cover
Contact Name
Rahma Melati Amir
Contact Email
jasminerahma2218@gmail.com
Phone
+6281355508159
Journal Mail Official
jurnal-almubarak@uiad.ac.id
Editorial Address
Kampus UIAD Jl.Sultan Hasanuddin no.18 Kel.Balangnipa Kec.Sinjai Utara Kab.Sinjai Sulawesi Selatan
Location
Kab. sinjai,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir
ISSN : 25487248     EISSN : 27155692     DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v8i2
Jurnal Al Mubarak memuat naskah penelitian dan kajian ilmiah yang membahas tentang Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Kajian Kitab atau Tokoh Tafsir (Klasik, Modern, Indonesia, Lokal),Tafsir Tematik Kajian Living Quran, Metodologi Studi Al Quran dan Tafsir, Sejarah Kajian Islam, serta isu-isu lainnya yang berhubungan dengan Kajian Al Quran dan Tafsir.
Articles 86 Documents
Eksistensi Angka Dalam Al-Qur’an Siar Nimah
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i2.228

Abstract

Angka merupakan satu dari banyak elemen yang turut hadir dalam al-Qur`an. Kehadirannya tentu saja bukan tanpa makna. Penelitian ini mencoba untuk mengungkap eksistensi tersebut, yakni pesan di balik sebuah angka. Namun, perlu untuk dikemukakan bahwa penelitian ini bukan perihal mengungkap sisi kemukjizatannya yang lazim disebut dengan i’jâz ‘adadî, tetapi lebih condong kepada keingintahuan tentang pesan apa yang hadir melalui eksistensinya. Metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kajian tematik dengan menetapkan angka sebagai tema. Sebagai sebuah kajian tematik, maka untuk mendapatkan pemaknaan yang jelas, pengumpulan datanya dilakukan dengan menelusuri ayat-ayat yang terdapat angka di dalamnya. Setelahnya, mengemukakan pendapat mufassir juga dilakukan guna melengkapi data yang ada agar menghasilkan sebuah kesimpulan yang valid. Akhirnya, penelitian ini memberikan sebuah kesimpulan bahwa angka di dalam al-Qur`an meliputi bilangan pokok, genap, maupun pecahan. Ketiga model ini memberikan pesan tentang ketauhidan, hari akhir, hukum, juga tentang masa dan lainnya.
Virus Corona Dalam Perspektif Sunnah Firdaus Firdaus
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 1 (2020): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i1.292

Abstract

Hadis menjelaskan tentang wabah dengan istilah thaa’uun. Istilah ini mencakup semua bentuk virus atau wabah yang dapat menular atau mewabah kepada setiap orang. Melalui kata thaa’uun, hadis-hadis Nabi Saw tentang virus corona dapat ditelusuri. Ini menunjukkan bahwa di masa Nabi dan sahabat telah terjadi kondisi yang serupa dengan kondisi yang menimpa hampir semua negara saat ini. Menurut hadis Nabi Saw, salah satu cara menghindari atau memutus mata rantai merebak atau semakin meluasnya wabah itu adalah lockdown atau isolasi diri, termasuk stay home. Keluar rumah dibolehkan jika ada kepentingan tertentu dan mendesak, itupun harus hati-hati, menggunakan masker, dan menjaga jarak dengan orang lain atau social distancing. Illat gugurnya kewajibah shalat jum’at dan shalat berjama’ah adalah berkumpul dalam satu tempat saat Covid-19 dapat menular dan menyebar, karena hal ini dapat menambah dan dianggap dapat memperluas penyebaran wabah Covid-19 tersebut. Dan jika hal ini terjadi terus menerus, maka korban akan terus bertambah dan mata rantai penyebaran Covid-19 sangat sulit untuk dihentikan. Karena itu, seluruh ibadah yang melibatkan banyak orang dan berkumpul dalam suatu tempat harus dihindari, termasuk shalat jum’at, shalat wajib, tarwih, dan ‘Id secara berjama’ah. Pelaksanaan Ibadah ini, sebaiknya dilaksanakan di rumah masing-masing sampai terhentinya penyebaran Covid-19.
Analisis Sejarah Jam’u Al-Qur’an Muzakkir Muhammad
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 1 (2020): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i1.293

