Articles 
                251 Documents
            
            
                        
            
                                                        
                        
                            ARSITEKTUR NEW BRUTALISME 
                        
                        Meilin R. Sinaga; 
Alvin Jantje Tinangon                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i2.318                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAKKarya tulis ini menelaah Gerakan Arsitektur New Brutalisme yang diawali dengan sejarah terbentuknya Gerakan ini, konsepsi para tokoh arsitek seperti Alison dan Peter Smithson, James Stirling, Charles Jencks dan Louis I. Kahn, dan manifestasi tematik yang dihasilkan oleh para arsitek tersebut.New brutalisme merupakan ancangan yang dikeluarkan oleh arsitek idealis pada masa periode heroik khususnya oleh arsitek-arsitek Britain dalam aksinya menentang International Style yang baru berkembang pada tahun 1950an karena gaya ini dianggap sangat keras oleh masyarakat Britania Raya dalam konteks kepekaan terhadap manusia dan lingkungan.Manifestasi dari gerakan New Brutalisme ini terangkum dari studi tipologi bangunan yang dirancang oleh arsitek idealis seperti Alison Smithson dan Peter Smithson, James Stirling, dan Erno Goldfinger. Dengan manifestasi tersebut terbentuklah suatu strategi desain New Brutalisme yang didukung oleh teori yang positif dalam arsitektur.Kata kunci: New Brutalisme, kronologi, strategi desain.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            EKSPRESI BUDAYA PADA FACADE BANGUNAN TINGGI Study Kasus: Menara Da Vinci 
                        
                        Frits O. P. Siregar                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 3 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i3.321                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
AbstrakPencerminan ekspresi dimulai melalui kebudayaan. Rancangan bangunan primitip menampilkan bentuk-bentuk dan pola-pola berdasarkan pengertian mistik dan religius. Selanjutnya penerapan sisi religius pada perancangan bangunan mengalami perkembangan dan memberi pengaruh kepada kebudayaan lain. Arsitektur Yunani menyebarkan pengaruh kepada arsitektur Roma dan kemudian terhadap Renaisance dan seterusnya.Dalam cara-cara seperti inilah gaya kearsitekturan terbentuk.Gaya (style) dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam suatu bentuk-bentuk yang dapat mengingatkan kepada suatu periode ataupun wilayah tertentu. Di Indonesia kelatahan ini telah terjadi dimana cukup banyak bangunan (terutama perumahan) yang mengikuti gaya klasik yang berasal dari Eropa yang sebenarnya tidak cocok untuk kondisi iklim di Indonesia yang tropis lembab.Sistem ekpresif dalam arsitektur merupakan salah satu metode yang digunakan para kritikus dalam membuat kritik interpretif pada suatu karya arsitektur.Salah satu sumber esensial kebudayaan barat adalah kebudayaan Yunani klasik dan untuk memahami manusia Barat beserta arsitekturnya adalah harus memahami tentang buah-buah pikir maupun seni Yunani klasiknya yang dimana salah satu bentuk ekspresinya adalah neoklasik.Fasade bangunan Menara Da Vinci mengekspresikan nuansa neo klasik terbagi dalam tiga bagian utama. Pertama base dari lantai 1 hingga 13, lalu body dari lantai 14 sampai 29 dan roof, yaitu kombinansi grand penthouse, royal penthouse dengan tiga kubah perunggu berwarna turquoise yang terinspirasi dari kubah Basilika St. Peter.Kata kunci; ekspresi, budaya, kebudayaan, neoklasik
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ARSITEKTUR TAHAN GEMPA 
                        
