cover
Contact Name
Pandu Febriyanto
Contact Email
inovasiproses@akprind.ac.id
Phone
+6285642058253
Journal Mail Official
inovasiproses@akprind.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan, Yogyakarta 55222
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Inovasi Proses
ISSN : -     EISSN : 23386452     DOI : https://doi.org/10.34151/jip
Core Subject : Engineering,
Jurnal Inovasi Proses merupakan Jurnal Nasional Jurusan Teknik Kimia IST AKPRIND Yogyakarta yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian dan pengabdian yang berkaitan dengan teknik kimia.
Articles 86 Documents
OPTIMASI PROSES PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI TAPIOKA DAN PEKTIN AMPAS JERUK SIAM (Variabel Suhudan Waktu Proses)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah plastik semakin meningkat jumlahnya seiring bertambah penggunaannya, sehingga menimbulkan permasalahan serius.Untuk itu perlu dilakukan antisipasi dengan berbagai upaya untuk menanggulangi limbah plastik. Salah satunya dengan menggantikan plastik konvensional dengan plastik biodegradable.Sebelumnya plastik biodegradable telah dibuat, namun kekuatannya masih sangat kurang.Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pembuatan plastik biodegradable. Plastik biodegradable atau edible film dalam penelitian ini dibuat dari tapioka dan pektin ampas jeruk siam, dan sebagai penguatnya memanfaatkan gliserin (gliserol). Penelitian ini dilakukan dengan variabel suhu dan waktu proses terhadap nilai kuat tarik dan pemuluran plastik untuk mengetahui kondisi optimal agar dapat dihasilkan plastik biodegradable dengan kualitas yang baik. Tahapan dalam proses pembuatannya meliputi pembuatan bubuk ampas jeruk siam, tahap ekstraksi pektin ampas jeruk siam, analisis gugus pektin ampas jeruk siam dengan FTIR, pembuatanedible film. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,pada variable suhu proses dengan menggunakan tapioka 4 gram, pektin 0,8 gram, CaSO4 0,0004 gram, volume gliserol 0,8 mL, kecepatan pengadukan 700 rpm, volume pelarut aquades 150 mL, dan waktu 15 menit,diperoleh kondisi optimal terhadap kuat tarik dan pemuluranedible film pada suhu 85oCdengan nilai kuat tarik 3,13MPa dan pemuluran 26,37%. Pada variable waktu proses dengan menggunakan tapioka 4 gram, pektin 0,8 gram, CaSO4 0,0004 gram, volume gliserol 0,8 mL, kecepatan pengadukan 700 rpm, volume pelarut aquades 150 mL, dan suhu proses 85oC diperoleh kondisi optimal terhadap kuat tarik dan pemuluran edible film pada waktu proses 14 menitdengan nilai kuat tarik 2,47MPa dan pemuluran 29,66%.
IMMOBILISASI LIMBAH DENGAN SERPAT ZEOLIT MENGGUNAKAN BEBERAPA MACAM MATRIK ( Variabel Berat Jenis Bahan dan Suhu )
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfaatan teknologi nuklir dalam segala bidang menimbulkan permasalahan bagaimana mengolah limbahnya yang ditimbulkan, agar tidak mengganggu keselamatan lingkungan apabila limbah tersebut disimpan dalam penyimpanan sementara maupun lestari, mengingat limbah tidak dapat dirusak, dihancurkan dilenyapkan. Telah dilakukan penelitian immobilisasi limbah dengan serat zeolit dengan menggunakan beberapa macam matrik. Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan semen dan bentonit dalam mengikat limbah dengan serat zeolit. Penelitian dilakukan dengan cara menambah air, semen dan bentonit, limbah dengan serat zeolit dimasukan kedalam wadah dan dilanjutkan dengan pengadukan sampai terbentuk adonan yang homogen. Adonan yang terjadi dimasukan kedalam tabung polietilen (diameter 3,5 cm tinggi 4 cm). Selanjutnya berat blok monolit yang terjadi ditentukan dengan melakukan uji kuat tekan, perbandingan air dengan limbah serat zeolit terhadap matrik semen dan bentonit yang digunakan adalah 10% sebagai perikat. Variabel yang diteliti adalah perbandingan jumlah bahan serat zeolit terhadap matrik semen dan bentonit, untuk variabel suhu pembakaran limbah dengan serat zeolit terhadap matrik semen dan bentonit, suhu yang digunakan adalah 120 - 200°C. Serat zeolit yang telah dipadatkan adalah limbah zeolit yang telah hilang kandungan senyawa ion nya, hasil penelitian menunjukan bahwa semen dan bentonit cukup baik digunakan untuk mengikat limbah dengan serat zeolit. Perbandingan berat jumlah maksimum limbah dengan serat zeolit terhadap matrik semen dan bentonit hasil yang cukup baik di variabel 10:10:10 dengan berat sebesar 6,41 g dengan kuat uji tekan sebesar 29,43 KN/cm2 disuhu 450°C. Sedangkan untuk divariabel suhu yang rendah dihasilkan suhu yang terbaik adalah 200°C dengan berat 6,41 g dan kuat uji tekan sebesar 15,03 KN/cm2.
PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH SISIK IKAN (Variabel Suhu Ekstaksi dan Volume NaOH)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sisik ikan merupakan limbah yang belum dimanfaatkan dengan optimal, selama ini sisik ikan dimanfaatkan sebagai sumber kolagen. Sisik ikan (kering) memiliki kadar air 9,00%, kadar protein 25,81% dan kadar lemak 7,64%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sisik ikan sebagai bahan baku dalam pembuatan kitosan. Pembuatan kitosan dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap deproteinasi untuk menghilangkan protein yang terkandung dalam sisik ikan, tahap demineralisasi untuk menghilangkan mineral yang terkandung dalam sisik ikan dan tahap deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil yang terdapat dalam kitin. Bahan baku yang berupa sisik ikan dikeringkan dibawah sinar matahari dan disangrai kemudian ditimbang sebanyak 95,00 g dan diekstraksi dengan larutan NaOH 5% dengan suhu operasi 65°C selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan proses demineralisasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5N, sehingga diperoleh kitin. Proses selanjutnya yaitu deasetilasi dengan memvariasikan suhu ekstraksi dan volume larutan NaOH, kitin sebanyak 10 g diekstraksi menggunakan larutan NaOH 40% 50 mL dengan waktu ekstraksi 1 jam, dengan menvariasikan suhu ekstraksi proses selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan menvariasikan volume larutan NaOH. Kitosan yang dihasilkan dianalisis derajat deasetilasinya dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Hasil penelitian dengan variasi suhu ekstraksi dan volume larutan NaOH 40% menunjukkan bahwa derajat deasetilasi kitosan tertinggi pada variasi suhu ekstraksi sebesar 77,21% sedangkan pada variasi penambahan volume NaOH sebesar 87,60% yang didapat dari proses deasetilasi menggunakan suhu 90°C dengan waktu pemanasan 2 jam.
PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI UMBI GANYONG MENGGUNAKAN PLASTICIZER GLISERIN DAN KARAGENAN (Variasi Perbandingan Massa Karagenan dan Volume Gliserin dengan Massa Pati)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah plastik yang semakin meningkat menimbulkan permasalahan yang cukup serius bagi masarakat. Hal ini dapat ditanggulangi, dengan berbagai upaya, salah satunya dengan menggantikan penggunaan plastik konvensional dengan plastik biodegradable. Plastik biodegradable sudah banyak diproduksi, namun kekuatannya masih sangat kurang dibanding dengan plastik konvensional. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pembuatan plastik biodegradable yang lebih kuat. Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan umbi ganyong sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable dan karagenan. Plastik biodegradable dari umbi ganyong dibuat dengan melarutkan 4 gram pati umbi ke dalam 70 ml aquades, serta ditambahkan karagenan dan gliserin dengan perbandingan yang divariasikan. Campuran ditambahkan 5 ml asam asetat 5% pada saat suhu 70ºC. Kemudian campuran dipanaskan pada suhu 75-85ºC sambil dilakukan pengadukan dengan kecepatan 300 rpm selama 50 menit. Analisis hasil meliputi uji kadar pati, uji kadar air pada pati, uji kuat tarik), dan uji biodegradasi, dan uji FTIR. Hasil uji kadar pati diperoleh rendemen sebesar 6 %. Hasil uji kadar air pada pati yaitu 10,38 %. Dengan menggunakan suhu 75-85ºC, pati 4 gram, aquades 70ml,dan asam asetat 5% 5ml, kecepatan pengadukan 300rpm, dan waktu 50 menit, plastik dengan kuat tarik terbesar diperoleh dengan menggunakan perbandingan massa karagenan dengan pati 0,05 dan perbandingan volume gliserin dengan massa pati 0,25. Dengan kondisi tersebut diperoleh produk plastik biodegrdable dengan nilai kuat tarik 3,3369 MPa dan elongation 13,5124 %. Pengujian biodegradasi menggunakan larutan EM-4 plastik biodegradable dapat terurai setelah 37 hari, sehingga masih bersifat ramah lingkungan. Pengujian FTIR (Fourier Transform Infra Red) terdapat gugus fungsi berupa O-H alkohol fenol, C=O senyawa karbonil, C-O senyawa ester, N-H amida dan amina dan C≡C alkuna, sehingga bahan tersebut mudah terdegradasi.