Abstract

Perjalanan panjang yang telah dilalui Al-Qur’an merupakan perjalanan yang setidaknya dapat melahirkan pertanyaan dan keraguan tersendiri, sehingga sebelum itu terjadi Al-Qur’an lebih dahulu menutup secara rapat ruang keraguan dalam diri ummat islam terhadap Al-Qur’an melalui Firman Allah dalamsurah al-H{ijr ayat 9 sebagai jaminan bahwa Al-Qur’an selalu dan akan selalu terjaga. Penelitian ini menggunakan penelitian liberary researc dengan pendekatan sejarah menggunakan diktat diktat sejarah dan kitab-kitab tafsir dalam mengkaji lebih lanjut sejarah jam’u Al-Qur’an. Kata jam’ sebagaimana disebutkan dalam al-Mu’jam al-Wasi>t} berarti ‘d}amma ba’d}uh ila> ba’d}ih’ (menggabungkan sebahagian ke sebahagian yang lain), yang memiliki makna jam’uhu bi alhifzi dan jam’uhu bi alkitabah yang mana berlangsung di masa hidupnya dan turunnya Al-Qur’an. Dalam penyalinan kembali Al-Qur’an, Abu> Bakar menetapkan dua pedoman. Pertama, penulisan berdasarkankan kepada sumber tulisan Al-Qur’an yang pernah ditulis pada masa Rasulullah saw. yang tersimpan di kediamannya. Kedua, penulisan berdasarkan kepada sumber hafalan para Sahabat penghafal Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan ketelitian beliau dalam menuliskan Al-Qur’an sehingga ia tidak menerima ayat yang akan dituliskannya sehingga disaksikan oleh dua orang saksi. Pekerjaan ini dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun yaitu pada tahun ke-13 Hijriah di bawah pengawasan Khalifah Abu> Bakar, ‘Umar bin Khat}t}a>b dan para tokoh Sahabat lainnya. Setelah sempurna, kemudian berdasarkan hasil musyawarah maka tulisan Al-Qur’an itu dinamakan Mus}h}af. Pemeliharaan al-Qur’an pasca Khalifah Us\man bin Affan. Dengan bercampurnya banyak suku selain bangsa arab, dan terjadi banyak kesalahan bacaan Al-Qur’an, maka diberilah tanda bacaan baik itu harakat maupun titik pada huruf hijaiyah dalam Al-Qur’an. Yang memberikan harakat dalam al-Qur’an ialah Abu al-Aswad al-Du’aly, sedangkan yang memberikan titik ialah Nashr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar
Revitalisasi Iptek Modern Dalam Gagasan Ilmuan Dan Perspektif Islam Umar Umar; Siar Nimah
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 1 (2020): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i1.294

Abstract

Globalisasi Abad 21 dan Revolusi Industri 4.0 menyebabkan terjadinya gelombang besar teknologi sebagai kemajuan ilmu pengetahuan dalam peradaban modern. Orientasi manusia makin takluk pada ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) modern yang bebas nilai bahkan menjauh dari eksistensi Tuhan dan ajaran Islam padahal epistemologis Iptek bersumber dari ajaran Islam. Tulisan ini bertujuan menggarisbawahi kembali khazanah Iptek modern yang sejalan dengan nilai-nilai Islam agar manusia sebagai pengembang, teknolog, dan ilmuan tak terjebak makin dalam pada lorong gelap sains dan teknologi yang jauh dari cahaya Islam. Melalui metode kajian kualitatif pendekatan library research ditelaah sumber otentik dari buku-buku, jurnal, artikel online maupun fakta empiris kemudian disimpulkan. Khazanah Iptek modern kini inovatif manusia makin berkembang secara dinamis dan terdapat kecenderungan pada pengikisan hakikat kemanusiaan dan keislaman. Gagasan ilmuan Islam dalam beberapa dekade telah memprakarsai revitalisasi ini sehingga penting paradigma ajaran Islam senantiasa ditempatkan lebih strategis di atas promosi dan gagasan Iptek dalam berbagai konteks kehidupan modern baik tantangan dan perubahannya termasuk implikasinya dalam pendidikan Islam.
KAIDAH TAFSIR DAN APLIKASINYA PADA MASA NABI DAN SAHABAT Amir Hamzah; Asriadi Asriadi
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 2 (2020): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i2.373

