cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
REKA GEOMATIKA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 96 Documents
Pengaruh Waktu Pengamatan Terhadap Ketelitian Posisi dalam Survei GPS Rina Rostika Rahman
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Realitas pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa data hasil pengamatan dari suatu survei GPS dari waktu ke waktu menghasilkan ketelitian posisi yang berbeda. Kenyataan tersebut menarik untuk dipelajari guna mengetahui waktu-waktu yang terbaik untuk melakukan pengamatan GPS. Dalam penelitian ini diteliti pengaruh waktu pengamatan terhadap ketelitian posisi dalam survei GPS, di mana waktu pengamatan dikelompokkan menjadi 5 (lima) bagian, yaitu: pagi, siang, sore, malam, dan subuh dengan selang waktu pengamatan 3 jam, 2 jam, dan 1 jam. Dari hasil hitungan diketahui bahwa waktu pengamatan yang terbaik untuk melakukan pengukuran pada survei GPS adalah siang hari sampai sore hari, yaitu sekitar pukul 11.00-18.00 WIB. Kata kunci: GPS RTK, ETS, posisi titik, ekstraterestrial.   Abstract Reality of experience in the field indicates that the measurement data of GPS survey from time to time result in different position accuracy. It is interesting to study to know the best times for perform GPS observations. This research examined the influence of observing time to the position accuracy of GPS survey by which time observations are grouped into 5 (five) parts: morning, afternoon, evening, night, and dawn at observation intervals of 3 hours, 2 hours, and 1 hours. From the obtained result it is known that the best time to take the GPS survey measurements is during afternoon until evening at around 11.00-18.00 pm. Keywords: GPS RTK , ETS, point position, extraterrestrial.
Visualisasi Bangunan Peninggalan Belanda di Kotabaru Yogyakarta melalui ESRI Story Map Annisa Farida; Ni Putu Praja Chintya; Wahyu Marta Mutiarasari
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKESRI Story map merupakan cara untuk memvisualisasikan peta dan data nonspasial pada aplikasi web tingkat lanjut. Contoh data nonspasial adalah teks narasi, gambar, dan konten multimedia. Salah satu peta cerita yang paling populer adalah peta cerita dalam bentuk jurnal. Peta cerita format jurnal menyajikan lokasi secara visual yang ditambahkan dengan data nonspasial. Makalah ini menyajikan cerita melalui ESRI story map untuk memvisualisasikan bangunan peninggalan Belanda di Kotabaru, Kota Yogyakarta. Bangunan peninggalan Belanda disebut juga sebagai bangunan heritage. Jumlah bangunan Heritage di Kotabaru saat ini menurun karena adanya pertumbuhan ekonomi di Kota Yogyakarta yang mengakibatkan beberapa bangunan heritage berubah menjadi bangunan modern. Jurnal ini menyajikan informasi tentang lokasi bangunan heritage yang disertai narasi sejarahnya sebagai salah satu upaya melestarikan bangunan bersejarah.Kata kunci: Bangunan peninggalan Belanda, peta cerita, spasial, heritage ABSTRACTESRI story map is an advance way to visualize maps with nonspatial data in a web application. Examples of nonspatial data are narrative text, images, and multimedia context. The most popular story map is story map journal. The story map journal shows nonspatial and the location of the story visually. We made story maps using ESRI story map to visualize Dutch heritage buildings in Kotabaru, Yogyakarta Province. Dutch heritage buildings are known as heritage buildings. Now, the number of heritage building is decreasing. This is due to economic growth in Yogyakarta. There are some significant changes in this area. Some heritage buildings are transformed into modern buildings. This paper presents the location information of heritage buildings along with its historical narrative as one of efforts to preserve the historical buildings.Keywords: Dutch heritage buildings, story map, spatial, heritage
Identifikasi Nilai Piksel Sepanjang Garis Pantai di Teluk Genteng Menggunakan Citra Landsat 4-5 TM Indra Adrianus; Ni Made Rai Ratih Cahya Perbani; T I Maryanto
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKTeknologi pengindraan jauh memudahkan dalam penyediaan data untuk memperoleh garis pantai, terutama untuk wilayah lautan yang luas seperti Indonesia. Ekstraksi garis pantai dari citra satelit merupakan salah satu cara untuk memperoleh nilai-nilai piksel sepanjang garis pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari dan menentukan pola sebaran nilai piksel di sepanjang garis pantai area sampel di Teluk Genteng serta untuk mengetahui sinkronisasi dengan garis pantai dari Peta RBI. Penelitian ini menggunakan citra satelit Landsat 4-5 TM dengan Band 5 digunakan untuk memisahkan darat dan air. Pola sebaran nilai piksel didapatkan dengan menampalkan hasil ekstraksi dengan citra asli dan Peta RBI. Dari penelitian