cover
Contact Name
Nathanail Sitepu
Contact Email
psnail21@gmail.com
Phone
+6281321151320
Journal Mail Official
psnail21@gmail.com
Editorial Address
Rukan Mutiara Marina No.40 Semarang - Jawa Tengah
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Harvester: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen
ISSN : 23029498     EISSN : 26850834     DOI : 10.52104
Aim dan Scope HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen mencakup sbb: 1. Teologi Biblikal 2. Teologi Sistematika 3. Teologi Praktika 4. Kepemimpinan Kristen
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2022): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2022" : 5 Documents clear
Makna Garam Dan Terang Dalam Matius 5:13-16 Bagi Pengikut Kristus Nathanail Sitepu
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 7, No 2 (2022): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2022
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.132 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v7i2.108

Abstract

Jesus' Sermon on the Mount about the Salt and Light of the world in the Gospel of Matthew 5:13-16 is a figurative expression, so it is not possible to interpret it through literal or literal understanding. In this article the author uses a descriptive method, namely literature review, collecting data and analyzing verses 13-16 through word cases and translations from Greek and various Bible translations. Based on this research, it can be concluded that the meaning of salt and light refers to the identity of followers of Jesus Christ which is attached wherever they go and wherever they are.AbstrakKhotbah Yesus di Bukit tentang Garam dan Terang dunia dalam Injil Matius 5:13-16 merupakan suatu ungkapan figuratif, sehingga untuk memaknainya tidak boleh melalui pemahaman secara hurufiah atau literal. Dalam artikel ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu kajian literatur, mengumpulkan data-data dan menganalisis ayat 13-16 melalui kasus kata dan terjemahan dari bahasa Yunani dan berbagai terjemahan Alkitab. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa makna garam dan terang menunjuk kepada identitas pengikut Yesus Kristus yang melekat kemanapun mereka pergi dan dimanapun mereka berada.
Peran Gembala Gereja Bethel Indonesia Dalam Mencegah Perceraian Keluarga Kristen Di Tanjung Priok Rima Patintingan; Yanto Paulus Hermanto; Juliana Hindradjat
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 7, No 2 (2022): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2022
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.56 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v7i2.97

Abstract

God Himself is the initiator and creator of the Christian family. Therefore, there is a vision and mission of God in every Christian family. The family is a small church, so families form a local church community. Husband and wife are important factors in forming a family. The role of the pastor is very important in preventing Christian family divorce, among others: shepherding, guiding, and being an example in a healthy Christian family life. The method to answer this problem uses a qualitative method with interviews, a collection of several journals, related literature, and Bible verses that are relevant to the formulation of the problem. Thus, the right answer was obtained as a reference for pastors and local churches of the Indonesian Bethel Church in preventing Christian family divorce. More broadly, it can help pastors who will prepare and assist Christian families in the future in respecting the institution of marriage and are willing to pay the price in maintaining the integrity of their families.AbstrakTuhan sendiri adalah inisiator dan kreator keluarga Kristen. Oleh sebab itu, ada visi dan misi Tuhan dalam setiap keluarga Kristen. Keluarga adalah gereja kecil, jadi keluarga-keluarga membentuk satu komunitas jemaat gereja lokal. Suami dan istri adalah faktor penting pembentuk keluarga. Oleh sebab itu, peran gembala sangat penting dalam mencegah perceraian keluarga Kristen, antara lain: menggembalakan, membimbing, dan menjadi teladan dalam kehidupan keluarga Kristen yang sehat. Metode untuk menjawab masalah ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara, mengumpulkan beberapa jurnal, literatur yang terkait, dan ayat- ayat Alkitab yang relevan dengan rumusan masalah. Dengan demikian, diperoleh jawaban yang tepat sebagai acuan para gembala dan gereja lokal Gereja Bethel Indonesia dalam mencegah perceraian keluarga Kristen. Lebih luas lagi, bisa membantu para gembala yang akan mempersiapkan dan mendampingi keluarga-keluarga Kristen ke depan dalam menghargai lembaga pernikahan dan mau bayar harga dalam mempertahankan keutuhan keluarganya.
Kajian Pastoral Lansia Sebagai Dasar Pelayanan Pendampingan Terhadap Kaum Usia Emas Di Lingkungan Gereja Kristen Oikoumene Indonesia (GKOI) Jemaat Perumnas II Bekasi Mickhael Hermanto Situmorang; Brian Marpay
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 7, No 2 (2022): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2022
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.989 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v7i2.102

