cover
Contact Name
Adek Cerah Kurnia Azis
Contact Email
adek_peros@yahoo.com
Phone
+6285278021981
Journal Mail Official
gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Editorial Address
Jl. Willem Iskandar / Pasar V, Medan, Sumatera Utara – Indonesia Kotak Pos 1589, Kode Pos 20221
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Gorga : Jurnal Seni Rupa
ISSN : 23015942     EISSN : 25802380     DOI : https://doi.org/10.24114/gr.v9i1
Core Subject : Education, Art,
Gorga : Jurnal Seni Rupa terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran, hasil penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi (seniman), dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan, kajian seni, desain, dan pembelajaran seni dan budaya.
Articles 56 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa" : 56 Documents clear
BÈRBUDI BAWA LEKSANA BUSANA ADAT BALI KE KANTOR YANG MODIS, TERJANGKAU, DAN BERKELANJUTAN Ni Putu Darmara Pradnya Paramita; Made Tiartini Mudarahayu; Ni Kadek Yuni Diantari
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39328

Abstract

The Balinese people's disobedience to the Bali Governor's Regulation Number 79 of 2018 which can be seen through violations by not using traditional clothes on a predetermined day, gave rise to the idea of creating Balinese traditional clothing by carrying out the concept of being fashionable, affordable and sustainable. Fashionable means in accordance with ethics, looks attractive and raises the personal character of the wearer. Affordable is defined as a price that is not expensive because it uses materials produced by local weavers from Nusa Penida and Sidemen Karangasem. Sustainable means creating synergies in the industrial cycle, by prioritizing traditional Balinese textiles produced by local weaver and is expected to lead to the preservation of textiles, both tangible and intangible. This concept is implemented in Bèrbudi Bawa Leksana's fashion collection consisting of 6 clothes created by referring to Frangipani's method. The research and creation of the Bèrbudi Bawa Leksana collection is expected to be a means of education for the Balinese people and a form of academic and professional contribution in supporting government regulations for mutual progress.   Keywords: traditional clothing, balinese, fashionable, affordable. AbstrakKetidakpatuhan masyarakat Bali terhadap Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 yang dapat dilihat melalui pelanggaran dengan tidak menggunakan pakaian adat pada hari yang telah ditentukan, memunculkan gagasan penciptaan busana adat Bali dengan mengusung konsep modis, terjangkau dan berkelanjutan. Modis berarti sesuai dengan etika, tampak menarik dan memunculkan karakter pribadi si pengguna busana. Terjangkau dimaknai dengan Harga yang tidak mahal karena menggunakan bahan produksi penenun lokal asal Nusa Penida dan Sidemen Karangasem. Berkelanjutan berarti memunculkan sinergi dalam siklus industri, dengan mengutamakan tekstil tradisional Bali yang diproduksi pengrajin lokal dan diharapkan dapat bermuara pada pelestarian tekstil baik secara tangible maupun intangible. Konsep tersebut diimplementasikan dalam koleksi busana Bèrbudi Bawa Leksana terdiri atas 6 busana yang diciptakan dengan mengacu pada metode penciptaan Frangipani. Penelitian dan penciptaan koleksi Bèrbudi Bawa Leksana diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat Bali dan salah satu bentuk kontribusi akademisi dan professional dalam mendukung peraturan pemerintah demi kemajuan bersama.Kata Kunci: busana adat, bali, modis, terjangkau. Authors:Ni Putu Darmara Pradnya Paramita: Institut Seni Indonesia DenpasarMade Tiartini Mudarahayu: Institut Seni Indonesia DenpasarNi Kadek Yuni Diantari : Institut Seni Indonesia Denpasar References:Agung, L., Kartasudjana, T., Permana, A. W. (2021). Estetika Nusantara dalam Karakter Gim Lokapala. Gorga Jurnal Seni Rupa, 10 (2), 473-477. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.28556.Andriyanti, S., Sinaga, R., Lubis, R. (2022). Aplikasi Ornamen Sumatera Utara Kreasi Kekinian pada Desain Busana Ready-To-Wear dengan Teknik Sablon Printing. Gorga Jurnal Seni Rupa, 11 (1), 25 35.http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.28791.Arshiniwati, N. M. ., Mudra, I. W. ., Sustiawati, N. L. ., Sudibya, I. G. N. ., & Heriyawati, Y. . (2021). Representasi Budidaya Rumput Laut Dan Kain Rangrang Dalam Tari Gulma Penida. Mudra Jurnal Seni Budaya, 36(2), 237–244. https://doi.org/10.31091/mudra.v36i2.1475.Dewanti P. P. W. A., I Gusti A.M. (2020). Inovasi Busana Adat ke Pura (Wanita Modern). In: Seminar Nasional Desain dan Arsitektur. 412-417.Dewi Pebryani, N., Ratna C.S, T. I. ., Rai Remawa, A. A., & Radiawan, I. M. (2022). Digital Transformation in Endek Weaving Tradition. Mudra Jurnal Seni Budaya, 37(1), 78–85. https://doi.org/10.31091/mudra.v37i1.1886.Harmelia, C. , Yuliarma. Y. (2021). Perubahan Desain Busana Adat Pengantin Wanita di Kota Pariaman Sumatera Barat. Gorga Jurnal Seni Rupa, 10 (2), 515-521. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.29093.Hartini, L.P.I., Kartika S.,& Made S. (2021) Analisis Faktor Persepsi Akademisi Terhadap Penggunaan Busana Adat di Lingkungan Sekolah. E-Jurnal Matematika, 10(3).179-185. http://doi.org/10.24843/MTK.2021.v10.i03.p340.Hendra. H., & Agustin, D. (2022). Eksistensi Tenun Songket Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota. Gorga Jurnal Seni Rupa, 11 (1), 202-2011. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.28908.Laksana, S.B., Faradillah N. (2021). Rancangan Busana Ready to Wear Menggunakan Teknik Engineered Print. Jurnal Atrat 9(3), 266-274. http://dx.doi.org/10.26742/atrat.v9i3.1773.Mesra. M, Kartono, G., Ibrahim, A. (2022). Penerapan Ornamen Tradisional Sumatera Utara pada Toples Makanan Sebagai Sarana Revitalisasi. Gorga Jurnal Seni Rupa, 11 (1), 81-88. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.33639.Mudarahayu, M. T., Sedana, I. N., Remawa, A. A. G. R., & Sariada, I. K. (2021). Estetika Bentuk Busana Pada Lukisan Wayang Kamasan. Panggung, 31(2).191-202. http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v31i2.1573.Nabila, A., Sari Y. (2020). Penerapan Teknik Sablon Crack Binder Pada Adibusana Dengan Inspirasi Budaya Bali. Jurnal Atrat 8(2). 131-139. http://dx.doi.org/10.26742/atrat.v8i2.1522.Provinsi Bali. Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 Tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. 2018.Sudharsana, T. I. R. C. (2016). Global Fashion Discourse In Cosmopolitan Kuta. International Journal of Multidisciplinary Educational Research, 5(8), 1-7. http://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/ijmer/pdf/volume5/volume5-issue8(1)-2016.pdf.UKM Karya Ilmiah Mahasiswa UNHI. (2020). Kearifan Lokal Bali di Era Milenial. Denpasar: UNHI Press Publishing.
MODEL PEMBELAJARAN KRITIK SENI MELALUI VIDEO DAN KEGIATAN BERKARYA DI SMA NEGERI 2 TAPUNG Roni Sarwani; Agusti Efi; Budiwirman Budiwirman
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.34678