ini diperoleh bahwa pola sebaran nilai piksel batas yang terjadi pada area sampel menyebar secara acak, nilai piksel batas tertinggi adalah 242, nilai piksel batas terendah adalah 27, rentang nilai piksel batas adalah 215, rentang nilai piksel air adalah 126, rentang nilai piksel darat adalah 143, dan secara umum bentuk dari ekstraksi hampir mendekati garis pantai Peta RBI.Kata kunci: ekstraksi garis pantai, nilai piksel, Peta RBIABSTRACTTechnologies in remote sensing give the effortless way in preparing data to build the coastline, especially for country which has vast areas of sea such as Indonesia. Coastline extraction from satellite imagery is one of alternatives to get the pixel values along the coastline. To find and determine the distribution pattern of pixel values along the coastline of sampel area in Genteng Bay and to determine the synchronization with the coastline of RBI Map are taken as the focus of this research. Landsat 4-5 TM with Band 5 is the satellite imagery which is used to separate land and water. The distribution pattern of pixel values is obtained through overlaying the extraction with the initial pixel values and RBI Map. It can be detected that distribution of boundary pixel values in sampel area show the random pattern, the maximum values is 242, while the minimum is 27 with range of 215. The range of water pixel values is 126 and 143 for the land. Besides, the coastline extraction almost coincides with RBI Map coastline.Keywords: extraction of coastline, pixel values, RBI Map
Pemetaan Psikografis Kependudukan Untuk Kepentingan Kampanye Pilkada (Studi Kasus: Kota Cimahi) Muhammad Gunawan; - Sumarno; - Indrianawati
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPemilihan kepala daerah (pilkada) memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih kepala daerahnya tanpa melalui suatu perwakilan. Dalam pelaksanaan pilkada terdapat proses kampanye yang bertujuan meyakinkan pemilih untuk memilih calon pasangan tertentu. Tujuan dari pemetaan psikografis kependudukan untuk kepentingan kampanye adalah memberikan data awal kampanye dan lokasi potensial kampanye. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistika spasial dengan metode Global Moran’s I dan Getis Ord-­G terhadap data karakteristik kependudukan untuk mengetahui adanya autokorelasi spasial dan bentuk pola kluster antara unit wilayah (kelurahan) di Kota Cimahi. Berdasarkan hasil analisis statistika spasial, dapat diketahui bahwa di seluruh kelurahan Kota Cimahi, data awal kampanye yang relevan adalah data karakteristik pekerjaan dan agama. Karakteristik pendidikan relevan di seluruh kelurahan Kota Cimahi, kecuali Kelurahan Cimahi dan Karangmekar. Karakteristik usia juga relevan di seluruh kelurahan Kota Cimahi, kecuali Kelurahan Cimahi dan Pasirkaliki.Kata kunci: kampanye, statistika spasial, autokorelasi, pola klusterABSTRACTRegional heads election (Pilkada) has given an opportunity to people for choosing their regional heads without any delegation in general election. The general election includes campaign process, which aims to select a certain candidate. In the campaign process, psychographic mapping of demography aims to give preliminary data and potential location of the campaign. This research has used spatial statistical analysis using Global Moran's I and Getis Ord-­G methods for analysing demographic characteristics. The methods aim to know spatial autocorrelation as well as cluster pattern between villages in Cimahi District. The analysis result shows the relevant characteristics in all Cimahi villages are job and religion. Meanwhile, education characteristic is relevant in all villages Cimahi, except Cimahi and Karangmekar villages. Age characteristic is also relevant in all villages Cimahi, except Cimahi and Pasirkaliki villages.Keywords: campaign, spatial statistic, autocorelation, cluster pattern
Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS BAMBANG RUDIANTO; NURUL YUHANAFIA
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSecara teoritik, salah satu faktor yang dapat meningkatkan ketelitian posisi pada survei GPS adalah pengikatan terhadap titik ikat. Secara geometrik, penambahan jumlah titik ikat akan meningkatkan nilai kekuatan jaring. Penelitian ini membahas aspek praktis pengaruh dari penambahan titik ikat terhadap peningkatan ketelitian posisi titik dalam suatu survei GPS. Geometri jaring berbentuk jaring segitiga yang diikatkan terhadap 1 titik, 2 titik , dan 3 titik ikat. Pengukuran dilakukan dengan metode diferensial statik menggunakan receiver GPS satu frekuensi. Jaring GPS yang diteliti termasuk dalam klasifikasi jaring GPS baseline pendek, dengan panjang baseline di bawah 5 km, sedangkan panjang baseline pengikatan diklasifikasikan sebagai baseline menengah, dengan panjang baseline bervariasi dari 18,70 km sampai dengan 40,01 km. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya jumlah titik ikat yang digunakan dalam proses hitungan penentuan posisi pada survei GPS akan meningkatkan ketelitian posisi horizontal, namun di sisi lain ketelitian tingginya akan menurun. Untuk penggunaan titik ikat lebih dari 1 titik, penggunaan titik-titik ikat dengan klasifikasi orde yang sejenis akan menghasilkan ketelitian posisi horizontal yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan titik-titik ikat dengan klasifikasi orde campuran. Penggunaan jumlah titik ikat sebanyak 1, 2 dan 3 titik, masing-masing akan menghasilkan ketelitian horizontal rata-rata sebesar ± 11 cm, ± 10 cm, dan ± 8 cm.Kata kunci: jumlah titik ikat, ketelitian posisi horizontal, ketelitian posisi vertikal, survei GPSABSTRACTTheoretically, one of the factors that can increase the positioning accuracy of GPS surveying is binding to the control point. Geometrically, the addition of a control point will increase strengh of figure.This study discusses the practical aspects of the effect of the addition of a control point to increase position accuracy in a GPS survey.Geometrical observation is a triangular nets are tied to one, two, and three control point. Observations were performed by static differential method using a single frequency GPS receiver. Network geometry of GPS in the classification of short baseline, with long baseline under 5 km, while the length of the baseline binding classified as intermediate baseline, with baseline length varies from 18.70 km to 40.01 km.The result of this research indicate that the large number of control points used in the process in a matter of positioning accuracy of GPS surveying will increase the horizontal position, but vertical position accuracy will lowly. To use more than one control point, the use of control points with same classification order will result in a horizontal position accuracy better than the use of control points with different order classifications. Use as many as the number of control points 1, 2 and 3 points, each of which will produce an average horizontal accuracy of ± 11 cm, ± 10 cm, and ± 8 cm.Keywords: the number of control point, accuracy of the horizontal position, vertical position accuracy, GPS survey.
Evaluasi Teknis Rencana Jalur Light Rail Transit (LRT) Di Wilayah Bandung Raya Tessalonika Natalia Djie; Sumarno Sumarno
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKLight Rail Transit (LRT) kini menjadi salah satu sarana transportasi darat yang sedang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan transportasi pada suatu kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Di wilayah Bandung Raya telah ada rencana jalur LRT yang disusun oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat yang terdiri atas delapan koridor. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi teknis rencana jalur LRT khususnya pada koridor-1 (Leuwi Panjang–Jatinangor) dan koridor-4 (Leuwi Panjang– Babakan Siliwangi). Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi tingkat kesesuaiannya dengan persyaratan teknis jalur kereta api, khususnya terhadap aspek geometrik yaitu kelandaian dan kelengkungan. Evaluasi dilakukan dengan melakukan analisis geometrik pada rencana jalur LRT dengan persyaratan teknis jalur kereta api terhadap lima kelas jalan rel. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pada koridor-1 sudah memenuhi persyaratan kelandaian dan lengkung horizontal untuk semua kelas, sedangkan koridor-4 belum memenuhi persyaratan tersebut.Kata Kunci: Light Rail Transit (LRT), kelandaian, lengkung horizontalABSTRACTLight Rail Transit (LRT) now become one of transportation means to fullfil the need of transportation in one of regions which is having high population. In Bandung Raya region, there were plans of LRT line which is arranged by Dinas Perhubungan West Java Province which consist of eight coridors. This research has done the technical evaluation for planning the LRT especially on corridor-1 (Leuwi Panjang- Jatinangor) and corridor-4 (Leuwi Panjang-Babakan Siliwangi). The aim of this reasearch is to evaluate the appropriateness levels with the rules and regulations of train technical lines, especially on the aspec of geometric including slope and horizontal curve. The evaluation is done by doing geometric analysis in the plan of LRT line with rules and regulations of train technical line toward five classes of rail line. Based on the result of analysis, it can be revealed that corridor-1 has been fullfil the rules and regulations of slope and horizontal curve for every classes, while corridor-4 do not fullfil the rules and regulations yet.Keywords: Light Rail Transit (LRT), slope, horizontal curve
