapioca flour 90% and wheat flour 10% was preferred of organoleptic color, flavor, aroma and texture with 59.27% water content, 14.74% protein, 11.89% fat, and 0.65% ash and still fulfilled the standard according to SNI 01-3819-1995 for a kind of food fish meatballs.ABSTRAKMpek-mpek adalah sejenis makanan ringan yang terbuat dari adonan tepung dan daging ikan. Penyajiannya dicampur dengan saus atau lazimnya disebut kuah cuka. Secara nutrisi mpek-mpek sangat kaya protein, cukup karbohidrat dan serat serta punya cita rasa yang tinggi. Mpek-mpek yang didapatkan selanjutnya diuji kadar air, kadar protein, lemak, abu dan tingkat kesukaan panelis terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur. Penelitian yang telah dilakukan meliputi substitusi pemakaian tepung tapioka dengan tepung terigu, tepung maizena, dan tepung beras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk mpek-mpek pada variasi pemakaian tapioka 90% dan terigu 10% disukai dari organoleptik warna, rasa, aroma dan tekstur dengan kadar air 59,27%, protein 14,74%, lemak 11,89%, dan abu 0,65 % serta memenuhi standar untuk makanan sejenis bakso Ikan sesuai SNI 01-3819-1995.
Abstrak Jurnal Litbang Industri Vol. 11 No. 1 Juni Tahun 2021 Firdausni Firdausni
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.039 KB) | DOI: 10.24960/jli.v11i1.7089.iii-xii

Abstract

Abstrak Jurnal Litbang Industri Vol. 11 No. 1 Juni Tahun 2021
Proses Aktivasi Arang Kayu Laban (Vitex pinnata L) Dengan Cara Pemanasan Pada Suhu Tinggi Kasmawarni Kasmawarni
Jurnal Litbang Industri Vol 3, No 2 (2013)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (916.102 KB) | DOI: 10.24960/jli.v3i2.631.117-124

Abstract

It had been done a research about activation process of Laban's (Vitex pinnata L) wood charcoal through high temperature heating. The objective of the research to find the right activation time and temperature in order to get a high quality of active charcoal that met the criteria of national standard. The research was done using complete random design with factorial testing. Variables of the research were activation time and temperature. The temperature was varied in four different variables: 700, 800, 900, and 1000 degC, while the activation time consisted of four variables: 1, 2, 3 and 4 hours. The result was measured for their Iodine absorption, water content, and ash content. The result of the research through high temperature heating showed that the best wood charcoal could be obtained by 4 hours heating at 800 degC. The result had characteristics that met the standard criteria of SNI 06-3730-1995. It had 806,00 mg/g Iodine's absorption,  0.82% water content and 1.35% ash content.ABSTRAK Penelitian proses aktivasi arang kayu laban (Vitex pinnata L)  dengan cara pemanasan pada suhu tinggi telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan kondisi  suhu dan waktu  aktivasi yang baik agar dapat dihasilkan arang aktif yang  bermutu  memenuhi persyaratan standar. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap dengan percobaan faktorial.  Suhu dan waktu aktivasi adalah faktor perlakuan yang diterapkan. Faktor suhu (A) terdiri dari 4 perlakuan, yaitu 700, 800, 900, dan 10000C, sedangkan faktor waktu (B) meliputi 1, 2, 3, dan 4 jam. Adapun pengujian yang dilakukan terdiri dari daya serap Iodium, kadar air, dan kadar abu.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara aktivasi arang kayu laban (Vitex pinnata L) menggunakan suhu tinggi  yang cukup baik adalah aktivasi suhu 800 0C selama 4 jam.  Cara aktivasi ini dapat menghasilkan mutu arang aktif kayu laban yang memenuhi persyaratan standar SNI 06-3730-1995 dengan  daya  serap Iodium sebesar 806,00 mg/g, kadar air sebesar 0,82 persen dan kadar abu sebesar 1,35 persen.
Abstrak Jurnal Litbang Industri Vol. 11 No. 2 Desember Tahun 2021 Firdausni Firdausni
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.129 KB) | DOI: 10.24960/jli.v11i2.7570.iii-xii

