cover
Contact Name
Sonia Hanifati
Contact Email
soniahanifati@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
mdvi.perdoski@gmail.com
Editorial Address
Ruko Grand Salemba Jalan Salemba 1 No.22, Jakarta Pusat, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Media Dermato-Venereologica Indonesiana
ISSN : -     EISSN : 26567482     DOI : https://doi.org/10.33820/mdvi.v49i3
Core Subject : Health,
Media dermato Venereologica Indonesiana adalah jurnal open access dan peer-reviewed yang fokus di bidang dermatologi dan venereologi. Jurnal ini menerbitkan artikel asli, laporan kasus, tinjauan pustaka dan komunikasi singkat mengenai kesehatan kulit dan kelamin, diagnosis dan terapi pada bidang kulit dan kelamin dan masalah lainnya di bidang kesehatan kulit dan kelamin.
Arjuna Subject : Kedokteran - Dematologi
Articles 283 Documents
Kista Epidermoid Terinflamasi Yang Menyerupai Granuloma Piogenik Pada Anak
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 1 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.446 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i1.12

Abstract

Kista epidermoid merupakan salah satu tumor kista jinak yang dilapisi epitel skuamosa dan berisi keratin. Secara klinis memberi gambaran khas berupa nodus sewarna kulit atau kekuningan dan tidak nyeri, dengan pungtum sentral pada folikel pilosebasea. Kista epidermoid terinflamasi sering salah diagnosis sebagai granuloma piogenik. Dilaporkan satu kasus anak perempuan dengan kista epidermoid terinflamasi yang menyerupai granuloma piogenik.Seorang anak perempuan berusia 11 tahun, dibawa berobat dengan keluhan benjolan merah di pipi kanan yang bertambah besar sejak 2 bulan lalu. Permukaan lesi licin dan tidak nyeri. Riwayat trauma tidak diketahui. Pada pemeriksaan di regio maksilaris dekstra ditemukan tumor eritematosa-livid, bulat, soliter, 1x1x0,5 cm, dengan pungtum sentral. Dilakukan shave eksisi dilanjutkan bedah listrik dengan modalitas koagulasi. Hasil pemeriksaan  histopatologik  menunjukkan  kista  epidermoid dilapisi epitel skuamosa kompleks berkeratin dengan lumen berisi massa keratin.Kista epidermoid terinflamasi jarang dijumpai. Gambaran histopatologis menunjukkan kista dilapisi epitel skuamosa berlapis dengan lapisan granular utuh berisi massa keratin. Kista epidermoid terinflamasi diduga akibat trauma yang memicu respons inflamasi dan jaringan granulasi sehingga terbentuk granuloma piogenik.Granuloma piogenik dapat terjadi pada lesi kista epidermoid akibat trauma. Pada kasus dengan gambaran klinis menyerupai granuloma piogenik, pemeriksaan histopatologik diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti. Kata kunci: Kista epidermoid dengan inflamasi, granuloma piogenik, gambaran klinis, histopatologis
Prevalensi Kelainan Mata Pada Pasien Kusta di Suatu Wilayah Pemukiman Kusta di Tangerang
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 2 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (951.545 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i2.13

Abstract

Keterlibatan mata pada penyakit kusta sering terjadi dan masih merupakan masalah kesehatan yang serius, namun hanya sedikit data yang dipublikasikan. Kelainan mata akibat penyakit kusta dapat menyebabkan kebutaan dan termasuk cacat tingkat dua yang dapat mengganggu produktivitas pasien kusta setelah kecacatan pada ekstremitasnya. Kelainan mata ekstraokuler yang dapat terjadi berupa madarosis dan lagoftalmos, yang mudah didiagnosis oleh petugas kesehatan atau dokter yang bukan dokter spesialis mata. Komplikasi intraokuler yang dapat menyebabkan kebutaan secara langsung adalah katarak, uveitis, dan glaukoma. Tujuan survei pendahuluan ini adalah untuk mendapatkan data komplikasi pada mata akibat infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae), dan untuk digunakan sebagai acuan penelitian lebih lanjut. Hasil survei yang dilakukan di pemukiman sekitar wilayah RS Sitanala Tangerang, ditemukan kelainan katarak menduduki prevalensi tertinggi yaitu 24,68%, diikuti oleh uveitis dengan prevalensi 23,41% dan 13,92% ditemukan uveitis bilateral. Pemeriksaan kelainan mata seyogianya dilakukan oleh dokter spesialis mata yang kompeten di bidangnya. Dengan demikian tata laksana kasus kusta dapat dilakukan terintegrasi, sehingga kebutaan dapat dicegah lebih dini.
Metastasis Kulit Tipe Karsinoma Erisipeloides Pada Pasien Dengan Riwayat Kanker Payudara
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 1 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.291 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i1.14