Analisis Hasil Pengukuran Bidang Tanah Menggunakan Teknologi CORS-­NTRIP dan PPP Gusti Ayu Jessy Kartini; Salman Rahmani; Reza Palevi
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKebutuhan akan pemanfaatan tanah dan ruang semakin meningkat setiap tahun. Untuk mengendalikan kebutuhan tersebut maka diperlukan penyediaan sertifikat bidang tanah. Pengadaan sertifikat ini terkait erat dengan metode pengukuran. Badan Pertanahan Nasional melalui petunjuk teknisnya membagi metode pengukuran menjadi empat. Di antara keempat metode tersebut yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode terestrial dan pengamatan satelit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil pengukuran pengamatan satelit menggunakan teknologi CORS-­NTRIP dan PPP yang akan dibandingkan dengan metode terestrial. Simulasi pengukuran dilakukan pada empat jenis bidang tanah, yaitu kebun, lapangan, sawah, dan perumahan. Dari hasil simulasi tersebut disimpulkan bahwa salah satu hal yang mempengaruhi letak dan luas bidang tanah adalah ruang pandang receiver terhadap langit. Dari penelitian ini direkomendasikan agar pengukuran bidang tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi.Kata kunci: bidang tanah, GNSS, CORS, NTRIP, PPPABSTRACTThe need for land and space utilization is increasing every year. To control these needs, it is necessary to provide a certificate of land parcels. The procurement of the certificate is closely related to the measurement method. The National Land Agency, through its technical guidance, divides the measurement method into four. Among the four methods, which will be used in this study are terrestrial methods and satellite observations. The purpose of this study was to analyze the results of satellite observation measurements using CORS-­NTRIP and PPP technologies that would be compared with terrestrial methods. The measurement simulation has been carried out by four types of parcels, ie. farm, open area, rice field, and building area. From the simulation results, it is concluded that one of the things that affect the location and the area of land is the receiver's view of the sky. From this research, it is recommended that land parcels measurement should be done by using a combination method.Key words: land parcel, GNSS, CORS, NTRIP, PPP
Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Feri Naldi; - Indrianawati
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia dengan tingkat pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, akibatnya di Kota Bandung terjadi penurunan daya dukung lingkungan hidup. Salah satu kegiatan yang dapat digunakan untuk memberikan informasi dalam menjaga keseimbangan ekologi Kota Bandung adalah dengan inventarisasi keberadaan dan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) melalui pembangunan geodatabase RTH. Penyediaan RTH pada suatu kawasan perkotaan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008, dimana proporsi RTH yang harus disediakan pada wilayah perkotaan adalah minimal sebesar 30% dari total luas wilayah kota. Pembangunan geodatabase RTH dilakukan dengan mengintegrasikan data spasial RTH dengan informasi tipologi RTH dan data foto/video RTH. Dari hasil pembangunan geodatabase dapat diketahui bahwa Kota Bandung mempunyai 22,59% RTH publik (3.802,5 Ha) dan 3,45% RTH privat (581,51 Ha) yang tersebar di seluruh Kota Bandung.Kata kunci: SIG, Ruang Terbuka Hijau (RTH), GeodatabaseABSTRACTBandung is one of the cities in Indonesia with the level of development and population growth quite rapidly. Consequently, the carrying capacity of the environment in Bandung is decrease. One of the activities that can be used to provide information in maintaining the ecological balance of Bandung is the inventory of the existence and availability of green open space through the geodatabase development of green open space. Provision of green space in an urban area has been regulated in the Regulation of the Minister of Public Works No. 05/PRT/M/2008, where the proportion of green open space should be provided in urban areas is a minimum of 30% of the total area of the city. Geodatabase development of green open space is done by integrating spatial data of green open spaces with information of green open space typology and data of photos/videos of green open space. Results from the geodatabase development showed that Bandung has 22.59% public green open space (3802.5 ha) and 3.45% private green open space (581.51 ha) which spread throughout the city of Bandung.Keywords: GIS, Green Open Space, Geodatabase
Pemodelan pada Proses Cyclostationarity Berdasarkan Data Pasut Cilacap Tahun 2007-2015 Larasati S. Cendani; N.M.R.R. Cahya Perbani; Kania Sawitri