EKSTRAKSI TANIN DARI DAUN JAMBU BIJI SEBAGAI BAHAN PENYAMAK NABATI (Variabel Waktu dan Suhu Ekstraksi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia banyak pabrik penyamakan kulit yang menggunakan bahan penyamak yang dapat mencemari lingkungan. Salah satu jenis bahan penyamak yang digunakan adalah bahan penyamak krom (Cr). Akibatnya, kadar limbah yang dihasilkan sangat tinggi. Oleh karena itu, para produsen penyamakan kulit beralih menggunakan zat yang lebih ramah lingkungan salah satunya zat tanin. Tanin dapat digunakan sebagai bahan penyamak nabati yang lebih ramah lingkungan. Tanin terdapat dalam tanaman seperti pada daun, kulit buah, batang, dan kulit kayu salah satunya daun jambu biji. Tanin yang terkandung di dalam daun jambu biji adalah berkisar 9-12%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan zat tanin dari daun jambu biji melalui metode ekstraksi dan mengetahui jumlah tanin yang terekstrak. Tanin dalam bahan baku adalah 10,5% dan kadar air dalam bahan baku adalah 8,66%. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan daun jambu biji, dengan pelarut etanol 96%, dan kecepatan pengadukan 250 rpm dengan memvariasikan waktu ekstraksi (30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit, dan 180 menit) dan suhu ektraksi (500C, 550C, 600C, 650C, 700C, dan 750C). Dari hasil penelitian dengan menggunakan daun jambu biji 40 gram, etanol 96% 100 mL, suhu 500C, kecepatan pengadukan 250 rpm dengan memvariasikan waktu ekstraksi didapatkan waktu optimum yaitu 150 menit dengan presentasi tanin terekstrak sebesar 27,08%. Penelitian dilanjutkan dengan memvariasikan suhu dengan menggunakan daun jambu biji 40 gram, etanol 96% 100 mL, kecepatan pengadukan 250 rpm dengan waktu optimum 150 menit, didapatkan suhu optimum yaitu 650C dengan presentasi tanin terekstrak yaitu sebesar 54,73%.
PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI TAHU (AMPAS TAHU) (Variabel penambahan bioaktivator dan waktu fermentasi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob. Biogas dapat dihasilkan pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh, dan mencapai puncaknya pada hari ke hari ke 20-25. Akan tetapi perlu juga dipertimbangan ketinggian lokasi pembuatannya karena pada temperatur dingin biasanya bakteri lambat berproses sehingga biogas yang dihasilkan mungkin lebih lama. Komponen biogas yang paling penting adalah gas metan, selain itu juga gas-gas lain yang dihasilkan dalam digester. Biogas yang dihasilkan oleh digester sebagian besar terdiri dari 54-70% metan (CH4), 27-35% meliputi karbondioksida (CO2), nitrogen (N2), dan hydrogen (H2), 0,1% karbon monoksida (CO), 0,1% oksigen (O2) dan hydrogen sulfat (H2S). Biogas memiliki nilai kalori sebesar 5500-6700 kcal/m3. Angka ini setara dengan menggunakan lampu 60 watt selama 6-7 jam. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain, yaitu 1 m3 biogas setara dengan elpiji 0,46 kg., minyak tanah 0.62 liter., minyak solar 0,52 liter., bensin 0,80 liter., gas kota 1,50 m3, dan kayu bakar 3,50 kg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan biogas dengan bahan limbah padat industry tahu (ampas tahu) dengan metode fermentasi anaerob dengan variasi penambahan bioaktivator dan dapat mengetahui berapa waktu yang paling efektif dalam pembuatan biogas dengan metode fermentasi anaerob. Penelitian ini dilakukan dengan metode fermentasi oleh bakteri-bakteri anaerob dengan memvariasikan waktu vermentasi ( 4 hari, 6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari) pada bahan ampas tahu. Rasio perbandingan bioaktivator adalah 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 25 ml. Pada penelitian ini, biogas yang dihasilkan oleh bahan yaitu ampas tahu masih belum maksimal, dikarenakan belum baiknya bakteri-bakteri yang bekerja berada didalam reaktor sehingga menghambat gas metan untuk terbentuk dan keluar menghasilkan gas. Adanya perubahan suhu yang menyebabkan belum maksimal terbentuknya gas metana karena bakteri mampu bekerja pada suhu 32 – 35oC. Belum sempurnanya digester juga mempengaruhi pembentukan biogas, banyaknya isian bahan pada digester menyebabkan tidak adanya ruang untuk terbentuknya gas metana.
