cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
REKA GEOMATIKA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 96 Documents
Pengaruh Koneksitas Jaring Terhadap Ketelitian Posisi Pada Survei GPS Taufan Akbar Utama
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Secara teoritis, salah satu faktor yang mempengaruhi ketelitian posisi titik-titik dari survei GPS adalah geometri jaring, yaitu banyaknya jumlah baseline yang terikat ke suatu titik (koneksitas titik). Penelitian ini menganalisis pengaruh banyaknya koneksitas titik dalam suatu jaring terhadap ketelitian posisi yang diperoleh dari hasil pengukuran GPS menggunakan receiver HI-TARGET HD8200X Single Frequency (L1) dengan format RINEX di 6 titik dengan sebaran titik-titik berada di wilayah Itenas, Gasibu, Cukangkawung, Cikutra, Siliwangi, Antapani dan Jalan Jakarta. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode diferensial statik dan diujikan beberapa bentuk desain jaring dengan jumlah koneksitas yang berbeda-beda. Dari hasil hitungan yang diperoleh, jaring GPS dengan koneksitas 2 dan 3 menghasilkan ketelitian posisi horizontal dan vertikal rata-rata ± 20 cm dan ± 12 cm, sedangkan untuk koneksitas 4 dan 5 ketelitian posisi horizontal dan vertikal ± 9 cm. Penggunaan koneksitas di atas 4 menunjukkan peningkatan ketelitian yang tidak berarti, artinya penggunaan jaring dengan koneksitas 4 sudah optimal. Kata kunci: ketelitian posisi, geometri jaring, koneksitas titik. ABSTRACT Theoretically, one of factor that influenced the points positioning accuracy in GPS surveying is network geometric, which is the number of the baselines that bond to a point (point connectivity). This research analyzed the influence of the number of point connectivity in a single network to the position accuracy that resulted by GPS observation using HI TARGET HD8200X Single Frequency (L1) receiver device with RINEX format. The observation was held using 6 (six) ground points that distributed in different location, those are: ITENAS, Gasibu, Cukangkawung, Cikutra, Siliwangi, Antapani, and Jakarta Street. The method that used in this research was static differential and has been examined in some different network connectivity design. According to the result of this observation, the GPS network with 2 and 3 networks connectivity give the average accuracy of horizontal and vertical position are  ± 20 centimeters and ± 12 centimeters, while with 4 and 5 networks connectivity is ± 9 centimeters. The increase of accuracy for network more than 4 connectivities is not significant. So, the use of 4 networks connectivity was the most optimal. Keywords: position accuracy, network geometry, point connectivity.
Penggambaran 3 Dimensi (3D) Gedung Sebagai Penjabaran Level of Detail (LOD) - Rinaldy; Renanda Andari
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSetiap bangunan fisik memerlukan pemeliharaan dan perawatan, agar berfungsi dengan baik. Pengelolaan bangunan tersebut sangat memerlukan informasi atas obyek yang dimaksud, baik secara menyeluruh ataupun pada setiap bagian gedung. Salah satu cara yang dapat memudahkan hal tersebut adalah melalui visualisasi obyek secara menyeluruh dalam bentuk gambar digital 3D. Gambar digital bangunan, dapat dinyatakan dalam bentuk bagian obyek sebagai entity yang dapat dikaitkan secara langsung dengan Sistem Informasi Manajemen. Studi ini merupakan langkah awal penggambaran data gedung 3D yang berkembang dalam berbagai aspek teknis, baik pengelolaan data grafis maupun sistem informasi 3D dengan mengambil Gedung 18 Institut Teknologi Nasional Bandung sebagai studi kasus. Metode yang digunakan adalah teknik pengukuran interior, eksterior, dan penggabungan. Hasil penelitian ini berupa gambar gedung 3D yang dapat digunakan sebagai data penunjang dalam pemeliharaan dan perawatan gedung.Kata kunci: penggambaran 3D, bangunan gedung, pemeliharaan, perawatanABSTRACTEach physical building need maintenance and treatments, in order to function properly. Building management requires information on the object in question, either as a whole or on any part of the building. One way to facilitate this is through visualization object as a whole in the form of 3D digital images. The digital image of