                        Purwanto Maengga; 
Johanes Van Rate                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i2.322                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAKGempa merupakan fenomena alam yang tidak dapat diprediksi kapan datang dan bagaimana akibat yang ditimbulkan serta seberapa besar kerusakan yang mungkin terjadi. Dari segi geografis, Indonesia sangat berpotensi terjadinya gempa yang berkelanjutan, baik dari skala besar maupun kecil. Konstruksi bangunan yang tidak cukup kuat untuk menghadapi kekuatan gempa merupakan salah satu penyebab banyaknya korban yang berjatuhan.Ruang lingkup analisis bangunan tahan gempa meliputi analisis respon struktur baik dinamik maupun statik ekuivalen akibat percepatan gempa bumi yang ditransfer kepada bangunan melalui pondasi ke struktur bangunan atas. Keruntuhan tanah akibat patahan, longsoran, atau liquifaksi untuk tanah pasir yang menye-babkan keruntuhan struktur bangunan, tidak termasuk dalam ruang lingkup struktur bangunan tahan gempa.Selain memilih bahan bangunan yang berkualitas, dalam perencanaan haruslah memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan tahan gempa yaitu : Daktilitas, konfigurasi bangunan, diafragma dan ikatan lantai, hubungan dinding antar lantai dan atap, hubungan antar pondasi, bobot yang ringan, kekuatan yang relatif di segala arah, serta ketahanan terhadap kebakaran.Kata Kunci : Gempa, Respon, Bangunan
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ARSITEKTUR PINTAR 
                        
                        Allan I. Pratasik; 
Prof. Sangkertadi                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i2.323                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAKArsitektur intar adalah tema perancangan, yang didalamnya berisi mengenai konsep perancangan arsitektural. Arsitektur pintar merupakan pengembangan dari konsep perancangan yang menghadirkan suatu hasil perancangan yang pintar. Seperti halnya bangunan pintar yang memiliki system otomatisasi pada bangunan yang ’memintarkan’ bangunan, arsitektur pintar juga memiliki bagian-bagian yang dipintarkan, tapi arsitektur pintar lebih dari sekedar pengotomatisasian bangunan, arsitektur pintar lebih luas,maksudnya arsitektur pintar tidak hanya pada lingkup bangunan tapi mencakup ruang luar dan ruang dalam. di dalam arsitektur pintar ada Estetika dan Psikologi sebagai faktor pendukung utama yang memberikan keindahan dan nuansa di dalam perancangan sehingga dapat memberikan kepuasan visual dan kepuasan psikologi baik dari luar maupun dari dalam.Kenapa disebut Arsitektur Pintar? karena merupakan tema perancangan yang menghasilkian suatu karya perancangan yang inovativ, mencakup berbagai jenis bidang ilmu, dan menggunakan perkembangan teknologi dan sains dalam perancangan.Kata Kunci : Estetika, Psikologi, Bangunan
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ARSITEKTUR FEMINISME 
                        
                        Chintya Victorya Silaban; 
Claudia Susan Punuh                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i2.324                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAKFemina†berarti memiliki sifat keperempuanan. Sifat keperempuanan ini diadopsi sebuah paham yang muncul pada abad 19, yaitu paham yang dinamakan Feminisme. Pada saat itu perhatian dunia lebih cenderung terhadap sosial demokratis dimana adanya perlakuan yang beda karena perbedaan jenis kelamin, ras, warna kulit, dan sebagainya. Paham yang bermunculan di masyarakat saat itu membawa jenis kelamin sebagai pengontrol sosial, dimana seorang perempuan tidak diberikan kebebasan mutlak dalam segala hal. Maka, munculnya sebuah paham yaitu Feminimisme, yang bertujuan untuk membuka suatu persamaan perlakuan dalam perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat.Feminsme berarti sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan. Arsitektur Feminisme merupakan bagian dari Arsitektur Post-modern yang hadir karena kejenuhan akan bangunan-bangunan modern. Salah satu arsitek wanita yang menganut paham Feminisme adalah Zaha-Hadid.Makna feminisme itu sendiri dalam bidang arsitektur yaitu selain pengapdosian sifat perempuan mempunyai arti yang lebih dalam yaitu kebebasan dan kesejajaran dalam mengekspresikan ide dan desain bangunan. Hal ini terbukti dari terbentuknya paham baru yangmengutamakan kebebasan berekspresi serta berteknologi.Kata kunci : feminin, kebebasan, teknologi
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ARSITEKTUR TEPI AIR 
                        