Abstract

Fine art criticism is knowledge to students for learning criticism in art learning activities in high school (SMA). There are many opinions that the form of criticism of a work of art can only be judged from one side of the form, as a result, all forms of fine art, both pure and applied, can be critiqued. The application of art criticism learning models through videos and creative activities at SMA Negeri 2 Tapung is carried out with the aim that students are able to give an assessment of a work of art. This model can sharpen critical thinking, and be able to appreciate works of art. The purpose of this research is to see that student achievement can be developed in high school. This study uses a qualitative method to produce an art criticism learning model. This model provides instructions for students to be able to do verbal criticism in class. At first they were nervous, but then it was fun. For researchers, this model is very effective in presenting work in class for learning at SMA Negeri 2 Tapung, Riau Province.Keywords: criticism, appreciation, art, learning, video.Abstrak Kritik seni rupa adalah pengetahuan kepada siswa untuk pembelajaran kritik dalam aktivitas belajar seni rupa di Sekolah Menengah Atas (SMA). Banyak pendapat bahwa wujud kritik terhadap satu karya seni hanya dapat dinilai dari satu sisi bentuk saja, pada hasilnya semua bentuk karya seni rupa baik murni maupun terapan dapat dilakukan proses kritik. Penerapan model pelajaran kritik seni melalui video dan kegiatan berkarya di sekolah SMA Negeri 2 Tapung dilakukan dengan tujuan agar para siswa mampu memberikan penilaian terhadap sebuah karya seni. Model ini dapat mempertajam berpikir kritis, serta mampu mengapresiasi karya seni. Tujuan Penelitian ini melihat ketercapaian siswa dapat dikembangkan di sekolah menengah atas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga menghasilkan model pembelajaran kritik seni. Model ini memberikan petunjuk siswa untuk dapat melakukan kritik secara lisan di kelas. Awalnya mereka gugup, namun kemudian dirasa menyenangkan. Bagi peneliti melalui model ini sangat efektif untuk menyajikan karya di kelas untuk pembelajaran di SMA Negeri 2 Tapung Provinsi Riau.  Kata Kunci: kritik, apresiasi, seni, pembelajaran, video. Authors:Roni Sarwani : Universitas Negeri PadangAgusti Efi : Universitas Negeri PadangBudiwirman : Universitas Negeri Padang References:Bangun, S. (2000). Kritik Seni Rupa, Bandung: Penerbit ITB.Ramli, Muhammad. (2020),10 Agustus. How To Paint On Canvas With Acrylic Paints For Beginner [Video]. YouTube. https://youtu.be/s9GrirQAUJg.Sarwani, Roni. (2021), 7 Agustus. Bahan Dan Alat Melukis Diatas Media Kanvas. [Video] YouTube. https://youtu.be/jE4wAV3zTC8.Sarwani, Roni. (2022), 24 Mei. Persentase Karya. [Video] YouTube. https://youtu.be/bFBDpqPLivk.Sarwani, Roni. (2022), 24 Mei. Apresiasi Kritik Terhadap Karya Teman di Kelas. [Video] YouTube. https://www.youtube.com/shorts/Kwgh4i6wfB8.Soedarso, Sp. (2006). Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi Dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.Sudjoko. (2000). Pengantar Seni Rupa. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabeta.Susanto, Mikke. (2003). Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik dan Penerbit Jendela.
MOTIF BATIK TUMBUHAN DAN BAHARI SEBAGAI IDENTITAS ETNIS MELAYU BATAM KEPULAUAN RIAU Rivaldi Ihsan; Wiwik Surya Utami
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38650

