cover
Contact Name
Pandu Febriyanto
Contact Email
inovasiproses@akprind.ac.id
Phone
+6285642058253
Journal Mail Official
inovasiproses@akprind.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan, Yogyakarta 55222
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Inovasi Proses
ISSN : -     EISSN : 23386452     DOI : https://doi.org/10.34151/jip
Core Subject : Engineering,
Jurnal Inovasi Proses merupakan Jurnal Nasional Jurusan Teknik Kimia IST AKPRIND Yogyakarta yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian dan pengabdian yang berkaitan dengan teknik kimia.
Articles 86 Documents
PENGAMBILAN TITANIUM DIOKSIDA (TiO2) DARI PASIR BESI KULONPROGO MENGGUNAKAN METODE HIDROMETALURGI (VARIASI KONSENTRASI DAN SUHU) Grasella Florency Giovanni Saefeto; Sri Rahayu Gusmarwani
Jurnal Inovasi Proses Vol. 7 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jip.v7i2.4222

Abstract

Pasir besi merupakan bahan alam yang ketersediannya sangat melimpah di Indonesia. pasir besi berada pada urutan ke empat terbanyak unsur yang membentuk bumi. Menurut hasil penelitian Indreswari Suroso Kandungan titanium pada pasir besi sebesar 12.87%. Hidrometalurgi merupakan Ilmu yang mempelajari cara memperoleh logam dari sumbernya pada bumi. Proses pelindian (leaching) adalah proses pemekatan kimiawi untuk melepaskan pengotor bijih dari suatu mineral dengan cara pelarutan dalam reagen tertentu. Pada tahapan penelitian hal pertama yang harus dilakukan yaitu preparasi pasir besi dengan mengunakan magnet, kemudian proses dekomposisi dimana hasil separasi pasir besi dihomogenisasikan dengan NaoH kemudian difurnace pada suhu 550oC. selanjutnya dilakukan proses pemisahan larutan dengan padatan yang dimana padatan tersebut akan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 110oC. dan tahapan terakhir yaitu pelindian. Pada hasil preparasi dan proses dekomposisi didapatkan hasil hasil yaitu besi merupakan unsur utama pada pasir besi karena memiliki kandungan terbesar yaitu Fe (44.07%) dan yang memiliki kandungan terkecil yaitu Mn (0.726%). Kandungan titanium pada pasir besi yang telah diseparasi sebesar 4.618%. Hasil pada jurnal yang telah direview menunjukan bahwa untuk mendapatkan hasil ekstrak titanium dan untuk mengetahui kandungan dalam titanium dapat menggunakan beberapa metode antara lain hidrometalurgi (leaching), peleburan, pemanasan gelombang mikro, dekomposisi dan pelindian, Hidrolisis, elektrolisis, kausik, dan sonokimia. Dari metode tersebut didapatkan hasil kandungan titanium yang terdapat pada pasir besi dan bahan baku lainnya yaitu pada hidrometalurgi (leaching) didapatkan 12.2 % dan 6.51%, peleburan 5.71%, pemanasan gelombang mikro 5.89%, dekomposisi dan pelindian 5.33 %, Hidrolisis 45.35%, elektrolisis 4.22%, kausik 19.94 %, dan sonokimia.8.27 %
DAUN LIDAH MERTUA (SANSEVIERIA) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM PERAK (Ag) DAN KROMIUM (Cr) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI PERAK Sri Hastutiningrum
Jurnal Inovasi Proses Vol. 7 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jip.v7i2.4223

