cover
Contact Name
Budi Tri Santosa
Contact Email
btsantosa@unimus.ac.id
Phone
+6281358266662
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Gedung Kuliah Bersama II, R. 306, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Humaniora
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya
ISSN : 20866100     EISSN : 2503328X     DOI : 10.26714/lensa
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 1 (2019)" : 7 Documents clear
Peningkatan Keterampilan Menulis Letter of Opinion (Surat Opini) pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Media Fantastic Card di Kelas XI (Improving the Skill of Writing Letter of Opinion in English Subject Using Fantastic Card in the 11th Grade) Atiek Indriyastuti
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.771 KB) | DOI: 10.26714/lensa.9.1.2019.26-45

Abstract

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan siswa dalam menulis letter of opinion di Kelas XI. Penelitian ini dilakukan pada kelas XI-IPS-2 SMA Negeri 15 Semarang semester 1 Tahun Pelajaran 2017-2018 sebagai hasil penggunaan media fantastic card. Penelitian ini juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pengetahuan dan sikap belajar siswa selama pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas dengan teknik siklus yang terdiri dari dua tindakan siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk data kuantitatif berupa tes tertulis ulangan harian dan data kualitatif digunakan lembar observasi atau pengamatan, lembar refleksi diri, lembar penilaian antar teman, dan rubrik penilaian kinerja. Hasil penelitian menunjukkan media fantastic card dapat meningkatkan keterampilan menulis letter of opinion. Ketuntasan Belajar mengalami peningkatan dari kondisi awal 53,13% menjadi 65,63% pada siklus I dan meningkat menjadi 93,75% pada siklus II. Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis letter of opinion  pada siklus I mencapai 2,53% dari rata-rata hasil belajar pada pra siklus dan hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 6,81% dari rata-rata hasil belajar  pada siklus I atau mengalami peningkatan sebesar 9,34% jika dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar pada pra siklus.Kata kunci: menulis, letter of opinion, media fantastic cardABSTRACTThis research was aimed to find out the extent of students’ skill at writing letter of opinion in 11th grade. The research was conducted in the 11th Grade of Social Science 2at Public Senior High School 15 Semarang in Academic Year 2017-2018 after using fantastic card. It was to know the improvement of knowledge and attitude of the students during learning. Method used was class action research method with cycle technique consisting of two cycles, i.e. cycle 1 and cycle 2. Instruments of data taking were written daily tests and as for qualitative data, observation sheet, self-reflection sheet, peer evaluation sheet, and performance evaluation rubric were used. Results of the research showed that fantastic card could improve the skill of writing letter of opinion. The learning completeness improved from 53.13% to 65.63% in cycle I, and 93.75% in cycle II. The students’ skill in writing letter of opinion in cycle I improved up to 2.53% from the average learning result in pre-cycle. Meanwhile, th elearning result in cycle II improved as much as 6.81% from the average learning result in cycle I, or 9.34%, compared to the average learning result in pre-cycle.
Analisis Unsur Semiotika dalam Naskah Drama RT Nol RW Nol Karya Iwan Simatupang (Analysis of Elements of Semiotics on Iwan Simatupang’s Drama Entitled “RT Nol RW Nol”) Ardhian Nurhadi; Amila Hillan; Arfian Arrosid Nurd
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.584 KB) | DOI: 10.26714/lensa.9.1.2019.90-104

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan unsur-unsur semiotika yang terdapat dalam naskah drama RT Nol Rw Nol karya Iwan Sipatupang. Data-data yang didapatkan berupa percakapan-percakapan dan juga tindakan yang dilakukan oleh tokoh. Keseluruhan unsur semiotika menjadi fakta bahwa bahasa tidak hanya bersifat lisan melainkan dapat diciptakan melalui penanda dan petanda. Naskah drama yang diteliti berjudul RT Nol Rw Nol karya Iwan Sipatupang yang memiliki pesan sosial begitu kental tentang kehidupan manusia di kolong jembatan. RT Nol Rw Nol memberikan gambaran suatu lokasi atau latar yang tidak memiliki suatu pengakuan dari kependudukan di negaranya sendiri. Data yang dihasilkan berupa kutipan-kutipan baik berupa perkataan atau tingkah laku yang memuat semiotika dalam berkomunikasi. Teknik pengumpulan data peneliti menggunakan teknik simak dan catat. Hasil analisis drama memuat unsur semiotika yang digunakan dalam menyampaikan suatu maksud tertentu oleh tokoh-tokohnya.
Chanel sebagai Representasi Modal Simbolis dalam Novel “The Devil Wears Prada” Karya Lauren Weisberger (Chanel as a Symbolic Capital Representation in “The Devil Wears Prada” Novel by Lauren Weisberger) Frisila Agvi Nurhusna Syarifudin; Nenden Rikma Dewi S
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.301 KB) | DOI: 10.26714/lensa.9.1.2019.15-25

