cover
Contact Name
Tri Mulyaningsih
Contact Email
trimulya@unram.ac.id
Phone
+62274-512102
Journal Mail Official
jik@ugm.ac.id
Editorial Address
https://jurnal.ugm.ac.id/jikfkt/about/editorialTeam
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Ilmu Kehutanan
ISSN : 01264451     EISSN : 24773751     DOI : https://doi.org/10.22146/jik.28284
Focusing on aspects of forestry and environments, both basic and applied. The Journal intended as a medium for communicating and motivating research activities through scientific papers, including research papers, short communications, and reviews
Articles 206 Documents
Akselerasi Pertumbuhan Cendana (Santalum album) dengan Aplikasi Unsur Hara Makro Ensensial pada Tiga Jenis Tanah Eny Faridah; Haryono Supriyo; M Gunawan Wibisono; Kristinawati Dwi Afiani; Dian Hartanti
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4400.647 KB) | DOI: 10.22146/jik.3305

Abstract

Cendana (Santalum album Linn.) merupakan satu dari pilihan penting untuk digunakan dalam program rehabilitasi lahan-lahan kritis di Indonesia. Upaya untuk mempercepat tingkat pertumbuhannya menjadi sangat penting karena pertumbuhannya yang lambat mengganggu tingkat keberhasilan program rehabilitasi hutan. Mempertimbangkan permasalahan tersebut, studi ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan formulasi pendekatan untuk mempercepat pertumbuhan cendana melalui aplikasi unsur hara makro esensial yang dibutuhkan cendana pada tiga tipe tanah, dalam bentuk pupuk biologi seperti biofosfo dan biosulfo. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Pengaruh jenis media tanah (Grumusol (Vertisol), Mediteran (Alfisol) dan Regosol (Entisol)) terhadap pertumbuhan semai cendana, 2) Pengaruh jenis dan dosis pupuk (biosulfo, biofosfo, dan NPK) terhadap pertumbuhan semai cendana, dan 3) Pengaruh jenis media tanah, jenis serta dosis pupuk terhadap ketersediaan hara pada tanah dan jaringan daun tanaman. Penelitian dilakukan di Lab. Silvikultur Intensif, Klebengan, Fakultas Kehutanan UGM dengan menggunakan anakan cendana umur enam bulan. Desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan dengan perlakuan berupa 3 tipe tanah (Grumusol (Vertisol), Mediterran (Alfisol) dan Regosol (Entisol)), 3 tipe pupuk (biosulfo, biofosfo, dan NPK), serta 5 dosis pupuk (0; 2,5; 5; 7,5 dan 10 g) dengan 5 ulangan untuk setiap unit eksperimen. Parameter yang diukur meliputi tingkat pertumbuhan tanaman (pertumbuhan tinggi & diameter, panjang akar) dan tingkat kandungan hara pada tanah dan jaringan daun tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah Mediteran secara positif mempengaruhi semua parameter pertumbuhan diikuti oleh Regosol dan Grumusol, sementara aplikasi jenis dan dosis pupuk yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter pertumbuhan. Tanah Mediteran memiliki kandungan N dan K paling tinggi dibandingkan dengan jenis tanah Regosol dan Grumusol, sementara tanah Regosol memiliki kandungan P-tersedia yang tertinggi diikuti dengan Mediteran dan Grumusol. Interaksi antara tanah Grumusol dengan pupuk biofosfo dan biosulfo menghasilkan kadar P-tersedia tanah yang terendah. Untuk kurun waktu 3 bulan, pemberian pupuk biofosfo, biosulfo dan NPK pada dosis yang berbeda meningkatkan kadar P, S dan N jaringan daun tanpa tren perubahan yang jelas.Kata kunci: cendana, akselerasi pertumbuhan, pupuk biologi, tipe tanah An Acceleration of Cendana (Santalum album) Growth Using Addition of Essential Macro Nutrients n on Three Types of SoilAbstractSandalwood is one of important alternatives to use for rehabilitation programs of critical land areas in Indonesia. Therefore, due to its slow growth which held up forest rehabilitation program, attempts to accelerate its growth rate are crucially necessary. Considering that problem, the study is aimed to formulate an approach to accelerate cendana’s growth through the application of essential macro nutrients needed by cendana grown in three types of soil in the form of biofertilizers such as biofosfo and biosulfo. In a specific way, the study aimed to analyze 1) the effect of soil types ((Grumusol (Vertisol), Mediteran (Alfisol) dan Regosol (Entisol)) on growth of sandalwood, 2) the effect of fertilizer types and dosages on growth of sandalwood, and 3) the effect of soil type, and fertilizer types and dosages on nutrient content of soil and plants’ leaves. The research was conducted in Lab. of Intensive Silviculture, Klebengan, the Faculty of Forestry GMU using cendana seedlings of 6 months old. Research was applied using Completely Randomized Design (CRD) with treatments of 3 soil types (Grumusol (Vertisol), Mediterran (Alfisol) and Regosol (Entisol)), 3 fertilizer types (biosulfo, biofosfo, and NPK), and 5 fertilizer dosages (0, 2.5, 5, 7.5 and 10 g) with 5 replications for each experiment unit. Parameters assessed were plant growth rate (height & diameter growth, root length), and nutrient level of soil media and plant leaves. The results showed that Mediterran soil positively affected all growth parameters (height, diameter, root length) followed by Regosol dan Grumusol, while application of different fertilizers and dosages did not give significant effects on all plant growth parameters. Mediteran soil contained the highest N and K followed by Regosol and Grumusol, while Regosol contained the highest available P followed by Mediteran and Grumusol. Interaction between Grumusol and biofosfo/biosulfo, which resulted in lowest growth of all parameters, contained the lowest soil P level, indicating the role of phosphate on plant growth. During the 3-month period, the application of biofosfo, biosulfo dan NPK at different dosages increased leaf P, S and N level with no clear trend.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Kayu Mangifera indica L., Mangifera foetida Lour, dan Mangifera odorata Griff. Ganis Lukmandaru; Kristian Vembrianto; Anisa Alfiana Gazidy
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1368.819 KB) | DOI: 10.22146/jik.3306

