cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Sapala
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 83 Documents
MITOS BUDAYA POSMODERN DALAM NOVEL HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO Genda Sefanda, Odie
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Kata kunci : Mitos, Budaya, dan Posmodern. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk, mitos-mitos, dan relasi antara budaya modern dan budaya posmodern dalam novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan pragmatik, sedangkan teori yang digunakan adalah semiologi (mitologi) Roland Barthes guna menemukan struktur budaya modern dan budaya posmodern sekaligus membongkar mitos yang menandai struktur tersebut, serta menggunakan kajian posmodernisme dalam perspektif Jean-François Lyotard untuk menegaskan budaya modern dan budaya posmodern, sehingga kedua kajian yang digunakan sebagai alat bedah menghasilkan adanya pergeseran mitos kebudayaan modern menuju posmodern, seperti makna intelektualitas yang tidak harus berkaitan dengan kecerdasan kognitif, pernikahan hanya merupakan mitos tradisional, dan identitas yang fleksibel. ABSTRACT Key word : Myth, Culture, Postmodern. This research aims to describe forms, myths, and relations of modern and postmodern culture in Hujan Bulan Juni?s novel by Sapardi Djoko Damono. The method in this research is qualitative with a pragmatic approach. The theory that used is Semiology (mythology) Roland Barthes to uncover the structure of modern and postmodern culture while at the same time exposing the myths that mark the structure, and using the study of postmodernism in Jean-François Lyotards perspective to emphasize modern culture and postmodern culture, so that both studies which are used as surgical instruments produce a shift in the myth of modern culture towards postmodern, such as intellectual meaning that does not have to be related to cognitive intelligence, marriage is only a traditional myth, and flexible identity.
NASKAH SEJARAH NABI MUHAMMAD: FILOLOGI DAN TASAWUF FAJAROHTIN, MUIMMAHTUL
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini memiliki empat fokus yaitu, (1) deskripsi teks dan naskah Sejarah Nabi Muhammad.(2) transliterasi pada teks naskah Sejarah Nabi Muhammad.(3) terjemah teks naskah Sejarah Nabi Muhammad. (4) nilai tasawuf antara lain: takhalli, tahalli, tajalli yang terkandung dalam teks naskah Sejarah Nabi Muhammad. Berdasarkan fokus penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan yaitu (1) teks dan naskah Sejarah Nabi Muhammad, (2) transliterasi pada teks Sejarah Nabi Muhammad, (3) terjemah teks naskah Sejarah Nabi Muhammad, (4) nilai tasawuf antara lain: takhalli, tahalli, tajalli yang terkandung dalam teks naskah Sejarah Nabi Muhammad.Abstrak memuat uraian singkat mengenai masalah dan tujuan penelitian, Penelitian ini menggunakan penelitian naskah tunggal. Sumber data berasal dari naskah dan teks naskah Sejarah Nabi Muhammad. Pengumpulan data menggunakan metode inventarisasi naskah atau upaya menelusuri dan mencatat keberadaan naskah melalui katalog yang terdapat di museum Mpu Tantular Sidoarjo. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis isi ?content analysis? dan teknik analisis deskripsi ?descriptive analysis?. Pada analisis yang dilakukan pada data ditemukan (1) deskripsi naskah dan teks antara lain judul naskah, kode naskah, tempat penyimpanan, asal naskah, bahan naskah, ukuran naskah, jumlah baris naskah, bahan naskah, jenis aksara, bahasa naskah, kolofon, genre (bentuk teks) dan garis besar isi cerita, (2) transliterasi teks naskah dari huruf pegon atau Arab ke huruf latin, (3) terjemahan dari bahasa Jawa baru ke bahasa Indonesia, (4) moral nabi Muhammad dan Sahabat pada teks naskah Sejarah Nabi Muhammad yang termasuk dalam nilai tasawuf adalahtakhalli, tahalli, tajalli. Kata Kunci: Filologi, Tasawuf.