Abstract

Kajian ini menggunakan novel karya Lauren Weisberger berjudul The Devil Wears Prada dan berfokus pada modal simbolis yang muncul pada merek Chanel. Sebagai salah satu merek dagang ternama di dunia, Chanel memusatkan produksinya berupa pakaian dan tas yang mewah dan terbatas. Dua hal itu saja mampu memberikan prestise tersendiri kepada setiap pemiliknya, sehingga memberikan keuntungan bagi mereka berupa reputasi dan status. Terlebih lagi, dengan naiknya status seseorang, ia akan menjadi salah satu bagian dari masyarakat kalangan kelas atas. Dengan menunjukkan bahwa status sosial seseorang dapat meningkat di suatu habitus dapat mengarahkan bahwa Chanel memiliki pengaruh yang besar bagi para pemiliknya. Melalui kepemilikan Chanel seseorang dapat dengan mudah memeroleh reputasi dan status sosial dan diakui keberadaannya, terlebih lagi apabila ia memiliki salah satu produk Chanel yang terbatas dan tidak dijual bebas. Teori yang digunakan dalam analisis adalah teori tentang modal simbolis berbentuk prestise dari Pierre Bourdieu, dengan penerapan metode metode kualitatif berdasarkan gagasan Sugiyono. Adapun tujuan dari kajian ini adalah untuk menunjukkan faktor-faktor yang mendukung Chanel sebagai representasi modal simbolis yang dimiliki oleh orang-orang pada industri fesyen maupun masyarakat luas. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada kajian ini, sebuah simpulan dapat sarankan bahwa Chanel merupakan sebuah representasi dari Modal Simbolis yang dimiliki suatu kalangan di habitus tertentu berupa materi yang mengandung prestise sehingga bisa menaikkan reputasi serta status pemiliknya.Kata kunci: Chanel, modal simbolis, prestiseABSTRACTThis study uses Lauren Weisberger's novel The Devil Wears Prada and focuses on the symbolic capital that appears on the Chanel brand. As one of the world's leading trademarks, Chanel focuses its production of luxury and limited clothing and handbags. This two things could give its own prestige to each owner, thus providing benefits for them in the form of reputation and status. Moreover, by the rise of someone's status, they will be on same part of the upper class society. By showing that a person's social status can increase in a habitus could direct that Chanel has a great influence on the owners. Through Chanel's ownership, someone can easily gain reputation and social status and be acknowledged to exist, even more if they has one of Chanel's limited products and the products that not for sell freely. Theory about symbolic capital in the form of prestige of Pierre Bourdieu is used in the analysis, with the application of qualitative methods based on the idea Sugiyono. The purpose of this study is to show the factors that support Chanel as a representation of the symbolic capital possessed by people in the fashion industry as well as the wider community. Based on the analysis that has been done in this study, a conclusion can suggest that Chanel is a representation of Symbolic Capital owned by a circle in a particular habitus of prestige-containing material that can enhance the reputation and status of the owner.
Dongeng sebagai Sarana Pembentukan Kepribadian pada Era Disrupsi (Fairy Tales as a Means of Personality Formation in the Era of Disruption) Krisna Pebryawan; Luwiyanto Luwiyanto
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.438 KB) | DOI: 10.26714/lensa.9.1.2019.1-14

