cover
Contact Name
Rahma Melati Amir
Contact Email
jasminerahma2218@gmail.com
Phone
+6281355508159
Journal Mail Official
jurnal-almubarak@uiad.ac.id
Editorial Address
Kampus UIAD Jl.Sultan Hasanuddin no.18 Kel.Balangnipa Kec.Sinjai Utara Kab.Sinjai Sulawesi Selatan
Location
Kab. sinjai,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir
ISSN : 25487248     EISSN : 27155692     DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v8i2
Jurnal Al Mubarak memuat naskah penelitian dan kajian ilmiah yang membahas tentang Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Kajian Kitab atau Tokoh Tafsir (Klasik, Modern, Indonesia, Lokal),Tafsir Tematik Kajian Living Quran, Metodologi Studi Al Quran dan Tafsir, Sejarah Kajian Islam, serta isu-isu lainnya yang berhubungan dengan Kajian Al Quran dan Tafsir.
Articles 86 Documents
Studi Kritis Tafsir Mafatih Al-Ghaib Firdaus Firdaus
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i1.214

Abstract

Tulisan ini membahas tentang Mafatih al-Ghaib yang ditulis oleh seorang ulama terkenal, Imam Fakhr ad-Din ar-Razi. Secara gamblang tulisan ini menjelaskan seluk beluk pemikiran tafsirnya, yakni dimulai dari sumber tafsir, corak tafsir, demikian dengan metode tafsirnya, dilengkapi dengan pandangan-pandangan Ar-Razi terhadap ulum al-Qur’an. Hal ini penting dalam kajian tafsir khususnya pada tafsir dengan sumber bi al-ra’yi, mengingat betapa komprehensifnya ulasan yang disampaikan oleh ar-Razi dalam tafsir ini. Menjadi hal yang tidak bisa ditolerir jika produk tafsir dari masa ke masa tidak dikenal oleh para pegiat tafsir masa kini. Hal demikian tentu didasari oleh urgennya kedudukan tafsir yang terbilang klasik menjadi acuan pagi mufasir modern dalam menjelajahi setiap makna yang diinterpretasikan dari ayat-ayat-Nya. Demikianlah bahwa lahirnya studi tafsir mafatih al-Ghaib ini juga untuk mengisi ruang tersebut.
Leksiologi Bahasa Tinjauan Variasi Lafaz Dalam Hadis Firdaus Firdaus
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i2.215

Abstract

Al-Quran dan al-Hadits adalah pedoman muslim yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, penuh dengan kaidah tata bahasa yang agung dan susunan ungkapan yang sangat indah sehingga ketika akan memahami maksudnya diperlukan penguasaan bahasa Arab. leksiologi kata dalam hadis sangat ditentukan oleh lafadz-lafadz basyīr, al-jinnah, nadzīr, al-du`a, Al-Munkar, tarbiyah, Al-Nahy, al-Khalifah, dan ta’lim. Kata basyīr dan beberapa derivasinya memiliki dua unsur makna kunci yaitu; (1) adanya proses menampakkan, memberitahukan, atau memberikan informasi, serta (2) sesuatu yang diinformasikan bersifat menggembirakan. Atau kalau kita mengambil pendapat Al-Thabary terdapat unsur ketiga yaitu (3) informasi yang menggembirakan tersebut sebelumnya tidak diketahui oleh penerima. Kata indzār lebih sering digunakan untuk mengartikulasikan pemberian peringatan atau informasi yang menakutkan, meskipun juga bisa berarti pemberian informasi secara mutlak. Atau dalam konteks beberapa ayat al-Qur’an bisa memiliki arti memberikan peringatan berupa pengajaran pesan-pesan agama Islam. Sedangkan kata Ta’lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif semata-mata. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta’lim hanya mengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu’alim) dan yang diajar (muta’alim).
Ams|a>l Al-Qur’a>n Wa Aqsa>m Al-Qur’a>n Kusnadi Kusnadi
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i2.216

Abstract

Al-Qur’an turun tidak bisa diabaikan begitu saja dengan tradisi Arab, sebab wilayah di mana ia diturunkan. Allah Swt. menyajikan al-Qur’an dalam beragam macam uslu>b yang tiap-tiap uslu>b memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu kekhususan tersebut adalah adanya ams\al ang disajikan dalam al-Qur’an, yang salah satu tujuannya ialah sebagai alat untuk memperdalam kesan dalam hati pembaca dan pendengarnya serta berbicara dengan perasaan keagamaan yang ada dalam batin seseorang dengan bahasa yang indah dan penuh perasaan. Ams\al al-Qur’an adalah satu cara/metode yang menuntun pengkajinya agar memahami dan menerapkan ajaran Islam dengan baik dan benar, yang digubah dengan uslu>b bahasa yang sangat indah dan lemah lembut, agar dapat mewujudkan pengertian dalam pemikiran serta cara yang paling luwes dalam memantapkan pegangan seseorang pada prinsip yang seharusnya dipegangi. Ams\al al-Qur’an bila ditinjau dari bentuknya terdiri dari tiga yaitu: Musarrahah, kA>minah dan mursalah, yang ketiganya memberikan manfa’at yang sangat besar bagi orang-orang yang memperhatikannya. Ams\al menonjolkan sesuatu yang bersifat ma’qu>l (rasional), Menyingkap hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak, hingga seakan-akan menjadi tampak, menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang singkat dan padat, menghindarkan seseorang dari perbuatan tercela, dan sebagainya.
Ayat-ayat Muhkam dan Muta>syabib Dalam Al-Qur'an Zulkarnain Mubhar
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i2.218