PEMIKIRAN FILOSOFIS F.W. NIETZSCHE DALAM KUMPULAN PUISI SYAHWAT KEABADIAN KRISWANTO, HEMBING
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bermula dari kecurigaan adanya konsep pemikiran-pemikiran filsafat Nietzsche yang ada di dalam kumpulan puisi Syahwat Keabadian. Berawal dari kecurigaan muncul permasalahan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Bagaimana kehendak untuk kuasa dalam kumpulan puisi Syahwat Keabadian karya Nietzsche. Bagaimana ubermensch dalam kumpulan puisi Syahwat Keabadiankarya Nietzsche. Kemudian yang terakhir bagaimana tuhan telah mati dalam kumpulan puisi Syahwat Keabadian karya Nietzsche. Dalam proses pembacaan kumpulan puisi Syahwat Keabadian kaitannya dengan pemikiran Nietzsche ?kehendak untuk berkuasa, ubermensch, tuhan telah mati? menggunakan pendekataan hermeneutik. Demikian kumpulan puisi Syahwat Keabadian karya Nietzsche ini diterjemahkan oleh pakar ilmu sastra Universitas Bonn, Berthold Damshauser bersama Agus R. Sarjono yang ahli dibidang kesusastraan dunia. Setelah proses pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa konsep pemikiran filosofis Nietzsche ?kehendak untuk berkuasa, ubermensch, tuhan telah mati? terkandung dalam kumpulan puisi Syahwat Keabadian. Demikian konsep pemikiran-pemikiran filsafat Nietzsche terkandung pada teks-teks di dalam karya sastra puisinya. Kata Kunci : Kehendak Untuk Berkuasa, Ubermensch, Tuhan Telah Mati, NietzscheThis research was caused by suspicions of Nietzsche?s philosophical concept in a poetry tilted Syahwat Keabadian. Starting from that suspicion, the problems arises to find the answers of the questions below. How the desire for power in thepoetry tilted Syahwat Keabadian? How is ubermensch in the poetry tilted Syahwat Keabadian? And the last question is how? God is dead? in the poetry tilted Syahwat Keabadian? In the process of reading a collection of poetry under the title Syahwat Keabadian that is associated with the thinking of Nietzsche ?The Will to Power, Ubermensch, God is Died? uses the hermeneutic. Thus, Nietzsche?s work is translated by literary experts University of Bonn, Berthold Damshauser with Agus R Sarjono who is expert in world literature. In conclusion, the concept of Nietzsche?s philosophical ?The Will to Power, Ubermensch, God is Died? is contained in a collection of poetry under the title Syahwat Keabadian. So, the concept of Nietzsche?s philosophy is contained in those texts his literature poetry. Keywords: The Will to Power, Ubermensch, God is Died, Nietzsche
VARIASI DIALEK TENGGER DI KABUPATEN PASURUAN, PROBOLINGGO, DAN LUMAJANG NUR FITRIANA, HANIFAH
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dialektologi tentang variasi memang sangat banyak, akan tetapi penelitian kali ini berbeda karena objek yang digunakan jarang ditemui, yaitu dialek Tengger. Tujuan penelitian ini yakni menghasilkan deskripsi tentang variasi leksikal, distribusi variasi, serta status variasi bahasa Jawa dialek Tengger. Metode pengumpulan yang digunakan yakni metode cakap dan pupuan lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik pancing dan rekam. Metode analisis data yang digunakan yakni metode padan, berkas isoglos, dan dialektometri. Teknik analisis data yang digunakan yakni PUP dan segitiga dialektometri. Sumber dalam penelitian ini yakni penutur bahasa Jawa dialek Tengger yang menetap di Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Hasil penelitian ini yakni adanya bentuk variasi leksikal berupa relik dan inovasi distribusi atau penyebaran variasi terbanyak yakni pada DP2, terbanyak kedua yakni DP3, dan yang paling sedikit yakni DP1. Status variasi yang dihasilkan dengan perhitungan dialektometri yakni beda dialek. Serta adanya temuan tentang pergesaran dialek Tengger pada DP1. Kata Kunci : Variasi leksikal berupa relik dan inovasi, bahasa Jawa dialek TenggerThere are a lot of dialectology research about variation, but this research is quite unique because of the object is tenggers dialect in javanese language. The purpose of this research is creat a good description of lexiacal variation, distribution variation, also tenggers dialect in javanese language status variation. Data source of this thesis based on daily conversation and study research in particular location. The author collected the data using recorder in the interview process and also hook teqnique to have a good response. Reserch method in this thesis used equality, isoglos system, and dialectometry. Data analys tecnique in this research based on PUP and dialectometry triagle. Object of this thesis research are native speakers of tenggers dialect that stayed in Pasuruan, probolinggo, dan lumajang. The result of thia research is a lexical variation in relic, and majority distribution of the variation in the 2nd research area, then 3rd research area, and less number in 1st reserch area. The result of variation status based on dialectomatry is thr differencess of the dialect, and the changes of tenggers dialect in 1st research area have been founded. Keywords: lexical variation on relic and innovation, tenggers dialect in javanese language