Abstract

This research starts from the story of Sugeng's experience, a Batam craft craftsman who often gets questions from his friends, national and international tourists. He told how the process of batik motifs derived from the natural plants and the sea which became the source of Batam batik motif ideas. This research aims to find out; 1. What is the shape of the plant and marine batik motifs that are the identity of the Batam Malay ethnicity. This research is a qualitative description using participant observation methods, interviews, and literature studies. Batik Batam motifs have three functions, namely: physical function, personal function, and social function. The three functions are interrelated with nature, the personal individual, and the social life of the local community. The results of the study said that the identity of the Batam batik motif was born through the idea of cultural artists in creating batik craft art based on local wisdom.Keywords: batik, identity, Batam malay ethnic. AbstrakPenelitian ini berawal dari kisah pengalaman Sugeng seorang pengrajin seni kriya Batam sering mendapat pertanyaan dari teman-teman wisatawan nasional dan internasional. Ia bercerita bagaimana proses motif-motif batik berasal dari alam tumbuhan dan bahari yang menjadi sumber ide motif batik Batam. Penelitian ini, bertujuan mengetahui; 1. Bagaimana bentuk motif batik tumbuhan dan bahari yang menjadi identitas etnis Melayu Batam. Penelitian ini deskripsi kualitatif menggunakan metode partisipan observan, wawancara, dan studi kepustakaan. Motif-motif Batik Batam mempunyai tiga fungsi, yaitu: fungsi fisik, fungsi personal, dan fungsi sosial. Ketiga fungsi itu saling berkaitan dengan alam, individu personal, dan kehidupan sosial masyarakat setempat. Hasil penelitian mengatakan identitas motif batik Batam lahir melalui ide para seniman budayawan dalam mencipta karya seni kriya batik berbasis kearifan lokal.Kata Kunci: batik, identitas, etnis melayu Batam. Authors:Rivaldi Ihsan : Universitas Teknologi SumbawaWiwik Surya Utami : Universitas Teknologi Sumbawa References:Cassirer, E. (1987). Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Isei Tentang Manusia. (Alih Bahasa Alois A. Nugroho). Jakarta: PT. Gramedia.Djelantik, A. A. M. (2004). Estetika Sebuah Pengantar. Bali: MSPI.Dekranas Batam. (2008). “Motof Batik”, Hasil Dokumentasi Pribadi: 10 September 2022, Dekranasda Batam.Feldman, B. E. (1967). Art as Image and Idea. Sp. Gustami (terj.). Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Kartika, D. (2018). Batik sebagai Identitas, Komoditas, dan Gaya Hidup. Jakarta: Universitas Nasional Jakarta.Kuwala, R. N., & Sri, Z. N. (2022). Ragam Hias Motif Bati Tanah Liek Dharmasraya: Studi Kasus di Kerajinan Batik Tanah Liek Citra. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 8-15. https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.32358.Moleong, L. J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.Nurcahyanti, D. (2020). Peran Kearifan Lokal Masyarakat Jawa Untuk Melestarikan Batik Tradisi di Girilayu, Karanganyar, Indonesia. Mudra: Jurnal Seni Budaya, 35 (2), 145-153. https://doi.org/10.31091/mudra.v35i2.816.Nurul, N. (2020), “Proses Pembuatan Motif Batik Batam”, Hasil Wawancara Pribadi: 10 September 2020, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam.Parmono, K. (2013). Nilai Kearifan Lokal Dalam Batik Tradisional Kawung. Jurnal Filsafat, 23(2), 134-136.Soedarso, S. P. (1990). Tinjauan Seni: Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta: Saku Dayar Sana Yogyakarta.Sugeng, S. (2020), “Proses Pembuatan Motif Batik Batam”. Hasil Wawancara Pribadi: 12 September 2020, Dekranasda Batam.Valenta, S. V., &  Adriani, A. (2022). Studi Tentang Batik Batam: Studi Kasus di Indra Batik di Kota Batam. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 89-106.  https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.29696.Takari, M. (2015). Teori dan Metode Untuk Kajian Tradisi Lisan. Medan: CV Mitra Medan.Trixie, A. A. (2020). Filosofis Motif Batik Sebagai Identitas Bangsa Indonesia. Folio, 1(1), 1-9.Wilma, W. (2020), “Proses Pembuatan Motif Batik Batam”. Hasil Wawancara Pribadi: 12 September 2020, Perumahan Griya Batam.Zen, Z. (2020), “Proses Pembuatan Motif Batik Batam”, Hasil Wawancara Pribadi: 10 September 2020. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam.
TEKNIK PEWARNAAN ALAM PADA KAIN BATIK DI KOTA JAMBI (Studi Kasus pada Batik Jambi Ariny Kelurahan Pasir Panjang Jambi Seberang) Sari Nurhardini; Sri Zulfia Novrita
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38051

