cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Nutrition College
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23376236     EISSN : 2622884X     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Journal of Nutrition College (P-ISSN : 2337-6236; E-ISSN : 2622-884X) diterbitkan oleh Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro sebagai media publikasi artikel-artikel ilmiah dalam biang Ilmu Gizi dengan skala terbit 4 kali dalam setahun, yaitu pada Januari, April, Juli, dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 704 Documents
POLA MAKAN, STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN PRESTASI BELAJAR PADA ANAK STUNTING USIA 9-12 TAHUN DI KEMIJEN SEMARANG TIMUR Saniarto, Febrian; Panunggal, Binar
Journal of Nutrition College Vol 3, No 1 (2014): Januari 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.88 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i1.4552

Abstract

Latar belakang: Stunting pada anak usia sekolah dasar (9-12 tahun) terjadi karena malnutrisi kronis. Malnutrisi kronis juga berakibat pada terlambatnya perkembangan otak. Hal ini berakibat pada rendahnya kemampuan kognitif dan rendahnya prestasi belajar. Namun ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Pola makan dan status sosial ekonomi keluarga adalah faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar pada anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pola makan dan status sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar anak stunting usia 9-12 tahun di Kemijen Semarang Timur.Metode: Sebanyak 85 anak stunting usia 9-12 tahun berpartisipasi dalam penelitian cross sectional ini. Subjek dan responden (orang tua subjek) diwawancarai untuk mendapatkan data karakteristik subjek, pola makan, dan status sosial ekonomi keluarga yang meliputi pendidikan, pekerjaan orang tua, dan pendapatan yang dilihat dari pengeluaran perkapita. Canada’s Food Guide to Healthy Eating (CFGHE) digunakan untuk mengkategorikan pola makan anak. Sementara data prestasi belajar diperoleh dari nilai raport mata pelajaran IPA, Matematika dan Bahasa Indonesia. Hasil: Sebanyak 52,9% subjek memiliki prestasi belajar kurang. Hampir setengah dari subjek memiliki pola makan yang buruk (40%) dan lebih dari setengah memiliki pola makan sedang (58,8%). Sebagian besar orang tua subjek berpendidikan rendah (ibu 74,1% dan ayah 61,2%). Sebanyak 61,2% keluarga mempunyai pengeluaran perkapita yang rendah. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pola makan dan status sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar anak stunting usia 9-12 tahun. Kesimpulan: Pola makan dan status sosial ekonomi keluarga tidak berhubungan dengan prestasi belajar anak stunting usia 9-12 tahun di Kemijen Semarang Timur.
HUBUNGAN ANTARA KETEBALAN LEMAK ABDOMINAL DAN KADAR SERUM HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN (HS-CRP) PADA REMAJA Nuraini, Anis; Murbawani, Etisa Adi
Journal of Nutrition College Vol 8, No 2 (2019): April
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.184 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v8i2.23817

Abstract

Latar Belakang: Masalah gizi yang dapat terjadi pada masa remaja yaitu gizi kurang, overweight, dan obesitas. Tebal lemak bawah kulit menunjukkan gambaran deposit lemak subkutan yang dapat memberikan gambaran perkiraan total lemak tubuh. Pengukuran antropometri ini akurat pada anak dan remaja dalam penilaian obesitas. Adipositas berlebih berhubungan dengan terjadinya inflamasi sistemik yang lebih besar. High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) adalah protein fase akut utama yang merupakan penanda sensitif terjadinya inflamasi sistemik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara ketebalan lemak abdominal dan kadar serum hs-CRP pada remaja. Metode: Penelitian observasional dengan desain cross-sectional ini dilakukan di SMAN 15 Semarang. Subjek ditentukan menggunakan consecutif sampling serta disesuaikan dengan kriteria inklusi dengan jumlah sampel minimal 51 orang. Analisis data dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil: Rerata kadar serum hs-CRP remaja adalah sebesar 2,16 ± 4,27 mg/L dan rerata tebal lemak abdominal remaja adalah sebesar 15,13 ± 7,72 mm. Prevalensi subjek dengan kadar serum >3,0 mg/L sebesar 19,61%. Terdapat hubungan yang signifikan antara ketebalan lemak abdominal dan kadar serum hs-CRP (r = 1,000; p = 0,001).  Simpulan:  Terdapat hubungan yang signifikan antara ketebalan lemak abdominal dan kadar serum hs-CRP.
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN ASUPAN ASAM LEMAK JENUH DENGAN RASIO LDL/HDL SERUM LANSIA Nurrul Affanti, Karunia Agustin; Candra K, Aryu
Journal of Nutrition College Vol 4, No 2 (2015): April 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.14 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i2.10064