Abstract

Era disrupsi membawa pengaruh yang kuat bagi perubahan kehidupan masyarakat. Inovasi teknologi yang terjadi di semua sektor membuat persaingan semakin ketat. Literasi lama seperti membaca, menulis, dan matematika tidak cukup untuk sekedar bertahan hidup. Dibutuhkan literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Sehingga tidak hanya intelegensinya yang perlu ditingkatkan, tetapi juga aspek manusianya juga perlu ditingkatkan supaya lebih manusiawi dan berbudaya. Oleh karenanya, dongeng sebagai warisan budaya yang memiliki nilai kearifan lokal perlu diajarkan kepada generasi X dan Y untuk lebih arif memaknai era disrupsi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Adapun data yang digunakan berupa kumpulan dongeng yang didapat dari berbagai sumber. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa dongeng dapat dimanfaatkan sebagai pembentuk kepribadian anak. Nilai yang bisa dipetik dari cerita dongeng adalah nilai religi, nilai sosial (kesetiawakanan), dan nilai budaya. Selain ketiga nilai tersebut, dongeng juga mengandung pendidikan seperti kerjasama, kerja keras, pantang menyerah dan kemandirian.Kata kunci: dongeng, kepribadian, disrupsiABSTRACTThe disruption era brings a strong influence on the changing lives of the people. Technological innovations that occur in all sectors make competition even tighter. Old literature such as reading, writing, and mathematics is not enough to just survive. Data literacy, technology literacy and human literacy are needed. So that not only the intelligence needs to be improved, but also the human aspect also needs to be improved so that it is more humane and cultured. Therefore, fairy tales as cultural heritage that have the value of local wisdom need to be taught to generations X and Y to be wiser in understanding the disruption era. The method used in this research is descriptive qualitative. The data used in the form of a collection of fairy tales obtained from various sources. Based on the results of the analysis conducted, it was found that fairy tales can be used as the formation of the child's personality. The values that can be taken from fairy tales are religious values, social values (kesetiawakanan), and cultural values. In addition to these three values, fairy tales also contain education such as cooperation, hard work, never give up and independence.
Kemampuan Siswa dalam Menyusun Gagasan Utama dan Gagasan Penjelas pada Teks Laporan Hasil Observasi dengan Media Kartu Observasi (Students' Ability to Arrange Main Ideas and Explanatory Ideas in the Text of Observational Report with Card Observation Media) Laili Ivana; Sugiarti Sugiarti; Gigit Mujianto; Arti Prihatini; Fida Pangesti
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.416 KB) | DOI: 10.26714/lensa.9.1.2019.61-76

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menyusun gagasan utama, gagasan penjelas, serta kepaduan antara gagasan utama dengan gagasan penjelas pada teks laporan hasil observasi dengan media kartu observasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di kelas X MIPA 2 SMAN 7 Malang. Data penelitian ini adalah gagasan utama dan gagasan penjelas yang dituliskan siswa pada kartu observasi. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Analisis data dilakukan terhadap karakteristik bahasa dan hubungan antara gagasan utama dan gagasan penjelas yang disusun siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa mampu menyusun gagasan utama dan gagasan penjelas yang saling berhubungan. Gagasan utama telah mencakup informasi inti yang ingin disampaikan, sedangkan gagasan penjelas berisi informasi terperinci yang menjelaskan gagasan utama. Hal itu terbukti dengan persentase siswa yang melebihi KKM, yaitu 87.10% siswa pada kemampuan mengembangkan gagasan utama, 93.55% siswa pada kemampuan mengembangkan gagasan penjelas, dan 87.10% siswa pada kemampuan membentuk kepaduan antara gagasan utama dengan gagasan penjelas. Di sisi lain, terdapat empat siswa (12,90 %) yang skornya sama dengan KKM pada kemampuan mengembangkan gagasan utama. Terdapat dua siswa (6,45 %) yang skornya sama dengan KKM pada kemampuan mengembangkan gagasan penjelas. Pada kemampuan membentuk kepaduan antara gagasan utama dan gagasan penjelas, terdapat 12,90 % siswa yang sama dengan KKM.Kata Kunci: gagasan utama, gagasan penjelas, laporan hasil observasiABSTRACTThis study aims to describe the ability of students to compile main ideas, explanatory ideas, and coherence between the main ideas and explanatory ideas in the text of the observation report with the observation card media. This research is a descriptive study conducted in class X MIPA 2 SMAN 7 Malang. The data of this study are the main ideas and explanatory ideas written by students on the observation card. Data is collected by documentation techniques. Data analysis was carried out on the characteristics of the language and the relationship between the main ideas and explanatory ideas that students composed. The results of the study show that students are able to compile key ideas and explanatory ideas that are interconnected. The main idea includes the core information that you want to convey, while the explanatory idea contains detailed information that explains the main ideas. This is evidenced by the presence of 87.10% of students who score the same as minimum criteria on the ability to develop main ideas, 93.55% of students in the ability to develop explanatory ideas, and 87.10% of students in the ability to form coherence between the main ideas and explanatory ideas. On the other hand, there are four students (12.90%) whose score the same as minimum criteria on the ability to develop the main ideas. There are two students (6.45%) whose score the same as mimimum criteria on the ability to develop explanatory ideas. In the ability to form coherence between main ideas and explanatory ideas, there are 12.90% of students who are the same as mimimum criteria.
Verba Transitif dan Objek Dapat Lesap dalam Bahasa Karo (Transitive Verb and Deletable Object in Karo Language) Sura Isnainy Sembiring; Mulyadi Mulyadi
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.165 KB) | DOI: 10.26714/lensa.9.1.2019.46-60

