cover
Contact Name
Pandu Febriyanto
Contact Email
inovasiproses@akprind.ac.id
Phone
+6285642058253
Journal Mail Official
inovasiproses@akprind.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan, Yogyakarta 55222
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Inovasi Proses
ISSN : -     EISSN : 23386452     DOI : https://doi.org/10.34151/jip
Core Subject : Engineering,
Jurnal Inovasi Proses merupakan Jurnal Nasional Jurusan Teknik Kimia IST AKPRIND Yogyakarta yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian dan pengabdian yang berkaitan dengan teknik kimia.
Articles 86 Documents
PENENTUAN LETHAL DOSE 50% (LD50) PESTISIDA NABATI DARI CAMPURAN BUAH BINTARO, SEREH, BAWANG PUTIH, LENGKUAS (Variabel Waktu Pemasakan Dan Ratio Masing-Masing Bahan)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 1 (2020): Maret 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan pestisida selalu mengalami peningkatan khususnya Indonesia, karena mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian, berdasarkan data prospek indusri dan pemasaran pestisida, pemasaran serta penggunaan pestisida di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat mencapai Rp 6 Triliun per tahunnya. Petani selama ini bergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain harga yang mahal, pestisida sintesis atau kimia juga memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatip dari penggunaan pestisida kimia antara lain, hama berpeluang menjadi kebal (resisten), terjadi peledakan hama baru (resurjensi), berpotensi menciptakan epidemi, penumpukan residu bahan kimia pada bagian tubuh tanaman yang berpotensi meracuni ternak bahkan organisme lain sehingga menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati, penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen sehingga berpotensi meracuni manusia, terbunuhnya predator alami, pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia dan kecelakaan operasi bagi pengguna pestisida kimia yang dapat menyebabkan keracunan, kebutaan, kemandulan serta efek buruk lainnya. Bila dibandingkan dengan pestisida kimia, pestisida organik akan lebih aman dan mengguntungkan bila ditinjau dari segi ekonomi dan lingkungan. Penelitian ini berujuan untuk mengetahui Lethal Dose (LD50) dalam pestisida nabati dari campuran buah bintaro, sereh, bawang putih, dan lengkuas. Lethal Dose (LD50) memiliki definisi sebagai dosis yang mematikan terhadap 50% dari kelompok hewan uji. Telah dilakukan penelitian Uji Lethal Dose 50% (LD50) Pestisida nabati (campuran buah bintaro, sereh, bawang putih, lenguas) terhadap jangkrik (Gryllus). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jangkrik (Gryllus). Jangkrik (Gryllus) dibagi secara rata menjadi 3 kelompok dalam suatu area. Setiap area berisikan 30 ekor jangkrik (Gryllus) dengan berat yang bervariasi. Pada setiap kelompok jangkrik (Gryllus) disemprotkan 3 ml pestisida. Kemudian jangkrik (Gryllus) diamati selama beberapa hari. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan jangkrik mati sebanyak 50% pada hari ke-3 dengan komposisi 200 gram buah bintaro dengan waktu pemasakan selama 120 menit dan Uji Lethal Dose 50% (LD50) sebesar 1,5849.10-3 mg/kg.BB. Berdasarkan keputusan menteri tenaga kerja R.I No. Kep. 187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja menteri tenaga kerja R.I bahwa Pestisida termasuk dalam kategori sangat toksik.
EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI KULIT BAWANG MERAH SEBAGAI PEWARNA ALAMI MAKANAN (Variabel Volume Pelarut dan Kecepatan Pengadukan)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 1 (2020): Maret 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bawang merah merupakan tanaman lokal yang banyak ditemukan di Indonesia. Umbi bawang merah dapat dimakan secara langsung, dijadikan sebagai bumbu masakan, obat tradisional, dan lain – lain. Selain itu, ternyata didalam kulit bawang merah mengandung senyawa anthosianin yang diduga sebagai pigmen yang memberi warna merah keunguan pada kulit bawang merah. Pada saat ini penggunaan zat pewarna semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pengolahan pangan, khususnya jenis pewarna sintetis, maka dari itu diperlukan pewarna alami pengganti pewarna sintetis. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti pewarna sintetis adalah kulit bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan zat warna antosianin dari kulit bawang merah dan jumlah antosianin yang terekstrak. Penelitian ini dilakukan melalui metode ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% dan air jeruk nipis sebagai asam sitrat 1N dengan melanjutkan hasil optimum pada variabel sebelumnya yang diperoleh waktu ekstraksi 120 menit dan suhu 600C. Kemudian, ekstraksi dilanjutkan dengan memvariasikan volume pelarut (100 mL, 125 mL, 150 mL, 175 mL dan 200 mL) dan kecepatan pengadukan (200 rpm, 250 rpm, 300 rpm, 350 rpm, dan 400 rpm) pada bahan baku kulit bawang merah 25 gram. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang paling baik yaitu dengan kondisi operasi volume pelarut 150 mL dan kecepatan pengadukan 300 rpm dengan jumlah antosianin terekstrak sebesar 0,523 mg/g. Diharapkan dari hasil penelitian ini zat warna antosianin dari kulit bawang merah dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami pengganti pewarna sintetis.