Abstract

Ekstrak dari kayu dan kulit batang tiga spesies mangifera, yaitu mangga (Mangifera indica L.), pakel (Mangifera foetida Lour), dan kweni (Mangifera odorata Griff.) telah diuji aktivitas antioksidannya (AAO). Tiap bagian batang tersebut diekstrak dengan metanol (MeOH) dan ekstrak kasarnya kemudian difraksinasi secara bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil asetat (EtOAc) dan n-butanol untuk memperoleh 4 fraksi berbeda. Sifat anti oksidan dari ekstrak MeOH dan hasil fraksinasinya ditentukan melalui uji 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl (DPPH). Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak MEOH dari gubal pakel serta kulit kweni secara nyata memberikan AAO tertinggi jika dibandingkan dengan antioksidan standar (asam galat dan katekin) dengan nilai IC50 sekitar 3-10 ppm. Dari beberapa faksi yang dipisahkan pada ekstrak MeOH di bagian-bagian tersebut, fraksi terlarut EtOAc secara nyata menunjukkan AAO tertinggi. Uji identifikasi metabolit sekunder dengan reaksi kimia secara kualitatif mengindikasikan bahwa alkaloid dan tanin berperan pada hasil pengujian AAO. Kadar fenolat total (KFT) dari tiap ekstrak juga ditentukan berdasarkan metoda Folin-Ciocalteu. Baik pada bagian ekstrak kasar maupun hasil fraksinasi, hanya korelasi yang lemah didapatkan apabila antara nilai AAO dan KFT dihubungkan.Kata kunci : Mangifera, ekstraktif, antioksidan, uji DPPH, kadar fenolat Antioxidant Activity of Methanol Extracts from Mangifera indica L., Mangifera foetida Lour, and Mangifera odorata Griff.WoodsAbstractWood and bark extracts of three mangifera species, mangga (Mangifera indica L.), pakel (Mangifera foetida Lour), and kweni (Mangifera odorata Griff.) were examined for its antioxidant activity (AOA). Each stem part was extracted with methanol (MeOH) and the crude extract was then sequentially partitioned with n-hexane, ethyl acetate (EtOAc) and n-butanol to obtain four different fractions. The antioxidant properties of the MeOH extracts and their fractions were determined by 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) assay. This study demonstrated that the MEOH extracts from the sapwood of pakel as well as the bark of kweni significantly exhibit the strongest AOA when compared to standard antioxidants (gallic acid and catechin) at approximately 3-10 ppm in IC50 values. Among the fractions separated from the methanol extracts of those parts, EtOAc soluble fractions significantly exhibited the highest AOA properties. Qualitative phytochemical tests of EtOAc soluble fractions indicated that alkaloid and tannin could contribute to the AOA results. Total phenolic contents (TPC) of each extract were also evaluated by Folin-Ciocalteu method. Both in the crude extracts and fractions stage, only weak correlation is found between the AOA and TPC levels.
Evaluasi Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Menggunakan Analisa Multikriteria (Studi Kasus Di Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah Aris Jatmiko; Ronggo Sadono; Lies Rahayu Wijayanti Faida
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2448.177 KB) | DOI: 10.22146/jik.3307