Abstract

Penelitian ini berfokus kepada objek dapat lesap di dalam verba transitif bahasa Karo yang dianalisis dengan cara menganalisis kalimat atau klausa yang ber-objek dapat lesap yang terjadi dikarenakan objek sudah di tulis dalam konteks sebelumnya, dan verba transitif yang menyatakan perasaan yang berafiks me-ken dengan berbentuk dasar adjektiva/ keadaan, verba subtipe pertama memiliki ciri dapat disertai O dan dapat dipasifkan. Pengumpulan data melalui metode tahap pengumpulan data, analisis data, dan generalisasi secara induktif. Data yang didapat dianalisis menggunakan teknik lesap menurut Sudaryanto. Temuan menunjukkan verba transitif dalam bahasa karo berafiks er-, me-, er-ken, me-kan, memper-I, dan fungsi O dituntut hadir dalam klausa yang fungsi P-nya di isi oleh verba polimorfemik dan di bahasa Karo tidak semua verba berprefiks adanya suatu peluluhan, ataupun pelesapan morfemis.Kata kunci: verba transitif, objek dapat lesap, bahasa KaroABSTRACTThis research focuses on objects that can be absorbed in the transitive verbs of Karo language analyzed by analyzing sentences or clauses that have objects that can occur due to objects that have been written in the previous context, and transitive verbs that express feelings that are me-ken with form base of adjectives / states, the first subtype verb has a characteristic can be accompanied by O and can be passivated. Data collection through the method of data collection, data analysis, and inductive generalization. The data obtained were analyzed using removal techniques according to Sudaryanto. The findings show that the transitive verbs in karo language have er-, m, er-ken, me-me, make-I, and O functions are required to be present in clauses whose P functions are filled with polymorphic verbs and not all verbs in Karo reflex the presence of an elimination, or the morphemic removal.
Representasi Kekuasaan pada Bentuk Gramatikal Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia (Power Representation in the Grammatical Form of Teacher’s Speech Acts in Indonesian Language Learning) Putri Meinita Triana; Zamzani Zamzani
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.877 KB) | DOI: 10.26714/lensa.9.1.2019.77-89

Abstract

Penelitian ini termasuk penelitian pragmatis kritis yang bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana representasi kekuasaan pada bentuk gramatikal tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Pandak. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis isi. Sumber data penelitian ini berupa tuturan guru selama pembelajaran bahasa Indonesia, sedangkan data penelitian ini berupa representasi kekuasaan yang terdapat pada tindak tutur guru saat proses kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi kekuasaan guru ditunjukkan melalui penggunaan (1) kalimat positif-negatif, (2) modus kalimat, (3) modalitas, dan (4) pronomina persona.Kata kunci: representasi, kekuasaan, bentuk gramatikal, tindak tuturABSTRACTThis research includes critical pragmatic research, which aims to describe how the representation of power in the grammatical form of teacher speech acts in learning Indonesian in Pandak 4 Public Middle School. This type of research is qualitative research with content analysis methods. The source of this research data is in the form of teacher speech during Indonesian language learning, while the research data is in the form of representation of power contained in teacher speech acts during the process of learning Indonesian. The results of the study show that the representation of teacher power is shown through the use of (1) positive-negative sentences, (2) mode of sentences, (3) modalities, and (4) personal pronouns.

Page 1 of 1 | Total Record : 7