Abstract

Kaidah tafsir dapat sebagai pedoman dasar yang digunakan secara umum guna mendapatkan pemahaman atas petunjuk-petunjuk al-Qur’an. Oleh karena penafsiran merupakan suatu aktivitas yang senantiasa berkembang, sesuai dengan perkembangan sosial, ilmu pengetahuan dan bahasa, kaidah-kaidah penafsiran akan lebih tepat jika dilihat sebagai suatu prosedur kerja. Dengan pengertian ini, kaidah tersebut tidak mengikat kepada mufasir lain agar menggunakan prosedur kerja yang sama. Setiap mufasir berhak menggunakan prosedur yang berbeda asalkan memiliki kerangka metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan. Tafsir Nabi tetap diposisikan pada posisi utama dalam menafsirkan al-Qur’an dengan tetap memperhatikan hal-ihwal, peristiwa, kondisi, suasana dan masalah yang mengitari Nabi pada saat melakukan penafsiran terhadap al-Qur’an. Sedangkan tafsir sahabat dapat dipilah dan dipilih sesuai dengan kesesuaian dengan al-Qur’an dan sunnah. begitu juga kualitas status penafsirannya. Tafsir Nabi dan sahabat harus tetap dilibatkan dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an, bahkan dijadikan sebagai salah satu sumber penafsiran. kalaupun terjadi perbedaan penafsiran ulama kontemporer atau cendekiawan Islam dengan tafsir Nabi dan sahabat maka hal itu tidak harus divonis salah atau menyimpang akan tetapi harus memperhatikan latar belakang, metodologi, subtansi, subjek dan objek yang berbeda sehingga tidak mudah saling menyalahkan dan saling mengklaim kebenaran
PEMIKIRAN ABRAHAM GEIGER PRESFEKTIF AL-QUR’AN Taufikurrahman
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 2 (2020): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i2.388

Abstract

Salah satu hasil penelitian orientalis yang cukup menarik untuk dikaji adalah masalah keimanan para sarjana Muslim saat ini adalah al-Qur’an yang dianggap sebagai imitasi ajaran agama Yahudi. Statemen ini muncul dari salah seorang orientalis beragama Yahudi yaitu Abraham Geiger. Berbagai ragam kajian orientelis tentang Islam sudah dimulai sejak permulaan abad ke-19, mulai dari kajian seputar al-Qur`an, hadis, fiqh, dan lain-lain. Salah satu tokoh orientalis yang mengkaji Islam dari aspek al-Qur`an adalah Abraham Geiger. Gaiger berpendapat ada beberapa aspek dari al-Qur’an yang diadopsidari tradisi Yahudi. Berdasakan alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji tema ini lebih jauh. Penelitian ini adalah kajian kepustakaan, dengan metode diskriptif-analisis.
METODE MAUDU’Y DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN (Meneguhkan Metode Penelitian Tafsir sebagai Metode Ilmiah) Muhammad Zulkarnain Mubhar; Imam Zarkasyi Mubhar
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 6 No 1 (2021): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v6i1.433

