cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsms@unisba.ac.id
Phone
+6282321980947
Journal Mail Official
bcsms@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series : Medical Science
ISSN : -     EISSN : 28282205     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsms.v2i2
Core Subject : Humanities, Health,
Bandung Conference Series: Medical Science (BCSMS) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Kedokteran dengan ruang lingkup Age, ASI, BPJS Kesehatan, CGT, Dokter layanan primer, Fungsi diastolic, Gender, Hepatitis A dan B, Interval Anak Balita, ISPA, JKN, Nyeri leher, Origin, Paritas, Pasien, Denyut Nadi, Imunisasi, Perawat, Phlebitis, PHBS, pneumonia Abortus Spontan, Pola Menstruasi, rumah sakit Pendidikan, Sektor Informal Pengetahuan, Shift kerja malam, sindrom koroner akut, Status Gizi Mahasiswa kedokteran, status sosio ekonomi, Tekanan Darah, Tingkat Stres, Troponin T , Type of occupation, ventrikel kiri, dan Wanita Premenopause. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 494 Documents
Gambaran Ketepatan Terapi Obat Anti Epilepsi Sesuai Bentuk Bangkitan berdasarkan PERDOSSI di RSUD Al-Ihsan Bandung Tahun 2020 Naufal Rafif Ji'aul Haq; M. Ahmad Djojosugito; Alya Tursina
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1877

Abstract

Abstract. Epilepsy has a high number of cases in the world and in Indonesia. Attacks are significantly reduced in number or severity with antiepileptic drugs. Guidelines on epilepsy including its treatment have been prepared by PERDOSSI following the developments of the International League Against Epilepsy. Following the guidelines will increase safety and efficacy, reduce the risk of drug interactions and side effects, including lowering the cost of treatment. The purpose of this study was to describe the accuracy of anti-epileptic drug therapy according to the form of seizure based on PERDOSSI at the Al-Ihsan Regional General Hospital (RSUD) Bandung in 2020. The research method was a descriptive study with a cross-sectional design and presented in tabulation and percentages. Data were taken from the medical records of outpatient epilepsy patients at the Al-Ihsan Hospital in Bandung for the period January - May 2020. Results: The accuracy of administering anti-epileptic drug therapy according to the form of seizure based on PERDOSSI in outpatient treatment at Al-Ihsan Hospital Bandung was 15 people (36.58 %) with a 95% confidence interval, which means that the accuracy of the proportion of samples representing the population is actually 21.8%-51.3%. The factors that are thought to influence this study are the availability of drugs, and the consideration of side effects of the drugs given. Further research needs to find anti-epileptic drugs according to PERDOSSI for unclassified seizure types. Abstrak. Epilepsi memiliki kasus yang tinggi di dunia dan Indonesia. Serangan berkurang dengan signifikan dalam jumlah atau tingkat keparahannya dengan obat anti epilepsi. Pedoman mengenai epilepsi termasuk pengobatannya telah disusun oleh PERDOSSI yang mengikuti perkembangan dari International League Against Epilepsy. Mengikuti pedoman akan meningkatkan keamanan dan efikasi, menurunkan resiko interaksi obat dan efek samping, termasuk menurunkan biaya dari pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran ketepatan terapi obat anti epilepsi sesuai bentuk bangkitan berdasarkan PERDOSSI di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al-Ihsan Bandung Tahun 2020. Metode penelitian merupakan studi deskriptif dengan desain potong lintang dan disajikan dalam tabulasi dan persentase. Data diambil melalui rekam medik pasien epilepsi rawat jalan di RSUD Al-Ihsan Bandung periode Januari - Mei tahun 2020. Hasil: Ketepatan pemberian terapi obat anti epilepsi sesuai bentuk bangkitan berdasarkan PERDOSSI di rawat jalan RSUD Al-Ihsan Bandung sebanyak 15 orang (36,58%) dengan interval kepercayaan 95% yang bermakna keakuratan proporsi sampel mewakili populasi sesungguhnya bernilai 21,8%-51,3%. Faktor yang diduga mempengaruhi pada penelitian ini yaitu ketersediaan obat, dan pertimbangan efek samping obat yang diberikan. Penelitian lanjutan perlu mencari obat anti epilepsi sesuai PERDOSSI untuk tipe bangkitan yang tidak terklasifikasikan.
Hubungan Pemberian Metilprednisolon dan Tocilizumab pada Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Al Islam Bandung Zetananda Kirana Fauziyah Dakirun; Heni Muflihah; Endang Suherlan
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1906