Abstract

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan.Tujuan akhir program ini adalah tetap terjaganya daya dukung, produktivitas serta peranan hutan dan lahan dalam mendukung sistem penyangga kehidupan. Evaluasi RHL diperlukan dalam upaya mengetahui tingkat keberhasilan RHL, menekan risiko kegagalan dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan perangkat kriteria dan indikator keberhasilan RHL, serta menggunakan perangkat kriteria dan indikator tersebut untuk menilai keberhasilan RHL di Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Evaluasi RHL dilakukan dengan analisis multikriteria menggunakan metode Analytical Hierarchy Processes. Proses evaluasi dimulai dari penetapan kriteria dan indikator, kemudian diikuti dengan pemberian bobot yang melibatkan pakar, masyarakat serta stakeholder. Langkah selanjutnya adalah pemberian skor pada tiap indikator; dan perhitungan skor total tingkat keberhasilan RHL di desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Penelitian ini menghasilkan empat kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan RHL yaitu kriteria prasyarat, produksi, ekologi, dan sosial ekonomi. Dari perbandingan berpasangan yang dilakukan oleh tim pakar diperoleh bobot untuk kriteria tersebut masing-masing sebesar : 0,05; 0,21; 0,43; dan 0,31. Berdasarkan bobot tersebut maka keberhasilan RHL di Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo mempunyai skor terbobotkan sebesar 0,80, dalam rentang skor 0,33-1. Persentase tingkat keberhasilan kegiatan RHL adalah sebesar 70,55 %, termasuk dalam predikat “sedang” sehingga masih perlu diadakan penyempurnaan kegiatan RHL di masa yang akan datang.Kata Kunci : Evaluasi rehabilitasi hutan dan Lahan, analisis multikriteria, kriteria dan indikator Evaluation using Multi-criteria Analysis of Forest and Land Rehabilitation Program in Butuh Kidul Village, Kalikajar Sub District, Wonosobo Regency, Central JavaAbstractForest and land rehabilitation program aims to restore, maintain, and improve forest and land function. The ultimate goal of this program is sustainability of forest-land capacity and productivity as supporting life system. Evaluation to this program is a necessity in determining the success of land and forest rehabilitation, reducing the risks and increasing the potential success. This research was carried out to set up the criteria and indicators and to test them against the performance of forest and land rehabilitation in Butuh Kidul Village, Kalikajar Sub District, Wonosobo District, Central Java. Multicriteria analysis using Analytical Hierarchy Process (AHP) was adopted in this study. Evaluation process was began by formulating a set of criteria and indicators, followed by exercising judgment and scoring by experts, people, and other stakeholders under AHP framework. The results showed that there were four key criteria to evaluate the success of Forest and Land Rehabilitation, namely: (i) prerequisite, (ii) production, (iii) ecology, and (iv) socio-economic criteria. From experts judgment comparison, the weighed preferences were, respectively : 0,05; 0,21; 0,43; and 0,31. Based on these figures, the comparative value of Forest and Land Rehabilitation in Butuh Kidul Village, Kalikajar Sub District, Wonosobo District, Central Java was 0,80 in the range of 0,33-1. The percentage of success rate was 70,55 %, or the “moderate”, indicating that RHL in this case may still be enhanced.
Karakteristik Spektra Absorbansi NIR (Near Infra Red) Spektroskopi Kayu Acacia mangium WILLD pada 3 Umur Berbeda Lina Karlinasari; Merry Sabed; Nyoman J. Wistara; Aris Purwanto; Hari Wijayanto
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1121.8 KB) | DOI: 10.22146/jik.3310

