cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
REKA GEOMATIKA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 96 Documents
Aplikasi GPS RTK untuk Pemetaan Bidang Tanah Joko Setiadi
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penggunaan receiver GPS RTK (Real Time Kinematic) pada metode ekstraterestrial untuk penentuan posisi titik saat ini sudah banyak diterapkan. Penelitian ini bertujuan mengkaji sampai sejauh mana ketelitian posisi titik yang diperoleh dari hasil pengukuran secara ekstraterestrial menggunakan GPS RTK untuk pemetaan bidang-bidang tanah berikut kekurangan dan kelebihannya. Dari hasil pengukuran didapat ketelitian rata-rata hasil pengukuran posisi titik menggunakan GPS RTK dibandingkan dengan menggunakan alat ETS (Electronic Total Station) adalah sebesar 0,214 m sehingga dapat diterapkan untuk pembuatan peta skala 1 : 500. Untuk daerah yang terbuka, pengukuran bidang tanah menggunakan GPS RTK memerlukan waktu dua kali lebih cepat dibandingkan dengan ETS. Walaupun GPS RTK mempunyai keunggulan dalam hal efisiensi proses pengukuran di lapangan sehingga dapat mempersingkat waktu pengukuran, akan tetapi memiliki kekurangan dalam hal ketelitian data terutama pada area pengukuran yang tertutup. Kata kunci: GPS RTK, ETS, posisi titik, ekstraterestrial.   Abstract The use of RTK GPS receiver (Real Time Kinematic) on extraterrestrial method for point positioning h widely applied. The purpose of this study is to examine the point position accuracy obtained from the measurements using GPS RTK for extraterrestrial mapping plots, including its advantages and disadvantages. Measurement accuracy of the results obtained from the average measurement point positioning using GPS RTK compared using the ETS tool is equal to 0.214 m, so that it can be applied for map making of scale 1: 500. For open areas, field measurements using GPS RTK can be performed by two times faster than using ETS. Although GPS RTK has advantages in terms of measurements process efficiency in the field so as to shorten the time of measurement, but has shortcomings in terms of accuracy of the data, especially in an enclosed area measuring. Keywords: GPS RTK , ETS, point position, extraterrestrial.
Pemanfaatan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Jenis Quadcopter untuk Percepatan Pemetaan Bidang Tanah (Studi Kasus: Desa Solokan Jeruk Kabupaten Bandung) Dhiky Hartono; Soni Darmawan
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak di Indonesia. Program PTSL dimulai pada tahun 2016 dan ditargetkan selesai pada tahun 2025. Dengan luas darat Indonesia mencapai 2,01 juta km2, dibutuhkan teknologi yang dapat mempercepat program PTSL, di antaranya menggunakan pesawat tanpa awak (drone). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan unmanned aerial vehicle (UAV) jenis Quadcopter untuk pemetaan bidang tanah yang ditinjau dari ketelitian, biaya, dan kecepatan. Daerah yang akan dikaji merupakan daerah yang sedang melaksanakan program PTSL yaitu Desa Solokan Jeruk Kecamatan Solokan Jeruk Kabupaten Bandung. Metodologi penelitian terdiri atas akuisisi data menggunakan UAV jenis Quadcopter dan proses pengolahan foto menggunakan perangkat lunak Agisoft Photoscan yang digeoreferensikan dengan ground control points (GCP) yang didapat dari pengamatan GPS Stop and Go. Hasil penelitian ini menunjukkan UAV jenis Quadcopter dapat mempercepat program PTSL dengan tingkat akurasi 96%, kecepatan penyediaan peta kerja atau peta dasar untuk program PTSL kurang dari 5 hari untuk luasan 1000 Ha, namun dengan biaya yang cukup tinggi.Kata Kunci: PTSL, UAV jenis Quadcopter, Ground Control Point (GCP) ABSTRACTComplete Systematic Land Registration (CSLR) is a land registration activity for the first time that is carried out simultaneously in Indonesia. The PTSL program was started in 2016 and targeted for completion by 2025. With Indonesia's land area reaching 2.01 million km2, technology is needed that can accelerate the CSLR program, one of which is using a drone. The purpose of this research is to know the extent of Unmanned Aerial Vehicle (UAV) capability of Quadcopter type for mapping of plot of land in terms of accuracy, speed, and economics. The study area is area that is being implemented the program, which located in the village of Solokan Jeruk, Solokan Sub-District, Bandung Regency. The research methodology consists of data acquisition by using UAV type Quadcopters and photo processing using Agisoft Photoscan software that will be georeferenced to the Ground Control Point (GCP) that is obtained from the GPS Real Time Kinematic observation using the Stop and Go method. The results of this study indicate that the UAV type Quadcopter can accelerate the CSLR program by providing 96% accuracy, and the speed of providing a work map or base map for CSLR program of less than 5 days for 1000 Ha, but at a high cost.Keywords: CSLR, UAV type Quadcopter, Ground Control Point (GCP)