Abstract

Abstract. Corona Virus Disease (COVID-19) is a pandemic that has spread to Indonesia. West Java is the province with the second-highest number of COVID-19 cases. Immunomodulators are recommended in COVID-19 patients, with inconsistent benefits across studies. Methylprednisolone acts non-specifically, while tocilizumab acts specifically at the IL-6 receptor. One indication of the administration of immunomodulators is the severity of COVID-19. This study was conducted to determine the relationship between administration of methylprednisolone and tocilizumab with the severity in hospitalized COVID-19 patients at Al Islam Hospital Bandung (RSAI). This study is an analytic observational with cross-sectional approach and uses medical records. The subjects of this study were confirmed COVID-19 patients who were hospitalized at Al Islam Hospital Bandung span from December 2020 until June 2021. The medical records were analyzed including oxygen saturation (SpO2) and administration of methylprednisolone or tocilizumab during hospitalization. Total research subjects are 116 people, consist of 31 people (59,61%) received methylprednisolone and 35 people (54,68%) received tocilizumab. There were 50 people (43,1%) had severe COVID-19 (SpO2 < 90%) and 66 people (56,9%) had non-severe COVID-19 (SpO2 90%). There was no relationship between the administration of methylprednisolone or tocilizumab with the severity of COVID-19 (p = 0,766). No relationship found between the selection of immunomodulators, methylprednisolone or tocilizumab with severity of COVID-19. Further research is needed to examine clinical conditions other than oxygen saturation to determine the severity COVID-19 disease in order to evaluate more accurately indications for immunomodulatory therapy. Abstrak. Corona Virus Disease (COVID-19) merupakan pandemi yang menyebar ke Indonesia. Jawa Barat adalah Provinsi dengan kasus COVID-19 kedua terbanyak. Imunomodulator direkomendasikan pada pasien COVID-19, dengan manfaat yang tidak konsisten di berbagai hasil penelitian. Metilprednisolon bekerja secara non-spesifik, sedangkan tocilizumab bekerja secara spesifik pada reseptor IL-6. Salah satu indikasi pemberian imunomodulator adalah derajat penyakit COVID-19. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pemberian metilprednisolon dan tocilizumab dengan derajat penyakit pada pasien COVID-19 rawat inap di Rumah Sakit Al Islam Bandung (RSAI). Penelitian ini berupa observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan data rekam medis. Subjek penelitian ini adalah pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat inap di RSAI pada periode Desember 2020 – Juni 2021. Data rekam medik yang dianalisis meliputi saturasi oksigen (SpO2) dan pemberian metilprednisolon atau tocilizumab selama dirawat. Total subyek penelitian berjumlah 116 orang. Jumlah ini terdiri dari 31 orang (59,61%) mendapat metilprednisolon dan 35 orang (54,68%) mendapat tocilizumab. Terdapat 50 orang (43,1%) memiliki derajat berat (SpO2 < 90%) dan 66 orang (56,9%) derajat tidak berat (SpO2 ≥ 90%). Tidak terdapat hubungan antara pemberian metilprednisolon atau tocilizumab dengan derajat penyakit (p = 0,766). Tidak terdapat hubungan pemilihan imunomodulator, metilprednisolon atau tocilizumab dengan derajat penyakit COVID-19. Penelitian lanjutan perlu menkaji kondisi klinis selain saturasi oksigen untuk penentuan derajat penyakit COVID-19 agar lebih tepat mengevaluasi indikasi terapi imunomodulator.
Efek Antibakteri Ekstrak Air Daun Lidah Buaya (Aloe Vera) terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes secara In Vitro Nabila Puspa Rahmah; Miranti Kania Dewi; Ratna Nurmeliani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1925