Abstract

Abstrak Jurnal Litbang Industri Vol. 11 No. 2 Desember Tahun 2021
Pemanfaatan modified cassava flour dan tepung tapioka sebagai bahan pengisi keju cedar olahan Gunawan Priadi; Fitri Setiyoningrum; Fifi Afiati; Rizal Syarief
Jurnal Litbang Industri Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.245 KB) | DOI: 10.24960/jli.v8i2.4050.61-66

Abstract

Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat yang berpotensi sebagai bahan pengisi keju cedar olahan. Pengkajian terhadap karakteristik fisikokimia keju cedar olahan bertujuan untuk memperoleh model formula penambahan bahan pengisi berbasis ubi kayu dan mengetahui nilai kesukaan terhadap keju cedar olahan terpilih. Penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu pembuatan keju cedar olahan, karakterisasi keju olahan, penentuan model fomula penambahan bahan pengisi berbasis ubi kayu, verifikasi formula terpilih dan uji organoleptik terhadap produk dengan model formula terpilih. Pembuatan keju cedar olahan mengunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor. Penentuan model formula mengunakan respon permukaan historical data. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan mocaf dan tapioka dengan variasi konsentrasi berpengaruh signifikan terhadap kadar lemak dan karbohidrat produk, sedangkan kadar air, kadar abu, kadar protein dan profil tekstur produk tidak dipengaruhi secara signifikan. Penambahan tapioka 3% (b/b) merupakan model formula terpilih keju cedar olahan dengan karakteristik kadar air 46,96 %; kadar protein 36,39 % (bk); kadar lemak 36,05 % (bk); kadar karbohidrat 5,09% (bk), nilai kekerasan 844,518 gF; daya adhesive 69,739 g/s; elastisitas 0,421; daya kohesif 0,424; kelengketan 358,697 gF; dan daya kunyah 151,244 gF serta nilai kesukaan keju cedar olehan formula terpilih cenderung netral. Mocaf dan tapioka dapat dijadikan bahan pengisi keju cedar olahan.AbstractCassava is a potential source of carbohydrate as a filler for processed cedar cheese. Study of physicochemical characteristics of processed cheddar cheese was done to obtain the formula of the cassava based filler addition and preferential value of the selected formula. The research  consisted of some steps, i.e. processed cheddar cheese production, processed cheddar cheese characterization, determination of processed cheddar cheese formula model, verification of selected formula, and hedonic test on selected formula product. Preparation of processed cheddar cheese using randomized complete design with one factor, while the formula modeling using response surface with historical data method. The result showed that the use of modified cassava flour (mocaf) and tapioca with different concentration significantly influenced (p<0,05) to the increasing fat and decreasing carbohydrate content of the product, while the water, ash, protein and texture profile ore not significantly influenced. The addition of 3% tapioca (w/w) was selected as formula model with the characteristic water content 46.96%; protein 36.39% (db); fat 36.05% (db); carbohydrate 5.09% (db), hardness 844.518 gF; adhesiveness 69.739 g/s; springiness 0.421; cohesiveness 0.424; gumminess 358.697 gF; and chewiness 151.244 gF, with preferential value tend to be neutral. Mocaf and tapioca could be used as filler in processing processed cheddar cheese.
Pengaruh Penambahan Crude Stearin Minyak Kelapa Sawit Terhadap Kestabilan Dark Chocolate Hendri Muchtar; Yulia Helmi Diza
Jurnal Litbang Industri Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v1i1.588.1-7