Pembuatan Nitroselulosa Dari Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria) (Variabel Waktu Nitrasi dan Rasio Asam Penitrasi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 1 (2020): Maret 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dewasa ini maraknya isu tentang tanaman lidah mertua menjadi tren masyarakat Indonesia yang sedang digemari. Tanaman lidah mertua selain sebagai tanaman hias juga dikenal sebagai tanaman yang mengandung serat yang cukup tinggi. Dengan kadar serat yang tinggi, tanaman lidah mertua dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan nitroselulosa. Nitroselulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar plastik, lacquer (bahan pelapis), film, bahan dasar semen, bahan baku propelan (peledak) dan smokless powder. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses nitrasi selulosa pada tanaman lidah mertua menjadi nitroselulosa. Selain itu juga bertujuan untuk mempelajari kondisi yang optimum pada proses nitrasi tanaman lidah mertua untuk menghasilkan nitroselulosa dengan kadar nitrogen yang tinggi. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu proses pre-treatment dan proses nitrasi. Proses pre-treatment bertujuan untuk meningkatkan kadar α-selulosa dalam bahan baku, melalui proses pre-hidrolisis, delignifikasi, dan bleaching. Sedangkan proses nitrasi menggunakan asam campuran yang terdiri dari asam nitrat dan asam sulfat sebagai katalisator. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh waktu reaksi, dan perbandingan asam sulfat dengan asam nitrat. Hasil penelitian menunjukkan proses nitrasi yang memberikan hasil terbaik pada waktu reaksi 90 menit, perbandingan asam sulfat terhadap asam nitrat 7:3. Pada kondisi ini diperoleh yield sebanyak 76,6% dengan kandungan nitrogen sebesar 11,6% dan termasuk dalam kualitas AM grades serta di bidang industri dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar film dan lacquer. Hasil uji FTIR menunjukkan bahwa telah terbentuk dua serapan gugus -NO2 pada nitroselulosa, sehingga termasuk dalam jenis selulosa di-nitrat.
PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH SISIK IKAN (Variabel Konsentrasi Larutan NaOH dan Waktu Ekstraksi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 1 (2020): Maret 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sisik ikan merupakan limbah yang belum dimanfaatkan dengan optimal, selama ini sisik ikan dimanfaatkan sebagai sumber kolagen. Sisik ikan kering memiliki kadar air 9,00%, kadar protein 25,81% dan kadar lemak 7,64%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sisik ikan sebagai bahan baku dalam pembuatan kitosan. Pembuatan kitosan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap deproteinasi untuk menghilangkan protein yang terkandung dalam sisik ikan, tahap demineralisasi untuk menghilangkan mineral yang terkandung dalam sisik ikan, dan tahap deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil yang terdapat dalam kitin dan membentuk kitosan. Bahan baku berupa sisik ikan yang telah dikeringkan dibawah sinar matahari dan disangrai, ditimbang sebanyak 95,00 g kemudian diekstraksi dengan menggunakan larutan NaOH 5% selama 2 jam dengan suhu operasi 65°C dan dilanjutkan proses demineralisasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5N selama 30 menit sehingga diperoleh kitin. Proses selanjutnya yaitu deasetilasi dengan memvariasikan konsentrasi larutan NaOH dan waktu ekstraksi. Kitin sebanyak 10 g diekstraksi menggunakan larutan NaOH 10% 50 mL dengan waktu ekstraksi 2 jam. Dengan menvariasikan konsentrasi larutan NaOH. Proses selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan memvariasikan waktu ekstraksi. Kitosan yang dihasilkan dari proses ini dianalisis derajat deasetilasinya dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi kitosan tertinggi pada variasi konsentrasi larutan NaOH 40% sebesar 87,28%, sedangkan pada variasi waktu ekstraksi sebesar 86,31 % yang didapat dari proses deasetilasi menggunakan suhu 90°C dengan waktu pemanasan 2 jam.