Abstract

Abstract. The decrease in the percentage of P. acnes sensitivity to antibiotics in various countries in the last 30 years had led to the need for alternative treatments of acne vulgaris, including the use of Aloe vera, which is one of the traditional plants. Aloe vera has the potential to be an alternative because of its active compounds, anthraquinone and polysaccharides, that are antibacterial by nature. This study aims to determine the antibacterial activity of aqueous Aloe vera extract against the growth of P. acnes in vitro. This study is a laboratory experimental study performed in vitro using the disc diffusion method. Blank disks were saturated with aqueous extract of Aloe vera with 75%, 50%, and 25% concentration. Tetracycline was used for positive control and aquadest for negative control. The disks were then placed on Mueller-Hinton media that had been overgrown with P. acnes, incubated for 24 hours, and the inhibition zone was measured. The average diameter of the inhibition zone of the aqueous Aloe vera extract at the concentration of 75% is 6.70 mm, not detected at 50% and 25%, 28.46 mm in positive control, and not detcted in negative control. Aloe vera extract at the 75% concentration has an antibacterial effect against P. acnes with low inhibitory effect (resistant). The low inhibitory effect could be caused by the low levels of active substances that can be extracted through the extraction method and solvent used, low extract concentrations, and ecological factors where the plant grows. Abstrak. Terjadinya penurunan presentase kepekaan P. acnes terhadap antibiotik di berbagai negara dalam 30 tahun terakhir menyebabkan perlu adanya alternatif dalam pengobatan akne vulgaris, diantaranya melalui pemanfaatan tanaman lidah buaya (Aloe vera) yang merupakan salah satu tanaman tradisional. Tanaman lidah buaya berpotensi menjadi alternatif karena mengandung senyawa aktif berupa antrakuinon dan polisakarida yang bersifat antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak air lidah buaya (Aloe vera) terhadap pertumbuhan P. acnes secara in vitro. Penelitian ini merupakan studi eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan metode difusi cakram. Cakram polos disaturasi dengan ekstrak air lidah buaya (Aloe vera) konsentrasi 75%, 50%, dan 25%. Tetrasiklin digunakan sebagai kontrol positif dan akuades digunakan sebagai kontrol negatif dalam penelitian ini. Cakram diletakkan pada media Mueller-Hinton yang telah ditumbuhi P. acnes, diinkubasi selama 24 jam, dan dilakukan pengukuran zona hambat. Rata-rata diameter zona hambat dari ekstrak air lidah buaya (Aloe vera) pada konsentrasi 75% sebesar 6,70 mm, tidak terdeteksi pada konsentrasi 50% dan 25%, sebesar 28,46 mm pada kontrol positif, dan tidak terdeteksi pada kontrol negatif. Ekstrak air lidah buaya (Aloe vera) konsentrasi 75% memiliki efek antibakteri terhadap P. acnes dengan daya hambat rendah (resisten). Hasil daya hambat yang rendah dapat disebabkan oleh rendahnya kadar zat aktif yang dapat ditarik melalui metode ekstraksi dan pelarut yang digunakan, kurang tingginya konsentrasi ekstrak lidah buaya pada penelitian ini, serta adanya pengaruh faktor ekologi tempat pertumbuhan tanaman.
Daya Hambat Ekstrak Air Kopi Robusta (Coffea Canephora) terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes Ilham Mauludin; Hendro Sudjono Yuwono; Dicky Santosa
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1926

Abstract

Abstract. The prevalence of acne vulgaris in Indonesia as much as 80-85% is teenagers peak at 15-18 years. Topical and oral antibiotics suppressed the activity of Propionibacterium acnes in acne. It can cause resistance and result in therapy failure. The purpose was to determine the antibacterial effect of Robusta Coffee (Coffea canephora) aqueous extract. This research is a descriptive experimental study using isolates of bacteria P. acnes ATCC 11827, taken from the Unisba Pharmaceutical Microbiology Lab, with the method of disc diffusion and adapted to the standard 0.5 McFarland. Six research groups were comprised four concentrations of aqueous extract. It is namely 25%, 50%, 75%, and 100%. Positive control (erythromycin antibiotics), and negative control (aqua des) which was then incubated for 24 hours at 37°C and it measured the diameter of the inhibition zone in millimeters. The results showed that the largest inhibition zone at 100% concentration was 7.90 mm. Of 50% and 25% were not detected. The erythromycin inhibition zone formed 23.99 mm. Coffee can overcome bacterial infections that cause acne because it can produce H₂O₂ and create a hyperosmotic solution atmosphere. This study concludes that robusta coffee water extract can inhibit the growth of bacteria P. acne, but the inhibition zone is lower than the erythromycin inhibition zone. Abstrak. Prevalensi akne vulgaris di Indonesia sebanyak 80-85% adalah usia remaja puncaknya pada usia 15-18 tahun. Penggunaan antibiotik untuk menekan aktivitas Propionibacterium acne pada jerawat, dapat menyebabkan resistensi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui daya hambat ekstrak air Kopi Robusta (Coffea canephora) pada media agar kultur Propionibacterium acne. Penelitian ini merupakan studi deskriptif eksperimental in vitro menggunakan isolat bakteri P. acnes, yang diambil dari Lab Mikrobiologi Farmasi Unisba, dengan metode disc diffusion dan disesuaikan dengan standar 0,5 McFarland. Terdapat enam kelompok penelitian terdiri dari empat konsentrasi ekstrak air yaitu 25%, 50%, 75% dan 100%, kontrol positif (antibiotik eritromisin), dan kontrol negatif (cairan akuades) yang selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37℃. Zona hambat diukur diameternya dalam milimeter. Hasil penelitian menunjukan zona hambat pada konsentrasi 100% yaitu 7,90 mm, sedangkan pada konsentrasi 50% dan 25% tidak terdeteksi. Pada eritromisin zona hambat terbentuk 23,99 mm. Kopi dapat mengatasi infeksi bakteri penyebab jerawat karena menghasilkan H₂O₂ dan menciptakan larutan hiperosmotik. Kesimpulan ekstrak air kopi robusta dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. acne, namun lebih rendah dibandingkan zona hambat eritromisin.
Hubungan antara Usia dan Status Perkawinan dengan Kejadian Gonore di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Periode 2015-2020 Muhammad Afif Nauval; Tony S. Djajakusumah; Winni Maharani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1932