Abstract

Penelitian mengenai pengujian nondestruktif metode near infrared (NIR) spektroskopi di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik spektra NIR spektroskopi (panjang gelombang 700 nm – 2500 nm) kayu Acacia mangium dari 3 umur yaitu 5, 6, dan, 7 tahun. Kayu mangium diperoleh dari daerah Maribaya, Parung Panjang, Bogor. Sampel contoh uji spektra terdiri dari bentuk solid atau padatan dan bentuk serbuk kayu. Hasil penelitian menunjukkan spektra absorban NIR sampel padatan kayu lebih tinggi dibandingkan bentuk sampel serbuk. Umur pohon untuk jenis kayu yang sama tidak memberikan informasi perbedaan pola spektra absorbansi NIR yang nyata untuk setiap lokasi panjang gelombangnya. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk menentukan model pendugaan sifat kimia, fisis dan mekanis kayu menggunakan analisis statistik metode analisis multivariasi.Kata kunci: NIR spektroskopi, Acacia mangium, kayu solid, serbuk kayu  Characteristics of Absorbency Spectra of NIR (Near Infra Red) Spectroscopy of Acacia mangium Willd Wood from Three Different AgeAbstractResearch on non-destructive test of near infrared (NIR) spectroscopy method was still limited in Indonesia. The aim of this study was to determine near infrared (NIR) spectroscopy (wavelength range within 780 nm -2500 nm) characteristic of wood species of Acacia mangium. The samples were selected from three different ages e.g. 5 year, 6 years, and 7 years grown in Maribaya area of Parung Panjang Distric. The NIR testing samples used were solid wood and ground wood. This study resulted that there was visually no significant difference of absorbance spectra NIR patterns based on wood ages. NIR absorbance spectra had same trend for both solid and ground wood samples in a range of wavelength, although those were in different values. The NIR absorbance spectra values of solid wood samples seemed higher than ground wood samples. Further research is needed to develop predicting model of NIR spectroscopy to determine wood properties of chemical, physical and mechanical properties using multivariate analysis method.
Penentuan Indeks Kepadatan Tegakan Sengon di Hutan Rakyat (Kecamatan Kranggan dan Pringsurat Kabupaten Temanggung) Ronggo Sadono; Aziz Umroni
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1220.984 KB) | DOI: 10.22146/jik.3312

Abstract

Indeks kepadatan tegakan (SDI) berpengaruh pada produktifitas tegakan. Hutan rakyat memiliki karakteristik kepadatan tegakan yang berbeda dengan hutan tanaman seumur. Kajian SDI selama ini belum pernah dilakukan di hutan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan indeks kepadatan tegakan di hutan rakyat dengan pendekatan persamaan yang dikembangkan oleh Reineke. Sampel yang digunakan berjumlah 62 plot berdasarkan variasi kepadatan, pola pengelolaan dan kelerengan lahan. Analisis alometri digunakan untuk menggambarkan hubungan antara jumlah pohon per hektar (N/ha) dengan diameter pada rata-rata luas bidang dasar (dlbds ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan SDI yang dikembangkan oleh Reineke dapat digunakan di hutan rakyat dengan penyesuaian nilai referensi diameter. Berdasarkan nilai koefisien alometri dan referensi diameter pada rata-rata luas bidang dasar sebesar 20 cm, maka dapat diajukan persamaan SDI untuk hutan rakyat sebagai berikut :SDI = N (20/dlbds ) -1,153Kata kunci: Indeks kepadatan, hutan rakyat, alometri Determination of Sengon Stand Density Index in the Community Forests (Kranggan and Pringsurat Sub District, Temanggung District)AbstractStand Density Index (SDI) reflects stand productivity. Research on density index in community forest is very rare. The objective of this research was to determine stand density index in community forest by implementing Reineke’s density index. There were 62 sample plots established representing density variation, management pattern, and land terrain. Stem diameter of saplings, poles and trees was measured in every plot. Allometry analysis was employed to draw the relation between the number of stem per hectare (N) and stem diameter at the average of basal area (dlbds ). The result showed that the Reineke’s density index could be applied with an adjustment in the reference stem diameter. Based on the accepted allometry coefficient and the minimum stem diameter at the average basal area of 20 cm, the equation of stand density index for community forest is proposed as follows: SDI = N (20/dlbds ) -1,153
Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat dan Suhu Pengempaan terhadap Kualitas Papan Partikel Pelepah Nipah Ragil Widyorini; Tibertius Agus Prayitno; Ari Puspa Yudha; Bhaktiar Adi Setiawan; Budi Hari Wicaksono
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1444.833 KB) | DOI: 10.22146/jik.3313