Abstract

The research about effect of crude palm oil stearin addition to the stability of dark chocolate had been caried out with the purpose to determine the effect of crude stearin as a substitute of cocoa butter and as a stabilizer of dark chocolate during storage. A number of stearin used was varied from 0%, 5%, 10%, 15%, 20% and 34%, while other ingredients (cocoa powder, cocoa fat, sugar, lecithin and salt) were given in the same amount. The properties of chocolate product which had been analyzed were the melting point, fat content and free fatty acids (FFA) content, then it was conducted storage stability and the organoleptic test. The results showed that the higher concentration of stearin used, the stability of the chocolate tends to be better with a melting point of chocolate is also higher (ranging from 49oC to 55oC). During storage the FFA levels increased from 0,15% in the first week to 0,71% in the fifth week. This numbers are still within the limits required by Indonesia National Standard (SNI) 01-3748-1995 on cocoa butter. The fat content decreased from 40% to 35% during 7 weeks storage. From the results of organoleptic test, treatment of 10% crude strearin addition was preferred by panelist.ABSTRAKPenelitian pengaruh penambahan crude stearin minyak kelapa sawit terhadap kestabilan dark chocolate telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh crude stearin sebagai pengganti lemak cokelat sekaligus sebagai stabilisator dark chocolate selama penyimpanan. Jumlah crude stearin yang digunakan divariasikan mulai dari 0%, 5%, 10%, 20% dan 34%, sedangkan bahan-bahan lain (cokelat bubuk, lemak cokelat, gula, lesitin dan garam) diberikan dalam jumlah yang sama. Kepada produk cokelat yang dihasilkan dilakukan analisa titik leleh, kadar lemak dan asam lemak bebas (FFA), selanjutnya dilakukan uji ketahanan simpan serta uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi crude stearin yang digunakan, kestabilan cokelat cenderung lebih baik dengan titik leleh cokelat juga semakin tinggi (berkisar dari 49oC sampai 55oC). Selama penyimpanan, kadar FFA semakin meningkat dari 0,15% pada minggu pertama menjadi 0,71% pada minggu kelima. Angka ini masih berada dalam batas yang dipersyaratkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3748-1995 tentang lemak kakao. Kadar lemak cenderung mengalami penurunan dalam penyimpanan selama 7 minggu, yaitu dari 40% sampai 35%. Dari hasil uji organoleptik, perlakuan penambahan stearin 10% memberikan hasil yang cenderung lebih disukai oleh panelis.
Pengaruh Penambahan Dekstrin dan Albumen Telur (Putih Telur) Terhadap Mutu Tepung Pisang Matang Riyanti Ekafitri; Diki Danang Surahman; Nok Afifah
Jurnal Litbang Industri Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1888.312 KB) | DOI: 10.24960/jli.v6i1.1062.13-24

Abstract

Ripe banana flour has disadvantage such as poor physical properties. This research aims to determine whether adding the dextrin and albumen (egg white) can improve the physical properties, nutritional values, and acceptance of ripe banana flour. The research design used completely randomized design with 3 treatments namely ripe banana flour control, with the addition of dextrin and the addition of albumen (egg white) foam. Analysis of the product was chemical analysis (moisture, fat, protein, ash and carbohydrate, pH, and TSS), physical properties (yield, whiteness, water holding capacity), and sensory analysis. The results showed that the addition of albumen (egg white) foam increased protein (10.40%) and ash content (2.97%), as well as increased the pH value (4.97), and the WHC at temperature 40oC (0.85) and at temperature of 80°C (1.81). The addition of dextrin increased the carbohydrate content (87.07%) and TSS (6.37o brix). Ripe banana flour without addition dextrin and albumen (egg white) produced banana flour with the highest water and fat content of  9.08% and 0.34%, and the highest yield, whiteness, and highest score of sensory acceptance: 18.42%; 26,24%; and 4,93. The addition of dextrin and egg white foam increased nutritional values such as protein, ash, and fat content of ripe banana flour, and also the pH value, TPT, and WHC, but did not improve yield and whiteness as well as sensory acceptance of ripe banana flour.ABSTRAKPengembangan mesin pengurai serat tandan kosong kelapa sawit dilakukan untuk menghasilkan serat mekanis sebagai penguat papan partikel. Didalam penelitian ini dilakukan perancangan mesin, pembuatan mesin dan evaluasi teknis kinerja mesin. Evaluasi teknis dilakukan pada putaran 600 rpm dan 900 rpm dengan masing-masing putaran 2 kali penguraian, dan masing-masing penguraian 3 ulangan. Dari hasil rancangan mesin didapatkan kapasitas mesin ± 200 kg/jam dan daya penggerak  5 HP. Hasil evaluasi teknis kinerja mesin didapatkan persentase serat dan serat campuran pada putaran 900 rpm pada pengujian 1 dan 2 tidak berbeda jauh dengan pengujian pada putaran 600 rpm. Dari 10 kg TKKS cacahan masing-masing putaran, didapatkan rata-rata serat bersih  82%, serat campuran 14%, dan 4% menjadi debu. Dari hasil penguraian pada putaran 600 rpm dan 900 rpm didapatkan 5 macam komposisi tingkatan serat yaitu, a) serat bersih 600 rpm, b) serat bersih 900 rpm, c) serat campuran (2-3 cm+kelopak), d) serat campuran (<2 cm + kelopak), e) serat campuran (serat halus + serbuk). Hasil analisis kimia ke lima serat tersebut yaitu,  rata-rata kadar air serat 9,3%, kadar ekstraktif 5,6%, kadar lemak 1,4%, kadar lignin 33,1%, kadar holoselulosa 58,33%, dan selulosa 39,2%. Dibandingkan dengan serat kayu daun jarum dan kayu meranti merah, kandungan kimia serat tersebut hampir sama atau tidak berbeda jauh.
Pengaruh konsentrasi tawas dan tunjung dalam limbah cair pengolahan gambir (Uncaria gambir Roxb.) untuk penyamakan kulit A Ardinal; Salmariza Sy
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.582 KB) | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5751.141-149