Abstract

Abstract. Gonorrhea is a sexually transmitted infection (STI) caused by Neisseria gonorrhoeae, a gram-negative diplococci transmitted through sexual contact, causing urethritis, cervicitis, pharyngitis and proctitis. According to the Bandung City Health Office in 2019, gonorrhea was included in the curable STI with the highest prevalence. The increase in the prevalence of gonorrhea is caused by free sex, lack of knowledge about high-risk sexual behaviour, prostitution. Another main cause is adolescent sexual behavior which can be found in free sex behavior. The purpose of this study was to determine the incidence of gonorrhea and the relationship between age and marital status with the incidence of gonorrhea in Al-Ihsan Hospital. The research method used is analytical observation with a cross sectional approach. Sampling was based on a purposive sampling of all gonorrhea patients, both male and female, from secondary data in medical records for the 2015-2021 period. The data results showed that 120 gonorrhea patients were dominated by the age of 25-40 years as many as 74 patients (34.1%) and married status as many as 83 patients (38.2%). The study showed that there was no significant relationship between age and the incidence of gonorrhea with a p value (p = 0.347) and no significant relationship between marital status and the incidence of gonorrhea with a p value (p = 0.129). The conclusion of this study there was no relationship between age and marital status with the incidence of gonorrhea. Abstrak. Gonore adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yaitu bakteri gram negatif berbentuk diplokokus yang ditularkan melalui hubungan seksual sehingga menimbulkan gejala uretritis, servisitis, faringitis dan proktitis. Menurut Dinas Kesehatan Kota Bandung pada tahun 2019, gonore termasuk dalam IMS kurabel dengan prevalensi yang paling tinggi. Peningkatan prevalensi gonore diakibatkan oleh semakin bebasnya pergaulan seksual, kurangnya pengetahuan mengenai hubungan seksual yang berisiko, dan maraknya prostitusi. Penyebab utama lain yaitu perilaku seksual remaja yang dapat berujung pada perilaku seks bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia dan status perkawinan dengan kejadian gonore di RSUD Al-Ihsan. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling seluruh penderita gonore baik pria dan wanita yang berasal dari data sekunder berupa rekam medik periode 2015-2020. Hasil penelitian yaitu berjumlah 120 pasien gonore yang didominasi oleh usia 25-40 tahun sebanyak 74 pasien (34,1%) dan status sudah menikah sebanyak 83 pasien (38,2%). Penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara usia dengan kejadian gonore dengan p value (p=0,347) dan tidak ada hubungan signifikan antara status perkawinan dengan kejadian gonore dengan p value (p=0,129). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara usia dan status perkawinan dengan kejadian gonore.
Pengontrolan Glukosa Darah dapat Mencegah terjadinya Tuberkulosis: Kajian Pustaka Annisa Humairra; Wida Purbaningsih; Winni Maharani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1977