Abstract

Batik is the result of the handicrafts of the Indonesian people that are hundreds of years old. The main characteristic of batik cloth is in terms of batik coloring. One of the natural resources in Indonesia that can be used in batik is natural dyes. At this time, there are several production centers for the batik industry in Kota Seberang, one of which is Ariny's Jambi Batik house. The purpose of this study is to identify the materials used as natural batik dyes, natural batik coloring techniques and the colors produced from natural batik dyes at the home of Batik Jambi Ariny, Kota Jambi. The research method used by researchers in this study is a qualitative method. Informants in this study are industrial owners, industry leaders and 2 batik craftsmen. Data collection techniques in the study were obtained through observation, interviews, and documentation. The research was analyzed by means of: data collection, data reduction (data reduction), data presentation, and then drawing conclusions. The results of this study showed that: (1) The ingredients in the dyeing process of Jambi Ariny's batik were natural materials such as: secang wood, tanned wood, guava leaves, and mango leaves. (2) The natural dyeing technique of batik begins with the process of dipping the batik cloth that has been left overnight with a mixture of TRO for at least five dyes, then the locking process is carried out with the tunjung material and finally the pelorodan process with caustic soda (3) The resulting color from different materials, such as sappan wood produces a dark red or brownish red color, tall wood or tanned wood produces a light brown color, mango leaves produce a green color, and guava leaves produce a brown color as well. Keywords: natural dyeing techniques, jambi batik. AbstrakBatik adalah hasil karya kerajinan tangan masyarakat Indonesia yang sudah berumur ratusan tahun. Ciri utama kain batik adalah dalam hal pewarnaan batik. Salah satu sumber daya alam di Indonesia dapat digunakan dalam kerajinan batik adalah zat pewarna alam. Pada saat ini, terdapat beberapa pusat produksi industri batik di Kota Seberang, salah satunya rumah Batik Jambi Ariny. Tujuan dalam penelitian ini yaitu peneliti dapat mengidentifikasikan bahan yang digunakan sebagai pewarna alam batik, teknik pewarnaan alam batik dan warna yang dihasilkan dari pewarna alam batik di rumah Batik Jambi Ariny Kota Jambi. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah metode kualitatif. Informan dalam penelitian ini yaitu Pemilik industri, pimpinan industri dan 2 Pengrajin batik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapaun penelitian dianalisis dengan cara: pengumpulan data, reduksi data (data reduction), penyajian data, dan kemudian penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini didapat bahwa: (1) Bahan dalam proses pewarnaan batik Jambi Ariny yaitu bahan alami seperti: kayu secang, kayu samak, daun jambu, dan daun mangga. (2) Teknik pewarnaan alami batik diawali dengan proses mencelupkan bahan kain batik yang telah di diamkan semalam dengan campuran TRO, kemudian proses penguncian yang dilakukan dengan bahan tunjung dan tekahir proses pelorodan dengan bahan soda api (3) Warna yang dihasilkan dari bahan tersebut berbeda-beda, seperti kayu secang menghasilkan warna merah tua atau merah kecokelatan, kayu tinggi atau kayu samak menghasilkan warna cokelat muda, daun mangga menghasilkan warna hijau, dan daun jambu menghasilkan warna cokelat juga.Kata Kunci: teknik pewarnaan alami, batik jambi.Authors:Sari Nurhardini : Universitas Negeri PadangSri Zulfia Novrita : Universitas Negeri Padang References:Arini, A. M., & Ambar, B. (2011). Batik: Warisan Adiluhung Nusahantara. Yogyakarta: Andi Offset.Kwartiningsih, E., Setyawardhani, D. A., Wilyanto, A., & Triyono, A. (2009). Zat pewarna alami tekstil dari kulit buah manggis. Ekuilibrium, 8(1), 41-47.Fitria, K. E., & Lia, D. S. (2009). Pembuatan Zat Warna Alami Tekstil Dari Biji Buah Mahkota. Solo: Sebelas Maret Institution.Hadaf, A., Adriani, A., & Novrita, S. Z. (2016). Motif dan Pewarnaan Batik Tulis di Dusun Giriloyo Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa YOGYAKARTA (Studi Kasus di Industri Batik Sri Kuncoro). Journal of Home Economics and Tourism, 11(1).Hasanuddin, H., dkk. (2011). Penelitian Penerapan Zat Warna Alam dan Kombinasinya pada Produk Bayik dan Kerajinan. Yogyakarta: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia BBKB.Kamala, N., & Adriani, A. (2019). Studi Tentang Motif Dan Pewarnaan Batik Cap Dengan Zat Pewarnaan Alam Di Rumah Batik Dewi Busana Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 303-307.Kawindrosusanto, K., & Kuswadji, K. (1977). Unsur Tradisional Dalam Seni Lukis Batik Kontemporer. Jakarta: Gudang Ilmu.Lisbijanto, Herry. (2013) Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu.Noor, Fitrihana. (2010). Teknologi Tekstile dan Fashion. Yogyakarta: UNY Press.Poespo, Goet. (2005). Pemilihan bahan Tekstil. Yogyakarta. Graha Ilmu.Purwanto, P. (2018). Pemanfaatan Bahan Pewarna Alam Sebagai Alternatif Dalam Pembuatan Batik Tulis Yang Ramah Lingkungan. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST).Ramantika, S., & Novrita, S. Z. (2020). Pengaruh Pencelupan Zat Warna Alam Ekstrak Kelapa Sawit Afkir Menggunakan Mordan Tawas, Tunjung, Baking Soda Terhadap Hasil Pencelupan Pada Bahan Katun. Jurnal Kapita Selekta Geografi, 3(2), 60-74.Setya, W. P., & Novrita, S. Z. (2020). Pengaruh Mordan Kapur Sirih Dan Tunjung Terhadap Hasil Pencelupan Ekstrak Batang Pisang Ambon Pada Bahankatun. Jurnal Kapita Selekta Geografi, 3(2), 47-59.Sutara, P. K. (2009). Jenis Tumbuhan Sebagai Pewarna Alam Pada Beberapa Perusahan Tenun Di Gianyar. Jurnal Bumi Lestari, 9(2), 217-223.Tranggono, T., & Sutardi, S. (1990). Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
MISE EN SCENE DALAM FILM SURAT KECIL UNTUK TUHAN Fadhilatul Khaira; Novesar Jamarun; Rosta Minawati
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.37425