Abstract

Perkembangan industri terus mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan zaman. Namun, hal itu juga diikuti dengan bertambahnya jumlah limbah yang dihasilkan. Kotagede merupakan salah satu daerah yang terkenal akan kota penghasil kerajinan perak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Limbah cair yang dihasilkan dari industri perak ini pada kenyataannnya belum diolah terlebih dahulu sebelum dibuang, padahal didalamnya masih terdapat kandungan logam berat seperti Perak (Ag) dan Kromium (Cr). Salahsatu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kadar Ag dan Cr pada limbah cair industri perak ialah dengan cara adsorpsi logam Ag Dan Cr menggunakan karbon aktif dari daun lidah mertua (Sansevieria). Tanaman lidah mertua ini mengandung unsure selulosa yang cukup tinggi sebesar 50 – 60%, sehingga ini menjadi salah satu potensi yang dapat dikembangkan karena masih sangat sedikit pemanfaatan tanaman lidah mertua yang hanya terbatas untuk tanaman hias saja. Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan variabel yang divariasikan, yaitu pertama jenis activator HCl dan KOH dengan konsentrasi masing–masing activator sebesar 1N. Kedua, waktu kontak adsorpsi 60 menit, 120 menit,180 menit, 240 menit, dan 300 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase penyerapan terbanyak untuk logamAg diperoleh pada jenis aktivator HCl dengan waktu kontak adsorpsi 120 menit sebesar 88,1841%. Serta untuk logam Cr diperoleh pada jenis activator KOH dengan waktu kontak adsorpsi 240 menitsebesar 85,8897%.
PENGARUH JENIS PEREKAT DAN UKURAN PARTIKEL SERAT POHON PISANG (Musa acuminate) PADA PEMBUATAN FIBER BOARD UNTUK APLIKASI PLAFON (Variabel jenis perekat) Maxi Millian; Bambang Kusmartono
Jurnal Inovasi Proses Vol. 7 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jip.v7i2.4224

Abstract

Fiber board merupakan sebuah panel homogen yang dibuat dari serat lingo sellulosa, yang dikombinasi dengan resin sintetik atau bahan perekat lainnya, yang direkatkan secara bersamaan dalam keadaan panas dan bertekanan. Bahan additive dapat ditambahkan selama proses pembuatan untuk merubah atau memperbaiki sifat yang dihasilkan. Fiber board ini biasanya dimanfaatkan sebagai panel, isolasi, dan cover pada kontruksi bangunan dimana dibutuhkan kekuatan pada setiap lembarannya. Selain itu juga dapat digunakan sebagai komponen pada pintu, cabinet, almari, dan peredam suara. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh Fiber board dari pelepah pisang dengan variabel jenis perekat. Pelepah pisang di jemur sampai kering kemudian di giling. Untuk proses pembuatan fiber board yaitu siapkan serat, urea formaldehyde, dan jenis perekat (PVAC, styrofoam, gondorukem, Polistirena resin, dan Poly Ethylene Theraphalate) dengan masing-masing berat 250 gr kemudian di aduk menjadi satu setelah itu di masukan kedalam cetakan yang berukuran 10x20x15cm yang diberi alas besi yang telah dilapisi alumunium foil, lalu ditekan dan cetakan diangkat ke atas degan cara pelan-pelan setelah itu di atasnya di kasih besi juga,kemudian di masukkan kedalan alat kempa panas, di tinggu sampai 10 menit.
PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DARI RIMPANG TEMULAWAK DENGAN PROSES EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT N-HEKSAN (Variabel Volume Pelarut dan Waktu Ekstraksi) Dwiki Novendratama; Ganjar Andaka
Jurnal Inovasi Proses Vol. 7 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jip.v7i2.4225

Abstract

Temulawak (Curcuma xantorrhiza Roxb.) merupakan salah satu jenis tanaman obat penting yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat di Indonesia. Rimpang temulawak mengandung zat kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa dan minyak. Di antara komponen tersebut yang paling banyak kegunaannya adalah pati, minyak atsiri dan kurkuminoid. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh jumlah volume pelarut dan waktu ekstraksi dalam pengambilan minyak temulawak dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan. Temulawak dengan ukuran yang sudah terbentuk serbuk disiapkan. Kemudian serbuk temulawak ditimbang sebanyak 100 g untuk dilakukan proses ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan dengan jumlah volume pelarut yang digunakan sebagai variabel sebanyak 300 - 500 mL dengan suhu yang digunakan 60-62oC dan kecepatan pengadukan yang digunakan 300 rpm selama 120 menit. Sedangkan untuk variabel waktu ekstraksi digunakan waktu selama 60-180 menit, dengan jumlah volume pelarut n-heksan sebanyak 500 mL. Setelah sampel selesai di ekstraksi, selanjutnya hasil ekstraksi difiltrasi. Hasil dari filtrasi kemudian dilakukan proses distilasi hingga didapatkan minyak yang tertinggal di labu distilasi (residu) dan sudah tidak ada yang menetes lagi di penampung hasil distilasi (distilat). Sampel dituang ke dalam botol penampung yang sudah diketahui beratnya. Sehingga dapat diketahui berat sampel yang terambil untuk mencari persentase minyak terambil. Dari hasil penelitian dengan jumlah bahan 100 g didapatkan bahwa semakin banyak jumlah volume pelarut yang digunakan maka persentase randemen semakin banyak dan semakin lama waktu ekstraksi maka persentase randemen semakin banyak juga. Pada variabel jumlah volume pelarut didapatkan jumlah volume pelarut yang optimal pada 500 mL n-heksan dengan persentase randemen sebesar 13,3%. Sedangkan untuk variabel waktu ekstraksi didapatkan kondisi optimal pada lama waktu ekstraksi 150 menit dengan persen minyak terambil sebesar 14%.
PEMANFAATAN KULIT JAGUNG DAN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) (Variabel Konsentrasi NaOH dengan Waktu Pemasakan) Rahmat Fikri; Murni Yuniwati
Jurnal Inovasi Proses Vol. 7 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jip.v7i2.4226