Abstract

Abstract. Tuberculosis (TBC) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis (M.tb), the third leading cause of death in the world and one of the ten leading causes of death. There are several factors that can affect the course of type 2 DM that they are more likely susceptible to TBC, namely, changes in metabolism and blood glucose control through medication. Type 2 diabetes mellitus is a chronic metabolic disease caused by insulin resistance and decreased insulin secretion which causes impaired glucose utilization, hyperinsulinemia, dyslipidaemia, and pancreatic beta cell dysfunction. Lifestyle changes are needed, including diet and exercise, and pharmacological treatment consisting of oral drugs and injections is needed to achieve good blood glucose levels that can reduce the risk of macrovascular and microvascular complications, and also increase the immune response that can minimize the risk of infection. Abstrak. Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M.tb), penyebab kematian ketiga di dunia dan salah satu dari sepuluh penyebab utama kematian. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perjalanan penyakit DM tipe 2 sehingga lebih rentan terhadap TBC yaitu, adanya perubahan metabolisme dan pengontrolan glukosa darah melalui pengobatan. DM tipe 2 merupakan penyakit metabolik kronis yang disebabkan oleh resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin yang menyebabkan gangguan penggunaan glukosa, hiperinsulinemia, dislipidemia, serta disfungsi sel beta pankreas. Diperlukan adanya perubahan gaya hidup termasuk diet dan berolahraga, dan pengobatan farmakologis yang terdiri dari obat oral dan suntikan diperlukan untuk mencapai kadar glukosa darah yang baik yang dapat menurunkan risiko komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular, dan juga meningkatkan respon imun yang dapat meminimalkan risiko terjadinya infeksi.
Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Populasi Dewasa Firda Aulia Rahman; Tjoekra Roekmantara; Nurul Romadhona
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1979

Abstract

Abstract. The World Health Organization (WHO) recorded a death rate of 9.4 million people every year in the world due to cardiovascular disease in 2016, as many as 45% of these deaths were caused by Coronary Heart Disease (CHD). Coronary Heart Disease (CHD) is an atherosclerotic condition that can cause coronary artery disease. Risk factors for CHD can be divided into two, namely risk factors that non-modifiable and modifiable, one of which is obesity and is the main risk factor that can be changed according to the AHA. The purpose of this study was to determine the effect of obesity on the incidence of CHD in adults. This study uses a scoping review method from 5 data sources, there are PubMed, JAMA, ScienceDirect, ProQuest and Media Neliti. A total of 458,333 articles were produced, 209 articles fulfilled the inclusion criteria and then 4 articles after the exclusion criteria and ethical test using JBI Critical Appraisal Checklists. The results of the study in one of the articles showed that the prevalence of CHD was more in individuals as much as 1.7% from 174,879 obese respondents than normal individuals as much as 1.3%. Statistically, obesity increases the risk of developing CHD 1.21 times compared to normal individuals. The four articles have similar results, namely obese individuals are more at risk of CHD. The conclusion of this study is that obesity has an effect on the incidence of CHD by 1.21 times which was taken from one article, while the other three articles did not mention the large influence of obesity on CHD in adults. This can occur because high levels of body fat in obesity play a role in the formation of atherosclerotic plaques starting from endothelial dysfunction to thrombus formation, triggering a blockage that blocks blood flow in the coronary arteries called CHD. Abstrak. Tingkat kematian di dunia setiap tahun sebanyak 9,4 juta orang karena penyakit kardiovaskular tercatat oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, sebanyak 45% diantaranya dari kematian tersebut disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK). Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu keadaan aterosklerotik yang dapat menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah koroner. Faktor risiko PJK dapat dibagi dua, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan dapat diubah, salah satunya adalah obesitas dan merupakan faktor risiko utama yang dapat diubah menurut AHA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh obesitas terhadap kejadian PJK pada orang dewasa. Penelitian menggunakan metode scoping review dari 5 sumber data yaitu PubMed, JAMA, ScienceDirect, ProQuest dan Media Neliti. Dihasilkan 458.333 artikel secara keseluruhan, 209 artikel lolos kriteria inklusi kemudian menjadi 4 artikel setelah kriteria eksklusi dan uji kelayakan menggunakan JBI Critical Appraisal Checklists. Hasil penelitian pada salah satu artikel menunjukkan pravalensi PJK lebih banyak pada individu obesitas sebanyak 1,7% dari 174.879 responden obesitas daripada individu normal sebanyak 1,3%. Secara statistik, obesitas meningkatkan risiko 1,21 kali lipat terkena PJK dibandingkan individu normal. Keempat artikel memiliki hasil yang sejalan yaitu individu obesitas lebih berisiko PJK. Simpulan penelitian ini yaitu obesitas memiliki pengaruh terhadap kejadian PJK sebesar 1,21 kali lipat yang diambil dari satu artikel, sedangkan tiga artikel lainnya tidak menyebutkan besar pengaruh obesitas terhadap PJK pada populasi dewasa. Hal tersebut dapat terjadi karena kadar lemak dalam tubuh yang tinggi pada obesitas berperan pada pembentukan plak aterosklerosis dimulai dari adanya disfungsi endotel sampai dengan pembentukan thrombus sehingga memicu adanya sumbatan yang menghalangi aliran darah pada arteri koroner disebut PJK.
Peran Vitamin D dalam Penanganan Pasien Covid-19 Dwi Widi Mandasari; Maya Tejasari; Widayanti
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1982