Abstract

Penelitian penyamakan kulit dengan memanfaatkan air limbah pengolahan gambir telah dilakukan. Penelitian dilakukan dengan variasi persentase penambahan tawas dan tunjung sebagai mordan masing-masing 0%, 2%, 4% dan 6% kedalam limbah cair pengolahan gambir. Penambahan tawas dan tunjung dilakukan pada penyamakan tahap II. Pengamatan terhadap kulit tersamak meliputi tampilan warna kulit yang dihasilkan, dan analisis sifat kimia dan sifat fisika kulit tersamak dengan mengacu kepada SNI  0463- 1989-A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemakaian tawas dan tunjung sebagai mordan berpengaruh terhadap warna kulit tersamak. Pemakaian tawas memberikan warna kuning kemerahan sedangkan pemakaian tunjung memberikan warna hitam kehijauan pada kulit yang tersamak. Pemakaian tawas memberikan sifat kimia dan sifat fisika kulit yang lebih baik dari pada pemakaian tunjung. Hasil uji menunjukkan bahwa pemakaian tawas memberikan kelarutan tannin dalam air yang lebih rendah, kadar kulit mentah yang lebih kecil, tannin terikat lebih tinggi, kekuatan tarik lebih tinggi, kekuatan lentur/kemuluran yang lebih rendah dibanding dengan perlakuan pemakaian tunjung. Perlakuan persentase pemberian tawas lebih berpengaruh terhadap sifat fisik kekuatan tarik dan kekuatan lentur kulit tersamak. Semakin tinggi persentase tawas, maka semakin tinggi kekuatan tarik dan sebaliknya semakin rendah kekuatan lentur. Perlakuan optimum didapatkan pada penambahan tawas 2%.ABSTRACTSkin tanning research has been carried out by utilizing gambier processing wastewater. The study was conducted with a variation of the percentage of alum and tunjung addition as mordant respectively 0%, 2%, 4% and 6% into gambier processing wastewater. The addition of alum and tunjung is carried out in the tanning phase II. Observation of tanned skin includes the appearance of the resulting skin color, and the analysis of chemical and physical properties of tanned skin with reference to SNI 0463-1989-A. The results showed that the treatment of alum and tunjung as mordant affected the tanned skin color. The treatment of alum as mordant gave a reddish yellow color while the use of tunjung gave a greenish black color to the tanned skin. The use of alum gives the chemical and physical properties of the skin better than the use of tunjung. The test results show that the use of alum provides lower tannins solubility in water, lower raw skin content, higher tannin bound, higher tanning levels, higher tensile strength, higher flexural strength / elongation strength compared to the treatment of using tunjung. The percentage treatment of alum is more influential on the physical properties of tensile strength and flexural strength of tanned skin. The higher the percentage of alum, the higher the tensile strength, on the other hand the lower the flexural strength. The optimum treatment was obtained at 2% addition of alum.

Page 3 of 22 | Total Record : 213