Abstract

The film Letters to God is a film that tells the story of a teenage girl who was diagnosed with the first Rhabdomyosarcoma cancer in Indonesia. This study aims to identify and analyze the mise en scene of the film Surat Kecil untuk God with the semiotic theory of Rolland Barthes. Rolland Barthes proposed a denotative and connotative meaning system. The method in this study uses descriptive qualitative research. The results of this study are related to settings that include property and location. Through the property of red roses, it is interpreted as Keke's sincerity in loving the people around him. Keke's make-up means that Keke is the one who suffers the most. The lighting in this film is dominantly using tungsten color to give a warm mood. Keke's acting is interpreted as a representation of the original Keke.Keywords: semiotics, mise en scene. AbstrakFilm Surat Kecil Untuk Tuhan adalah film yang mengangkat cerita seorang gadis remaja yang mengidap penyakit kanker Rhabdomyosarcoma pertama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis mise en scene film Surat Kecil Untuk Tuhan dengan teori semiotika Rolland Barthes. Rolland Barthes mengemukakan sistem pemaknaan denotasi dan konotasi.  Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini terkait setting yang mencakup properti dan lokasi. Melalui properti mawar merah dimaknai sebagai keikhlasan Keke dalam menyayangi orang-orang disekitarnya. Tata rias yang digunakan Keke dimaknai bahwa Keke adalah orang yang paling menderita. Lighting dalam film ini dominan menggunakan warna tungsten untuk memberikan mood kehangatan, acting tokoh Keke dimaknai sebagai representasi Keke asli. Kata Kunci:semiotika, mise en scene. Authors: Fadhilatul Khaira : Institut Seni Indonesia PadangpanjangNovesar Jamarun : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRosta Minawati : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References: Ali, M. M., & Ali, M. A. (2018). Karakterisasi Tokoh Dalam Film Salah Bodi. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 7(1), 15-30. https://doi.org/10.24114/gr.v7i1.10848Armantono, A., & Paramita, P. (2017). Penulisan Skenario Panjang. Jakarta: FFTV-IKJ.Bordwell, B., & Thomson, T. (2001). Film Art an Introduction. New York: McGraw.Barthes, R. (2017). Elemen-Elemen Semiologi. Yogyakarta: Basabasi.Darmawan, H., Pramayoza, D., & Yusril, Y. (2020). Makna Budaya Minangkabau Dalam Film Salisiah Adaik. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 9(1),  138-144. https://doi.org/10.24114/gr.v9i1.18359Fiske, John. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.Hidayah, N., & Yasnidawati, Y. (2019). Penyesuaian Pola Dasar Busana Sistem Indonesia Untuk Wanita Indonesia Dengan Bentuk Badan Gemuk. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 8(1), 222-230. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.13595Hidayat, H. N., Sudardi, B., Widodo, S. T., & Habsari, S. K. (2021). Menggali Minangkabau dalam film dengan mise-en-scene. Jurnal ProTVF, 5(1), 117-143. https://doi.org/10.24198/ptvf.v5i1.29433Leliana, I., Ronda, M., & Lusianawati, H. (2021). Representasi Pesan Moral Dalam Film Tilik (Analisis Semiotik Roland Barthes). Cakrawala - Jurnal Humaniora, 21(2), 142–156. https://doi.org/10.31294/jc.v21i2.11302Martono, B., & Inggriani, S. (2020). Retroperitoneal Pleomorphic Rhabdomyosarcoma in Adult: A Rare Case Report. JBN (Jurnal Bedah Nasional), 4(2), 62-68. https://doi.org/10.24843/jbn.2020.v04.i02.p04Mudjiono, Y. (2011). Kajian Semiotika Dalam Film. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 126-138. https://doi.org/10.15642/jik.2011.1.1.125-138Riwu, A., & Pujiati, T. (2018). Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film 3 Dara. Deiksis, 10(03), 212-223. https://doi.org/10.30998/deiksis.v10i03.2809Sathotho, S. F., Wibowo, P. N. H., & Savini, N. A. (2020). Mise En Scène Film Nyai Karya Garin Nugroho. TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater Dan Sinema, 17(2), 89-97. https://doi.org/10.24821/tnl.v17i2.4444Sobur, A. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Sobur, A. (2006). Semiotika Komunikasi, Analisis Text Media Suatu Pengantar Analisa Wacana, dan Analisa Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.Paningkiran, Halim. (2013). Make Up Televisi dan Film. Jakarta: Kencana.Pratista, H. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 
KARYA ILUSTRASI BUDAYA KHAS KARO PADA SENI TEKSTIL DENGAN TEKNIK DIGITAL PRINTING Muhammad Iqbal Rizki Barus; Anam Ibrahim; Adek Cerah Kurnia Azis
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38997

Abstract

The creation of this work visualizes the results of the author's reinterpretation in the form of illustration art using digital printing technology, and the unique culture of the Karo people as a source of creative ideas. With the rapid development of the times, people are starting to leave the typical Karo culture, so it is important to look back at traditional culture so that ancestral values do not just disappear. The purpose of this creation; 1). Visualize the Karo cultural activities. 2) Knowing the concept of illustration production 3). Know the techniques and procedures for making illustrations. Karo culture is one of the assets that must be preserved in the era of modernization and development, and introducing Karo culture through illustrations is one of them. textile art (voal fabric). From this creation, Karo cultural concepts were born such as Karo traditional musical instruments, Karo traditional food, Karo daily life, Merdang Merdem, agriculture, bone-moving rituals, Karo traditional dances, and others. Mastery of technique and material exploration is expected to be appreciated by all circles, art lovers, and of course the Karo people.Keyword: illustrations, digital printing, textile. AbstrakPenciptaan karya ini memvisualisasikan hasil reinterpretasi penulis dalam bentuk seni ilustrasi menggunakan teknologi digital printing, dan keunikan budaya masyarakat Karo menjadi sumber ide kreatif. Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, masyarakat mulai meninggalkan budaya khas Karo, sehingga penting untuk melihat kembali budaya tradisional agar nilai-nilai leluhur tidak hilang begitu saja. Tujuan penciptaan ini; 1). Memvisualisasikan kegiatan budaya khas Karo. 2) Mengetahui konsep produksi ilustrasi 3). Mengetahui teknik dan prosedur untuk membuat ilustrasi. Budaya khas Karo merupakan salah satu aset yang harus dilestarikan di era modernisasi dan perkembangan, dan memperkenalkan budaya khas Karo melalui ilustrasi adalah salah satunya. seni tekstil (kain voal). Dari hasil penciptaan ini lahirlah konsep-konsep budaya khas Karo seperti alat musik tradisional Karo, makanan tradisional Karo, kehidupan sehari-hari Karo, Merdang Merdem, pertanian, ritual memindahkan tulang, tarian tradisional Karo, dan lain-lain. Penguasaan teknik dan eksplorasi materi diharapkan dapat diapresiasi oleh semua kalangan, pecinta seni, dan tentunya masyarakat Karo.Kata Kunci: ilustrasi, digital printing, tekstil. Authors:Muhammad Iqbal Rizki Barus : Universits Negeri MedanAnam Ibrahim : Universits Negeri MedanAdek Cerah Kurnia Azis : Universits Negeri Medan References:Koentjaraningrat, K. (2013). Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.Liliweri, A. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.Salam, S. (2017). Seni Ilustrasi: Esensi, Sang Ilustrator, Lintasan, Penilaian. Makassar: Badan Penerbit UNM.Tinambunan, N., Triyanto, R., & Azis, A. C. K. (2021). Ilustrasi Cerpen Renjaya Siahaan pada Koran Analisa. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 56-61.Sidabutar, Y., & Mangatas, M. (2017). Tortor Batak Toba sebagai Sumber Penciptaan Gambar Ilustrasi dengan Aplikasi Photoshop CS3. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 6(1), 41-55.Witabora, J. (2012). Peran dan perkembangan Ilustrasi. Humaniora, 3(2), 659-667.Girsang, S. T. (2021). “Kebudayaan Karo”. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Desember 2021, Universitas Negeri Medan.Pasaribu, E. S. K. T. (2021). “Masyarakat Karo”. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Desember 2021, Universitas Negeri Medan.
DAMPAK EKSISTENSI MOTIF BATIK WALANG JATI KENCONO TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI DAN SOSIAL PENGRAJIN BATIK DI GUNUNGKIDUL I Made Sukanadi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39026