Abstract

Limbah kulit dan tonkol jagung banyak dijumpai setelah paska panen dan hanya dibuang oleh masyarakat, akan menyebabkan pencemaran lingkungan jika tidak ditangani. Limbah kulit dan tongkol jagung merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas seni, yang memiliki kandungan selulosa tinggi. Kertas seni dalam penelitian ini dibuat dari kulit jagung dan tongkol jagung. Penelitian ini dilakukan Laboratorium Proses Kimia Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan menggunakan variable konsentrasi NaOH dan waktu pemasakan. Proses pembuatan kertas seni diawali dengan pencucian, pemotongan, serta pengeringan kulit dan tongkol jagung. Pencucian berfungsi membersihkan kotoran yang menempel pada kulit dan tongkol jagung. Pemotongan berfungsi mempermudah proses pemasakan. Pengeringan berfungsi agar kandungan air dalam kulit dan tongkol jagung semakin rendah. Pemasakan dilakukan dengan menggunkan larutan NaOH konsentrasi yang ditentukan. Setelah itu dicuci, menggunakan aquadest sampai pH netral. Penggilingan pulp (blender) dengan penambahan lem PVAc dan garam (NaCl), kemudian dilakukan pencetakan dan pengeringan kertas dibawah sinar matahari. Setelah kertas kering kemudian dianalisis untuk mengetahui kuat sobek, kuat tarik dari kertas seni berbahan dasar kulit dan tongkol jagung dengan penambahan NaOH. Berdasarkan penelitian diperoleh kondisi proses yang terbaik dengan menggunakan konsentrasi NaOH 4% dan waktu pemasakan 80 menit. Dengan kondisi proses tersebut diperoleh kadar alfa selulosa 83,33%, kuat sobek 6,36 mN, dan kuat tarik 5,73 MPa.
STUDI KARAKTERISASI BAHAN BAKU LIMBAH SANDBLASTING UNTUK AGREGAT BETON Wijayanto, Jarot; Purwanti, Ani
Jurnal Inovasi Proses Vol. 8 No. 2 (2023): November 2023
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jip.v8i2.4579

Abstract

Kalimantan Selatan merupakan garis poros maritim Indonesia, sehingga terdapat beberpa insudustri galangan / dok kapal. Dalam usahanya membangun kapal, melakukan conversi, perawatan / pemeliharaan kapal, pembuatan / perbaikan komponen kapal mengunakan teknologi sandblasting untuk membersihkan permukaan material kontaminasi seperti karat, cat, garam, oli dan lain sebagainya atau untuk memperoleh karakter profil material baik untuk memperkasar ataupun memperhalus. Limbah sandblasting berupa pasir secara dominan tersusun oleh kristal-kristal silika (SiO2) yang berwarna putih bening membentuk pola heksagonal serta beberapa mineral pengotor yang bersenyawa dengan mineral tersebut. Kekerasan pasir limbah sandblasting berkisar antara7(skala Mohs), berat jenis antara 2,50 - 2,70, titik leburantara1715 0C, panas spesifik 0,185 dan konduktivitas panas antara 12-100 0C. Limbah sandblasting dilihat dari karakteristiknya bisa dijadikan agregat halus campuran beton. Nilai kuat tekan beton terbaik pada luasan 0,003 m2 diperoleh pada komposisi agregat halus 30% dan umur beton 28hari sebesar 25,26MPa. Nilai kuat tekan tersebut lebih tinggi 10,57% dari campuran normal yang memiliki nilai 22, 59 MPa. Hasil ini memenuhi persyaratan mutu K-250 (21,7 MPa)