the building, can be expressed in the shape of the object as an "entity" that can be attributed directly to the Management Information System.This study is intended as a first step depiction of 3D building data is developed in various technical aspects, both graphical and data management information system 3D by using Building 18 of Institut Teknologi Nasional Bandung as the case study. The methods used in this study are interior-exterior measurement and mosaicking. The result of this research is 3D building image which can be used as supporting data in the building maintenance and treatments.Keywords: 3D drawing, building, maintenance, treatments
Perubahan Garis Pantai di Pesisir Cirebon Berdasarkan Analisis Spasial Aida Heriati; Semeidi Husrin
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKInformasi kerusakan daerah Pesisir Utara Jawa bukan hal yang baru. Daerah pesisir Cirebon sebagai salah satu bagian Pesisir Utara Jawa mengalami permasalahan dinamika pesisir yang ditandai oleh erosi dan sedimentasi pantai. Erosi dan sedimentasi merupakan permasalahan mendasar dalam pengelolaan wilayah pesisir. Penelitian ini mengkaji kerusakan pesisir Cirebon ditinjau melalui perubahan garis pantai yang ditimbulkan oleh proses sedimentasi dan erosi yang terjadi secara alami ataupun akibat aktivitas manusia. Pengolahan data satelit Landsat tahun 1999 dan 2013 memberikan informasi sedimentasi dan erosi di sekitar pesisir Cirebon. Hasil perubahan garis pantai dari analisis satelit diverifikasi dengan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan masyarakat pesisir yang dilakukan pada Juni 2013. Analisis memperlihatkan perubahan garis pantai di Pesisir Cirebon sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek hidro-oseanografi, morfologi pantai, dan aktivitas manusia. Hasil ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai kondisi pesisir di Cirebon yang dapat digunakan dasar dalam pengelolaan kerusakan wilayah pesisir sesuai dengan kondisi real di lapangan.Kata kunci: Cirebon, garis pantai, erosi, akresi, panturaABSTRACTThe damage of coastal area in Northen Java has been known for decades. As part of Northen Java Coastal, Cirebon coastal area suffered from severe damage due to erosion-abrasion phenomenon and turned to be a fundamental problem in coastal area management. This research analyses Cirebon coastal changes by analising shoreline changes induced by long term sedimentation and erosion processes. Landsat data in 1999 and 2013 are used in shoreline change analysis. The sattelite analysis results are verified by field observations and coastal communities interview in June 2013. The results show that the coastline dynamics of Cirebon are strongly influenced by hydro-oceanography aspects, coastal morphology and human activities. This result provides valuable information on the latest conditions of coastal area in Cirebon and this can be used as basis for land use management and future mitigation of costal areas.Keywords: Cirebon, coastlines, erosion, accretion, pantura
Analisis Perbandingan Latency Hasil Patch Test dengan Latency Real Titik Fiks Perum pada Survei Hidrografi (Studi Kasus: Pelabuhan Tanjung Benoa Bali) Fakhri Rizkian; N.M.R.R. Cahya Perbani
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latency merupakan perbedaan yang terjadi akibat ketidaksinkronan waktu antara alat perekaman posisi horizontal dengan kedalaman laut. Masalah latency muncul ketika lokasi pengukuran berkarakteristik slope. Latency real bersifat individual untuk setiap titik fiks perum, sementara latency hasil patch test sepanjang jalur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana koreksi latency hasil teknik patch test dapat memberikan model topografi di sepanjang jalur pengukuran yang sesuai dengan model topografi dengan latency real. Koreksi kedalaman akibat latency diperoleh menggunakan fungsi slope, kecepatan kapal, dan latency untuk diterapkan baik pada latency hasil patch test maupun latency real. Tren model topografi di Pelabuhan Tanjung Benoa, Bali dengan kecepatan lebih rendah (rata-rata 4,2 m/detik) lebih mewakili kondisi topografi sebenarnya. Nilai deviasi standar untuk kecepatan lebih rendah sebesar ±0,16 m dan untuk kecepatan lebih