Abstract

Papan partikel tanpa perekat sintesis atau binderlessboard merupakan alternatif produk ramah lingkungan yang potensial dikembangkan di Indonesia. Kelemahan produk tersebut diantaranya adalah kestabilan dimensinya yang relatif rendah. Alternatif perbaikan produk bisa dilakukan dengan menambahkan bahan pengaktif komponen kimia. Asam sitrat memiliki tiga gugus karboksil dan diharapkan dapat membentuk ikatan ester dengan gugus hidroksil pada permukaan kayu. Penelitian menggunakan asam sitrat relatif baru dan belum banyak dikembangkan, oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk pengembangan produk biokomposit dengan menggunakan asam sitrat sebagai bahan pengikat. Bahan yang digunakan adalah pelepah nipah dengan ukuran partikel (halus dan kasar), konsentrasi asam sitrat (0% dan 10%), dan suhu pengempaan (180ºC dan 200°C). Pengujian sifat fisika dan mekanika dilakukan berdasarkan Japanese Industrial Standard untuk papan partikel (JIS A 5908). Penambahan asam sitrat memperlihatkan kenaikan sifat fisika (penyerapan air) dan mekanika papan partikel. Perbedaan ukuran partikel mempengaruhi sifat mekanika papan partikel dimana ukuran partikel kasar memberikan nilai mekanika yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran partikel halus. Kualitas papan partikel optimum diperoleh pada kondisi pengempaan 180ºC, penambahan asam sitrat 10% dari partikel ukuran kasar dengan nilai pengembangan tebal 2,4%, penyerapan air 41%, kekuatan rekat internal 0,2 MPa, modulus patah 5,5 MPa, dan modulus elastisitas 1,6 GPa.Kata kunci: asam sitrat, pelepah nipah, konsentrasi asam sitrat, suhu pengempa Effect of Citric Acid Concentration and Pressing Temperature on the Quality of Particleboard from Nypa FrondAbstractBinderlessboard is one of the potential eco friendly products that can be developed in Indonesia. However, its boards usually have low in dimensional stability. Addition of the chemical agent, such as citric acid, that can improve the dimensional stability is needed. Citric acid has three hydroxyl groups that can be ester-linked with hydroxyl groups from wood. Researches on citric acid and its utilization are relatively limited. This research focused on the development of particleboard using citric acid as bonding agent. Nypa frond was used as raw material with two different sizes of particles, namely fine and coarse particles. Addition of citric acid of 10% air-dried particles was done for improving the dimensional stability. Pressing temperature was set at 180ºC dan 200°C during 15 minutes. Physical and mechanical properties were done according to Japanese Industrial Standard JIS A 5908. Addition of citric acid could improve physical and mechanical properties of the boards. Coarse particles provided the particleboards with better mechanical properties compared to fine particle. Boards that made from coarse particle and 10% citric acid at pressing temperature of 180ºC have optimum properties, i.e. thickness swelling 2.4%, water absorption 41%, internal bond strength 0.2 MPa, modulus of rupture 5.5 MPa, dan modulus of elastisity 1.6 GPa.
Kombinasi Boraks dan Asam Borat sebagai Bahan Penghambat Api dan Antirayap Pada Kayu Meranti Merah Mahdi Santoso; Sutjipto A. Hadikusumo; Abdul Aziz
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.254 KB) | DOI: 10.22146/jik.5735