PELAPISAN KITOSAN PADA BUAH TOMAT (Solanum Lycopersicum syn. Lycopersicum Esculentum) SEBAGAI UPAYA MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 2 (2016): September 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) yaitu merupakan tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Buah dan sayuran umumnya tidak bisa bertahan lama disimpan, begitupun dengan tomat yang rentan akan kerusakan dan masalah lain yang sering timbul pada tomat. Untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga kesegaran produk buah – buahan dapat digunakan selaput pelindung (coating) pada kulit buah. Penelitian ini dilakukan dengan cara tomat segar dilapisi kitosan yang telah dilarutkan dalam asam asetat 1% dengan berbagai variasi konsentrasi kitosan 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% serta dengan variasi waktu pencelupan 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Hasil dari percobaan ini dianalisa dengan laju pengeringan, susut bobot dan total plate count (TPC). Pada percobaan ini diperoleh hasil berdasarkan perlakuan pelapisan kitosan variasi konsentrasi pencelupan pada konsentrasi 2% dan variasi waktu pencelupan pada waktu 15 menit. Data diperoleh dengan analisa susut bobot, laju pengeringan dan total plate count (TPC).
PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI KULIT SINGKONG MENGGUNAKAN PLASTICIZER SORBITOL DENGAN ASAM SITRAT SEBAGAI CROSSLINKING AGENT (Variasi Penambahan Karagenan dan Penambahan Asam Sitrat)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 2 (2020): September 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kulit singkong merupakan limbah argoindustri yang jarang dimanfaatkan dan dibuang begitu saja. Berdasarkan kandungan yang dimiliki, kulit singkong memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap seperti karbohidrat, protein, serat, kalsium, magnesium, fosfor, kadar air, dan 44 – 59 % pati. Kadar pati pada kulit singkong yang cukup tinggi ini menjadi peluang untuk pati kulit singkong dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan edible film. Edible film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang dapat dikonsumsi yang dapat berfungsi sebagai pelapis dan pengemas produk makanan. Edible film bersifat biodegradable dan dapat diperbaharui, sehingga bersifat ramah lingkungan dan dapat menjadi alternatif untuk menggantikan plastik sintetik yang sulit terdegradasi oleh alam. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kondisi operasi pembuatan edible film dari pati kulit singkong dengan variasi penambahan karagenan, dan asam sitrat sebagai crosslinking agent. Metode penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu pembuatan pati dari kulit singkong, pembuatan edible film dengan variasi penambahan karagenan yaitu: 0,5 gram; 1 gram; 1,5 gram; 2 gram, dan pembuatan edible film dengan variasi penambahan asam sitrat 1 % yaitu: 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml. Analisis hasil meliputi uji kadar pati, uji kadar air pada pati, uji kuat tarik, uji ketahanan air (swelling), uji pengemasan, dan uji biodegradasi. Hasil uji kadar pati diperoleh rendemen sebesar 5,97 %. Hasil uji kadar air pada pati yaitu 11,13 %. Hasil uji dengan variasi penambahan karagenan diperoleh edible film dengan nilai kuat tarik terbesar yaitu 2,3069 MPa, nilai persen kemuluran terbesar yaitu 29,84 %, dan nilai ketahanan air terbaik yaitu 72,72 %. Hasil uji dengan variasi penambahan asam sitrat 1 % diperoleh edible film dengan nilai kuat tarik terbesar yaitu 2,3069 MPa, nilai persen kemuluran terbesar yaitu 31,88 %, dan nilai ketahanan air terbaik yaitu 80,56 %. Pengujian pengemasan edible film pada buah tomat dapat bertahan hingga 8 hari dari kerusakan akibat mikroba. Pengujian biodegradasi menggunakan larutan EM-4 edible film dapat terurai setelah 35-40 hari, sehingga masih bersifat ramah lingkungan.