Abstract

This research aims to answer the problem of the impact of the existence of the Walang Jati Kencono batik motif on the social and economic changes of the community and batik craftsmen of Gunungkidul Regency. The existence of regulation from the Regional Government of Gunung Kidul Regency regarding the use of batik uniforms for elementary, junior high, and high school / vocational schools has strengthened the existence of batik products and the sustainability of batik production by batik craftsmen in Gunungkidul. This research uses the qualitative descriptive method. The data collection method uses observation, interview, and documentation techniques. Data validation by triangulation and data analysis used the stages of data reduction, data presentation, and creating conclusions. The results of this study explain that: (1) The existence of the Walang Jati Kencono batik motif, which has been designated as a school uniform in Gunungkidul Regency, has a very impact on social changes in the batik craftsmen, which increases and as the economy improves. (2) The policy of the Gunungkidul Regency government through the Regent's Regulation that raises the Walang Jati Kencono batik motif as a school uniform in the Gunungkidul area strongly supports economic progress and the existence of batik craftsmen in Gunungkidul. (3) The skills of batik makers in Gunungkidul as batik producers can meet the needs of the local market both from the official, school, and tourism sectors.Keywords: batik, walang jati kencono, gunungkidul. AbstrakPenelitian  ini  memiliki tujuan menjawab permasalahan dampak eksistensi motif batik Walang Jati Kencono terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat dan pengrajin batik Kabupaten Gunungkidul. Adanya peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul tentang penggunaan seragam batik bagi sekolah SD, SMP, SMA/SMK telah memperkuat eksistensi produk batik hasil dan keberlangsungan produksi batik oleh pengrajin batik di Gunungkidul. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validasi data dengan triangulasi dan analisis data menggunakan tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil  penelitian  ini  menjelaskan bahwa:  (1)  Eksistensi motif batik Walang Jati Kencono yang telah ditetapkan sebagai seragam sekolah di  Kabupaten Gunungkidul sangat memberikan dampak terhadap perubahan sosial jumlah pengrajin batik yang meningkat dan seiring dengan peningkatan ekonomi. (2) Kebijakan pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Peraturan Bupati yang mengangkat batik motif Walang Jati Kencono sebagai seragam sekolah di wilayah Gunungkidul sangat mendukung kemajuan ekonomi dan eksistensi pengrajin batik di Gunungkidul. (3) Keterampilan para pembatik di Gunungkidul sebagai produsen batik mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal baik dari sektor dinas, sekolah, dan pariwisata.Kata Kunci:batik, walang jati kencono, gunungkidul. Author :I Made Sukanadi : Institut Seni Indonesia Yogyakarta References :Amidjaja, N. T. (1966). Batik. Jakarta: Djambatan.BAPPEDA, B. (2018). Informasi Pembangunan Kabupaten Gunungkidul. Informasi BAPPEDA, Gunungkidul Yogyakarta: BAPPEDA.Bolaffi, G., & Raffaele, B. (2003). Dictionary of Race, Ethnicity and Culture. London-Thousand Oaks-New Delhi: Sage Publications.Dharsono, D. (2016). Kreasi Artistik Perjumpaan Tradisi Modern Dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Karanganyar: Citra Seni Lembaga Pengkajian dan Konservasi Budaya Nusantara.Erawati, N. V., & Kahono, S. (2010). Keanekaragaman dan kelimpahan belalang dan kerabatnya (Orthoptera) pada dua ekosistem pegunungan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Jurnal Entomologi Indonesia, 7(2), 100-100.Erniwati, E. (2017). Pola Aktivitas dan Keanekaragaman Belalang (Insecta: Orthoptera) di Taman Naasional Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. Jurnal Biologi Indonesia, 5(3).Gustami, S. P. (2008). Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia, Arindo.Hadiwijiono, H. (2001). Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.Helmiati, H., Misgiya, M., Atmojo, W. T., & Silaban, B. (2020). Eksperimen Pewarnaan Batik Dengan Bahan Alami Buah Naga (Hylocereus Undatus). Gorga : Jurnal Seni Rupa, 9(1), 22. https://doi.org/10.24114/gr.v9i1.16973.Langsing, M. K. (1974). Art, Artist, and Art Education. New York: Mc Graww-Hill Book Company.Mpapa, B. L. (2016). Analisis kesuburan tanah tempat tumbuh pohon jati (Tectona grandis L.) pada ketinggian yang berbeda. Jurnal Agrista, 20(3), 135-139.Natanegara, E. A., & Djaya, D. (2015). Batik Indonesia. In Yayasan Batik Indonesia: Harapan Prima Printing.Nasution, S, and Kaelan, K. (2005). Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi. Jakarta: Bumi Aksara.Pebriyeni, E. (2019). Perkembangan Fungsi Seni Kerajinan Tenun Songket Silungkang. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 8(1), 214. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.13585.Rahayu, S. (2017). Ensiklopedia Keanekaragaman Belalang (Acrididae) Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Sebagai Sumber Belajar Biologi. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Biologi UIN Sunan Kalijaga.Sembiring, S. B., & Guntur. (2018). Fungsi Topeng Tembut-Tembut Desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 07(01).Supriono, P. (2016). Ensiklopedia The Heritage of Batik Identitas Pemersatu Kebanggaan Bangsa karya Supriono. Andi Yogyakarta.Turner, V. W. (1982). From Ritual to Theatre (the human seriousness of play). New York: PAJ Publications.Wansaka, A., Hidayah, H. N., & Bakhittah, H. A. (2019). Kampung Batik Manding Siberkreasi sebagai Model Pelestarian Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia, 2(2), 122-140.Wardoyo, S., Wulandari, T., Guntur, Dharsono, & Zularnain. (2021). Penciptaan Selendang Batik Sri Kuncoro Khas Budaya Samin Margomulyo Bojonegoro. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(November).Williams, R. (1989). Resources of Hope : Culture, Democracy, Socialism. R. Gable (ed): Verso.Wulandari, T. (2021). Eksistensi Batik Encim Dalam Arena Produksi Kultural Di Pekalongan. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(1), 164–171. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.25255.
TARI ASYEIK NITI MAHLIGAI DALAM KARYA RELIEF LOGAM Marten Agung Laksono; Asril Asril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39069