                        Dwi Juwita Tangkuman; 
Linda Tondobala                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i2.325                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAKDasar pemikiran makalah ini yaitu semakin berkembangnya konsep pengembangan Kota Tepi Air yang sudah banyak diadopsi oleh banyak Negara didunia.Kawasan tepi air (waterfront) merupakan bagian elemen fisik kota yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan yang hidup (livable) dan tempat berkumpul masyarakat. Dalam perkembangannya Konsep Waterfront di beberapa Negara didunia memiliki konsep yang cenderung sama.Pengembangan waterfront seharusnya mampu di olah secara optimal untuk menonjolkan potensi serta karakteristk daerah masing-masing. Untuk menghadirkan konsep pengembangan yang efektif dan fungsional, maka perlu dikendalikan dengan mempertimbangkan aspek baik dari segi fisik maupn non fisik. Dengan penekanan terhadap Apek Lingkungan Maupun Fungsi. Aspek-aspek pertimbangan diperoleh berdasarkan studi literatur. Hasil studi menunjukkan bahwa dalam pengembangan waterfront penting untuk mengharmoniskan antara kota/lahan dan air agar keduanya dapat berperan timbal balik. Hubungan timbal balik antara keduanya dapat mewujudkan suatu lingkungan yang tertata dengan baik juga menghadirkan fungsi-fungsi yang mewadahi kegiatan dalam kawasan tepi air secara lebih efektif dan fungsional.Kata Kunci : arsitektur, tepi air
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            AESTHETIC OF A PLACE (ESTETIKA SEBUAH TEMPAT) 
                        
                        Elisa Rumambi; 
Rieneke Luisa Evany Sela                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i2.326                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAKBudaya dan karakteristik manusia mempunyai suatu keterkaitan fisik dalam rangka pembentukan identitas suatu wilayah yang ditempatinya. Sementara kota merupakan suatu aspek besar dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan pembangunan dan perencanaan kawasan perkotaan, kota dan artistiknya dalam arti place sangatlah penting dalam pencitraan dan pemaknaan identitas suatu tempat.Sementara itu, estetika sebuah tempat merupakan ciri khas dan identitas sebuah tempat pada perkotaan, termasuk yang dibentuk oleh keindahan arsitektural bangunannya. Tidak mudah untuk memahami nilai estetika sebuah tempat. Untuk bisa memahaminya maka perlu diperhatikan faktor-faktor pembentuk estetika sebuah place dan tujuh prinsip sebuah place secara estetis.Dengan adanya apresiasi terhadap keindahan dan keberadaan suatu tempat sangatlah mempengaruhi kualitas produk perancangan kawasan kota atau sebuah tempat yang akan terwujud lebih baik.Kata Kunci : estetika, place, kota
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            EKSPLORASI TERHADAP ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI 
                        
                        Hyginus J. Mantiri; 
Indradjaja Makainas                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i2.327                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAKDekonstruktivisme dalam arsitektur telah menjadi suatu fenomena yang berpengaruh dalam perkembangan perancangan sejak awal kemunculannya pada dekade 1980-an. Dekonstruksi adalah suatu pendekatan terhadap perancangan bangunan dengan mencoba melihat arsitektur dari segi fragmentasi (potongan), manipulasi permukaan struktur dan façade, serta olahan bentuk-bentuk non-rectilinear. Dalam arsitektur kontemporer, strategi perancangan dengan menggunakan prinsip dekonstruksi telah melahirkan bangunan-bangunan luar biasa dengan bentukan dan gubahan massa yang tidak teratur, terdistorsi, abstrak dan bahkan antigravitasi. Arsitek-arsitek yang populer dengan sebutan ‘the seven architects’ (Bernard Tschumi, Peter Eisenman, Frank Gehry, Rem Koolhaas, Zaha Hadid, Daniel Libeskind dan Coop Himmelblau) menjadi tokoh-tokoh terkemuka dibalik kesuksesan dekonstruksi dalam membangun suatu citra baru terhadap arsitektur. Kaidah-kaidah tradisional dalam arsitektur klasik maupun modern yang selama bertahun-tahun dan bahkan berabad-abad diyakini dan dijadikan sebagai dasar bagi perancangan ditentang secara radikal dan konseptual melalui eksplorasi dan olah kreativitas dalam desain. Segera setelah kemunculannya, dekonstruksi menjadi aliran baru yang menggantikan gaya Internasional (International Style) yang sebelumnya mendominasi karakter desain bangunan. Pengaruh filosofi dekonstruksi yang diperkenalkan oleh Jacques Derrida serta konstruktivisme yang berkembang di Rusia pada awal abad ke-20 melahirkan dua aliran utama dalam arsitektur dekonstruksi yang dikenal sebagai dekonstruksi derridean dan dekonstruksi nonderridean. Dalam karya ilmiah ini pemahaman terhadap arsitektur dekonstruksi diterangkan melalui eksplorasi preseden-preseden arsitektural yang terkait secara teoritis sebagai manifestasi strategi dekonstruksi dalam transformasi desain.Kata kunci : dekonstruktivisme, dekonstruksi derridean, dekonstruksi non-derridean
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ARSITEKTUR HIGH TECH 
                        
