cover
Contact Name
Firdaus Noor
Contact Email
jurnalurban@pascasarjanaikj.ac.id
Phone
+6221-3159687
Journal Mail Official
jurnalurban@pascasarjanaikj.ac.id
Editorial Address
Jl. Cikini Raya No. 73 Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Urban : Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya
ISSN : 26142767     EISSN : 28283015     DOI : -
Urban: Jurnal Seni Urban is published twice a year (Apr and October) issued by the Postgraduate School of the Jakarta Institute of the Arts. Urban provides open access to the public to read abstract and complete papers. Urban focuses on creation and research of urban arts and cultural industries. Each edition, Urban receives a manuscript that focuses on the following issues with an interdisciplinary and multidisciplinary approach, which are: 1. Film 2. Television 3. Photograph 4. Theatre 5. Music 6. Dance 7. Ethnomusicology 8. Interior Design 9. Fine Arts 10. Art of Craft 11. Fashion Design 12. Visual Communication Design 13. Literature
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No.1: April 2017" : 7 Documents clear
Representasi Makanan Tradisional Jakarta Dalam Komposisi Foodporn Di Media Sosial Instagram Rinjani, Rangga Samiaji
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 1, No.1: April 2017
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v1i1.17

Abstract

Hashtag Foodporn is a word or a phrase used in social media world preceeded by the pound sign, which is used in a message to identify and to provide keyword for an idea inflicted by the visual of a food. Hashtag composition is one of a form of communication in Instagram. It’s development has became a phenomenon in social media and has spread all over the world, including to Jakarta. Foodporn is a jargon in the culinary world, it’s presence signify that hashtag Foodporn is a visual culture already embedded in the social life of urban communities. In relation to Jakarta™s traditional dish, Foodporn binds iteself to food pictures and other hashtags as a part of communication and identification. Hashtag Foodporn for Jakarta’s traditonal food which is closely related to Betawi culture, becomes an urban society’s representation of response to visual culture; an attempt to present the idea and taste contained in the taste and visuals of food. This research aimed to explain the relation between image and text in Instagram. The inseparability of Foodporn and culinary world in social media is bridged by photography, and ideas and looks perfected by Instagram.Hashtag Foodporn adalah sebuah kata atau frase dalam dunia sosial media– website--, yang didahului oleh tanda “#†digunakan dalam sebuah pesan untuk mengidentifikasi dan memberikan kata kunci terhadap ide dari tampilan visual sebuah makanan. Komposisi hashtag adalah salah bentuk komunikasi dalam Instagram. Perkembangannya saat ini sudah menjadi fenomena di media sosial dan menyebar ke seluruh dunia tidak terkecuali di Jakarta. Foodporn menjadi sebuah jargon dalam dunia kuliner, kehadirannya menjadi penanda bahwa  hashtag Foodporn menjadi budaya visual yang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial masyarakat urban. Dalam kaitannya dengan makanan tradisional Jakarta, Foodporn mengikatkan dirinya kepada gambar–gambar makanan dengan hashtag lainnya sebagai sebuah bagian dari komunikasi dan identifikasi. Hashtag Foodporn dalam makanan tradisional Jakarta yang dekat dengan budaya Betawi, kini menjadi sebuah representasi masyarakat Jakarta yang hidup di ruang urban dalam merespon sebuah budaya visual. Penelitian ini mencoba menjelaskan hubungan antara image dan teks dalam media sosial Instagram. Foodporn dan kuliner tidak dapat dipisahkan dari dunia sosial media, fotografi menjadi alat untuk menjembataninya dan Instagram menjadi media yang menyempurnakannya dengan ide dan tampilannya. 
Nasionalisme Banal dalam Pemanfaatan Lambang Garuda Pancasila di Media Internet Widhyatmoko, Danu
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 1, No.1: April 2017
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v1i1.40