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Sesuai prosedur dalam penentuan MSL sejati, pengamatan pasut dilakukan secara terus-menerus selama 18,61 tahun dengan selang waktu satu jam tanpa jeda. Pengamatan pasut tersebut bukanlah suatu hal yang mudah dan hampir tidak dapat untuk dilakukan, MSL yang digunakan untuk kepentingan teknis umumnya ditentukan berdasarkan data pengamatan pasut periode pendek selama 15 atau 29 hari. Periode pendek tersebut memiliki keterbatasan dalam mengakomodasi seluruh faktor yang mempengaruhi MSL. Hipotesis pada penelitian ini MSL bulanan juga memiliki sifat cyclostationarity berdasarkan penelitian pasang tinggi di Benoa, Bali yang memiliki sifat yang sama. Penelitian ini bertujuan memodelkan terjadinya proses cyclostationarity untuk dijadikan sebagai model koreksi mean sea level bulanan dan untuk mengetahui variasi yang terjadi. Pemodelan dilakukan menggunakan fungsi gelombang dua konstanta pasut periode panjang Sa dan Ssa menggunakan analisis harmonik kuadrat terkecil melalui Deret Fourier. Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa model gelombang yang dihasilkan sudah 80% mewakili perilaku MSL bulanan dan simpangan maksimum terhadap MSL bulanan rata-rata sebesar 245 mm. Kata kunci: MSL bulanan, cyclostationarity, fungsi gelombang ABSTRACT In procedure to determine the true mean sea level (MSL), hourly tide measurement should be taken for 18,61 years continuously. That such measurement is not simple and barely possible to establish. In most technical cases, MSL is determined from shot period measurement 15 or 29 days. The limitation of that such short period data is in accommodating all factors with action MSL. In this study the monthly MSL is a cyclostationarity process like spring tides in Benoa, Bali is taken as the hypothesis. This study directed to model cyclostationarity process to build the model of monthly MSL and to find it’s variation. The modeling is accomplished using wave function two long period constituents (Sa and Ssa). Least square harmonic analysis by means of Fourier series is applied. It is found that the wave model from this study represent about 80% of monthly MSL behavior and the average of maximum deviation is 245 mm. Keywords: monthly MSL, cyclostationarity, wave function
Identifikasi Pergerakan Tanah Menggunakan Total Station Robotik di Kampung Nagrog, Desa Mukapayung Kidangpananjung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat Sadarviana, Vera; Abidin, Hasanuddin Zainal; Gumilar, Irwan; W, Nunghatta S; T, Achmad R
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDesa Mukapayung Kidangpananjung Kecamatan Cililin mengalami bencana longsor pada tahun 2013. Bukit yang mengelilingi desa menjadi morfologi yang terganggu kestabilannya pada saat terjadi hujan lebat semalaman. Bukit tersebut memiliki tingkat kemiringan yang curam dan berpotensi mengalami pergerakan tanah atau longsor. Apabila potensi kerentanan dipicu oleh getaran/gempa dan peningkatan volume air, seperti hujan maka bukit tersebut dapat mengalami kembali pergerakan tanah/longsoran. Untuk itu, pemantauan gerakan tanah perlu dilakukan dalam upaya mitigasi bencana lanjutan. Pemantauan gerakan tanah dilakukan menggunakan Total Station Robotik yang menghasilkan vektor pergerakan tanah dari titik-titik pantau yang dipasang di lereng bukit. Dari hasil vektor tiga periode pengamatan diketahui bahwa arah pergerakan tanah berbeda untuk di suatu titik pantau. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lereng yang diamati memiliki bidang gelincir lebih dari satu. Sehingga pada saat terjadi longsor maka arah pergerakan tanah/material lereng dapat bergerak sesuai dengan bidang gelincir yang mengalami tekanan yang paling besar. Kata kunci: longsor, pemantauan, robotikABSTRACTMukapayung Kidangpananjung Village, Cililin Subdistrict experienced a landslide disaster in 2013. The hills that surround the village become morphologically disturbed when heavy rain occurs overnight. The hill has a steep slope and has the potential to experience land movement or landslides. If the potential for the vulnerability is triggered by vibrations/earthquakes and an increase in the volume of water, such as rain, the hill can re-experience land movement/landslides. For this reason, monitoring of land movements needs to be carried out in further disaster mitigation efforts. Soil movement monitoring is carried out using a Robotic Total Station which produces a vector of ground movement from monitoring points mounted on the hillside. From the results of the vector of three observation periods, it is known that the direction of ground movement is different for each monitoring point. This indicates that the observed slope has more than one slip plane. When a landslide occurs, the movement direction of land/slope material can move in accordance with the slip plane which is experiencing the greatest pressure. Keywords: landslide, monitoring, robotic

Page 9 of 10 | Total Record : 96