Abstract

Abstract. Corona Virus Disease-2019 (Covid-19) is a serious global problem that still needs to be addressed at this time. Covid-19 is caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). One of the Covid-19 prevention measures related to nutrition is the consumption of vitamin D. This study is a Scoping review, a systematic search was carried out through 3 databases (PubMed, Spinger Link, Science Direct,) that met the eligibility criteria. The search results from a total of 5,662 articles contained 494 according to the inclusion criteria, namely 2019 - 2021, observational, experimental, full text, in English and obtained 8 articles according to PICOS. The results of a review and analysis of 9 articles, all of which showed that there was a reduced risk of mortality in the group given vitamin D supplements than the control group that was not given vitamin D. Vitamin D inactivates viral pathogens or inhibits viral replication. So it has a positive effect on the immune system. And useful for handling Covid-19 patients. The conclusion of this study is that the administration of vitamin D can reduce the risk of mortality and increase improvement in the treatment of COVID-19 patients. Abstrak. Corona Virus Disease-2019 (Covid-19) menjadi masalah global serius yang masih perlu ditanggulangi saat ini. Covid-19 disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Salah satu langkah pencegahan Covid-19 yang terkait bidang gizi adalah konsumsi vitamin D. Penelitian ini merupakan Scoping review, pencarian sistematis dilakukan melalui 3 database (PubMed, Spinger Link, Science Direct,) yang memenuhi kriteria kelayakan. Hasil pencarian dari total 5.662 artikel terdapat 494 sesuai dengan kriteria inklusi yaitu 2019 - 2021, observasioal, eksperimental, full text, berbahasa Inggrisdan didapatkan 8 artikel sesuai PICOS. Hasil telaah dan analisis dari 9 artikel, semua artikel menunjukan bahwa terjadi penurunan resiko mortalitas pada kelompok yang diberi suplemen vitamin D daripada kelompok kontrol yang tidak diberikan vitamin D. Vitamin D menonaktifkan patogen virus atau menghambat replikasi virus. sehingga memiliki efek positif untuk system kekebalan tubuh. Dan bermanfaat untuk penanganan pasien covid-19. Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian vitamin D dapat mengurangi resiko mortalitas serta meningkatkan perbaikan dalam penanganan pasien covid-19.
Gambaran Berat Badan Lahir Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 di Puskesmas Situ Kabupaten Sumedang Siti Nurrani Yuniasari; Nanan Sekarwana; Annisa Rahmah Furqaani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1996