Abstract

Nasionalisme bukanlah aliran yang bergerak dengan sendirinya, terdapat pola yang membentuk gerak demi menjaga keutuhannya. Bagi negara-negara yang telah maju, mereka secara sadar melakukan aktivitas membangun rasa nasionalisme untuk menjaga kecintaan bangsa terhadap negaranya. Salah satu cara untuk menyebarkan gagasan nasionalisme adalah dengan memanfaatkan media massa. Setelah era media cetak bergulir, muncul era media elektronik dengan bentuk media berupa radio dan televisi. Setelah era radio dan televisi berjalan, salah satu bentuk perubahan paling signifikan yang saat ini terjadi adalah kehadiran internet.
Pendidikan Kreativitas Damono, Sapardi Djoko
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 1, No.1: April 2017
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v1i1.14

Abstract

Peran Orang Gila Sebagai Representasi Kritik Sosial Studi Kasus Tiga Film Warkop DKI: Bisa Naik Bisa Turun (1991), Bagi-Bagi Dong (1992), dan Pencet Sana Pencet Sini (1993) Pamungkas, Satrio
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 1, No.1: April 2017
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v1i1.15

Abstract

Film is a form of popular culture which is analysed its stucture and meaning to understand the information or the political indication from its filmaker. Film as a text has been processing of encoding-decoding that including the audience to make meaning. In the case of Warkop DKI comedy film, which was made in 90’s era or late period of New Order before collapsed, they were Bisa Naik Bisa Turun, Bagi-Bagi Dong, dan Pencet Sana Pencet Sini, in satire represented of socio-political critics. Warkop DKI was using ‘madman’ as a representamen of their criticism to against government’s power, because ‘madman’ was thought as a neutral person that could send the critics. Those films presented the figure of government product such as military leader, doctor, and police, which were act by ‘madman’. Madness and humor were wise form to cover the criticism for the government who’s authoritarian.Film merupakan bentuk kebudayaan populer yang dianalisis struktur dan makna di dalamnya untuk memahami muatan pesan atau indikasi politis pembuatnya. Film sebagai teks mengalami proses encoding-decoding yang melibatkan penonton untuk bereaksi penuh dan aktif dalam ruang tertentu. Pada kasus film komedi Warkop DKI yang dibuat pada era tahun 90-an atau pada masa sebelum runtuhnya Orde Baru, yaitu Bisa Naik Bisa Turun, Bagi-Bagi Dong, dan Pencet Sana Pencet Sini, secara satir dan implisit menyampaikan bentuk kritik terhadap wacana yang sedang berlangsung. Dengan cerdasnya, Warkop DKI menggunakan peran orang gila sebagai representamennya, karena mereka dianggap netral (baca: aman) sebagai penyampai kritik. Ketiga film tersebut menghadirkan tokoh tentara, dokter, dan juga polisi dengan citra yang tidak wajar atau gila dalam pandangan umum. Dengan mengambil wujud demikian, kegilaan dan komedi membalut muatan yang sangat politis, bahkan cenderung tidak nampak sama sekali, namun sekaligus menjadi penyelamat dari pemerintah yang reaksioner terhadap kritik.
Representasi Identitas Suporter Dalam Logo Viking Persib Almanfaluthi, Betha
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 1, No.1: April 2017
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v1i1.16