Pembuatan Tepung Kluwih (Artocarpus commansi) sebagai Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Brownies Kukus (Variabel penambahan NaCl dan penambahana H2O Panas)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 2 (2020): September 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tepung kluwih (Artocarpus commansi) merupakan tepung yang bebas Gluten sehingga baik digunakan sebagai alternatif dalam pembuatan Brownies-Kukus. Brownies-Kukus adalah sejenis kue basah yang berwarna cokelat dan rasanya manis yang bahannya terdiri dari tepung terigu, margarine, telur, gula pasir, cokelat (cokelat bubuk dan cokelat masak) dengan proses penyelasaian di kukus. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pati buah kluwih sebagai subsituen tepung terigu, untuk mengetahui nilai ekonomisnya pati buah kluwih dibandingkan tepung teigu, untuk mengetahui profil kesukaan masyarakat terhadap brownies-kukus dari tepung kluwih dilihat dari aspek rasa, warna, aroma dan tekstur, mengetahui kualitas tepung kluwih dilihat dari segi penambahan variabel antara NaCl dan H2O panas, memanfaatkan bahan pangan lokal yaitu kluwih dalam pembuatan brownies kluwih, yang dapat diterima oleh masyarakat dan mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk brownies kluwih, sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Variabelnya adalah penambahan natrium klorida dan penambahan air panas. Semua variabel ini dikondisikan sama. Metode pengumpulan datanya dengan penilaian subyektif (uji inderawi dan uji kesukaan) dan penilaian obyektif (uji kimiawi). Alat pengumpul data untuk penilaian subyektif adalah panelis. Dari hasil penelitian ini, diperoleh titik optimum dari masing-masing varibel pada penambahan NaCl sebanyak 2 g dengan kadar protein 3,8%, kadar lemak 0,836%, kadar karbohidrat 79,2%. Pada variabel penambahan H2O panas sebanyak 200 mL dengan kadar protein 3,8%, kadar lemak 0,836% dan kadar karbohidrat 79,2%. Sehingga hasil dari kadar air, kadar lemak dan karbohidrat penelitian ini sudah sesuai standar baku mutu tepung kluwih. Tekstur dari tepung kluwih pada penambahan NaCl dan air panas sudah baik. Kemudian untuk brownies-kukus di lihat dari uji organoleptik, banyak masyarakat menyukai dengan substitusi tepung kluwih 65% dan tepung terigu 35%.
PENGARUH PENAMBAHAN GLISERIN DAN KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP KUAT TARIK, KEMULURAN, DAN BIODEGRADASI PADA PROSES PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE DARI LIMBAH KULIT UMBI GARUT
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 2 (2020): September 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plastik merupakan senyawa sintetis yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai keperluan manusia, mulai dari keperluan rumah tangga hingga industri. Namun, terlepas dari manfaatnya yang banyak, plastik konvensional dapat menimbulkan berbagai masalah mulai dari keamanan produk bagi kesehatan hingga masalah limbah. Seharusnya dilakukan antisipasi dengan berbagai upaya untuk menanggulangi permasalah yang timbul. Salah satunya dengan menggantikan penggunaan plastik konvensional dengan plastik biodegradable yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Plastik biodegradable memiliki kegunaan dan fungsi yang sama dengan plastik konvensional. Namun, sifat plastik biodegradable lebih aman bagi kesehatan dan dapat terurai sehingga tidak menimbulkan penumpukan limbah. Plastik biodegradable dapat dibuat dari produk pertanian seperti sellulosa dan pati. Sebelumnya, plastik biodegradable telah dibuat dari berbagai sumber yang berbeda namun bahan dasar bioplastik yang digunakan susah didapatkan. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pembuatan plastik biodegradable. Plastik Biodegradable dalam penelitian ini dibuat dari pati limbah kulit umbi garut, dengan plastilizer gliserin. Penelitian dilakukan dengan variabel penambahan gliserin dan kecepatan pengadukan untuk mengetahui kondisi optimal agar dapat dihasilkan plastik biodegradable dengan kualitas yang baik. Tahapan dalam proses pembuatannya meliputi preparasi bahan (pembuatan pati limbah kulit umbi garut), pencampuran, pemanasan bahan, pencetakan dan pengeringan bioplastik, serta pengujian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan menggunakan suhu proses 60ͦC, waktu proses 30 menit, massa pati 10 g, volume pelarut 100 mL asam asetat 0,05%, dan kecepatan pengadukan sebesar 700 rpm, didapat kuat tarik tertinggi pada penambahan gliserin sebanyak 2 mL yaitu 6,35 MPa dan kemuluran tertinggi pada penambahan gliserin sebanyak 4 mL yaitu 25,96%. Sedangkan pada variabel kecepatan pengadukan didapat nilai kuat tarik dan kemuluran tertinggi pada kecepatan pengadukan 700 rpm diperoleh kuat tarik sebesar 3,47 MPa dan kemuluran sebesar 23,57 %.