Abstract

Latar belakang: Peningkatan prevalensi overweight pada lansia yang diikuti dengan peningkatan kejadian penyakit jantung koroner, salah satunya dipengaruhi oleh pemilihan makanan tinggi lemak. Rasio LDL/HDL  merupakan indikator yang lebih akurat dalam prediksi Penyakit Jantung Koroner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dan asupan asam lemak jenuh dengan rasioLDL/HDL serum lansia.Metode : Desain penelitian ini adalah belah lintang yang dilakukan pada lansia PWRI Semarang Selatan. Subyek dipilih berdasarkan kriteria inklusi dengan jumlah sampel minimal 38 orang. Data indeks massa tubuh dan  asupan asam lemak jenuh diperoleh melalui Food Frequency Questionnaire(FFQ). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Pearson dan Spearman untuk mengetahui hubungan Indek massa tubuh dan asupan lemak jenuh dengan rasio LDL/HDL sementara untuk lanjutan multivariat dilakukan dengan analisis regresi linierHasil : Dari 40 lansia 20 (50%) overweight, 17 (42,5%) normal dan 3 (7,5%) underweight.Asupan lemak jenuh lansia PWRI 87,5% diantaranya tinggi, sedangkan 12,5 % lansia memiliki asupan lemak jenuh yang rendah. Ditemukan hubungan yang signifikan antara Indeks massa tubuh denganrasio LDL/HDL.Simpulan :Pada penelitian didapatkan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan rasio LDL/HDL pada lansia yang  merupakan salah satu faktor terjadinya penyakit jantung koroner.
PENGARUH PEMBERIAN MICRONUTRIENT SPRINKLE TERHADAP STATUS ANTROPOMETRI BB/U, TB/U DAN BB/TB ANAK STUNTING USIA 12-36 BULAN Oktarina, Nadia Hapsari; Kartasurya, Martha Irene
Journal of Nutrition College Vol 2, No 1 (2013): Januari 2013
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.304 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v2i1.2099

Abstract

Latar Belakang : Asupan mikronutrien yang kurang merupakan salah satu penyebab masalah gizi di Indonesia, sehingga suplementasi mikronutrien dapat digunakan untuk meningkatkan status gizi balita. Di negara berkembang, suplementasi micronutrient sprinkle telah dilakukan untuk program suplementasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian micronutrient sprinkle terhadap status antropometri indeks BB/U, TB/U dan BB/TB pada anak stunting usia 12-36 bulan. Metode : Desain penelitian adalah eksperimental dengan pre dan post test dengan control group. Populasi penelitian adalah anak usia 12-36 bulan di Kelurahan Rowosari, Tembalang, Semarang. Lima puluh subjek  dari posyandu dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kontrol secara acak. Kelompok perlakuan berupa pemberian  30  bungkus micronutrient sprinkle selama 60 hari. Kedua kelompok diberi penyuluhan gizi, 2 minggu sekali. Asupan zat gizi diperoleh melalui 3x24 jam recall. Pengukuran BB dan TB dilakukan pada sebelum, 1 bulan dan 2 bulan setelah perlakuan. Analisis data menggunakan Anova and independent t-test. Hasil : Sembilan subjek drop out dalam penelitian dikarenakan tidak mengikuti prosedur penelitian dan pindah. Rerata BB kelompok perlakuan meningkat dari 9,3 ± 1,3 kg menjadi 9,8 ± 1,2 kg setelah 2 bulan sementara di kelompok kontrol berubah dari 9,3 ± 1,5 kg menjadi 9,4 ± 1,4 kg. Rerata TB kelompok perlakuan dari 76,2 ± 6,2 cm menjadi 79,3 ± 5,5 cm, sedangkan kelompok kontrol dari 76,5 ± 5,9 cm menjadi 78,4 ± 5,8 cm. Rerata peningkatan TB kelompok perlakuan lebih tinggi dari kelompok kontrol. Skor z indeks TB/U pada kelompok perlakuan meningkat dari -3,1 ± 0,7 menjadi -2,5 ± 0,6 dan dari -3,0 ± 0,8 menjadi -2,9 ± 0,9 untuk kelompok kontrol. Rerata peningkatan skor z indeks TB/U pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Kesimpulan : Suplementasi micronutrient sprinkle selama 2 bulan meningkatkan skor z indeks TB/U pada anak stunting usia 12-36 bulan.
PENGARUH SUPLEMENTASI SENG DAN ZAT BESI TERHADAP TINGGI BADAN BALITA USIA 3-5 TAHUN DI KOTA SEMARANG Ghazian, Muhammad Isyraqi; Kusumastuti, Aryu Candra
Journal of Nutrition College Vol 5, No 4 (2016): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.436 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i4.16463