tinggi (rata-rata 6,2 m/detik) sebesar ±0,2 m yang masih memenuhi standar ketelitian kedalaman menurut SNI sebesar 0,28 m. Kata kunci: latency, patch test, model topografi   ABSTRACT Latencyis a difference occurred while horizontal position and depth measurement is taken unsynchronously. The bigger slope of sea bottom topography in measurement area, the bigger problem of latency that arise. Real latency in individualited for each sounding fixed point, while patch test gives an along track latency. This research is schemed for finding whether the correction of latency from patch test ensure the topography model along measurement track can be fitted with the model from real latency. Depth correction for latency is calculated as a function of slope, vessel speed, and latency. It is applied for both of latency from patch test and the real latency. The trend of topography model in Tanjung Benoa Port, Bali from measurement with slower speed (4,2 m/sec average speed) more represent the actual topography. Standard deviation for measurement with slower speed is ± 0,16 m ; while for faster speed (6,2 m/sec average speed) is 0,2 m. Both of the vessel speed still fullfil depth accuracy standard of SNI, that is under 0,28 m. Keywords: latency, patch test, topography model
Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur APRIS SETYA; N. M. R. RATIH C. PERBANI; UMAR ROSADI
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Gunungapi Guntur merupakan gunungapi aktif yang memiliki potensi bencana letusan yang berulang, maka aktivitasnya perlu diamati secara kontinu. Informasi lokasi dan perubahan volume sumber tekanan sangat bermanfaat dalam pemantauan aktivitas gunungapi. Model Mogi [Mogi, 1958] dapat digunakan dalam penentuan perubahan volume sumber tekanan. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan parameter-parameter Model Mogi berupa jarak radial antara titik pantau terhadap sumber tekanan, kedalaman sumber tekanan menggunakan gridding, dan perubahan volume sumber tekanan menggunakan teknik kuadrat terkecil. Kedalaman sumber tekanan ditentukan dalam rentang 5 sampai dengan 10 km dengan interval 1 km. Parameter jarak radial sumber tekanan terhadap titik-titik pantau diambil dari Kawah Masigit terhadap tiga titik pantau (Citiis (CTSG), Masigit (Msgt) dan Sodong (SODN)) periode Februari 2012 s.d April 2013. Teknik kuadrat terkecil diterapkan untuk penentuan parameter perubahan volume sumber tekanan. Hasil deformasi horizontal Model Mogi diuji kemiripannya dengan hasil pengukuran menggunakan goodness of fit χ2. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai best fit pada kisaran kedalaman 5 km. Pola perubahan volume pada umumnya bersifat periodik, dengan periode antara dua setengah sampai dengan tiga bulan dengan nilai fluktuasi yang beragam. Kata kunci: Model Mogi, gridding, kuadrat terkecil, goodness of fit χ2 ABSTRACT Mount Guntur is vulcano active and has the potential disaster eruption could happen then activity Guntur vulcano need observed continuously. Information about the location and volume changes source pressure will be very beneficial in monitoring activities Guntur vulcano. Model mogi [ mogi, 1958] is one model that can be used in the determination volume changes source pressure. Least square adjustment worn to solving parameters volume changes source pressure, while parameters depth source pressure using methods gridding in range depth 5 s.d 10 km by intervals 1 km and parameters distance radial source pressure upon observation points taken from Masigit crater. With the data deformation toward the horizontal on observation points citiis ( ctsg ), masigit ( msgt), and sodong ( sodn ) period february 2012 - april 2013. Deformation horizontal results model mogi will be done testing similarities data with deformation horizontal result of measurement GPS using goodness of fit χ2 method. Result goodness of fit χ2 method produce the best value lies in the depth around 5km Pattern of volume changes in general be periodic, with a period between two a half to three months  with a variety of value fluctuations. Keywords: Guntur Vulcano, Least Square Adjusment Mogi Models, volume changes source pressure