Abstract

The primary steps of the asyeik niti mahligai ritual are where relief works are produced. Asyeik Niti Mahligai is performed on stage as a test by Bilian Saleh to reach the pinnacle of mysticism. The asyeik niti mahligai dance is being introduced to the public, especially the people of Kerinci, through the creation of this relief. Particularly important is the comprehension of the variations in the asyeik niti mahligai dance that is discussed in the work. The artist's version of the Asyeik Niti Mahligai  dance captures the spirit of the dance that Bilian Saleh did during the traditional procession. The second is created so that it can serve as a resource for other artists, for example, in the production of art that requires the shape of regional customs. Exploration, design, and embodiment were the strategies employed in the creation of this piece. The engraving and pressing process is employed. This two-dimensional piece uses metal reliefs to depict the procession of Bilian Saleh during the asyeik niti mahligai ceremony. Using the right-to-left reading technique, the reliefs are back in two pieces. Asyeik niti mahligai's creator relief ritual serves as a means of conserving local culture and making it accessible to future generations through artistic creations.Keywords: dance, asyeik, niti, mahligai, relief. AbstrakPenciptaan karya relief logam bersumber dari tahapan inti dalam ritual asyeik niti mahligai. Tahapan inti tersebut ialah tari asyeik niti mahligai sebagai ujian yang ditempuh bilian saleh sebagai puncak tertingi ilmu kebatinan. Tujuan penciptaan karya relief ini adalah memperkenalkan kepada masyarakat khususnya masyarakat Kerinci tentang tari asyeik niti mahligai, terutama pemahaman tentang perbedaan tari asyeik niti mahligai yang diangkat dalam karya. Tari yang angkat oleh pengkarya yaitu esensi tari asyeik niti mahligai yang dilaksanakan oleh bilian saleh pada prosesi ritual. Kedua yang diciptakan agar dapat menjadi acuan seniman lainya khususnya pada penciptaan seni rupa yang mengambil bentuk dari tradisi lokal. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini ialah melalui tahapan eksplorasi, perancangan dan perwujudan. Teknik yang digunakan yaitu teknik ukir tatah dan tekan. Karya yang dihasilkan merupakan karya dua dimensi menguraikan prosesi pengangkatan bilian saleh dalam ritual asyeik niti mahligai dalam bentuk relief logam. Relief berjumlah dua karya dengan teknik membaca dari kanan ke kiri. Penciptaan relief ritual asyeik niti mahligai sebagai salah satu cara terhadap pelestarian budaya lokal agar dapat dikenal sampai generasi selanjutnya dalam bentuk karya seni rupa.Kata kunci: tari, asyeik, niti, mahligai, relief. Authors:Marten Agung Laksono : Institut Seni Indonesia Padangpanjang          Asril : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Beardsley, M. (1958). Aesthetics Problem In The Philosophy Of Criticism. United states Of America: Harcourt Brace & World.Damono, S. D. (2018). Alih Wahana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.Gustami, S. (2007). Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Parisista.Helmiati, H., Misgiya, M., Atmojo, W. T., & Silaban, B. (2020). Eksperimen Pewarnaan Batik dengan Bahan Alami Buah Naga (Hylocereus Undatus). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 22-26.Daniati, N., Sastra, A. I., & Dharsono, D. (2018). Perempuan Kerinci sebagai Ide dalam Penciptaan Karya Seni Lukis. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 129-133.Nopia, R., Akmal, A., & Munaf, Y. (2018). KuloukKerinci dalam Karya Mahkota Putai. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 123-128.Putra, Eva Bramanti. (2022), “Sejarah Prosesi Ritual Asyeik Niti Mahlagi”. Hasil Wawancara Pribadi: 12 Januari 2022, Kerinci.
PERANCANGAN TAS MODULAR SEBAGAI PRODUK ECO LIFESTYLE Terbit Setya Pambudi; Pandu Arliando; Teuku Zulkarnain Muttaqin
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39752