Abstract

Many factors are behind the need for pastoral care during the golden age, including the need for assistance to be able to provide spiritual food, give meaning to life, and make the elderly prepare for death. However, the most important factor is how churches and pastors can build a basic ministry of mentoring towards the golden age. This paper is motivated by an interesting fact, it was found that at the Indonesian Oikoumene Christian Church (GKOI) Perumnas II Bekasi Congregation, the elderly did not receive good attention from a pastoral perspective. For this reason, pastors and churches need to prepare strategies and build a foundation in providing mentoring services until the golden age. Where there is a need for assistance during the golden age, so that they feel cared for and cared for. In the crisis and limitations of the golden age they face, they can accept it because of the mentoring role given to them. Therefore, the purpose of this research is how the basic and strategy of mentoring services during the golden age can work well. This paper describes pastoral care for the elderly as the basis for mentoring services for the golden age. By using a literature study, namely digging from the appropriate and relevant literature to answer the struggles of the topic being carried, then it is hoped that later these results can be presented in a descriptive form. Furthermore, from the subject of this discussion, it can be concluded that the type of spirituality of the congregation can be an alternative answer to determine the right model of discipleship in the church. AbstrakBanyak faktor yang melatar belakangi perlunya pelayanan pendampingan pastoral terhadap kaum usia emas, diantaranya ialah perlunya pendamping untuk dapat memberikan makanan rohani, memaknai kehidupan, serta membuat lansia dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian. Namun faktor yang paling penting adalah bagaimana gereja dan gembala dapat membangun dasar pelayanan pendampingan terhadap kaum usia emas. Paper ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan yang menarik, didapati bahwa di Gereja Kristen Oikoumene Indonesia (GKOI) Jemaat Perumnas II Bekasi, kaum lansia tidak mendapat perhatian yang baik dari segi pastoral. Itu sebabnya gembala dan gereja perlu menyiapkan strategi dan membangun dasar dalam memberikan pelayanan pendampingan terhadap kaum usia emas. Di mana perlu adanya pendampingan bagi kaum usia emas,supaya merasa diperhatikan dan dipedulikan. Dalam krisis dan keterbatasan yang kaum usia emas hadapi dapat menerimanya karena adanya peran pendampingan yang diberikan. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini adalah bagaimana dasar dan strategi pelayanan pendampingan terhadap kaum usia emas dapat berjalan dengan baik. Tulisan ini  bermaksud mendeskripsikan pastoral lansia sebagai dasar pelayanan pendampingan terhadap kaum usia emas. Dengan menggunakan studi pustaka, yakni menggali dari literatur yang sesuai dan yang relevan untuk menjawab pergumulan dari topik yang diusung, kemudian diharapkan nantinya hasil tersebut dapat disajikan dalam bentuk deskriptif. Selanjutnya dari pokok pembahasan ini, dapat simpulkan bahwa tipe spiritualitas dari jemaat dapat menjadi salah satu alternatif dari jawaban untuk menentukan model pemuridan yang tepat di gereja.
Konsep Kepemimpinan Musa Terhadap Pola Kepemimpinan Kristen Di Era Digital Nofrianus Zalukhu; Claudia Angelina; Monica Santosa
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 7, No 2 (2022): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2022
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.843 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v7i2.107