Abstract

Kayu mempunyai sifat yang mudah terbakar dan sebagian besar mempunyai keawetan alami yang rendah. Perbaikan kualitas kayu dilakukan untuk mengatasi kelemahan tersebut, salah satunya dengan mengimpregnasikan bahan kimia yang bersifat menghambat api dan beracun terhadap organisme perusak kayu. Tujuan penelitian ini adalah melihat kemampuan boraks:asam borat (1:1) untuk meningkatkan ketahanan kayu meranti merah terhadap api dan rayap kayu kering dan mengetahui proses pengawetan yang efektif. Penelitian ini menggunakan kayu meranti merah (Shorea spp) berukuran 6 x 15 x 500 cm. Waktu pengawetan adalah 1, 2, dan 3 jam serta konsentrasi bahan pengawet 7% dalam 5 ulangan. Metode pengawetan menggunakan metode sel kosong dengan tekanan 12 kg/cm2 . Pengujian ketahanan terhadap api mengacu pada ASTM E 69-02 prosedur B, pengujian ketahanan terhadap rayap kayu kering mengacu pada metode rayap makan tanpa pilihan. Parameter yang diamati ialah absorpsi, retensi aktual, intensitas bakar, suhu pembakaran maksimal, lama pembaraan, mortalitas rayap kayu kering, pengurangan berat contoh uji, derajat kerusakan dan kondisi fisik sampel setelah uji bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi boraks:asam borat (1:1) memiliki efektivitas yang tinggi untuk meningkatkan ketahanan kayu meranti merah terhadap api dan rayap kayu kering. Proses pengawetan yang paling efektif adalah lama penekanan 2 jam dengan absorpsi 331 kg/m3 ; retensi aktual 28,8 kg/m3 ; intensitas bakar 10,9%; suhu pembakaran maksimal 140ºC; lama pembaraan 1,03 menit; mortalitas rayap kayu kering 100%; pengurangan berat contoh uji 0,002%; serta derajat kerusakan kategori ringan.Katakunci: penghambat api, anti rayap, boraks, Shorea spp, Cryptotermes cynocephalus Borax and Boric Acid Combination As Fire Retardant and Anti-termite Agents on Red Meranti WoodAbstractWoods have properties which are easy to be ignited by fire and most of them have a low natural durability. Therefore, it is required to improve the quality of wood by impregnating the fire-retardant and anti-termites possessed chemicals. The aim of this research was to investigate the effect of impregnation duration by combination of borax:boric acid ( 1:1) against the fire and termites. This study used red meranti wood (Shorea spp) with the dimension of 6 x 15 x 500 cm. The pressure times were 1, 2, and 3 hours as the concentration of borax:boric acid was 7% in 5 replications. Empty cell method was applied as preservation method by 12 kg/cm2 of pressure. Testing the fire resistance referred ASTM E 69-02 B and anti-termite evaluation was conducted by no-choice feeding method. Observed parameters were absorption, actual retention, burn intensity, maximum combustion temperature, glowing time, termite mortality, mass loss, the degree of damage and visual observation. The results showed that the combination of borax: boric acid (1: 1) could improve the quality of red meranti samples against the fire and termite attacks. The most effective impregnation process were 2 hours of pressing time to obtain the 331 kg/ m3 of absorption; actual retention of 28.8 kg/ m3; burnt intensity of 10.9%; maximum combustion temperature of 140ºC; glowing time of 1.03 minutes, termite mortality of 100%; mass loss of 0.002%; and mild degrees of damage category.
Utilization of Carbonized Wood from Tropical Fast-Growing Trees for Functional Materials Joko Sulistyo; Toshimitsu Hata; Sri Nugroho Marsoem
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.173 KB) | DOI: 10.22146/jik.5736