Abstract

Latar Belakang : Stunting merupakan masalah gizi yang dapat dipengaruhi oleh kekurangan asupan makronutrien dan mikronutrien kronis. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 37,2 %. Seng dan zat besi diketahui memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tubuh. Suplementasi dapat digunakan untuk meningkatkan asupan seng dan zat besi.Metode : Jenis Penelitian ini adalah quasi experimental dengan randomized control group pre-post test design. Subjek penelitian adalah balita usia 3-5 tahun di Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang sebanyak 36 subjek yang diambil secara purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan dibagi kedalam 4 kelompok (9 subjek/kelompok) secara random sampling. Kelompok 1 / kontrol diberikan placebo, sedangkan kelompok perlakuan 2, 3, dan 4 berturut-turut diberikan suplementasi Seng, Zat Besi, dan Seng-Zat Besi selama 60 hari. Dosis seng dan zat besi masing-masing sebesar 10 mg/hari dan 7,5 mg/hari. Pengukuran tinggi badan dilakukan di awal dan di akhir penelitian. Asupan makan di peroleh dengan metode Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ). Analisis data menggunakan uji beda paired t-test, dan uji Kruskal-Wallis.Hasil : Berdasarkan z-score TB/U, terdapat 4 subjek (11,1 %) yang berstatus severe stunted, 8 subjek (22,2 %) berstatus stunted, dan 24 subjek (66,7 %) berstatus normal. Tinggi badan pre-post pada keempat kelompok memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05), namun perubahan tinggi badan yang terjadi pada keempat kelompok tidak memiliki perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p>0,05).Kesimpulan : Adanya pengaruh yang signifikan terhadap tinggi badan subjek di 4 kelompok penelitian (p<0,05). Namun, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p>0,05).
KADAR PRO-INFLAMATOR SITOKIN INTERLEUKIN (IL) – 18 PADA REMAJA OBESITAS DENGAN SINDROM METABOLIK Rodriques, Regina Anggraini; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 3, No 3 (2014): Juli 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.368 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i3.6604

Abstract

Latar Belakang: Sindrom metabolik (SM) diawali dengan kejadian obesitas pada remaja, terutama obesitas sentral, akan meningkatkan risiko kejadian penyakit kardiovaskular ketika remaja menjadi dewasa. Faktor komorbiditas keadaan obesitas yang diikuti sindrom metabolik adalah adanya peningkatan proinflamator sitokin yaitu interleukin (IL) – 18. Penelitian mengenai IL-18 pada remaja obesitas dengan SM belum pernah dilakukan di Indonesia.  Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan kadar IL-18, dan melihat hubungan faktor risiko SM dengan kadar IL-18 pada remaja obesitas.Metode: Jenis penelitian cross sectional yang dilakukan di SMA Negeri 2 Semarang. Keadaan Pra SM ditentukan dari 1 atau 2 faktor risiko sedangkan SM ditentukan dari > 3 faktor risiko: lingkar pinggang dan tekanan darah > persentil ke-90, HDL < 40 mg/dL, trigliserida > 110 mg/dL, dan glukosa darah puasa > 100 mg/dL. Perbedaan kadar IL-18 antara kelompok Pra SM dan kelompok SM menggunakan independent t-test, dan hubungan antara faktor risiko SM dengan kadar IL-18 dideskripsikan dengan uji Spearman.Hasil: 47 subjek remaja usia 15 -17 tahun,  37 subjek Pra SM dan 10 subjek SM. Rerata kadar IL - 18 pada remaja obesitas dengan SM sebesar 482.40 pg/mL, sedangkan rerata kadar IL-18 pada remaja obesitas dengan Pra SM sebesar 358.41 pg/mL (p=0.048). Faktor risiko SM: tekanan darah sistolik dan diastolik (p=0.001 dan p=0.003), lingkar pinggang (p=0.048), dan HDL (p=0.006) memiliki korelasi dengan kadar IL-18.Simpulan: Kadar IL- 18 pada remaja obesitas dengan SM lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan Pra SM. Tiga dari lima faktor risiko SM yaitu tekanan darah, lingkar pinggang, dan HDL memiliki korelasi yang bermakna dengan kadar IL-18 pada remaja obesitas.
PENGARUH PEMBERIAN JUS BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA L.) TERHADAP RASIO KOLESTEROL LDL:HDL TIKUS SPRAGUE DAWLEY DISLIPIDEMIA Agustina, Dyah; Murwani R, Hesti
Journal of Nutrition College Vol 2, No 3 (2013): Juli 2013
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.123 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v2i3.3431

