cover
Contact Name
Pandu Febriyanto
Contact Email
inovasiproses@akprind.ac.id
Phone
+6285642058253
Journal Mail Official
inovasiproses@akprind.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan, Yogyakarta 55222
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Inovasi Proses
ISSN : -     EISSN : 23386452     DOI : https://doi.org/10.34151/jip
Core Subject : Engineering,
Jurnal Inovasi Proses merupakan Jurnal Nasional Jurusan Teknik Kimia IST AKPRIND Yogyakarta yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian dan pengabdian yang berkaitan dengan teknik kimia.
Articles 86 Documents
Pembuatan Bioetanol dari Umbi Ganyong (Canna Edulis Ker.) dengan Proses Fermentasi Detoksifikasi menggunakan Ca(OH)2 (Variabel Berat Ragi dan Waktu Fermentasi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 4 No. 2 (2019): September 2019
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ganyong dapat dimanfaatkan sebagai sayur atau digunakan untuk diambil patinya yang merupakan pati berkualitas tinggi. Pucuk daun dan tangkai daunnya dapat pula digunakan sebagai pakan ternak. Namun pada saat sekarang umbi ganyong jarang dikonsumsi oleh masyarakat dikarenakan sumber pangan beralih ke padi, singkong dan sagu. Selain itu tekstur umbi ganyong berserat dan banyak mengandung pati. Sekarang umbi ganyong banyak dijadikan pakan ternak oleh masyarakat, namun karena umbi ini banyak mengandung pati maka dapat dijadikan sumber energi alternative yaitu bioethanol dari pati umbi ganyong. Penelitian dilakukan untuk memperoleh bioetanol dari umbi ganyong dengan cara fermentasi-detoksifikasi dengan variabel penambahan ragi dan waktu fermentasi sehingga akan diperoleh hasil optimal. Pada penelitian ini akan digunakan umbi ganyong segar yang diambil dari pasar, umbi ganyong dibersihkan lalu umbi diblender dengan ditambahkan air 1:1(b/v), lalu hasil umbi yang telah diblender disaring dengan kain saring akan diperoleh filtrat. Filtrat diendapkan selama 1 jam dan akan diperoleh air di bagian atas dan endapan pati di bagian bawah untuk. Endapan pati ganyong dipisahkan dari air lalu dijemur. Pati ganyong yang telah kering ditimbang 100 gram lalu dihidrolisis dengan menggunakan 50 ml aquadest dan 200 ml asam sulfat 0,3 N. setelah itu hidrolisat dilakukan proses detoksifikasi dengan penambahan Ca(OH)2 sampai pH menjadi basa, setelah itu sampel didiamkan 24 jam. Setelah didiamkan 24 jam sampel diasamkan kembali dengan penambahan asam sulfat 0,3 N sampai pH 4-5 dan siap untuk difermentasi. 1/8 sampel hidrolisat yang telah didetoksifikasi dijadikan sampel untuk difermentasi dan ditambahkan ragi yang divariasikan lalu tambahkan nutrient (NPK & Urea). Waktu fermentasi juga divariasikan. Setelah difermentasi sampel didistilasi pada suhu 100 derajat celcius, distilat dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Dengan kondisi proses yang optimal saat waktu fermentasi 5 hari dan penambahan ragi sebanyak 48% terhadap pati didapatkan persentase etanol yang maksimal dari penelitian ini sebesar 35,3612% , serta persentase hasil dari metode fermentasi tanpa detoksifikasi pada kondisi optimal waktu fermentasi dan berat ragi yang sama didapat hasil yang maksimal yaitu sebesar 5,002%.