Abstract

Pembangunan hutan tanaman dari jenis-jenis cepat tumbuh di kawasan tropis menimbulkan limbah biomassa kayu yang sebagian saat ini digunakan untuk kayu bakar dan sebagian lain digunakan untuk produksi arang dengan tujuan penggunaan yang terbatas. Pengembangan material-material fungsional untuk berbagai aplikasi teknik dengan memanfaatkan arang kayu dari jenis pohon cepat tumbuh harus mempertimbangkan struktur mikro dan struktur pori dalam arang kayu yang berhubungan dengan kondisi karbonisasi. Ulasan ini meliputi kemajuan penelitian-penelitian saat ini pada karbonisasi kayu dari pohon cepat tumbuh tropis, mekanisme perkembangan struktur mikro dan struktur pori dalam arang kayu selama karbonisasi, pemanfaatan yang tepat dari struktur mikro dan porositas dalam arang kayu untuk pengembangan material-material fungsional serta usaha dan peningkatan pengembangan material-material fungsional menggunakan arang kayu dari pohon cepat tumbuh tropis.Katakunci: arang kayu, material fungsional, pohon cepat tumbuh, karbonisasi Utilization of Carbonized Wood from Tropical Fast-Growing Trees for Functional MaterialsAbstractEstablishment of fast-growing tree species plantations in tropical areas generate wood biomass residue in which some of them are currently utilized for heating fuel and some others are used for charcoal production with limited purposes. The development of functional materials for engineering applications utilizing carbonized wood from fast-growing trees species have to consider the microstructure and pore structure in carbonized wood which has a relationship to the carbonization conditions. This review covers the current researches on progress in the carbonization of wood from tropical fast-growing trees, mechanism of the microstructure and pore structure development in carbonized wood during carbonization, proper utilizations of the microstructure and porosity in carbonized wood for the development of functional materials and efforts and enhancing the development of functional materials using carbonized wood from tropical fast-growing trees.
Analisis Transisi Lahan di Kabupaten Gunungkidul dengan Citra Penginderaan Jauh Multi Temporal Wahyu Wardhana; Junun Sartohadi; Lies Rahayu; Andri Kurniawan
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.715 KB) | DOI: 10.22146/jik.5737

Abstract

Kabupaten Gunungkidul dulu terkenal tandus kering gersang pada tahun 1940-1970-an tetapi kini telah menjadi hijau kembali. Proses ini disebut dengan proses transisi. Penelitian ini memberikan bukti empirik melalui alat bantu analisis perubahan spasial dan penginderaan jauh yang hasilnya kemudian digunakan untuk memodelkan proses tahapan transisi sebagaimana model menurut Mather (1992) dan Hosunuma (2002). Tahapan transisi saat ini menurut model tersebut adalah menuju tahap akhir dari proses pertumbuhan. Yang unik dari proses transisi di wilayah ini adalah model penutupan/penggunaan lahan yang dominan dengan bentuk pemukiman/pekarangan, sawah tadah hujan dan tegalan/ladang (sesuai SNI 7645-2010). Model ini dapat dikatakan merupakan model penyusun ekosistem baru yang terjadi dalam proses transisi yang berbeda dari model penutupan sebelumnya yang berupa hutan campuran sebagaimana dijelaskan oleh Nibbering (1991). Model ini merupakan bentuk kompromi sosial-ekologis hasil proses rehabilitasi saat itu yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun oleh Pemerintah Daerah dengan program INPRES Penghijauan dari Pemerintah Pusat saat itu. Pembelajaran yang menarik dari proses transisi adalah kembalinya lahan bervegetasi menjadi sebuah ekosistem baru di Gunungkidul melalui dominasi penutupan/penggunaan lahan pemukiman (pekarangan), sawah tadah hujan dan tegalan/ladang. Bentuk-bentuk ini merupakan proses kompromi yang menjadi faktor keberhasilan rehabilitasi yang dilakukan saat itu.Katakunci: Gunungkidul, transisi hutan, rehabilitasi, perubahan spasial, penginderaan jauh Analysis on the Land Transition in Gunungkidul using Multi Temporal Remote SensingAbstractGunungkidul was well known as barren area during 1940-1970 but now becomes fully vegetated. This process called the transition process. This study provided empirical evidences by spatial changes and remote sensing analysis and then the results were used for modelling of  the transition phases according to Mather (1992) and Hosunuma (2002). According to the model, the current transition phase is close to the final stage of the growth process. A unique phenomenon of the transition process of re-vegetation is that the regions dominated by settlement/yard, rain fed and upland/fields (in accordance to SNI 7645-2010). This model could be categorize as model of new ecosystem in the transition process, which is different from the previous one. The previous model was in the form of mixed forest as described by Nibbering(1991). This model is a compromise form of socio-ecological aspect as a result of the rehabilitation process, which was conducted by either the public or the Local Government based on Greening  Program of the Central Government according to Presidential Instruction. Interested learning from the process of re-vegetation transition is that the formations of re-vegetation lead to a new ecosystem in Gunungkidul through the dominance of settlement, rain field and upland.
PERLINDUNGAN RUANG JELAJAH BANTENG DALAM KESENJANGAN SISTEM KAWASAN KONSERVASI DI KABUPATEN BANYUWANGI PROPINSI JAWA TIMUR Muchammad Taufik Tri Hermawan; Muhammad Baiquni; Muhammad Ali Imron
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.492 KB) | DOI: 10.22146/jik.5738