Abstract

Understanding the Koran requires knowledge of methodology to make it easier to ground the purposes of divine revelation to humans. There are many methods of interpreting the Qur'an, but all of these methods have not been able to meet the needs and demands of the times, so we need a new method that is scientific in nature and can answer the challenges of the times and human problems. The methodological method that is in line with scientific research methods and does not contradict the objectives of the Qur'an and prophetic treatises is the maud} u> 'y method or thematic method, where this method can be used in all scientific disciplines to find answers. The Qur'an about it is comprehensive, comprehensive, and can be scientifically justified
TAFSIR AYAT – AYAT DAKWAH Kusnadi Kusnadi
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 2 (2020): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i2.434

Abstract

The word da'wah is a term that is quite popular in Islamic scholarship. Da'wah is also a word that has many synonym variants whose substance is generally the same but has different implications. In the study of da'wah science, the term "da'wah" is distinguished from "dakwah science". Da'wah is generally defined as an activity calling or inviting other people to do good. While the science of da'wah is defined as a science that studies the ins and outs of da'wah activities starting from the input, process to output or the results of the da'wah carried out as well as all studies related to the scientific development of da'wah. This paper is the scope of the ontology of da'wah, because the scope of its study is the aspect of what da'wah is, which will describe the various variants of the term da'wah in the al-Qur'an and attempt to explore several synonyms of da'wah, words that have correlation and substance with the term da'wah. Then at the end of the discussion will highlight the implications of preaching in the contemporary era, the digital era in which there are opportunities and challenges of preaching.
KONSEP MAKKIYAH DAN MADANIYAH DALAM AL-QUR’AN (Sebuah Kajian Historis-Sosiologis Perspektif Fazlur Rahman) Muhammad Misbahul Huda
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 2 (2020): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i2.459

Abstract

AbstrakAl-Qur’an sebagai kitab pedoman bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat, menjadikannya sebagai teks yang harus dikaji dengan serius. Sifat universalitas dan kompleksitas yang dikandung al-Qur’an menuntut para ulama untuk merumuskan teori, pendekatan, atau kaidah-kaidah yang perlu dijadikan landasan dalam memaknai al-Qur’an. Maka dari itu, para ulama mencoba untuk mengklasifikasikan dalam bentuk ilmu-ilmu al-Qur’an. Salah satu ilmu al-Qur’an yang digunakan dalam memahami makna dari al-Qur;an adalah ilmu tentang Makkiyah dan Madaniyah. Seiring berkembangnya zaman, dalam merumuskan teori, pendekatan, atau kaidah-kaidah dalam menentukan Makkiyah dan Madaniyah dituntut harus lebih elastis dan fleksibel. Maka dari itu, salah satu ulama yang bernama Fazlur Rahman menawarkan sebuah pendekatan yang nantinya akan terjalin pertautan antara teks (al-Qur’an), konteks (sejarah dan kondisi), dan kontekstual (situasi yang sedang dihadapi), pendekatan tersebut adalah pendekatan historis-sosiologis. Akan tetapi, satu hal yang perlu dipahami adalah al-Qur’an “wahyu” sampai kapan pun tidak akan berubah, yang berubah hanya cara dalam memaknai al-Qur’an itu sendiri.
PENAFSIRAN ALI ASH-SHABUNI TENTANG AYAT-AYAT ZINA Ridho Riyadi Riyadi
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 2 (2020): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i2.475

Abstract

In Islam, adultery is a very bad act and a big sin for the perpetrator. However, in modern times, it is not uncommon for Muslims to know about the prohibition of adultery but still do it. Therefore this paper tries to explore further the interpretation of adultery (zina) according to Ash-Shabuni in the Shafwatu Tafasir commentary book. This study uses a library research method, which is a research whose data collection method is based on literature from scientific books related to the problem of adultery. The results of the research according to Ash-Shabuni zina for unmarried adulterers (ghairu muhsan) were beaten a hundred times and exiled for a year while adultery for married offenders (muhsan) was stoned to death.