Abstract

Eco lifestyle is a lifestyle that emerges as a response to global environmental problems whose mission is to help nature return to its original state and reduce environmental pollution. This lifestyle is achieved by consuming environmentally friendly products, recycling waste, utilizing waste so that it can be reused, and using sustainable products. Therefore, from this lifestyle comes the demand for products that are following the concept of an ecological lifestyle. One of them is the need for bags that can be used for various activities and are environmentally friendly. The bag design is also one of the answers to the problem of plastic bag waste which is one of the most common problems in the world today. The design theme is an ecological lifestyle, aiming to make products that can help save the earth. The research method used in this design uses qualitative methods while the design method uses product differentiation methods. The purpose of this research is to design a modular bag product as a substitute for plastic bags as one of the eco-lifestyle products in its mission to reduce waste and environmental pollution. The product resulting from the research is a bag design with a modular concept so that it can be used in various activities, without having to use different types of separate bags. The modular bag is designed in the form of a bag consisting of several modules that can be disassembled, with the function of being a traveling bag out of the house and a shopping bag.Keywords: ecolifestyle, bags, modular, sustainable. AbstrakGaya hidup ekologis adalah gaya hidup yang muncul sebagai respon terhadap permasalahan lingkungan global yang misinya membantu alam kembali ke keadaan semula dan mengurangi pencemaran lingkungan. Gaya hidup ini dicapai dengan mengkonsumsi produk ramah lingkungan, mendaur ulang sampah, memanfaatkan sampah agar dapat digunakan kembali dan menggunakan produk yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dari gaya hidup inilah muncul tuntutan akan produk yang sesuai dengan konsep gaya hidup ekologis. Salah satunya adalah kebutuhan tas yang bisa digunakan untuk berbagai aktivitas dan ramah lingkungan. Desain tas juga menjadi salah satu jawaban atas permasalahan sampah kantong plastik yang menjadi salah satu permasalahan paling umum di dunia saat ini. Tema perancangan ini adalah gaya hidup ekologis, bertujuan untuk membuat produk yang dapat membantu misi penyelamatan bumi. Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan metode perancangannya menggunakan metode differensiasi produk. Tujuan dari penelitian ini dari penelitian ini adalah merancang produk tas modular sebagai pengganti tas kantong plastik sebagai salah satu produk eco lifestyle dalam misinya puntuk mengurangi sampah dan pencemaran lingkungan. Produk  yang dihasilkan dari penelitian adalah  rancangan tas dengan konsep modular agar mampu digunakan pada berbagai kegiatan, tanpa harus menggunakan berbagi jenis tipe tas yang terpisah. Tas modular yang dirancang berupa tas yang terdiri dar beberapa modul yang dapat dibongkar pasang, dengan fungsi sebagai tas bepergian keluar rumah dan tas belanja.Kata Kunci: ekologis, tas, modular, berkelanjutan. Authors:Terbit Setya Pambudi : Universitas TelkomPandu Arliando : Universitas TelkomTeuku Zulkarnain Muttaqin : Universitas Telkom References:Charter, M. (Ed.). (2018). Designing for the Circular Economy. New York: Routledge.Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo.Lorenzen, J.A. (2012) Going Green: Proses Perubahan Gaya Hidup 1. Sociological Forum, 27(1), 94–116.McLennan, J. F. (2004). Filosofi Desain Berkelanjutan: Masa Depan Architure. Kota Kansas: Ecotone LLC.Tanner, C., & Kast, S. W. (2003). Mempromosikan Konsumsi Berkelanjutan: Determinan Pembelian Hijau oleh Konsumen Swiss. Psikologi & Pemasaran, 20(10), 883–902. Tilikidou, I., & Delistavrou, A. (2008). Jenis dan Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ekologis Konsumen yang Tidak Membeli. Strategi Bisnis dan Lingkungan, 17(1), 61–76.Van der Ryn, S., & Cowan, S. (2013). Ecological Design. Washinton DC: Island Press.
MY CHILDHOOD MEMORIES: PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS DEKORATIF Rezi Ilfi Rahmi; Asril Asril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.33871

Abstract

The creation of art painting entitled “my childhood memories” it based on the moments of the artist childhood memories that visualized into art painting. The childhood has deep impression in artist live. A natural environment, a nice playmate leaving a sweet memories that unforgetable. The traditional situation and a lot of game in nature. The children activity in the hometown located in Marapi’s mountain area, West Sumatera. The artist represent the childhood experience by using decorative style with pointilis technique as the filler or decoration. The aim of the creation is to express the feeling related to the impressive childhood memories. The methods used consist of data collecting, the contemplation and remembering the past and re-visit the place that uses as playground in the childhood. Watching and picking up the documentation, arrange the concept of art planning then copy the sketch into canvas the process the painting on the canvas until art finishing. This creation be viewed into three art painting, in two dimension, which are; the journey to the pond, catching the dragonflies and the favorite tree; which every painting have different side, from visual side that stated and also the feeling that want to tell. Overall all of the art express the childhood in the hometown.Keywords: childhood memories, decorative painting. AbstrakPenciptaan karya seni lukis dengan judul “My Childhood Memories” ini didasari oleh moment-moment pengalaman masa kecil pengkarya yang divisualisasikan ke dalam karya seni lukis. Masa kecil memilki kesan yang mendalam dalam kehidupan pengkarya, lingkungan yang asri dan teman bermain yang menyenangkan meninggalkan kenangan indah yang tidak dapat terlupakan. Kehidupan yang masih tradisinonal dan permainan lebih banyak di alam bersama kawan sebaya. Aktivitas masa anak-anak di kampung halaman, berada di kawasan daerah gunung Marapi, Sumatra Barat. Pengkarya merepresentasikan pengalaman masa kecil itu menggunakan gaya dekoratif dengan teknik pointilis sebagai isian atau hiasan. Tujuan penciptaan karya untuk mengekspresikan perasaan terkait kenangan masa lalu yang berkesan. Metode yang digunakan terdiri dari persiapan pengumpulan data, melakukan perenungan dan mengingat kembali masa lalu dan mendatangi tempat bermain di waktu kecil, mengamati dan mengambil dokumentasi, menyusun konsep dan rancangan karya. Realisasi konsep diawali dengan pembuatan sketsa, kemudian pemindahan sketsa ke kanvas, proses melukis di atas bidang kanvas hingga finishing karya. Karya ini diwujudkan menjadi tiga karya lukisan dalam bentuk dua dimensi, yaitu: Perjalanan Menuju Telaga, Menangkap Capung, dan Pohon Favorit; yang masing-masingnya memiliki perbedaan, baik dari segi bentuk visual yang dimunculkan, maupun perasaan yang ingin disampaikan. Secara keseluruhan karya mengungkapkan bagaimana kenangan masa kecil di kampung halaman.Kata Kunci: kenangan masa kecil, lukisan dekoratif. Authors:Rezi Ilfi Rahmi : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Kartika, D. S., & Perwira, N. G. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.Marianto, D. (2006). Quantum Seni. Semarang: Dahara Prize.Mustofa, B. (2015). Psikologi Pendidikan. Yokyakarta: Parama Ilmu.Soedarso, SP. (2006). Trilogi Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yokyakarta.Supratman, L. P., & Mahadian, A. B. (2016). Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Deepublish.Susanto, M. (2011). Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt.Sujanto, A. (1982). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.Sujanto, A. L. H., & Hadi, T. (1980). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru.Sutrisno, M., & Verhaak, C. (1993). Estetika. Yokyakarta:  Kanisius.