Abstract

Kawasan konservasi memiliki peranan yang penting dalam konservasi keanekaragaman hayati. Namun banyak keanekaragaman hayati yang belum terlindungi dalam sistem kawasan konservasi yang ada. Tulisan ini memaparkan kesenjangan sistem kawasan konservasi terhadap perlindungan ruang jelajah banteng (Bos javanicus) yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian selatan serta strategi untuk pemenuhannya. Penelitian dilakukan di wilayah antara kawasan Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Kajian dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis kesenjangan (gap analysis) yang dikembangkan oleh Scott dkk (1987). Persebaran banteng dipetakan dan ditumpang susunkan dengan kawasan konservasi yang ada menggunakan aplikasi perangkat lunak ArcGIS 10.1. Kebijakan publik dan mekanisme pasar yang terkait dengan perlindungan kawasan dan keanekaragaman hayati dikaji untuk melihat peluang bagi perlindungan ruang jelajah banteng yang tidak terlindungi dalam sistem kawasan konservasi yang ada. Ruang jelajah banteng di wilayah Banyuwangi bagian selatan mencakup juga wilayah di luar kawasan Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Meru Betiri. Bukti kehadiran banteng dijumpai di wilayah kelola Perum Perhutani KPH Banyuwangi Selatan dan juga wilayah pemukiman masyarakat. Alokasi kawasan lindung dalam RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032 meskipun sudah merupakan perluasan dari cakupan kawasan konservasi namun masih tidak mencukupi bagi perlindungan ruang jelajah banteng di Kabupaten Banyuwangi. Upaya konservasi keanekaragaman hayati berbasis mekanisme pasar lebih berpotensi untuk melindungi penggunaan ruang jelajah banteng di kawasan antara Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Meru Betiri.Katakunci: Kesenjangan kawasan konservasi, ruang jelajah Banteng, Banyuwangi, Rencana Tata Ruang Wilayah, Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Protection of Banteng Home-range within the Protection Areas Sistem Gaps in the Banyuwangi Regency - East Java ProvinceAbstractProtected areas hold an important role in biodiversity protection. However, various biodiversity are still unprotected in the existing protected areas system. This paper explains the protected areas system gap for banteng (Bos javanicus) home range in the south area of Banyuwangi district and options of its fulfillment. This research was done in area between Meru Betiri National Park and Alas Purwo National Park, Banyuwangi District, East Java. Study was done using gap analysis, developed by Scott et al. (1987). Banteng home range area was mapped and overlayed with protected area distribution using ArcGis 10.1. Public policy and market mechanism related to area protection and biodiversity was reviewed to perceive opportunity to protect banteng home range areas outside of existing protected areas. Banteng home range also consisted area outside Alas Purwo National Park and Meru Betiri National Park. Evidence of banteng presence could be seen in KPH Banyuwangi Selatan concession and settlement area. In Banyuwangi district spatial plan of 2012-2032 protection areas allocation is advanced from the protected areas, but are still not enough to protect banteng homerange. The HCVF scheme based on market mechanism are more potential to protect banteng home range in areas between Alas Purwo National Park and Meru Betiri National Park.

Page 7 of 21 | Total Record : 206