Identifikasi Hazard dari Hasil Data Free Span pada Jalur Pipa Bawah Laut Lapangan Bekapai Menggunakan Data Multibeam Echosounder dan Side Scan Sonar Muhammad Biana Ravenska; Ni Made Rai Ratih Cahya Perbani
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKLapangan Bekapai merupakan salah satu lapangan minyak yang memproduksi dan mendistribusikan minyak dan gas alam lewat pipa bawah laut. Untuk itu perlu dilakukan inspeksi secara berkala untuk meminimalkan terjadinya hazard baik yang berasal dari proses instalasi maupun dari proses operasi, di antaranya berupa free span. Penelitian ini menggunakan data multibeam echosounder (MBES) untuk mendapatkan data panjang dan posisi free span, sedangkan data side scan sonar (SSS) untuk interpretasi objek pipa dan perkiraan tinggi free span. Profil yang dibangun dari data MBES digunakan untuk memastikan adanya cekungan pada lokasi free span yang terdeteksi. Kriteria identifikasi hazard berupa free span pada jalur pipa bawah laut menggunakan DNV RP F-105 dengan panjang dan tinggi maksimum yang diperbolehkan adalah 14 meter dan 0,6 meter. Free span maksimum yang terdeteksi di lokasi penelitian memiliki panjang 9,2 meter dan tinggi 0,24 meter, yang masih dikategorikan aman atau tidak terjadi hazard pada pipa bawah laut di lokasi penelitian.Kata kunci: free span, multibeam echosounder, side scan sonar ABSTRACTBekapai Field has been known as one of the oil fields which produce and transport oil and natural gas through the subsea pipelines. It becomes so important to inspect periodically for minimizing the coming out of hazards, either during installation or operation process. One of the hazards is a free span. This research uses multibeam echosounder (MBES) data to specify the length and the position of free span, while side scan sonar (SSS) data is used to interpret the object of pipeline and to estimate the height of free span. Profiles that are builded from MBES data are used to ascertain the existence of a basin under the detected free span. DNV RP F-105 as the criteria of hazard identification for free span requires the maximum of length and height be allowed are 14 meters and 0.16 meters. The maximum free span detected at the research area has 9.2 meters length and 0.24 meters height, thus it can be stated as a safe condition category or there is no subsea pipelines hazards at the research area.Keywords: free span, multibeam echosounder, side scan sonar
Analisis Efektivitas Bangunan Pelindung Pelabuhan Patimban dan Pantai Sekitar Melalui Tinjauan Hidro-Oseanografi R. M. Rizkike Jade; Ni Made Rai Ratih Cahya Perbani; D. N. Handiani
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPemerintah Indonesia akan membangun pelabuhan baru dengan hierarki Pelabuhan Utama sebagai penopang Pelabuhan Tanjung Priok yang direncanakan akan dibangun di Patimban, Kabupaten Subang. Pembangunan pelabuhan membutuhkan kajian aspek teknis, salah satu di antaranya adalah bangunan pelindung pelabuhan. Penelitian ini bertujuan melakukan tinjauan hidro-oseanografi yang terdiri atas analisis tinggi gelombang, pelayaran, dan sedimentasi di area rencana pembangunan Pelabuhan Patimban sebagai analisis efektivitas bangunan pelindung dermaga Pelabuhan Patimban dan pantai di sekitarnya. Berdasarkan analisis diperoleh bahwa gelombang (yang dapat mencapai tinggi 1,5 meter) dan sedimentasi (berupa akresi dan abrasi) menjadi faktor penting dalam mempertimbangkan pemilihan jenis bangunan pelindung pantai di Perairan Patimban. Struktur pelindung dermaga yang direncanakan dalam Rencana Induk Pelabuhan Patimban cukup efektif melindungi dermaga. Untuk pantai di sekitar pelabuhan direkomendasikan bangunan pelindung berupa jetty bertipe pendek untuk mengantisipasi pembelokan muara sungai yang diakibatkan aktivitas sedimentasi di muara Sungai Cipunagara dan penanaman hutan mangrove di sepanjang Pantai Patimban untuk mengatasi fenomena abrasi.Kata kunci: tinjauan hidro-oseanografi, bangunan pelindung pelabuhan, pelabuhan utamaABSTRACTGovernment of Indonesia plans to construct a new port as International Hub Port hierarchy which support Port of Tanjung Priok at Patimban, Subang District. The port construction needs technical aspects studies, such as coastal protection stuctures. This study aims to