Abstract

Salah satu pokok pembahasan yang penting dan kontroversial sepanjang sejarah dalam kajian Ulumul Quran adalah masalah Muhkam dan Mutasya>bih. Hal ini dilatar belakangi oleh pendapat ulama tentang adanya atau tiada ayat muhkam dan mutasya>bih dalam al-Quran dengan adanya ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mutasya>bih, mengajak manusia berpikir dan merenungkan betapa Mahabesarnya Allah Swt. Dengan ayat-ayat al-Quran, manusia diajak untuk berpikir dan merenungkan apa yang dimaksud Allah yang tersirat dan termaktub di dalam Al-Qur’an.Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Serta mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan. Begitu juga dengan adanya ayat-ayat mutasya>bihat, membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah Swt. dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui.
Jihad Dalam Perspektif Al-Qur'an Amir Hamza
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i2.219

Abstract

Makna jihad dalam al-Quran terjadi pemahaman yang bertingkat sesuai dengan karakter budaya dan kedalam ilmu yang dipahami dalam al-Quran. Pemaparan ayat dapat dipahami bawha makna Jihad dalam al-Quran pada umunya tidak ada yang mengarah pada Jihad fisik seperti difahami oleh sebagian Islam jalur keras, tetapi boleh dilakukan dalam kondisi tertentu jika meneggakan kehormatan dan katahuidan. Perlu paradigma baru pemahaman makna Jihad yang relevan dengan kondisi dewasa ini, khususnya bangsa Indonesia untuk mmberikan pilihan-pilihan model jihad yang lebih besar pengaruhnya terhadap perbaikan kualitas hidup masyarakat Indonesia seperti berjihad melawan berbagai macam ketidakadilan, jihad melawan korupsi, dan kebodohan. Jihad harus memiliki strategi yang jitu tidak boleh hanya mengandalkan semangat dalam melakukan aktifitas kemaslahatan umat. Inilah Jihad yang menurut penulis lebih besar pengaruhnya terhadap ekosistem kehidupan manusia, dibanding Jihad yang sifat fisikli merusak pola hidup masayarakat dan berbahaya terhadap ekosistem kemanusiaan.
Pluralisme dan Dialog Antar Umat Beragama Irfan Irfan
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i2.220

Abstract

Pluralisme agama merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari adanya dan setiap agama muncul dalam lingkungan yang plural. Jika pluralisme agama tersebut tidak disikapi secara tepat maka akan menimbulkan problem dan konflik antar umat beragama, dan kenyataan ini telah terjadi pada agama-agama monotheis. Untuk mencari solusi konflik antar umat beragama perlu adanya pendekatan-pendekatan yang tepat. Bagaimanakah pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam upaya melerai konflik antarumat beragama? Tulisan ini hendak mengungkap problem pluralisme agama dan dialog antar umat beragama beberapa pendekatan yang ditawarkan oleh para ahli. Pendekatan yang digunakan dalam melerai konflik antar umat beragama sebagaimana yang ditawarkan John Hick adalah pendekatan lintas agama (cross cultural), multikultural oleh Brian Fay, esoterisme oleh Schuon dan Hossein Nasr dengan philosophia perennis-nya.
Konsep Jiwa Perspektif Al-Qur'an khaerulasfar khaerulasfar
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i2.223

Abstract

Jiwa adalah makhluk yang diciptakan dan bukan merupakan bahagian dari dzat Allah Swt. Jiwa merupakan kata benda yang berarti roh manusia, nyawa; seluruh kehidupan batin, sesuatu yang utama yang menjadi semangat; maksud sebenarnya, isi yang sebenarnya, arti yang tersirat, buah hati, kekasih, orang (dalam perhitungan penduduk). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui hakikat jiwa dan hubungannya dengan ruh, (2) Mengetahui konsep jiwa dalam al-Qur’an. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif yang difokuskan pada penelitian pustaka (library research). Penelitian ini menggunakan pendekatan multidisipliner yang berupaya membahas dan mengkaji objek dari beberapa disiplin ilmu atau mengaitkannya dengan disiplin-disiplin ilmu yang berbeda, di antaranya pendekatan linguistik, historis, sosiologis dan antropologi. Dalam metode pengumpulan data, peneliti mengambil data dari buku tentang jiwa atau ruh dan data dari karya-karya yang memiliki kaitan serta mendukung penilitian ini. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan metode komparasi dengan teknik analisis isi (content analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jiwa adalah sesuatu yang mauju>d (ada). sebagai sesuatu yang berbentuk non-materil, yang mengalir pada diri fisik manusia yang menjadi sebab manusia menjadi hidup, kata jiwa (al-nafs) disebutkan dalam al-Qur’an dengan jumlah lebih dari dua ratus lima puluh kali jauh lebih banyak dari pada kata al-ru>h}. Kata al-nafs kadang diartikan dengan ruh, dan tidak dengan sebaliknya, ini menunjukkan bahwa hakekat al-nafs (jiwa) berasal dari ruh. Ruh adalah inti dan jiwa adalah bagian dari ruh
Musyawarah Dalam Perspektif Al-Qur'an Firdaus Firdaus
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i2.224