Abstract

Viking Persib is a supporter group of one of Indonesian football clubs, Persib. Its members are scattered in various regions in Indonesia, even abroad. With no fixity of the standard form of Viking Persib logo, it has made the logo visually expressed differently based on the interpretation of each region or the so-called district. This study finds the pattern of Viking Persib logo variants in representing their identity. The study was conducted using Stuart Hall’s representation and Roland Barthes’ semiotics that analyzes the expansion of the signs meanings. From the analysis, it can be concluded that from the variations of the Viking Persib logos in various districts, its identity shows violence atmosphere and aggressiveness. These variations are influenced by punk ideology embraced by the Central Viking. The similar visual patterns asserts that they are proud to be part of a subculture that is exposed on the wider stage through football. Viking Persib adalah kelompok suporter salah satu klub sepakbola di Indonesia, Persib. Jumlah anggotanya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, bahkan luar negeri. Tidak adanya ketetapan bentuk logo yang baku membuat logo Viking Persib memiliki tampilan dengan berbagai macam bentuk sesuai interpretasi masing-masing wilayah atau yang biasa disebut ‘distrik’. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pola penandaan pada varian logo Viking Persib dalam merepresentasikan identitas salah satu kelompok suporter Persib tersebut. Penelitian dilakukan dengan pendekatan representasi Stuart Hall dan semiotika Roland Barthes yang menganalisis perluasan makna tanda. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dari variasi logo Viking yang muncul di berbagai distriknya, identitas yang ditampilkan 37 oleh suporter Viking kental dengan nuansa kekerasan dan agresif. Nuansa ini tidak lepas dari pengaruh ideologi punk yang dianut oleh Viking Pusat. Keseragaman pola elemen visual menegaskan bahwa mereka bangga menjadi bagian dari sebuah subkultur yang terekspos dalam panggung yang lebih luas melalui sepakbola.
Mesin dan Kegelisahan Manusia Modern: Tautan antara Ideologi dan Kebudayaan dalam Film Modern Times Purwoko, Heri
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 1, No.1: April 2017
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v1i1.18

Abstract

An era can be reflected by film, especially when the film was made. Chaplin is an American film artist who is smart and sensitive in getting the important moment in his life, which is in 1914 until 1967. Modern Times (1936) was one of the important film beside The Kid (1921), The Great Dictator (1940), and Gold Rush (1925). Modern times choosed distracted the audience by machine terror that was real happened in worker life, than presented drama film in satire. In cultural studies methods, this writing tells about Modern Times film: how was human life in metropolis city, in (1936), who fighted work to stay alive while facing industries machine threats which replaced people slowly in modernity atmosphere. Film selalu menarasikan dan merefleksikan suatu zaman tertentu, khususnya era ketika film itu dibuat. Chaplin adalah seorang seniman film Amerika Serikat yang peka dan cerdas dalam memetik penggalan peristiwa di titik-titik penting kehidupannya, terbentang antara tahun 1914 hingga 1967. Film Modern Times (1936) merupakan salah satu film penting karya Chaplin, selain The Kid (1921), The Great Dictator (1940), dan Gold Rush (1925). Alih- alih menampilkan drama cinta yang satir, Modern Times mendistraksi penontonnya dengan teror mesin yang menjadi kenyataan dan harus dihadapi oleh para manusia pekerja. Dengan menggunakan pendekatan cultural studies, tulisan ini mengkaji bagaimana kehidupan manusia yang hidup di kota metropolitan, dalam film Modern Times (1936), berjuang untuk bisa tetap bekerja sambil menghadapi ancaman mesin-mesin industri yang perlahan menggantikan mereka dalam atmosfer modernitas.
Ekspresi Kehidupan Odapi Melalui Seni Perhiasan Farhia, Yusaira
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 1, No.1: April 2017
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v1i1.19

Abstract

Sebagai seni rupa terapan, tidak hanya sekadar cantik, seni perhiasan mampu menjadi media berkomunikasi. Penyampaian pesan melalui perhiasan dapat dilakukan secara implisit maupun eksplisit. Dalam pengantar karya ini, dipaparkan bagaimana karya seni perhiasan terinspirasi dari rasa empati. Ide dalam penciptaan perhiasaan dalam karya ini berangkat dari seorang sahabat wanita yang mengidap penyakit ITP atau Isotopenic Thrombocithopenia Purpura; sebuah penyakit langka yang 80% kasusnya terjadi pada perempuan dan anak- anak. Penyakit langka ini menyebabkan tubuh penderitanya rentan mengalami perdarahan. Para penderita yang mampu bertahan (survivor), bangkit dari tahapan berduka (step of grief) dan berkarya dalam kehidupannya di lingkungan urban. Tahapan dari sisi psikologis ODAPI (Orang dengan ITP) inilah yang akan diangkat menjadi tema dalam karya seni perhiasan dalam pengantar karya ini.

Page 1 of 1 | Total Record : 7