Abstract

Abstract. Birth weight is heavy baby which weighed in time one first hour after born. Measurement or weighing can be done in the place facility health centers or places where mothers give birth, such as hospitals, health centers, and polindes. During the COVID-19 pandemic, there are several factors that affect birth weight. Coronavirus infection may increase the risk of pneumonia in pregnant women compared to non-pregnant women. The prevalence of infection cases in pregnant women will reach 25% by 2020. The further impact of COVID-19 infection on pregnant women is the emergence of concerns regarding neonatal growth and development. This study aims to determine the comparison of baby's birth weight before and during the COVID-19 pandemic at the Situ Health Center, Sumedang Regency. The population of this study is the medical record of the weight of newborns at the Situ Health Center, Sumedang Regency in 2019-2021, while the sampling technique uses the purposive sampling method and produces a sample of 237. The data used is secondary collected by recording data from medical records of newborns in 2019-2021. The analysis technique uses quantitative analysis. The results showed that the average birth weight before the COVID-19 pandemic was 3080,86 grams with a total sample of 116 and the average birth weight during the COVID-19 pandemic was 2794,38 grams with a sample size of 121. Abstrak. Berat bayi lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu jam pertama setelah lahir. Pengukuran atau penimbangan dapat dilakukan di tempat fasilitas kesehatan atau tempat ibu bersalin, seperti rumah sakit, puskesmas, dan polindes. Pada masa pandemi COVID-19 terdapat beberapa faktor yang memengaruhi berat badan lahir. Infeksi coronavirus dapat meningkatkan risiko pneumonia pada wanita hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Prevalensi kasus infeksi pada wanita hamil mencapai 25% pada tahun 2020. Dampak lanjut dari infeksi covid-19 pada ibu hamil, yaitu munculnya kekhawatiran terkait pertumbuhan dan perkembangan neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbandingan berat badan lahir bayi sebelum dan selama pandemi COVID-19 di Puskesmas Situ Kabupaten Sumedang. Populasi dari penelitian ini adalah rekam medis berat badan bayi baru lahir di Puskesmas Situ, Kabupaten Sumedang pada tahun 2019-2021, sedangkan teknik sampling menggunakan metode purposive sampling dan menghasilkan sampel sebanyak 237. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dengan cara mencatat data dari rekam medis bayi yang baru lahir pada tahun 2019-2021. Teknik analisis menggunakan analisis kuantitatif. Hasil penelitiaan menunjukkan rata-rata berat badan lahir sebelum masa pandemi COVID-19 adalah 3080.86 gram dengan jumlah sampel 116 dan rata-rata berat badan lahir selama masa pandemi COVID-19 adalah 2794.38 gram dengan jumlah sampel 121.
Pola Pertumbuhan Balita Usia 0-5 di Puskesmas Garawangi Kabupaten Kuningan Tahun 2018-2021 Ajeng Femia Robawati; Arief Budi Yulianti; Listya Hanum
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.2003

Abstract

Abstract. Growth and development is an important part of childhood and adolescence, weight gain and increasing body size are normal components of this process. Children need nutritious food and especially sufficient energy for their growth and development. This growth pattern can be seen from three periods, namely the fetal period, 0-1 year infancy and adolescence. The growth and development of each child must be different, therefore parents are expected to provide a good stimulus according to the child's needs. There are factors that influence growth patterns, such as internal factors, namely gender and external/environmental factors such as nutrition. This study aims to analyze growth patterns based on KMS (Card Towards Healthy) toddlers at the Garawangi Health Center, Kuningan Regency in 2018-2021. The research design used was observational analysis with a cross-sectional approach (cross-sectional). The growth pattern is seen from the z-score value, namely in body weight based on age in 2018-2021 around 75-80% showing normal birth weight and an increase in the underweight category about 15% and in the z-score assessment on height based on age in 2018-2021 is around 85-90% and there is an increase in the short category which is around 7%. Abstrak. Tumbuh kembang merupakan bagian penting dari masa kanak-kanak dan remaja, penambahan berat badan dan meningkatnya ukuran badan merupakan komponen yang normal dari proses ini. Anak-anak membutuhkan makanan bergizi dan terutama energi yang cukup untuk tumbuh kembangnya. Pola pertumbuhan ini dapat dilihat dari tiga periode yaitu masa janin, masa bayi 0-1 tahun dan masa remaja. Pertumbuhan dan perkembangan setiap anak pasti berbeda, oleh karena itu orang tua diharapkan memberikan stimulus yang baik yang sesuai dengan kebutuhan anak. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pola pertumbuhan, seperti faktor internal yaitu jenis kelamin dan faktor eksternal/lingkungan seperti gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pola pertumbuhan berdasarkan KMS (Kartu Menuju Sehat) balita di Puskesmas Garawangi Kabupaten Kuningan tahun 2018-2021. Rangcangan penelitian yang digunakan adalah observasional analisis dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang). Pola pertumbuhan dilihat dari nilai z-score yaitu pada berat badan berdasar umur pada tahun 2018-2021 sekitar 75-80% menunjukan berat badan lahir normal dan terjadi peningkatan di kategori berat badan kurang sekitar 15% dan pada penilaian z-score pada tinggi badan berdasar umur pada tahun 2018-2021 sekitar 85-90% dan terjadi peningkatan di kategori pendek yaitu sekitar 7%.