PEMANFAATAN BUAH MANGROVE (Bruguiera Gymnorrhiza) SEBAGAI CAMPURAN PAKAN IKAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN (Variabel Perbandingan Bahan Pokok dengan Bahan Pendukung dan Variabel Penambahan Tepung Tulang Sapi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 2 (2020): September 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampai saat ini, pemanfaatan buah mangrove untuk dijadikan sebagai sumber pakan alternative bagi ikan jarang dilakukan, padahal kandungan nutrisinya sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, apakah buah mangrove dari jenis bruguiera gymnorrhiza bisa di manfaatkan menjadi salah satu bahan dalam pembuatan pakan ikan, dan apakah dengan campuran tepung buah mangrove, mampu meningkatkan pertumbuhan ikan yang relative cepat dibandingkan dengan pakan pabrik yang sudah ada. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April – Juli 2018 di Laboratorium. Buah mangrove yang digunakan jenis buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza). Rancangan penelitian ini menggunakan 10 Perlakuan dengan dua variabel. Variabel pertama yang terdiri dari tepung buah mangrove (Bruguiera gymnorrhiza) %, dedak %, dan tepung tapioka % dengan campuran berturut-turut 20:20:60 (P1) 20:40:40 (P2) 20:60:20 (P3) 40:20:40 (P4) 60:20:20 (P5). Sedangkan variabel kedua terdiri dari buah mangrove (Bruquiera gymnorrhiza) %, tepung tulang sapi %, dedak %, dan tepung tapioka % dengan campuran berturut-turut 10:30:35:25 (P6) 10:35:35:20 (P7) 10:40:35:15 (P8) 10:45:35:10 (P9) 10:50:35:5 (P10). Analisis hasil meliputi uji protein, uji lemak, uji kadar air, uji kadar abu, uji daya apung, uji laju pertumbuhan spesifik (spesific growth rate) pada ikan dan uji tingkat kelangsungan hidup ikan (survival rates). Hasil uji protein terbaik terdapat pada P10 sebesar 21,3418%. Hasil uji lemak terbaik terdapat P10 sebesar 10,6848 %. Hasil uji kadar air terbaik terdapat pada P6,P7,P8 dan P9 sebesar 4%. Hasil uji kadar abu terbaik terdapat pada P5 sebesar 6,74%. Hasil uji daya apung terdapat pada P1 sebesar 5 jam. Untuk Hasil uji laju pertumbuhan spesifik pada ikan terbaik terdapat pada P10 sebesar 2,016% dan hasil uji tingkat kelangsungan hidup ikan didapatkan hasil yang baik semua. Dan dilihat dari aspek kandungan nutrisi, kesukaan ikan, laju pertumbuhan spesifik an feed convertion ratio dapat disimpulkan bahwa pakan ikan buatan terbaik terdapat pada P10.
EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI KULIT BAWANG MERAH SEBAGAI PEWARNA ALAMI MAKANAN (Variabel Waktu Ekstraksi dan Suhu Ekstraksi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 2 (2020): September 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bawang merah merupakan tanaman lokal yang banyak ditemukan di Indonesia. Umbi bawang merah dapat dimakan secara langsung, dijadikan sebagai bumbu masakan, obat tradisional, dan lain-lain. Selain itu, ternyata didalam kulit bawang merah mengandung senyawa anthosianin yang diduga sebagai pigmen yang memberi warna merah keunguan pada kulit bawang merah. Pada saat ini penggunaan zat pewarna semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pengolahan pangan, khususnya jenis pewarna sintetis, maka dari itu diperlukan pewarna alami pengganti pewarna sintetis. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti pewarna sintetis adalah kulit bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan zat warna antosianin dari kulit bawang merah melalui metode ekstraksi dan jumlah antosianin yang terekstrak. Penelitian ini dilakukan dengan cara ekstraksi bahan baku kulit bawang merah 25 gram menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 100 mL, air jeruk nipis sebagai asam sitrat 1N sebanyak 2,5 mL dan kecepatan pengadukan 200 rpm dengan memvariasikan waktu ekstraksi (20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit, 100 menit, 120 menit, 140 menit, dan 160 menit) serta suhu ekstraksi (500C, 550C, 600C, 650C, dan 700C). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang paling baik yaitu dengan kondisi operasi waktu ekstraksi 120 menit dan suhu ekstraksi 600C dengan jumlah antosianin terekstrak sebesar 0,459 mg/g. Diharapkan dari hasil penelitian ini zat warna antosianin dari kulit bawang merah dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami pengganti pewarna sintetis.