Abstract

This research was raised based on the consequences of the phenomenon of the loss of identity of Christian leaders in today's digital era. This condition was actually born from the unpreparedness of leaders in taking advantage of the digital era to develop themselves into leaders who have character and have spiritual values. Through these conditions, this study tries to analyze a "Mosaic leadership concept towards Christian leadership patterns in the digital era". This analysis aims to describe and answer some of the personal problems of a leader who is experiencing a character and spiritual crisis in the digital era through the example of Musa's leadership. This research uses qualitative methods with literature review. The findings obtained are that character and spirituality must be built through an intimate relationship with God so that it becomes a reference for every Christian leader in order to lead correctly and according to God's will. Thus, the connection and relationship with God, the source of everything, becomes a picture for every character and spirituality of every Christian leader.AbstrakPenelitian ini diangkat berdasarkan akibat terjadinya fenomena mulai hilangnya jati diri pemimpin Kristen di era digital masa kini. Kondisi ini justru lahir dari ketidaksiapan para pemimpin dalam memanfaatkan zaman era digital untuk memprogres diri menjadi seorang pemimpin yang berkarakter dan memiliki nilai spiritualitas. Melalui kondisi tersebut, penelitian ini mencoba menganalisis sebuah “konsep kepemimpinan Musa terhadap pola kepemimpinan Kristen di era digital”. Analisis ini bertujuan untuk memaparkan serta menjawab beberapa permasalahan pribadi seorang pemimpin yang mengalami krisis karakter dan rohani di era digital melalui teladan kepemimpinan Musa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan kajian studi pustaka. Hasil temuan yang diperoleh adalah karakter dan spiritualitas harus dibangun melalui relasi intim terhadap Allah sehingga menjadi acuan terhadap setiap pemimpin Kristen agar dapat memimpin dengan benar dan sesuai kehendak Allah. Dengan demikian koneksi dan hubungan dengan Allah sang sumber segalanya menjadi gambaran bagi setiap karakter dan kerohanian setiap pemimpin Kristen.
Konsep Iman Yang Benar: Iman Yang Hidup Di Dalam Roh Dan Bukan Hukum Taurat Menurut Galatia 3:1-5 Yolin Ilo; Stephanus Liem
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 7, No 2 (2022): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2022
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.788 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v7i2.99

Abstract

This article is the result of the discovery of four layers of exegesis meaning from Galatians 3:1-5 and is supported by secondary literature that supports the findings of this article. True faith is faith in Jesus Christ and not the law. Claiming to believe in God alone is not enough, because living faith is faith that continues to grow in Christ through every human action. Through faith and a good relationship with God will make humans united with God in eternity. The thing that every believer needs to realize is that through mature faith before God, humans always hunger and thirst for fellowship with God through an intimate relationship with God. God has given the gift of salvation to us humans and now it is human's part to work out a union with God through a real relationship before God, until in the end the faith that grows with actions that are more real before God will make humans unite with God in eternity.AbstrakArtikel ini merupakan hasil penemuan empat lapisan makna eksegesis dari surat Galatia 3:1-5 dan didukung oleh literatur-literatur sekunder yang mendukung penemuan artikel ini. Iman yang benar adalah iman yang bertumbuh di dalam Yesus Kristus yang adalah Anak Allah dan bukan iman yang berasal dari hukum taurat. Mengaku percaya kepada Tuhan saja tidak cukup, karena Iman yang hidup adalah iman yang terus bertumbuh di dalam Kristus melalui setiap perbuatan manusia. Melalui Iman serta relasi yang baik dengan Allah akan membuat manusia bersatu bersama dengan Allah dalam kekekalan. Bagi orang percaya kepada Tuhan ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu, bahwa melalui Iman yang dewasa di hadapan Allah membuat manusia selalu lapar dan haus akan persekutuan dengan Allah melalui relasi yang intim dengan Tuhan. Tuhan sudah memberikan anugerah keselamatan kepada kita manusia dan sekarang bagiannya manusia untuk mengerjakan penyatuan dengan Allah melalui relasi yang nyata dihapan Tuhan, sampai pada akhirnya iman yang semakin bertumbuh dengan perbuatan yang semakian nyata di hadapan Allah akan membuat manusia bersatu dengan Allah dalam kekekalan.

Page 1 of 1 | Total Record : 5