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis makna-makna ayat Al- Qur’an terkait musyawarah, hal ini dilakukan mengingat konteks musyawarah merupakan satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat muslim, sebagaimana Nabi Saw. telah menerapkan konsep musyawarah ini untuk memutuskan masalah dengan tepat. Metode penulisan ini adalah studi kepustakaan (library research) yakni menelaah sumber-sumber normatif yang dapat dijadikan sebagai sajian informatif dalam konteks kehidupan manusia (umat Islam) secara luas. Dengan demikian, makna daripada ayat-ayat musyawarah dalam Al-Qur’an betul-betul dapat diinterpretasi secara tepat dengan tidak melupakan konteks historis dimana ayat-ayat musyawarah tersebut diturunkan, sehingga yang dihasilkan adalah konsep yang tidak saja interpretatif tetapi implementatif. Pada akhirnya konsep musyawarah sebagaimana Al-Qur’an ketengahkan ini menjadi konsep yang dapat diterapkan secara global.
Wawasan Al-Qur'an Tentang Laknat Hawira Ira
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i2.225

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap laknat perspektif al-Qur`an. Metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian tematik dengan menetapkan laknat sebagai tema. Pengumpulan datanya dilakukan dengan menelusuri ayat-ayat yang laknat dalam al-Qur`an. Guna melengkapi data dan hasil yang valid, dikemukakan juga penjelasan mufassir terkait laknat. Akhirnya, penelitian ini memberikan sebuah informasi baru bahwa kata laknat dengan berbagai bentuk derivasinya ditemukan dalam 40 ayat al-Qur`an. Kesimpulan yang dapat diambil di antaranya: 1) Laknat dalam al-Qur`an adalah dijauhkan dan diusir dari rahmat Allah disertai dengan murka-Nya di dunia dan hukuman neraka di akhirat kelak. 2) Di antara objek laknat adalah Iblis, Bani Israil, orang kafir, orang munafik, pendusta, serta penguasa yang lalim. 3) Penyebab terjadinya laknat adalah ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya, sengaja menyembunyikan ilmu, memutuskan silaturrahim, membunuh orang mukmin dengan sengaja, menuduh wanita baik-baik berbuat zina, dan membuat kerusakan di muka bumi dalam bentuk apa pun. 4) Cara menghindari laknat Allah adalah dengan beriman dan bertakwa, berlomba-lomba dalam kebajikan, serta selalu menyucikan hati dan pikiran.
NASKH DALAM AL-QUR’AN Akmal Akmal
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v3i1.226

Abstract

Al-Quran adalah pedoman muslim yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab melalui nabi Muhammad Saw. Nasikh dalam Ulumul Qur’an diartikan sebagai sesuatu yang membatalkan, menghapus, memindahkan, maka Mansukh diartikan sesuatu yang dibatalkan, dihapus dan dipindahkan. Sedang pengertian secara terminologi adalah mengangkatkan hukum syara' dengan perintah atau khitab Allah yang datang kemudian dari padanya. Dengan mengetahui adanya naskh dalam al-Qur’an maka akan mengasah keimanan akan kemukjizatan al-Qur’an bahwa dibalik pertentangan (meskipun tidak ada pertentangan) itu Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Pada tulisan ini penulis membahas tentang Naskh dalam al-Quran yaitu; (1) Naskh dan perbedaan pendapat tentangnya (2) ruang lingkup dan syarat-syarat naskh (3) jenis-jenis naskh dan hikmahnya. Sehingga dalam proses penggalian dan pendalaman terhadap kitab suci tersebut ada beberapa hal yang yang berhubungan dengannya antara lain dari segi nuzul al-Qur’an, asbab al-nuzul, jam’ al-Qur’an wa tartibuhu, surah-surah makkiyah dan madaniyah, muhkam mutasyabih, nasikh dan mansukh serta masih banyak lagi ilmu-ilmu lainnya. sehingga para ulama tafsir dan ushul membuat kesepakatan pembatasan tentang ketentuan pendapat penerimaan atau penolakan adanya kemungkinan naskh mansukh dalam al-Qur’an, termasuk di dalamnya penetapan asas untuk menentukan adanya naskh mansukh serta hikmah yang ada terhadap adanya naskh mansukh pada ayat tidak bisa di-naskh dengan ra’y, ijtihad dan tafsiran tanpa menukil dalil dan penggalian.