Abstract

Latar Belakang   : Dislipidemia sebagai faktor risiko utama penyakit kardiovaskular merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), dan trigliserida serta penurunan konsentrasi kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dari batas normal. Parameter paling akurat dalam memprediksi penyakit tersebut adalah perbandingan nilai kolesterol LDL dan HDL yang disebut rasio kolesterol LDL:HDL. Pengendalian dislipidemia dapat dilakukan melalui modifikasi diet, salah satunya dengan meningkatkan konsumsi makanan sumber efek hipolipidemik. Biji pepaya merupakan biji yang memiliki efek hipolipidemia dan antioksidan melalui zat fitokimia yang dikandungnya meliputi flavonoid, saponin dan tannin. Tujuan : Menganalisis pengaruh pemberian jus biji pepaya terhadap rasio kolesterol LDL:HDL tikus Sprague Dawley dislipidemia.Hasil : Pemberian jus biji pepaya yang mengandung 646,1 mg flavonoid, 69,3 mg saponin, dan 140,9 mg tanin tiap 100 gram pada dosis 400 mg dan 800 mg mampu menurunkan rasio kolesterol LDL:HDL dari 2,64±0,70 menjadi 2,25±0,54 dan 2,94±1,01 menjadi 2,11±0,65 pada tikus Sprague Dawley dislipidemia dengan diet kolesterol 42,7834 mg/hari, namun tidak bermakna (p>0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antar kelompok.Metode : Jenis penelitian ini adalah true-experimental laboratorik dengan pre and post test with randomized control group design. Subjek penelitian yaitu 28 ekor tikus Sprague Dawley jantan berusia 8 minggu dengan berat 150-180 gram yang diinduksi dislipidemia, diberi jus biji pepaya dengan dosis 400 mg dan 800 mg per hari selama 30 hari. Rasio kolesterol LDL:HDL didapat dari perbandingan kadar kolesterol LDL dengan kolesterol HDL dimana kolesterol LDL dan kolesterol HDL ditentukan menggunakan reagen diasis dan metode CHOD-PAP. Normalitas data diuji dengan Shapiro Wilks. Data dianalisis menggunakan uji Paired t-test, One Way Anova dan LSD.Simpulan : Jus biji pepaya pada dosis 400 mg/ekor/hari dan 800 mg/ekor/hari selama 30 hari mampu menurunkan rasio kolesterol LDL:HDL tikus Sprague Dawley dislipidemia, namun tidak bermakna. Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara dosis 400 mg dan 800 mg.
Kadar pro inflamator High Sensitive C-Reactive Protein (HSCRP) pada remaja stunted obese di SMA Kota Semarang Moulia, Mona; Sulchan, Muhammad; Nissa, Choirun
Journal of Nutrition College Vol 6, No 2 (2017): April
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.026 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i2.16901

Abstract

Latar Belakang : Salah satu faktor risiko timbulnya kejadian obesitas adalah adanya stunted. Gangguan pertumbuhan pada individu yang stunted menyebabkan berkurangnya jumlah dan kualitas sel serta jaringan organ internal, salah satunya adalah gangguan dari sistem endokrin. Gangguan sistem endokrin berdampak pada proses oksidasi lemak sehingga menyebabkan penumpukan jaringan adiposa berlebihan. Timbunan jaringan adiposa ini memicu timbulnya reaksi inflamasi yang salah satunya ditandai dengan peningkatan kadar High Sensitive C-Reactive Protein (hsCRP). Tujuan penelitian ini adalah membuktikan perbedaan kadar hsCRP antara kelompok stunted obesity dengan kelompok non-stunted-obesity.Metode : Penelitian cross sectional ini dilakukan di SMA Kota Semarang dengan pembagian wilayah berdasarkan kategori urban dan suburban secara classified cluster random sampling. Sampel terdiri dari 22 subjek stunted obesity dan 22 subjek non-stunted obesity. Obesitas ditentukan dengan perhitungan IMT/U > persentil ke-95 dan lingkar pinggang > 80 cm (perempuan) >90 (laki-laki). Stunted ditentukan dengan TB/U ≤ -2 SD sedangkan non-stunted ditentukan dengan TB/U>-2SD. Pengukuran kadar hsCRP menggunakan metode ELISA. Perbedaan kadar hsCRP antara 2 kelompok diuji dengan independent t-test.Hasil : Rerata kadar hsCRP pada kelompok stunted obesity  adalah 4,51 mg/l sedangkan kelompok non-stunted obesity adalah 4,05 mg/l (p=0,665). Kategori tingkat inflamasi tinggi pada stunted obesity sebesar 50% dan non-stunted Obesity sebesar 40,9%.Simpulan : Kadar hsCRP kelompok stunted obesity terbukti lebih tinggi dibandingkan kelompok non-stunted obesity, tetapi secara statistik tidak bermakna. 
PENGARUH FORTIFIKASI BESI DAN ZINC TERHADAP TOTAL BAKTERI ASAM LAKTAT, pH, DAN ORGANOLEPTIK YOGHURT SUSU KAMBING SINBIOTIK Trianie, Firdha Ayu; Rustanti, Ninik
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.121 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6845