Pembuatan Pupuk Cair Organic dari Kiambang (Salvinia molesta) (Variabel Penambahan EM4 dan Lama Waktu Fermentasi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 4 No. 2 (2019): September 2019
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kiambang (Salvinia molesta) adalah tumbuhan air berupa paku air atau gulma air yang biasa mendominasi perairan rawa. Kiambang dapat tumbuh dengan cepat dan cukup melimpah di persawahan, rawa, danau, kolam, atau genangan air. S. molesta memiliki diameter daun dengan kisaran rata-rata 2-4 cm, tetapi memiliki perakaran yang lebat dan panjang serta mampu beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi nutrisi dan salinitas rendah (<10‰). S. molesta tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi, kecuali sebagai humus karena pertumbuhannya yang cepat dan dapat dijadikan pupuk. Penelitian dilakukan untuk memperoleh pupuk organik cair dari kiambang dengan cara fermentasi dengan variabel waktu fermentasi, variasi bahan dan penambahan EM4 sehingga akan diperoleh hasil yang optimum dengan membandingkan yield pupuk yang diperoleh. Pada penelitian ini akan digunakan kiambang segar yang diambil dari lahan perairan bebas limbah industri, kiambang dipotong kecil-kecil agar mudah ditimbang. Lalu kiambang tersebut dihaluskan menggunakan blender. Selanjutnya tambahkan air dengan perbandingan 1:1,5 (massa kiambang : volume air), lalu ditambahkan juga gula pasir / gula merah sebagai variasi bahan yang digunakan. Campuran tersebut untuk kemudian ditambahkan EM4. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan botol plastik berisi larutan kiambang yang disimpan didalam ruangan tertutup pada suhu kamar. Dengan variasi lama waktu fermentasi selama 3 hari, 7 hari, 11 hari, 15 hari, dan 19 hari. Kondisi optimal dapat dilihat dari kandungan Nitrogen yang terdapat didalam pupuk tersebut.Pada penelitian ini diperoleh kondisi optimum yang dicapai pada lama waktu fermentasi 15 dengan penambahan EM4 2.5 mL. Dengan menggunakan kondisi proses tersebut, diperoleh persentase hasil kadar Nitrogen sebesar 0.0035%; kadar Fosfor sebagai P2O5 sebesar 0,00145%; dan kadar Kalium sebagai K2O sebesar 0,2804%.
Penambahan Lidah Buaya Sebagai Antikseptik Sabun Mandi Cair Dari Minyak Kedelai
Jurnal Inovasi Proses Vol. 4 No. 2 (2019): September 2019
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lidah buaya (Aloe vera) lebih dikenal sebagai tanaman hias yang termasuk keluarga liliaceae dan banyak digunakan sebagai bahan obat-obatan dan kosmetika, baik secara langsung dalam keadaan segar maupun diolah dan dipadukan dengan bahan-bahan lain. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak/ minyak dengan alkali. Tujuan untuk pengetahui pengaruh kecepatan pengadukan dan volume ekstraksi, serta mengetahui kondisi proses yang optimal dalam pembuatan sabun mandi cair. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan kondisi optimal untuk kecepatan pengadukan adalah sebesar 34 % untuk persentase penurunan bakteri, 0,0021% untuk alkali bebas, 0,44% untuk asam lemak bebas, 8,7 untuk pH, dan volume ekstrak lidah buaya adalah sebesar 60,234 % untuk persentase penurunan bakteri, 0,0012% alkali bebas, 0,2596% asam lemak bebas, 8,8 untuk pH. Dan kondisi operasi optimal untuk kecepatan adalah sebesar 200 rpm, dan volume ekstrak lidah buaya adalah sebesar 60 – 90 ml.
Pengaruh Suhu Pemasakan dan Kecepatan Pengadukanpada Formulasi Biji Kacang Panjang dan Daun Kelor(Moringa oleifera lam)dalam Pembuatan Susu Nabati Tinggi Protein dan Kalsium
Jurnal Inovasi Proses Vol. 4 No. 2 (2019): September 2019
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kombinasibiji kacang panjang dengan daun kelor sebagai susu nabati merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai gizi dalam susu tersebut terutama proteinnya. Kacang panjang sendiri merupakan bahan pangan yang berasal dari kacang-kacangan yang dapat digolongkan sebagai sumber protein hampir sempurna.Kandungan dalam biji kacang panjang yang cukup dominan adalah protein sebesar 17,30%/100 g bahan. Pada peniltian ini digunakan beberapa parameter gizi yaitu protein dan kalsium. Untuk mengetahui kondisi optimum maka digunakan variabel suhu proses perebusan dan kecepatan pengadukan.Biji kacang panjang sebanyak 250 g direndam selama 12jam. Biji kacang panjang dan daun kelor di blender dengan air matang 500mL. Kemudian bubur biji kacang panjang dan daun kelor disaring menggunakan kain saring dan dimasak pada (60,65,70,75,80)oC dengan kecepatan pengadukan(150,200,250,300,350)rpm.Kemudian dilakukan analisa mengenai kadar air,kadar protein, dan kadar kalsium. Dari percobaan yang dilakukan di dapat data-data sebagai berikut, pada variabel suhu proses pemasakan diperoleh hasil optimum dengan suhu 70oC dengan hasil kadar protein 15,69% dan kadar kalsium 1,30%. Sedangkan untuk kecepatan pengadukan didapatkan hasil optimum pada kecepatan 200rpm dengan kadar protein 16,18% dan kadar kalsium 1,48%.