Identifikasi Perubahan Garis Pantai dan Ekosistem Pesisir di Kabupaten Subang Dian N Handiani; Soni Darmawan; Rika Hernawati; Muhammad F Suryahadi; Yohanes D Aditya
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini adalah kajian awal dari valuasi ekonomi atas manfaat dan jasa ekosistem di pesisir Subang. Faktor-faktor utama dalam valuasi adalah keberadaan ekosistem dan perubahan di pesisir, serta manfaat dan jasa ekosistemnya. Estimasi perubahan garis pantai dihitung berdasarkan tumpang susun data satelit Landsat tahun 1988, 1996, 2003, dan 2016. Estimasi menunjukkan terjadi perubahan garis pantai sebesar 8,17 km sejak tahun 1988-2013. Perubahan tersebut didominasi oleh sedimentasi dan abrasi sepanjang pantai. Sedimentasi tertinggi terjadi di Kecamatan Pusakanagara (869,9 ha) dan Blanakan (725,4 ha), serta abrasi tertinggi terjadi di Kecamatan Legonkulon (885,8 ha). Ekosistem alami yang berubah dan dimanfaatkan secara intensif di pesisir Subang adalah kawasan estuari dan mangrove. Sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ekologi pada ekosistem tersebut. Adapun lahan tambak sebagai ekosistem buatan yang menggantikan kawasan mangrove, hanya berfungsi sebagai penyedia kebutuhan pangan. Penelitian ini menunjukkan perlunya valuasi ekonomi atas lahan mangrove versus budidaya tambak di Kecamatan Legonkulon, serta kawasan estuari yang berfungsi sebagai sarana transportasi di Kecamatan Pusakanagara.Kata kunci: garis pantai, ekosistem pesisir, erosi, sedimentasi, SubangABSTRACTThis research is a preliminary study for economic valuation of coastal services and goods in Subang Regency. Main factors in the valuation are ecological existing, changing, services and goods of coastal ecosystem. Coastline changes estimation was based on the overlay of Landsat satellite image at year of 1988, 1996, 2003, and 2016. Estimation shows since year of 1988 to 2013 there is changing of coastline around 8,17 km. The changes are dominantly caused by coastline sedimentation and abrasion. Higher sedimentation occured in Pusakanagara (869,9 ha) and Blanakan (725,4) Subdistrict, while highest abrasion occured in Legonkulon (885,8 ha) Subdistrict. Estuary and mangrove forests are natural ecosystem that had been used intensively and changing very excessively in this region. These changing causes degradation in functions of these ecosystems. Meanwhile, changing of mangrove forest into aquaculture only provides food. This research shows the necessity in economic valution of mangrove forest versus aquaculture in Legonkulon Subdistrict, and also estuary as transportation function in Pusakanagara Subdistrict.Keywords: coastline, coastal ecosystem, erosion, sedimentation, Subang
Evaluasi Kesiapan Implementasi Infrastruktur Data Spasial untuk Manajemen Penanggulangan Bencana Herlina -; Sumarno -; Indrianawati -
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Akses data spasial yang cepat dan akurat mempunyai peranan yang penting dalam pengambilan keputusan untuk manajemen penanggulangan bencana. Infrastruktur Data Spasial (IDS) merupakan suatu cara untuk memudahkan pengguna untuk mengakses data spasial secara konsisten, mudah, dan aman. Dengan kata lain, IDS dapat meningkatkan ketersediaan data, kemudahan dalam akses, dan implementasi data spasial dalam pengambilan keputusan. Dalam hal manajemen penanggulangan bencana, BPBD dan stakeholder kebencanaan Kabupaten Bandung belum mengimplementasikan IDS kebencanaan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan model IDS kebencanaan dan mengevaluasi kesiapan implementasi dalam manajemen penanggulangan bencana di Kabupaten Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penentuan model IDS kebencanaan yang mengacu pada