analyze the hydrooceanography factors (wave, vessel maneuverability, and sedimentation) on Port of Patimban plan area to find the effectivity of coastal protection stuctures to protect port and its coastal area. Based on analysis it is found that the wave (which can reach 1,5 metres high) and sedimentation (accretion and abrasion) will be the main factors to consider for determining the appropriate coastal protection structures in Patimban Waters. The coastal protection structures planned in the Patimban Port Master Plan are quite effective at protecting the port. For the Port of Patimban coastal area, protective building in the form of short-type jetty is recommended to anticipate the deflection of Cipunagara River estuary caused by sedimentation. Besides that, planting mangroves along Patimban coastline will overcome the abrasion problem.Keywords: hidro-oceanography consideration, coastal protection structures, international hub port
Pemetaan Eksterior Gedung 3 Dimensi (3D) Menggunakan Electronic Total Station (ETS) - Rinaldy; Rahmat Taufik Hidayat
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSaat ini masih banyak orang yang melakukan pemetaan 2D, tetapi seiring berkembangnya teknologi pemetaan secara 3D mulai dikembangkan. Pada studi ini kegiatan pemetaan dilakukan dengan metode terestris dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak untuk mendapatkan posisi berupa x, y, z dan data keruangan berupa panjang, lebar, dan tinggi. Pada studi ini, pemetaan 3D lebih dikembangkan dengan melakukan pengukuran metode terestris dengan menggunakan alat Electronic Total Station (ETS). Namun, tidak semua objek dapat diukur menggunakan alat ETS, dikarenakan wilayah pengukuran terletak pada daerah yang padat dengan bangunan gedung sehingga membatasi ruang gerak pengukuran. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) pengambilan data detail situasi tidak hanya mengambil batas-batas atap dari setiap objek, melainkan setiap detail objek-objek seperti pilar, pintu, jendela, tangga, atap, rangka atap, ventilasi; (2) titik-titik detail situasi yang diukur adalah sudut-sudut dari setiap detail objek di mana titik-titik detail situasi yang diukur menggunakan metode seperti metode polar dan metode trigonometri; (3) data detail situasi yang diolah adalah posisi vertikal (z) untuk mendapatkan beda tinggi. Beda tinggi tersebut digunakan untuk penggambaran objek 3D; (4) peta 3D yang dihasilkan sesuai dengan posisi, ukuran, dan bentuknya.Kata kunci : Pemetaan 3D, ETS, Level of Detail, Metode TrigonometriABSTRACTCurrently there are many people who do 2D mapping, but as the development of a 3D mapping technology was developed. In this study mapping exercise carried out by terrestrial methods by measuring the angle and distance to get the position in the form of x, y, z and spatial data such as length, width and height. In this study, the 3D mapping is developed by measuring the terrestrial method by using the Electronic Total Station (ETS). However, not all objects can be measured using the ETS, because the measuring region lies in a dense area with buildings that limits the space of measurement. The results of this study can be summarized as follows: (1) retrieval of detailed data of the situation not only take the roof boundaries of each object, but every detail of objects such as pillars, doors, windows, stairs, roof, roof truss, ventilation; (2) the detail points of the situation measured are the angles of each detail of the object in which the detail points of the situation are measured using methods such as polar methods and trigonometric methods; (3) the processed data of detail situation is vertical position (z) to obtain a height difference, which used for 3D object depiction; (4) the resulting 3D map matches the position, size, and shape.Keywords: 3D Mapping, ETS, Level of Detail, Trigonometry Method
Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS MUHAMMAD FARIZI GURANDHI; BAMBANG RUDIANTO