Pirolisis Limbah Pangkal Bambu Menjadi Karbon Aktif dan Asap Cair Menggunakan Zat Aktivator Asam Phosfat (H3PO4) (Variabel Lama Waktu Perendaman dan Variabel Suhu)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 4 No. 2 (2019): September 2019
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pohon bambu memiliki banyak kegunaan termasuk pangkal bambu yang merupakan limbah dan tidak digunakan. Dengan berkembangnya teknologi terutama di bidang teknik kimia, pangkal bambu dapat diolah dengan pirolisis agar diperoleh bahan yang lebih bermanfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan karbon aktif dan kegunaanya serta mengetahui kualitas daya adsorbsi karbon aktif dari pangkal bambu terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi. Proses pembuatan karbon aktif dilakukan dengan pirolisis, yaitu pemanasan, pembakaran tanpa terjadi kontak dengan udara luar. Limbah pangkal bambu dengan kadar air sebesar 6,1% direndam dalam zat aktivator H3PO4 dengan konsentrasi 12% selama 24 jam lalu ditiriskan 1 hari kemudian di pirolisis. Karbon hasil pirolisis selanjutnya direndam kembali dalam zat aktivator H3PO4 dengan variasi lama waktu perendaman dan variasi suhu pirolisis, Selanjutnya limbah pangkal bambu ditiriskan pada suhu kamar selama 1 hari kemudian di oven untuk mencari berat konstan. Karbon aktif kemudian dikeluarkan dan ditimang untuk mengetahui % hasil karbon aktif dan daya adsorbsinya atau keaktifannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan dua variabel yang berbeda didapatkan hasil terbaik pada variabel kedua dengan kondisi proses pirolisis dengan suhu 450ºC, waktu pirolisis 75 menit, konsentrasi asam 12% dan dilakukan dua kali perendaman (sebelum dan sesudah pirolisis) selama 24 jam diperoleh keaktifan karbon aktif 487,296 mg/g dan hasil karbon aktif sebesar 27,73% dan hasil asap cair 56 mL. Keaktifan karbon tersebut masih dibawah standar yang ada di pasaran yaitu 750 mg/g (SNI 06–3730-1995).
PENGAMBILAN MINYAK NABATI DARI BIJI ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) DENGAN PELARUT N-HEKSANA (Variabel Waktu Ekstraksi dan Suhu Ekstraksi )
Jurnal Inovasi Proses Vol. 4 No. 2 (2019): September 2019
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alpukat merupakan buah yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman alpukat berasal dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan telah menyebar hampir ke seluruh negara sub-tropis dan tropis termasuk indonesia. Hampir semua orang mengenal dan menyukai buah alpukat, buah alpukat mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Di samping daging buahnya, biji alpukat juga memiliki potensi karena proteinnya tinggi bahkan alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati. Pada penelitian ini, minyak biji alpukat dihasilkan dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana dengan variabel waktu dan suhu ekstraksi untuk mengetahui mutu minyak biji alpukat dilakukan analisis, %yield, angka iod, angka penyabunan, dan %FFA. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kadar minyak dalam biji alpukat optimum mencapai 4,660% dengan kadar air 10.41%. Yield optimum pada penelitian di pengaruhi oleh variabel operasi, saat waktu ekstraksi 180 menit, suhu proses 60 oC, massa biji alpukat 50 gram, volume pelarut 500 mL dan kecepatan pengadukan 500 rpm. Angka yodium diperoleh 2,8823 g iod/g, kadar asam lemak bebas (%FFA) sebesar 0,9586%, dan angka penyabunan 47,3794 mg KOH/g minyak.