Abstract

Karsinoma erisipeloides adalah satu bentuk metastasis kulit yang jarang ditemukan (1% dari seluruh bentuk metastasis kanker payudara ke kulit) dengan manifestasi klinis yang dapat menyerupai selulitis, erisipelas, atau dermatitis sehingga sering terlambat untuk terdiagnosis. Etiologi tersering dari metastasis kulit pada pasien perempuan adalah kanker payudara. Adanya karsinoma erisipeloides sering menandakan rekurensi pada pasien yang sebelumnya telah mendapatkan terapi. Kami melaporkan pasien perempuan berumur 50 tahun dengan keluhan bercak kemerahan di dada sejak tiga bulan. sebelum berobat, terdapat riwayat kanker payudara dan telah selesai menjalani mastektomi serta radioterapi. Sebelumnya telah berobat ke beberapa dokter spesialis kulit dan kelamin, terdiagnosis sebagai dermatitis. Berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis pasien, kami memikirkan dugaan karsinoma erisipeloides. Kemudian kami lakukan biopsi kulit dan ditemukan adanya sel ganas. Dugaan metastasis kulit harus selalu dicurigai pada pasien dengan keluhan kulit nonspesifik disertai riwayat kanker sebelumnya. Kulit bukanlah organ yang sering menjadi lokasi metastasis. Jika ditemukan metastasis ke kulit, biasanya sudah terdapat penyebaran ke organ lain sehingga adanya metastasis kulit menandakan prognosis yang buruk Kata kunci: karsinoma erisipeloides, metastasis kulit, kanker payudara
Psoriasis Pustulosa Generalisata Dan Pemfigus Foliaseus Pada Seorang Pasien Yang Diterapi Dengan Kombinasi Metotreksat Dan Azatioprin
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 1 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1026.823 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i1.15

Abstract

Psoriasis disertai penyakit bulosa autoimun yang terjadi pada satu orang sangat jarang terjadi. Diduga terdapat peranan plasminogenactivator, predisposisi genetik, atau faktor pencetus infeksi dalam patogenesis psoriasis yang disertai pemfigus foliaseus. Metotreksat dilaporkan efektif sebagai terapi psoriasis pustulosa dan azatioprin sebagai terapi penyakit bulosa autoimun menimbulkan efek samping yang lebih dapat ditoleransi.Dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 38 tahun dengan diagnosis psoriasis pustulosa generalisata disertai pemfigus foliaseus. Selain gambaran klinis, diagnosis psoriasis pustulosa ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis, sedangkan diagnosis pemfigus foliaseus ditegakkan melalui pemeriksaan histopatologis dan direct immunofluorescence (DIF). Pasien diterapi dengan kombinasi metotreksat 3x5 mg/minggu dan azatioprin 2x100 mg/hari. Setelah dua minggu mendapat terapi kombinasi, terjadi perbaikan klinis dan tidak ditemukan lesi baru. Psoriasis dan penyakit bulosa autoimun pada satu orang sulit terapinya karena penggunaan dan penghentian kortikosteroid sistemik dapat mencetuskan psoriasis pustulosa. Pada pasien ini, dipilih metotreksat sebagai terapi psoriasis pustulosa generalisata karena efektivitasnya baik dan tersedia di Indonesia. Azatioprin diberikan untuk terapi pemfigus foliaseus atas pertimbangan efek samping yang jarang terjadi dibandingkan obat imunosupresan lainnya. Dilaporkan satu pasien usia 38 tahun dengan psoriasis pustulosa generalisata disertai pemfigus foliaseus yang mendapatkan terapi kombinasi metotreksat 3x5 mg/minggu dan azatioprin 2x100 mg/hari. Perbaikan klinis didapatkan setelah dua minggu pengobatan. Kata kunci: azatioprin, metotreksat, pemfigus foliaseus, psoriasis pustulosa generalisata
Intralipoterapi
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 1 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.196 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i1.16