model IDS yang dirumuskan oleh Rajabifard kemudian didetailkan dengan indikator penilaian IDS yang dikeluarkan Badan Informasi Geospasial tahun 2016. Pengambilan data dilakukan pada 18 stakeholder kebencanaan Kabupaten Bandung dengan wawancara, kuesioner, dan penilaian melalui website. Hasil evaluasi dari kesiapan implementasi IDS kebencanaan Kabupaten Bandung adalah 45,8%. Kata kunci: Infrastruktur Data Spasial, Manajemen Penanggulangan Bencana, Kabupaten Bandung ABSTRACT Fast and accurate spatial data access has an important role in decision making for disaster management. Spatial Data Infrastructure (SDI) is a way to facilitate the users to access spatial data consistently, easily, and safety. In the case, SDI can improve data availability, ease of access and implementation of spatial data for decision making. In disaster management, BPBD and disaster stakeholders in Bandung District have not implemented SDI of disaster. The objective of this study is to determine the SDI model of disaster and evaluate the readiness of implementation in disaster management in Bandung District. The method used in this study is determining SDI model of disaster, referred to IDS model which is formulated by Rajabifard, and then the SDI model of disaster is detailed by SDI assessment indicator issued by Geospatial Information Agency (2016). The data collection has been taken on 18 disaster stakeholders in Bandung District with interview, questionnaire, and assessment through the website. The evaluation result of the readiness of implementation the SDI of disaster in Bandung District is 45.8%. Keywords: Spatial Data Infrastructure, Disaster Management, Bandung District
Estimasi Kedalaman Pusat Tekanan dan Volume Magma dari Hasil Perbandingan Nilai Maksimum Deformasi Horizontal dan Vertikal Hasil Pengamatan GPS Real-Time Kontinu HARRI DWI KURNIA; N. M. R. RATIH C. PERBANI; UMAR ROSADI
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Gunungapi Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara terakhir meletus pada tahun 2010 sehingga perlu dilakukan pemantauan deformasi sebagai  antisipasi terhadap bahaya letusan. Model Mogi menggunakan perbandingan dari deformasi horizontal dan vertikal untuk mengestimasi kedalaman pusat tekanan untuk selanjutnya mengestimasi volume material dapur magma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi kedalaman pusat tekanan dan volume material dapur magma Gunungapi Sinabung dengan menggunakan perbandingan nilai maksimum dari jarak horizontal, deformasi horizontal, dan deformasi vertikal. Pemantauan yang dilakukan dengan pengamatan GPS real time kontinu pada titik tiga pantau, yaitu Gurukinayan (GRKI); Lawukawar (LWKR); dan Sukanalu (SKNL). Deformasi horizontal dan vertikal yang digunakan adalah yang memiliki nilai kurang dari 0,5 meter. Hasil dari nilai maksimum deformasi horizontal adalah 0,410 meter; nilai maksimum deformasi vertikal adalah 0,326 meter; dan nilai maksimum dari jarak horizontal adalah 9.446,963 meter. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai kedalaman pusat tekanan estimasi adalah 11.358,887 m ≈ 11,4 km dengan simpangan baku ± 412,925 m ≈ ± 0,4 km dari puncak kawah Gunungapi Sinabung dan hasil volume magma estimasi Gunungapi Sinabung adalah 266.155.980,655 m3 dengan simpangan baku ± 6.574.227,425 m3. Kata kunci: Model Mogi, nilai maksimum, kedalaman pusat tekanan estimasi, volume magma estimasi ABSTRACT Mount Sinabung located at Karo Regency, North Sumatra last erupted at 2010 therefor need to be conducted a deformation monitoring as an anticipation of an eruption hazard. Mogi Model uses the comparison of horizontal deformation and vertical deformation to estimate the depth of pressure source for henceforth estimate the volume of magma chamber. The propose of this research is for estimate depth of pressure source and volume of magma chamber of Mount Sinabung using the comparison of horizontal distance; horizontal deformation;  and vertical deformation. These monitoring is conducted with real-time continue GPS observation on the three of monitoring point, there is Gurkinayan (GRKI), Lawukawar (LWKR); dan Sukanalu (SKNL). Horizontal and vertical deformation were used which has the value less than 0.5 meter. The result from the average of maximum value of horizontal deformation is 0.410 meter; average of maximum value of  vertical deformation is 0.326 meter; average of maximum value of  horizontal distance is 9,446.963 meters. From the result of those calculating is obtained the estimation value of the pressure source depth is 11,358.887 m ≈ 11,4 km with standart deviation is ± 412.925 m ≈ ± 0.4 km from the crater peak of Mount Sinabung and magma volume estimation of Mount Sinabung is 266,155,980.655 m3 with standart deviation is ± 6,574,227.425 m3 Keywords: Mogi Model, maximum value, depth of pressure source, magma volume
Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan Pascaletusan Gunungapi Sinabung Tahun 2010 Berbasis Citra Landsat 5 TM Thonas Indra Maryanto; Pusain Solider Zega
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKIndonesia merupakan negara yang rawan terhadap berbagai jenis bencana geologi. Salah satu bencana geologi yang sering terjadi adalah erupsi gunungapi. Gunung Sinabung merupakan gunungapi yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Gunungapi ini telah mengalami letusan pada tahun 2010, menyemburkan abu vulkanik hingga menyebabkan kerusakan terhadap tutupan lahan yang berada di area letusan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan di Kecamatan Payung, Naman Teran, Tiganderket, Merdeka, dan Simpang Empat. Data yang digunakan adalah Citra Landsat 5 TM tahun 2009 dan 2011. Identifikasi tutupan lahan dilakukan dengan metode Supervised Maximum Likelihood Classification. Hasil analisis menunjukkan adanya perubahan tutupan lahan pada tahun 2009-2011, yaitu hutan berkurang 1,6%, bangunan bertambah 0,2%, kebun bertambah 9,0%, semak berkurang 6,8%, dan sawah berkurang 0,2%.Kata kunci: perubahan tutupan lahan, supervised maximum likelihood classification, citra Landsat 5 TMABSTRACTIndonesia is a vulnerable country to various types of geological disasters. One of the frequent geological disasters is volcanic eruption. Mount Sinabung is a volcano located in Karo Regency, North Sumatera. This volcano has erupted in 2010, spewing volcanic ash which caused damage to land cover in the eruption area. The purpose of this study is to identify land cover changes in Payung, Naman Teran, Tiganderket, Merdeka, and Simpang Empat Districts. The data used are Landsat 5 TM imagery in 2009 and 2011. Identification of land cover is carried out using the Supervised Maximum Likelihood Classification method. The results of the analysis show that there was a change in land cover in 2009-2011, ie forest decreased by 1.6%, building increased by 0.2%, farm increased by 9.0%, bush decreased by 6.8%, and rice field decreased by 0.2%.Keywords: land cover change, supervised maximum likelihood classification, Landsat 5 TM imageryABSTRAK
Pengaruh Jenis Target Sasaran Bidikan pada Pengukuran Jarak Hasil Pengukuran Electronic Total Station Reflector-less Rinaldy -; A.S. Setiadi; M.A. Basyid
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKElectronic Total Station (ETS) merupakan gabungan dari alat ukur sudut dan jarak digital serta unit pemrosesan dan unit perekaman data. ETS Reflector-less merupakan sistem pada ETS untuk Electronic Distance Meter (EDM) atau alat pengukur jarak tanpa reflector. Spesifikasi ketelitian jarak reflector-less pada alat ETS Hi-Target ZTS 320R adalah sebesar (3mm + 2ppm x D) mm, dimana D adalah panjang jarak ukuran dalam satuan kilometer. Pada penelitian ini dilakukan kajian pengaruh jenis target terhadap kualitas hasil pengukuran ETS Reflector-less. Perbandingan jarak antara pita ukur baja dan ETS reflector-less dilakukan sebanyak 30 kali dengan jarak 20 m, 30 m, dan 50 m untuk masing-masing jenis target tembok bangunan, besi, kayu dan tanah. Hasil yang diperoleh ketelitian jarak reflector-less untuk jenis target tembok bangunan sebesar ± 0.002 m, jenis target besi sebesar ± 0.002 m, jenis target kayu sebesar ± 0.001 m, dan jenis target tanah sebesar ± 0.002 m.Kata kunci: ketelitian, jarak, reflector-less, ETS Hi-Target ZTS 320RABSTRACTElectronic Total Station (ETS) is a combination of reflector-less digital angle and distance measuring devices as well as processing units and data recording units. Reflector-less is a system on ETS for Electronic Distance Meter (EDM) or a distance meter without reflector. The specification of the accuracy of the reflector-less distance on the ETS Hi-Target ZTS 320R is equal to (3mm + 2ppm x D) mm, where D is the length of the distance distance in kilometers. This research aims to study the influence of the type of target on the accuracy of measurement results derived from ETS Reflector-less. The comparison of distance measurements between steel measuring tape and ETS reflector-less were performed 30 times with spacing of 20 m, 30 m, and 50 m for each target type, i.e building wall, iron, wood and soil. The accuracy of the ETS reflector-less distance for the building wall target type is ± 0.002 m, the target type of iron is ± 0.002 m, the target type of wood is ± 0.001 m, and the target type of land is ± 0.002 m.Keywords: accuracy, distance, reflector-less, ETS Hi-Target ZTS 320R
Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat Dian Permata Ratna Suri; - Indrianawati
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKProvinsi Jawa Barat memiliki tiga komoditas perkebunan, yaitu komoditas strategis, prospektif, dan unggulan spesifik lokal. Untuk mengoptimalkan potensi sumber daya perkebunan, diperlukan analisis potensi lahan agar dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan komoditas perkebunan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi sumber daya perkebunan komoditas strategis di Provinsi Jawa Barat dengan metode scoring. Data yang digunakan sebagai parameter kesesuaian lahan, meliputi peta temperatur (hasil konversi dari peta kontur), peta curah hujan, peta lereng, peta drainase tanah, peta tekstur tanah, dan peta jenis tanah.Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa mayoritas masing-masing wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tidak mempunyai potensi sumber daya perkebunan komoditas strategis dengan tingkat kesesuaian lahan tertinggi yang sangat sesuai (S1), namun masing-masing wilayah mempunyai potensi untuk ditanam komoditas strategis dengan tingkatan kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal), dimana jika akan ditanami komoditas tersebut, maka dibutuhkan perbaikan kualitas lahan berdasarkan faktor pembatas yang mempengaruhi.Kata kunci: perkebunan, komoditas strategis, metode scoring, Provinsi Jawa BaratABSTRACTWest Java Province has three plantation commodities, those are strategic commodities, prospective, and superior local specific commmodities. To optimize the potential of plantation resources, the analysis of the potential of land is required in order to know the level of land suitability of certain plantation commodities. This study has the objective to analyze the potential of plantation resource of strategic commodities in West Java province with a scoring method. The data used as land suitability parameters are temperature map (the conversion results of contour map), rainfall map, slope map, soil drainage map, soil texture map, and soil type map. Based on this study, it can be known that the majority of each region of the districts/cities in West Java Province does not have the potential of plantation resource of strategic commodities with highest level of land suitability which highly suitable (S1), but each region has the potential to be planted by strategic commodities in class S2 (moderately suitable) and S3 (marginal suitable) level, where if it will be planted with these commodities, it is necessary to improve the quality of land based on limiting factors that affect.Keywords: plantation, strategic commodities, scoring method, West Java Province 
Peningkatan Akurasi Interpretasi Foto Udara Menggunakan Metode Pembobotan Berbasis Objek untuk Pembuatan Peta Skala 1:5000 Marlonroi Lumbantobing; Ketut Wikantika; Agung Budi Harto
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Kebutuhan akan adanya pengembangan metode untuk meningkatkan akurasi dari interpretasi objek memerlukan kajian metodologi yang disebut analisis citra berbasis objek. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan dan menganalisis akurasi dari interpretasi objek secara otomatis dengan metode berbasis objek dengan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap kanal. Data yang digunakan adalah foto hasil pemotretan udara format menengah (medium format) dengan resolusi 16 cm. Ekstrak data menggunakan teknik object based image analysis (OBIA). Data diproses berdasarkan bobot yang yang berbeda untuk setiap kanal. Nilai akurasi ditentukan berdasarkan overall accuracy. Overall accuracy merupakan hasil validasi klasifikasi objek dengan ground truth yang diperoleh dari peta garis skala 1:5000 yang diinterpretasi secara visual. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan nilai akurasi dengan pendekatan OBIA jika setiap kanal diberikan bobot yang berbeda dibandingkan dengan bobot yang sama. Peningkatan akurasi paling tinggi dengan bobot (Red=3, Green=4, Blue=3, IR=4, dan DEM= 3) menghasilkan akurasi 85,88%. Hasil akurasi meningkat sebesar 10,27 % dibandingkan dengan interpretasi tanpa pembobotan. Kata kunci: Interpretasi, Peta 1:5000, Klasifikasi, OBIA, Pembobotan, AkurasiABSTRACT Interpretation of imagery or aerial photo is an attempt to understand or interpret imagery to obtain accurate information and in accordance with the recorded object. The need for developing methods to improve the accuracy of the object interpretation requires assessment methodology which is called as object based image analysis. This study aimed at determining and analyzing the accuracy of the interpretation of the object automatically using object based method by giving different weights to each band. The data used were medium format aerial photos with a resolution of 16 cm. The method of data processing was object based image analysis (OBIA). Data were processed by different weights for each band. Accuracy value is determined based on the overall accuracy. Overall accuracy is the result of the validated object classification with ground truth obtained from the map of 1:5000 which were interpreted visually. The research results showed that the value of the accuracy with OBIA approach increased if each band is given different weights compared with the same weight. The highest accuracy was achieved with weights (Red=3, Green=4, Blue=3 , IR=4, and DEM=3), and resulted overall accuracy 85,88%. Results accuracy increased 10,27% compared with the interpretation without weighting. Keywords: Interpretation, Map 1:5000, Classification, OBIA, Weighting, Accuracy
Deteksi Perubahan Garis Pantai di Pesisir Kabupaten Karawang dengan Aplikasi Digital Shoreline Analysis System (DSAS) Akhmad Rifai Setiabudi; Thonas Indra Maryanto
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPerubahan garis pantai di wilayah pesisir Kabupaten Karawang hampir mencapai 50% dari panjang garis pantai yang ada saat ini. Perubahan dalam bentuk abrasi dan akresi ini berdampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui jarak dan laju perubahan garis pantai, serta perubahan maksimum abrasi dan akresinya. Perhitungan perubahan garis pantai menggunakan aplikasi Digital Shoreline Analysis System (DSAS) dengan metode statistik Net Shoreline Movement (NSM) dan End Point Rate (EPR). Abrasi terparah terjadi pada segmen 5 di Kecamatan Tirtajaya dan akresi terparah terjadi pada segmen 16 di Kecamatan Cilamaya Wetan. Rata – rata abrasi dari tahun 1990-2018 di pesisir Kabupaten Karawang mencapai 101,28 m dengan laju 3,64 m/tahun. Sedangkan, untuk akresi mencapai 195,63 m dengan laju 7,04 m/tahun. Perbedaan waktu pengamatan dalam analisis perubahan garis pantai dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, memberikan hasil berkesesuaian dengan penelitian sejenis sebelumnya, untuk wilayah yang sama.Kata Kunci: garis pantai, DSAS, Kabupaten Karawang, abrasi, akresiABSTRACTCoastline of Karawang Regency changes almost 50% from total length of the coastline. The change is process of abrasion and accretion and it impacts quality of community life in the area. This tudy aims to calculate coastline change in term length of distance and its speed. The calculation uses Digital Shoreline Analysis System (DSAS) with statistical method of Net Shoreline Movement (NSM) and End Point Rate (EPR). Maximum abrasion occurs in segment 5 of Tirtajaya District and maximum accretion occurs in segment 16 of Cilamaya Wetan District. Averaged coastline changes from years of 1990-2018 showed that abrasion has length of 101,28 m and the speed is 3,64 m/year. Meanwhile, accretion has length of 195,63 m and the speed is 7,04 m/year. This research observes the coastline change in different years with other earlier studies, and the results showed agreement with similar studies in the same area.Keywords: coastline, DSAS, Karawang Regency, abrasion, accretion 

Page 8 of 10 | Total Record : 96