OPTIMASI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALISATOR KALSIUM OKSIDA (CaO) DENGAN PROSES METANOLISIS (Variabel Suhu Reaksi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 4 No. 2 (2019): September 2019
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu sumber bahan baku biodiesel yang prospektif adalah minyak jelantah, konsumsi minyak goreng di Indonesia tahun 2008 sekitar 5 juta kL per tahun, sehingga apabila penggunaan minyak goreng mencapai 80%, maka terdapat potensi minyak jelantah yang mencapai 1 juta kL. Minyak jelantah dapat diproses menjadi biodiesel dengan proses metanolisis menggunakan katalisator batu gamping. Proses metanolisis dengan katalisator kalsium oksida (CaO) dilakukan dalam reaktor batch yang dilengkapi pemanas, termometer, dan pendingin balik. Reaktor diisi dengan minyak jelantah terhadap metanol dengan perbandingan mol 1:15 serta berat katalis terhadap minyak sebanyak 4% dan dijalankan selama 2 jam pada berbagai suhu. Produk yang dihasilkan kemudian dipisahkan antara ester dan produk sampingnya. Ester ditimbang agar diketahui yield dari reaksi tersebut. Variabel yang dipelajari adalah suhu mulai dari 50°C, 60°C, 70°C, dan 80°C. Metil ester yang telah terpisah kemudian dihitung nilai yieldnya dan dianalis nilai densitas, viskositas, titik nyala, dan titik tuang. Hasil analisis dibandingkan dengan mutu biodiesel sesuai standar SNI. Kondisi optimum dicapai pada suhu 60°C dengan perbandingan minyak terhadap metanol 1:15, berat katalis terhadap minyak 4%, kecepatan pengadukan 500 rpm, dan waktu proses selama 2 jam didapat nilai yield sebesar 65,58%.
OPTIMASI PEMANFAATAN MINYAK SERAI (CYIMBOPOGANCITRATES DC) SEBAGAI ZAT ANTISEPTIK PADA PEMBUATAN SABUN LUNAK HERBAL
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 1 (2020): Maret 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sabun komersial sekarang ini menggunakan zat antibakteri sintetis yang tidak baik jika digunakan dalam jangka waktu panjang. Sabun yang biasa digemari masyarakat adalah sabun dengan antiseptik herbal dengan berbagai manfaatnya. Minyak serai mengandung senyawa eugenol yang dapat berperan aktif membunuh bakteri pathogen. Maka penelitian tentang pembuatan sabun antiseptik herbal dari VCO dan minyak sereh sebagai antiseptik, dengan variabel konsentrasi KOH dan temperatur proses perlu dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan sabun dari Virgin Coconut Oil (VCO) dengan minyak sereh, dimana reaksi saponifikasi dengan meraksikan minyak dan larutan KOH dengan perbandingan konsentrasi KOH divariasikan (20%, 30%, 40% dan 50%) pada suhu 500C, kecepatan pengadukan 350 rpm selama 45 menit. Pemisahan dilakukan dengan larutan NaCl 30%. Hasil sabun kemudian dianalisis yang meliputi uji organoleptik, uji alkali bebas, uji asam lemak bebas, dan uji daya hambat bakteri. Hasil terbaik dari variasi konsentrasi KOH tersebut kemudian divariasikan pada suhu meliputi (300C, 400C, 500C, dan 600C) dengan prosedur yang sama. Hasil sabun yang diperoleh dianalisis dan dibandingkan dengan standar mutu sabun (SNI 06-3532-1994). Produk sabun terbentuk lunak berwarna kuning pekat, aroma khas serai. Kondisi proses yang baik diperoleh dengan menggunakan sabun yang dibuat dengan konsentrasi KOH 30% dan temperatur proses 600C. Dengan kondisi tersebut diperoleh sabun dengan pH 10, kadar alkali bebas 0.028%, asam lemak bebas 1.14%, dan efektivitas daya hambat bakteri 72,09%.