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKTingkat ketelitian posisi pada survei GPS akan bergantung pada bagaimana cara memperlakukan faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian tersebut. Ketelitian yang akan didapatkan dalam penentuan posisi pada survei GPS mengacu pada spesifikasi teknik yang telah ditetapkan. Penelitian ini merupakan kajian empirik dalam penetapan spesifikasi teknik pada survei GPS berdasarkan pengalaman praktis dan hasil pengukuran lapangan sebelumnya. Implementasi terhadap penetapan spesifikasi teknik menghasilkan ketelitian posisi horisontal di bawah 2 cm dan posisi vertikal di bawah 4 cm. Ketelitian yang diperoleh dari hasil implementasi spesifikasi teknik yang ditetapkan lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.Kata kunci: survei GPS, ketelitian posisi titik, spesifikasi teknikABSTRACTPoint positioning accuracy of GPS surveying generated will depend how to treat the factors that influence. Accuracy that would be obtained in a GPS surveying refers to the Terms of Reference (TOR) that have been set. This research is an empirical study on the determination of the Terms of Reference at the GPS surveying results based on practical experience and field measurements that have been done before. Implementation of the determination of the Terms of Reference generates horizontal position accuracy below 2 cm and a vertical position under 4 cm. Implementation of the Terms of Reference resulted in a better position accuracy than ever before.Keywords: GPS surveying, accuracy the position point, term of reference
Analisis Kesesuaian Lahan Sumber Daya Perkebunan Untuk Komoditas Prospektif di Provinsi Jawa Barat Radea Adlin Primawan; Indrianawati Indrianawati
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKProvinsi Jawa Barat memiliki tiga komoditas perkebunan, yaitu komoditas strategis, prospektif, dan unggulan spesifik lokal. Untuk mengoptimalkan potensi sumber daya perkebunan, diperlukan analisis kesesuaian lahan agar dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan komoditas perkebunan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi sebaran wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan sumber daya perkebunan untuk komoditas prospektif di Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode scoring. Data yang digunakan sebagai parameter kesesuaian lahan, meliputi temperatur, curah hujan, lereng, drainase tanah, tekstur tanah, dan jenis tanah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 tanaman dari 12 jenis tanaman sumber daya perkebunan komoditas prospektif yang masih dapat rekomendasikan lahannya, meliputi kemiri sunan (40.617,75 ha) yang tersebar di 10 kabupaten/kota, lada (2.828,71 ha) yang tersebar di 4 kabupaten/kota, kayu manis (177,36 ha) yang tersebar di 4 kabupaten/kota, kemiri (40.617,75 ha) yang tersebar di 10 kabupaten/kota, dan panili (674,21 ha) yang tersebar di 5 kabupaten/kota. Luas lahan perkebunan yang direkomendasikan tersebut secara kualitatif diketahui mengalami penurunan setelah dilakukan validasi terhadap tutupan lahan terbaru (interpretasi citra dengan google earth).Kata kunci: perkebunan, komoditas prospektif, Provinsi Jawa BaratABSTRACTWest Java Province has three commodities, those are strategic commodities, prospective commodities, and superior local specific commodities. To optimize the potential of plantation resources, the analysis of the potential of land suitability is required in order to know the level of land suitability of certain plantation commodities. This research intends to analyze and evaluate the area that can served as land resources for prospective commodities plantation in West Java Province with a scoring method. The data used as land suitability parameters are temperature, rainfall, slope, soil drainage, soil texture, and soil type. The results showed that there are 5 plants from 12 types of plantation resources of prospective commodities that the land could still be recommended, which are sunan candlenut (40617.75 ha) scattered in 10 regency/city, pepper (2828.71 ha) scattered in 4 regency/city, cinnamon (177.36 ha) scattered in 4 regency/city, candlenut (40617.75 ha) scattered in 10 regency/city, and vanilla scattered in 5 regency/city. The recommended plantation area decreased qualitatively after validation of the latest land cover (image interpretation with google earth).Keywords: plantation, prospective commodities, West Java Province

Page 7 of 10 | Total Record : 96