Abstract

Intralipoterapi adalah injeksi subkutan larutan adipositolitik untuk mengurangi akumulasi lemak subkutan lokalisata. Bahan utama larutan adipositolitik ini adalah asam empedu sekunder deoksikolat (DK). Asam empedu ini dapat menyebabkan adipositolisis dengan melarutkan fosfolipid membran dan membentuk micelles. Membran yang lisis akan mengeluarkan trigliserida intraadiposit untuk dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipase. Pengamatan histologik spesimen jaringan subkutan yang diinjeksi dengan larutan DK menunjukkan adanya inflamasi akut, infiltrasi limfomononuklear, nekrosis lemak, dan makrofag lipid-laden. Enam bulan setelah injeksi pertama, temuan histologik menunjukkan fibroblas dan fibrosis lebih dominan. Hal ini mendukung hipotesis bahwa adiposit yang lisis akan disubstitusi oleh jaringan fibrotik. Konsentrasi DK yang tinggi dapat menyebabkan komplikasi berupa nekrosis dan ulserasi. Intralipoterapi menggunakan DK konsentrasi rendah merupakan pilihan terapi yang relatif aman dan efektif untuk akumulasi lemak lokalisata yang tidak diinginkan. Kata kunci: Intralipoterapi, lipolisis, asam empedu, deoksikolat, adiposit, akumulasi lemak lokalisata
Eczema Coxsackium: Bentuk Atipikal Hand, Foot, And Mouth Disease Yang Disebabkan Oleh Coxsackievirus A6
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 1 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (34.282 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i1.17

Abstract

Eczema coxsackium merupakan spektrum hand, foot, and mouth disease (HFMD) yang disebabkan oleh coxsackievirus A6 (CVA6). Terdapat beberapa perbedaan pendapat di antara para klinisi mengenai definisi eczema coxsackium hingga saat ini, sehingga data epidemiologi penyakit sulit didapatkan. Telah dipublikasikan beberapa laporan mengenai kasus endemik HFMD yang disebabkan oleh CVA6 di Amerika Serikat (AS), New Zealand, beberapa negara di Eropa, dan Asia. Beberapa klinisi sering mengkaitkan penyakit ini dengan kejadian dermatitis atopik, meskipun hal tersebut belum ada penjelasannya. Patogenesis eczema coxsackium hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Manifestasi klinis yang timbul sangat bervariasi, lebih berat, dan luas, baik pada lesi kulit maupun mukosa dibandingkan dengan HFMD pada umumnya, sehingga lebih dikenal sebagai HFMD atipikal. Penegakan diagnosis eczema coxsackium tidak mudah karena dapat menyerupai penyakit lain dan harus dapat dibuktikan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh CVA6. Prinsip tatalaksana adalah rehidrasi. Prognosis eczema coxsackium adalah baik dan jarang menimbulkan komplikasi yang serius.  Kata kunci: eczema coxsackium, coxsackievirus A6, HFMD atipikal
Peptida Antimikrobial
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 1 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.266 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i1.18

Abstract

     Peptida antimikrobial (PAM) merupakan kelompok peptida di permukaan sel epitel yang bersifat mikrobisidal  dan sitolitik. Peptida ini berperan dalam respons imun bawaan,  sebagai lini pertama dalam pertahanan terhadap infeksi dengan cara membunuh langsung bakteri, jamur, atau virus. Dua kelompok besar PAM yang terdapat pada manusia yaitu defensin dan katelisidin. Defensin diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu alfa, beta, dan teta defensin. Pada manusia, hanya terdapat satu tipe katelisidin yaitu human cathelicidin antimicrobial protein 18 (hCAP18), dengan LL-37 sebagai bentuk aktifnya. Tipe PAM lainnya pada manusia yaitu psoriasin, RNase 7, dan dermsidin. Mekanisme kerja PAM yaitu berikatan dengan membran sel mikroba dan membentuk sebuah celah, sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran yang mengakibatkan sel mengalami lisis. Jumlah PAM akan meningkat saat terjadi infeksi dan inflamasi. Perubahan pola ekspresi PAM terdapat pada beberapa penyakit kulit yang mengalami inflamasi kronik misalnya psoriasis, dermatitis atopik, rosasea, akne vulgaris, hidradenitis supuratif, infeksi virus, dan lupus eritematosus sistemik. Hingga sat ini terus dikembangkan penelitian terhadap peranan PAM dalam bidang dermatologi. Beberapa jenis PAM yang saat ini tersedia di pasaran antara lain Plectasin®, Magainins®, Pexiganan®. Kata kunci: defensin, katelidisin, peptida antimikrobial
Penggunaan Pentoksifilin Pada Reaksi Eritema Nodosum Leprosum Berat Dengan Lesi Vaskulonekrotik: Sebuah laporan kasus berbasis bukti
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 2 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (867.334 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i2.19