PIROLISIS LIMBAH KULIT NANGKA MENJADI ARANG AKTIF DAN ASAP CAIR DENGAN AKTIVATOR NATRIUM KLORIDA (NaCl) (Variabel Waktu Pirolisis dan Konsentrasi Zat Aktivator)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 1 (2020): Maret 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan tanaman buah yang termasuk golongan tanaman tropis. Buah nangka yang dikonsumsi adalah bagian daging buahnya. Komposisi buah nangka terdiri dari 28% daging buah, 34% bijidan 38% kulit buah.. Kulit nangka selama ini umumnya hanya dibuang dan kurang dimanfaatkan. Salah satu cara penanganan hal tersebut adalah dengan melakukan pengolahan kembali untuk menjadikan kulit nangka sebagai salah satu bahan baku pembuatan arang aktif dan asap cair. Sebagai biomassa kulit nangka memiliki komposisi organik dan arang yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan arang aktif dan asap cair dengan pirolisis. Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan menggunakan metode pirolisis, yaitu pengarangan tanpa terjadi kontak dengan udara. Limbah kulit nangka yang telah dipotong dengan ukuran rata-rata 1cm x 1cm dan telah dilakukan pengeringan awal dianalisis kadar air dan kadar abu kemudian dilakukan pirolisis. Pirolisis limbah kulit nangka 150 gram dengan kadar air 11,7% dan kadar abu 7,8% dilakukan pada suhu 400 ºC menit dengan variasi waktu pirolisis 30 menit, 40 menit, 50 menit, 60 menit dan 70 menit. kemudian direndam dalam zat aktivator larutan NaCl selama 4 jam deng variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada proses pirolisis dengan menggunakan bahan baku 150 gram, suhu proses 400 ºC didapat lama waktu pirolisis optimum pada lama waktu 60 menit dengan kereaktifan arang sebesar 208,116 mg/g dan volume asap cair sebanyak 49 mL. Arang hasil pirolisis dengan suhu 540 ºC dan lama waktu 60 menit sebanyak 5 gram direndam dalam larutan aktivator natrium klorida selama 4 jam didapat konsentrasi zat aktivator optimum natrium klorida 20% dengan kereaktifan arang 276,642 mg/g. Hasil analisis asap cair diperoleh pH 3,84, densitas 1,0059 gram/mL, warna coklat gelap, tidak transparan, ada bahan terapung, dan memiliki kandungan etilen glycol dan isobutyl alcohol.
Pengambilan Zat Antimicrobial Saponin dari Batang Pisang (Musa Acuminata) dengan Pelarut Methanol (Variabel pengaruh waktu dan suhu ekstraksi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 5 No. 1 (2020): Maret 2020
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dewasa ini, menurut Direktorat Bina Produksi Hortikultura serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, pisang merupakan salah satu buah prioritas untuk dikembangkan dan diteliti di Indonesia. Produksi pisang di Indonesia meningkat tiap tahunnya dan menempati peringkat tertinggi diikuti oleh mangga pada urutan kedua dan jeruk urutan ketiga. Bahkan Indonesia merupakan negara penghasil pisang terbesar ke-6 di dunia setelah India, Brazil, China, Ekuador dan Piliphina. Namun, pemanfaatan pisang masih terbatas pada buahnya saja, sedangkan kulit, daun dan batang pisang masih menjadi limbah, sehingga dibutuhkan inovasi dalam pengolahan limbah tersebut. Batang pisang merupakan salah satu limbah yang dihasilkan di dunia industri pisang di Indonesia. Diamana kita mengetahui bahwa di dalam batang pisang terdapat getah pohon pisang mengandung senyawa saponin, antrakuinon dan kuinon yang berfungsi sebagai antibakteri dan penghilang rasa sakit. Terdapat pula kandungan lektin yang berfunfgsi untuk menstimulasi sel kulit, tanin yang bersifat antiseptik, dan kalium yang bermanfaat untuk melancarkan air seni, serta saponin yang berkhasiat untuk mengencerkan dahak. Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak batang pisang mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu saponin, tanin, dan flavonoid (Wijaya, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui cara pengambilan zat antimicrobial saponin yang ada pada batang pisang (Musa acuminata) serta kondisi prosesnya agar diperoleh hasil yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa pengambilan zat saponin dengan cara ekstrasi dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol dengan konsentrasi 70%. Selain itu kami juga dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu dalam menjalankan proses ekstraksi ini maka akan menghasilkan juga jumlah saponin yang terekstrak semakin tinggi.