Abstract

Latar belakang :Prevalensi anemia terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu pencegahan anemia defisiensi besi yaitu dengan fortifikasi pada susu. Susu menjadi media fortifikasi besi yang tepat karena memiliki bioavaibilitas tinggi dan banyak dikonsumsi masyarakat. Susu kambing memiliki nilai gizilebih tinggi dibandingkan susu sapi, namun mempunyai asam lemak volatil yang membuat bau khas kurang sedap. Bau kurang sedap diminimalisir dengan pengolahan menjadi yoghurt menggunakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Fortifikasi Zn bermanfaat dalam melindungi oksidasi lemak oleh Fe sehingga mengurangi ketengikan pada produk.Metode : Merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap satu faktor yaitu fortifikasi FeSO4 dan ZnCl2. Analisis pH menggunakan pHmeter, Total BAL menggunakan metode TPC, serta uji organoleptik. Analisis total bakteri asam laktat dan pH menggunakan One Way Anova dilanjutkan Post Hoc dengan Post uji sedangkan aorganoleptik diuji menggunakan Friedman dilanjutkan uji Wilcoxon. Hasil : pH pada fortifikasi FeSO4 (4,73) dan FeSO4 +  ZnCl2(4,75) yoghurt susu kambing lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol (4,65). Total bakteri asam laktat dengan fortifikasi FeSO4  + ZnCl2 memiliki nilai terendah yaitu (9,55x107).Fortifikasi FeSO4 + ZnCl2 menurunkan nilai aroma (2,68), tekstur (3.28) warna (3.52) dan rasa ( 2.56).Simpulan : Fortifikasi FeSO4 dan FeSO4 +  ZnCl2  menurunkan total bakteri asam laktat secara nyata dan meningkatkan nilai pH.Fortifikasi FeSO4 dan FeSO4 + ZnCl2  menurunkan nilai aroma, tekstur (secara nyata) warna, dan rasa ( secara tidak nyata).
PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LAMK) TERHADAP KADAR ASAM URAT TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Rahmawati, Rahmawati; Kusumastuti, Aryu Candra
Journal of Nutrition College Vol 4, No 4 (2015): Oktober 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.745 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i4.10167

Abstract

Latar belakang :  Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin yang apabila dalam jumlah yang berlebihan dapat memicu terjadinya berbagai macam penyakit, salah satunya adalah gout. Moringa oleifera lamk, atau dikenal dengan daun kelor telah dipercaya masyarakat sebagai tanaman herbal untuk gout, arthritis, dan beberapa penyakit lainnya karena kandungan fitokimianya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian seduhan daun kelor (Moringa oleifera Lamk) terhadap kadar asam urat tikus putih.Metode : Dua belas ekor tikus wistar jantan dengan berat 150 – 180 g dibagi menjadi dua kelompok secara acak. Kedua kelompok diberi  otak kambing 2 g/ekor/hari selama 8 hari. Selanjutnya, kelompok kontrol (K) diberi akuades, sedangkan pada kelompok perlakuan (P) diberi seduhan daun kelor 3,6 ml selama 14 hari. Bubuk daun kelor dengan dosis 3,75 g/kg berat badan diseduh dengan air hangat bersuhu 600C. Data yang diperoleh diuji normalitasnya menggunakan Saphiro-Wilk. Perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah perlakuan pada  masing – masing kelompok diuji dengan dependent pair t test. Untuk mengetahui perbedaan antara kedua kelompok digunakan uji independent pair t test.Hasil penelitian : Perubahan kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian otak kambing pada kelompok kontrol dan perlakuan adalah -0,529 mg/dl (p= 0,002) dan 0,831 mg/dl (p= 0,08). Perubahan kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian seduhan daun kelor pada kelompok perlakuan adalah 0,675 mg/dl (p= 0,04). Kesimpulan : Pemberian seduhan daun kelor dengan dosis 3,75 g/kgbb selama 14 hari dapat menurunkan kadar asam urat tikus.

Page 7 of 71 | Total Record : 704