Abstract

Hingga tahun 2013, Indonesia berada di urutan ketiga dunia untuk penyakit kusta. Angka kejadian reaksi eritema nodosum leprosum (ENL) di RS Kusta Dr. Sitanala tahun 2015 adalah sebesar 17,22%. Reaksi ENL berat dapat disertai vaskulonekrotik.Laporan kasus ini bertujuan mengulas penggunaan pentoksifilin pada reaksi ENL serta melaporkan penggunaannya pada kasus ENL berat dengan lesi vaskulonekrotik pada pasien kusta lelaki, 29 tahun, dengan gizi kurang dan pengobatan tidak adekuat di RSK Dr. Sitanala. Penelusuran kepustakaan secara online menggunakan database elektronik, dan kata kunci erythema nodosum leprosum and pentoxifylline. Empat artikel terpilih ditelaah untuk menentukan apakah sahih dan dapat diterapkan pada pasien.Pentoksifilin memiliki efektivitas tidak hanya pada perbaikan klinis namun juga penurunan kadar TNF-α yang merupakan mediator inflamasi utama reaksi ENL. Pada reaksi ENL berat dengan vaskulonekrotik, efektivitas talidomid lebih unggul dibandingkan dengan pentoksifilin, namun pentoksifilin dapat menjadi obat alternatif yang baik dengan angka perbaikan hampir sama.Kata kunci: Eritema nodosum leprosum (ENL), pentoksifilin, kusta , vaskulonekrotik
Psoriasis Pustulosa Generalisata Pada Remaja Yang Diterapi Dengan Injeksi Metotreksat
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 2 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1116.829 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i2.20

Abstract

Psoriasis adalah penyakit inflamasi seluler kronis, sering pada anak-remaja (usia <18 tahun) dan dewasa. Prevalensi psoriasis anak-remaja adalah sekitar 0-1,37%. Psoriasis pustulosa termasuk psoriasis pustulosa generalisata (PPG) sangat jarang pada anak-remaja. Gambaran klinisnya hampir sama dengan dewasa. Metotreksat (MTX) merupakan terapi lini pertamanya yang aman.Seorang remaja, 16 tahun, muncul bercak merah dan bintil bernanah di seluruh tubuh. Pertama kali muncul saat pasien berusia 3 bulan. Kemudian muncul kembali 4 bulan dan 2 minggu yang lalu, tidak ada demam maupun gigi berlubang. Riwayat alergi dan keluarga sakit serupa tidak ada. Status dermatologis regio generalisata tampak pustul multipel diskret sebagian konfluens (lake of pustule) dengan dasar eritem dan krusta di atasnya. Pemeriksaan laboratorium ditemukan netrofilia dan hipernatremia. Pemerikaan histopatologi pada epidermis tampak psoriasiform dan sebukan netrofil disertai kelompok netrofil pada subkorneal.Diagnosis PPG pada kasus ini ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologi. Terapi MTX terutama untuk psoriasis sedang–berat; peroral, subkutan/intradermal dan relatif murah. Saat ini belum ada panduan pengobatan dan dosis MTX untuk anak-remaja. Metotreksat pada pasien ini diberikan seperti pada dewasa. Tolerabilitas dan efikasinya pada anak-remaja dilaporkan pada beberapa laporan kasus, termasuk dari kasus ini walaupun masih memerlukan pemantauan lebih lanjut.Kata kunci: metotreksat, psoriasis pustulosa generalisata pada anak-remaja
Penyakit Familial Asymmetrical Dowling Degos Dengan Terapi Kombinasi Laser dan Bedah Kimiawi Superfisial
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 45 No 2 (2018)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1081.083 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v45i2.21

Abstract

Dowling-Degos disease (DDD) merupakan penyakit genodermatosis jinak yang jarang terjadi, ditandai oleh pigmentasi berupa makula berwarna hitam kecoklatan dengan pola retikuler. Pengobatan penyakit ini biasanya sulit dan sering mengecewakan.Seorang laki-laki, 18 tahun dengan keluhan timbul bercak hitam kecoklatan di bagian fleksural lengan kanan atas dan punggung yang terletak pada sisi kanan tubuh dengan awitan penyakit saat dewasa muda dan didapatkan riwayat keluarga dengan keluhan yang sama. Secara klinis pada bagian fleksural lengan kanan atas dan ketiak kanan didapatkan makula hiperpigmentasi multipel, batas tegas, bentuk bulat, yang konfluen membentuk bercak geografis, dan di sekitarnya tampak papul hiperpigmentasi membentuk pola retikuler. Pada sisi kanan punggung didapatkan papul hiperkeratotik folikuler comedo-like. Hasil pemeriksaan histopatologis mendukung diagnosis familial asymmetrical Dowling Degos disease. Pasien diterapi dengan formula Kligman, laser Q-Switched Nd:YAG 1064 nm, dan peeling kimiawi superfisial. Prognosis kasus ini adalah dubia karena meskipun ukuran lesi berkurang namun lesi baru tetap muncul secara bertahap.Kata kunci: Dowling-Degos disease, laser, peeling kimiawi

Page 2 of 29 | Total Record : 283