                        Meynar Telew; 
Steven Lintong                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i2.328                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAKKemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh yang besar di dalam kehidupan manusia, begitu pula di dunia arsitektural. Perilaku manusia yang cenderung mengikuti perkembangan jaman juga ikut mempengaruhi keiinginan mereka untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas yang berteknologi tinggi dan mempermudah aktifitas mereka diberbagai tempat yang mereka kunjungi. Disinilah peran dari para arsitek dan desainer dibutuhkan, yaitu denganmerancang suatu tempat yang dapat memenuhi kebutuhan konsumerisme manusia akan teknologi terkini dan kemudahan fasilitas. Arsitektur high tech muncul dari buah pemikiran seperti ini. Walaupun arsitektur high tech cenderung dikatakan sebagai arsitektur yang “mahalâ€, tetapi pada penerapannya tujuan utama dari arsitektur high tech adalah untuk memudahkan aktifitas manusia. Jadi yang diutamakan bukanlah penggunaan elemen-elemen berteknologi tinggi dalam bangunan, tetapi elemen-elemen arsitektural lebih ditonjolkan agar lebih mudah dimengerti fungsi dan penggunaanya oleh pemakainya. Tujuan dari penerapan arsitektur high tech yakni menampilkan unsur-unsur teknik bangunan yang kemudian diekspose sehingga aspek-aspek tekniklah yang akan menciptakan estetika dari bangunan. Pada dasarnya arsitektur high tech dalam penerapannya selain menekankan pada kecanggihan teknologi juga menggunakan elemenelemen struktural yang sangat dominan dengan material pabrikasi pada elemen interior, eksterior maupun struktur dan utilitas bangunan. Dalam arsitektur high tech, penggunaan warna-warna mencolok pada tiap elemen arstektural juga diterapkan untuk membedakan fungsi dari tiap elemen arsitektural agar lebih mudah dimengerti penggunaanya oleh pemakai.Kata kunci : Arsitektur High Tech
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            TENDENSI ECLECTICISM DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN 
                        
                        Raynold H. Paluruan; 
Raymond Ch. Tarore                        
                         MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 2 (2011) 
                        
                        Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.35792/matrasain.v8i2.329                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
ABSTRAKModernisme dalam arsitektur merupakan suatu hal yang dianggap memberikan suatu cara pandang dan pikir yang baru dalam berarsitektur. Segala bentuk pemikiran berfokus kepada hal-hal yang bersifat mutakhir sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi. Dengan penggunaan mesin secara besar-besaran, keindahan dan seni ber-arsitektur masa lalu telah dilupakan, yang kemudian mengacu pada suatu karya yang bersih, polos tanpa ornamen, serta pengkotak-kotakan alias pengklasifikasian bentuk terhadap fungsi. Namun akhirnya segala bentuk kemutakhiran dan kehebatan modernisme, memunculkan beragam kelemahan dan kekurangan. Keinginan untuk menghasilkan suatu karya yang bebas penuh rasa dengan semangat yang plural dan kaya makna, membuat dogma-dogma modernisme akhirnya tumbang dalam badai amukan pemikiran-pemikiran eklektik atau aliansi antara sejarah dengan kemajuan teknologi.Kata kunci: modernisme, sejarah, pemikiran, seni