PEMBUATAN KOAGULAN ALAMI DARI BIJI PEPAYA DAN KULIT PISANG (Variabel konsentrasi NaCl dan Massa Biji Papaya)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 2 (2021): September 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Umumnya masyarakat menggunakan bahan kimia untuk mengolah limbah cair, namun tanpa disadari efek samping dari penggunaan bahan kimia seperti alumunium sulfat dalam jumlah dan kurun waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia seperti penyakit alzeimer, parkinson dan penyakit syaraf lainnya, serta dapat merusak lingkungan sekitar. Pengolahan limbah cair menggunakan bahan organik sebagai flokulan dan koagulan untuk menggantikan folukan dan koagulan dari bahan kimia akan lebih aman bagi manusia karena lebih ramah lingkungan juga mudah terdegradasi secara alamiah serta lebih ekonomis. Ekstrak protein dari limbah biji pepaya dapat dapat digunakan sebagai koagulan dalam proses pengolahan limbah cair, sedangkan getah serbuk kulit pisang kering dapat digunakan sebagai flokulan dalam proses pengolahan limbah cair. Penelitian ini bertujuan untuk membuat koagulan yang berasal dari biji pepaya dan flokulan yang berasal dari getah kulit pisang dengan variabel konsentrasi NaCl sebagai bahan pelarut dan massa biji pepaya untuk mendapatkan hasil ekstraksi protein yang maksimal. Hasil penelitian ini menunjukan kadar air kulit pisang 4,47 serta hasil maksimal protein sebesar 10,43% diperoleh dengan mengekstratsi biji pepaya seberat 2,5 gram dengan konsentrasi pelarut NaCl 0,1 M. Umumnya masyarakat menggunakan bahan kimia untuk mengolah limbah cair, namun tanpa disadari efek samping dari penggunaan bahan kimia seperti alumunium sulfat dalam jumlah dan kurun waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia seperti penyakit alzeimer, parkinson dan penyakit syaraf lainnya, serta dapat merusak lingkungan sekitar. Pengolahan limbah cair menggunakan bahan organik sebagai flokulan dan koagulan untuk menggantikan folukan dan koagulan dari bahan kimia akan lebih aman bagi manusia karena lebih ramah lingkungan juga mudah terdegradasi secara alamiah serta lebih ekonomis. Ekstrak protein dari limbah biji pepaya dapat dapat digunakan sebagai koagulan dalam proses pengolahan limbah cair, sedangkan getah serbuk kulit pisang kering dapat digunakan sebagai flokulan dalam proses pengolahan limbah cair. Penelitian ini bertujuan untuk membuat koagulan yang berasal dari biji pepaya dan flokulan yang berasal dari getah kulit pisang dengan variabel konsentrasi NaCl sebagai bahan pelarut dan massa biji pepaya untuk mendapatkan hasil ekstraksi protein yang maksimal. Hasil penelitian ini menunjukan kadar air kulit pisang 4,47 serta hasil maksimal protein sebesar 10,43% diperoleh dengan mengekstratsi biji pepaya seberat 2,5 gram dengan konsentrasi pelarut NaCl 0,1 M.
HAZARD OPERABILITY STUDY (HAZOP): SALAH SATU METODE UNTUK MENGIDENTIFIKASI BAHAYA DALAM MANAJEMEN RISIKO
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 2 (2021): September 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasal 27 Undang Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian, menjadi salah satu latar belakang ditetapkannya Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraannya. Perlindungan kepada tenaga kerja mencakup kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan, fisik maupun mental. Kewajiban pengusaha tidak hanya melindungi tenaga kerja saja, tetapi orang lain yang berada di tempat kerja juga harus dijamin keselamatannya. Terkait dengan jaminan keselamatan untuk tenaga kerja maupun orang lain di tempat kerja serta sumber-sumber produksi yang digunakan, maka diperlukan suatu aktifitas manajemen risiko. Manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya, menilai risikonya, serta pengambilan tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang ada secara terus menerus. Risiko adalah suatu ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari sumber bahaya yang terjadi. Risiko adalah suatu ukuran, yang berarti risiko merupakan suatu nilai yang dapat diukur. Risiko didefinisikan sebagai fungsi konsekuensi (C) dan keseringterjadian atau peluang (P). Elemen-elemen yang ada di dalam risiko adalah bahaya (hazard), konsekuensi, dan peluang. Identifikasi bahaya dilakukan untuk mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan. Salah satu metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya adalah HAZOP (Hazard Operability Study). Hazop sebagai salah satu metode indentifikasi bahaya dapat dilakukan saat suatu proses sedang berlangsung, sehingga potensi bahaya dapat diidentifikasi sejak dini dan dievaluasi saat proses masih berlangsung, dengan demikian perbaikan dapat segera dilakukan tanpa mengehentikan proses.
PEMANFAATAN KULIT JAGUNG DAN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) (Variabel Perbandingan Berat Bahan Kulit Jagung dan Tongkol Jagung Dengan Kecepatan Pengaduk)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 2 (2021): September 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah tongkol jagung dan kulit jagung banyak dijumpai setelah pasca panen dan hanya dibuang oleh masyarakat, akan menyebabkan pencemaran lingkungan jika tidak ditangani. Limbah tongkol jagung dan kulit jagung merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas seni, yang memiliki kandungan selulosa tinggi. Kertas seni dalam penelitian ini dibuat dari kulit jagung dan tongkol jagung. Penelitian dilakukan dengan menggunakan variabel perbandingan kulit jagung dan tongkol jagung dengan kecepatan pengadukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui alfa selulosa, daya serap terhadap air, kuat sobek, kuat tarik, dan uji sensoris. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kulit jagung dan tongkol jagung sebanyak 100 gram, dengan konsentrasi larutan NaOH 10 % sebanyak 500 ml, suhu 80˚c, waktu pemasakan 60 menit diperoleh kondisi terbaik yaitu dengan menggunakan perbandingan bahan kulit jagung dan tongkol jagung 9:1 gram/gram dan pengadukan 600 rpm. Dengan kondisi tersebut diperoleh kertas seni dengan alfa selulosa sebesar 60 %, daya serap terhadap air 3 %, kuat sobek 50 mN, kuat tarik 7,27 MPa, uji sensoris terhadap warna 3,7 (Netral) dan terhadap tekstur 4 (Suka).
PENGENDALIAN LAJU KOROSI BAJA DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BIJI ALPUKAT SEBAGAI GREEN INHIBITOR
Jurnal Inovasi Proses Vol. 6 No. 2 (2021): September 2021
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah biji alpukat yang mengandung tanin belum banyak dimanfaatkan dan dibuang ke lingkungan. Kandungan tanin tersebut dapat digunakan sebagai inhibitor alami untuk menurunkan laju korosi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi inhibitor biji alpukat terhadap laju korosi baja dan nilai efisiensi inhibisinya. Bahan yang digunakan adalah biji alpukat sebagai bahan baku inhibitor dan plat baja. Metode penelitian ini terdiri dari 3 tahapan utama yaitu: pembuatan ekstrak biji alpukat, preparasi baja, pengujian perendaman baja pada media korosif larutan asam klorida dengan penambahan konsentrasi inhibitor (0,5 g/L; 1 g/L; 1,5 g/L; 2 g/L; 2,5 g/L). Kandungan tanin dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Kandungan tanin yang diperoleh sebesar 2,07% dari sampel awal. Penelitian ini bertujuan untu mengetahui laju korosi suatu logam terhadap asam HCl dengan inhibitor dari Ekstrak biji alpukat.Penambahan konsentrasi inhibitor mempengaruhi performa baja setelah direndam. Saat konsentrasi inhibitor yang ditambahkan secara terus meningkat, maka laju korosi baja akan menurun dan nilai efisisensi inhibisi meningkat. Nilai inhibisi terbesar diperoleh 100% pada konsentrasi inhibitor 2,5 g/L dengan waktu perendaman dari 3-9 jam.