NOVEL LADU KARYA TOSCA SANTOSO: KAJIAN EKOKRITIK GREG GARRARD FARID KURNIAWAN, MUHAMMAD
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penghadiran lingkungan alam dalam karya sastra kini tidak hanya digunakan sebagai latar dari suatu cerita, melainkan sebagai bentuk kritikan kepada keadaan untuk kehidupan di jaman sekarang. Novel Ladu adalah salah satu novel yang menjelaskan tentang kearifan lokal dan gambaran lingkungan yang sangat berpengaruh kepada karya sastra. Novel Ladu adalah contoh penelitian yang menjelaskan aspek-aspek kepedulian kepada lingkungan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Menjelakan bentuk kerusakan latar fisik (lingkungan), 2. Menjelaskan relasi manusia dengan latar fisik (lingkungan), 3. Menjelaskan bentuk konsistensi nilai-nilai yang diungkapkan dengan kearifan ekologi dalam novel Ladu karya Tosca Santoso. Pengkajian ekologi dalam karya sastra saat ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Karena yang sering terjadi adalah pengkajian tentang aspek sosiologis, antropologis, dan nilai-nilai yang diperankan manusia. Hal ini yang menjadi fokus dalam penelitian tentang pesan moral serta nilai-nilai dalam karya sastra semakin banyak, karena kedua aspek tersebut dianggap sebagai subtansi dari karya sastra. Padahal dalam karya sastra bukan hanya menggambarkan hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan, tetapi hubungan antara manusia dengan alam, juga perlu diperhatikan dalam pengkajian karya sastra dan hal itu yang seringkali terabaikan. Kata Kunci : Ekokritik, Ladu, Greg Garrard Abstract The presence of the natural environment in literature works this time is not only used as the settings of a history, but as a orm of criticsm o tobe conditions or todays life. The Ladu novel is one of the novel that explains local wisdom and the environmental pictures that is an example of research that explans some aspect of environmental concern. Ith this folloing objectives. 1. Describes the forms of physical (environmental) settings demage, 2. Explains the relation between the human and physical (environmental) settings, 3. Explains the form of consistency from the values that expressed with ecological wisdom in Tosca Santoso Ladu novel. Ecological studies in literature works are currently very much needed to increase environmental awareness. Because of the things that oftenly happens is the study of sociological aspect, anthropological, and the values in the literature works that increased a lot, because both aspects are considered as the substance of literature works. Whereas inside the literature works is not only describes about the relationship between humans and nature, also needs to be considered in the study of literature and those things that are often to be overlooked. Keywords: Ecocritism, Ladu, Greg Garrard
SEHARI DALAM HIDUP IVAN DANISOVICH: SUBJEKTIVITAS SOLZHENITSYN DALAM PERSPEKTIF PSIKOANALISIS SIMBOLIK HISTORIS SLAVOJ ŽIŽEK FAISAL, RAKMAT
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini menjelaskan tentang subjektivitas Solzhenitsyn sebagai penulis novel ?Sehari dalam Hidup Ivan Danisovich? . Penjelasan mengenai subejktivitas Solzhenitsyn dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sang penulis menampilkan dirinya dalam berhadapan/berhubungan dengan realitas simboliknya, dan bagaimana tokoh dalam novel ditampilkan oleh penulis yang merupakan salah satu bentuk hasil respon penulis atas relasinya dengan realitas simbolik.Dalam menjelaskan subjektifitas Solzhenitsyn, pada penelitian ini peneliti menggunakan konsep subjektivitas yang telah dirumuskan oleh Slavoj ?i?ek, dimana dalam konsepnya tersebut dijelaskan bahwa subjek pada dasarnya merupakan sebuah entitas yang kosong, alih-alih mengakui kekosongannya, subjek yang mengetahui kekosongan tersebut tidak mungkin dapat dipenuhi tersebut malah tetap melakukan proses untuk memenuhi kekosongannya, alhasil subjek pun menjadi terikat/terkekang dengan keberadaan hal-hal simbolis yang digunakan untuk mengisi kekosongannya, subjek menjadi otentik ketika ia berada pada wilayah Rill, sebuah wilayah yang tak tersimbolkan. Untuk mendapatkan hasil yang objektif, dalam penelitian ini digunakan metode dan pendekatan yang dalam pemilihannya disesuaikan dengan objek dan tujuan dari penelitian ini, yaitu metode peniltian kualitatif dan psikologi sastra sebagai pendekatannya. Psikologi sastra merupakan sebuah pendekatan yang memiliki asumsi dasar bahwa sebuah karya sastra tidak pernah bisa dilepaskan dari permasalahan kejiwaan pengarang, dan hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui subjektivitas Solzhenitsyn.Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa Solzhenitsyn melalui karya-karyanya telah gagal menjadi subjek yang radikal, karena pada dasarnya apa yang ia lakukan hanyalah menghadirkan the other baru untuk menggantikan the big Other yang sudah ada. Apa yang dilakukan Solzhenitsyn sebenarnya hanyalah sebuah pertarungan wacana, dan bukanlah sebuah tindakan otentik yang mampu merobohkan atau lepas dari tatanan realitas simbolik yang ada. Kata Kunci : Sehari dalam hidup Ivan Danisovich, Subjektivitas, Solzhenitsyn, realitas simbolik, tindakan. Abstract This study describes the subjectivity of Solzhenitsyn as the author of the novel "A Day in the Life of Ivan Danisovich". An explanation of the subejktivitas Solzhenitsyn is done in order to find out how the author presents himself in dealing with / associated with symbolic reality, and how the characters in the novel are displayed by the author which is one form of the authors response to his relationship with symbolic reality. In explaining Solzhenitsyn subjectivity, in this study the researcher used the concept of subjectivity which was formulated by Slavoj?i?ek, where in the concept it was explained that the subject is basically an empty entity, instead of acknowledging its emptiness, the subject who knows the vacancy cannot possibly be fulfilled in fact, the process continues to fulfill its emptiness, as a result the subject becomes bound / confined to the existence of symbolic things used to fill its emptiness, the subject becomes authentic when it is in the Rill region, a region that is not symbolized. To get objective results, in this study the methods and approaches used in the selection were adjusted to the object and purpose of this study, namely the qualitative assessment method and literary psychology as the approach. Literary psychology is an approach that has the basic assumption that a literary work can never be released from the psychiatric problems of the author, and this is in accordance with the purpose of the study which aims to determine the subjectivity of Solzhenitsyn. He results of this study explained that Solzhenitsyn through his works had failed to become a radical subject, because basically what he was doing was just presenting the other new ones to replace the existing big Other. What Solzhenitsyn does is actually just a discourse fight, and is not an authentic action that can break down or escape the existing symbolic reality order. Keywords: One days in the Life of Ivan Danisovichs, Subjectivity, Solzhenitsyn, symbolic reality, Action.
GANGGUAN BERBAHASA JENIS PSIKOGENIK LATAH: STUDI KASUS DI DESA TROPODO KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO PUTRI FATMAWATI, NOVIA
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

GANGGUAN BERBAHASA JENIS PSIKOGENIK LATAH: STUDI KASUS DI DESA TROPODO KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO Novia Putri Fatmawati Mahasiswa S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya,noviap60@gmail.com Dr. Mintowati M. Pd. Dosen S-1 Pendidikan Bahasa Mandarin, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya mintowati@yahoo.co.id Abstrak Latah adalah perbuatan membeo atau menirukan apa yang dilakukan orang lain. Tetapi, sebenarnya latah merupakan suatu sindrom yang bersifat jorok dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing. Latah merupakan sebuah perilaku yang kadang mengganggu dalam berkomunikasi. Perkataan dan kadang disertai gerakan yang berulang-ulang membuat penderita latah terlihat tersiksa dengan kondisinya. Tujuan pada penelitian yaitu menghasilkan deskripsi jenis reaksi latah yang diujarkan oleh penduduk di desa Tropodo kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo, dan menghasilkan deskripsi tentang faktor penyebab terjadinya latah yang diujarkan oleh penduduk di desa Tropodo kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo. Teori yang digunakan oleh penelitian ini adalah teori mengenai latah yang disampaikan oleh Mayor dan Simons. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap dan metode simak dengan teknik pancing, catat dan rekam, dan teknik wawancara yang tidak berstruktur. Sedangkan metode yang digunakan dalam penganalisisan data adalah metode intralingual dan ekstralingual dengan teknik HBS, HBB, dan HBSP. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah adanya empat jenis reaksi yang ditimbulnya yaitu coprolalia, echolalia, echopraxia, dan automatic obedience. Jenis reaksi coprolalia merupakan jenis latah yang paling sering muncul sebanyak sebelas kali pada sebelas konteks. Jenis reaksi ekolalia sebanyak tujuh kali. Jenis reaksi latah echopraxia sebanyak dua kali, dan automatic obedience sebanyak tiga kali. Faktor penyebab terjadinya latah terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor mimpi. Peneliti juga menemukan faktor terjadinya latah yang lain yaitu faktor mimpi yang dialami oleh SD1. Abstract Latah is an act of parroting or imitating what other people do. But, actually latah is the only one that is dirty and locomotor disturbances that can be provoked. Latah is a behavior that sometimes changes in communication. Words and sometimes repetitive movements make latah sufferers look tormented with their condition. The research objective was used to determine whether the population was tested by residents in the village of Tropodo, Waru sub-district, Sidoarjo district, and made a description of the causal factors spoken by residents in the Tropodo village, Waru district, Sidoarjo district. The theory used by this theory is the theory related to latah delivered by Major and Simons. The data method used in this study is the proficient method and method refer to fishing techniques, note and record, and unstructured interview techniques. While the method used in analyzing the data is the intalingual and extralingual methods with the HBS, HBB, and HBSP techniques. The results found in this study were the presence of four types of reactions that arose namely coprolalia, echolalia, echopraxia, and automatic obedience. The type of coprolalia reaction is a type of talk that most often appears eleven times in eleven contexts. The type of echolian reaction is seven times. The type of reaction echoed echopraxia twice, and automatic obedience three times. Factors causing latah are divided into two factors, namely environmental factors and dream factors. The researcher also found factors that influenced the factors experienced by SD1. PENDAHULUAN Bahasa merupakan simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Seorang manusia yang normal fungsi otak dan alat bicara, tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, dengan kata lain kemampuan berbahasanya terganggu. Secara medis gangguan berbahasa dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara (2) gangguan berbahasa (3) gangguan berpikir (4) gangguan berbahasa terjadi karena gangguan lingkungan sosial. Gangguan berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh karena itu, gangguan berbicara ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Yaitu gangguan mekanisme berbicara, gangguan akibat multifaktorial, dan gangguan psikogenik. Psikogenik adalah satu penyakit fungsional yang tidak diketahui basis organiknya, karena itu, mungkin disebabkan oleh konflik atau tekanan atau stress emosional. Gangguan psikogenik itu merupakan gangguan berbahasa yang tidak berasal dari kesalahan sistem organ tubuh, melainkan merupakan suatu gangguan yang hanya dipicu oleh mental seperti stres, ingin lain daripada orang pada umumnya, kurang bisa mengendalikan emosi dan sebagainya. Gangguan psikogenik ini dapat berwujud seperti berbicara kemayu, berbicara gagap, berbicara manja, dan juga berbicara latah. Dalam penelitian ini, penulis membahas gangguan berbahasa yang tergolong gangguan psikogenik latah. Latah merupakan perbuatan membeo atau menirukan apa yang dilakukan orang lain. Gangguan berbahasa tersebut dialami oleh tiga orang warga masyarakat di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Pengaruh lingkungan tidak semua memberi dampak yang baik, tetapi juga memberi dampak yang kurang baik bagi perkembangan kebahasaan. Pengaruh yang kurang baik salah satunya yaitu bentuk perilaku latah yang dialami oleh tiga warga Desa Tropodo kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Latah memiliki berbagai reaksi pada saat terjadi, satu di antaranya adalah dalam bentuk verbal atau bahasa. Harapan yang diinginkan adalah diketahuinya bentuk tuturan dari penderita gangguan psikogenik latah, letak pengulangan pada tuturan penderita psikogenik latah dan faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya latah. Atas dasar uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul ?Gangguan Berbahasa Jenis Psikogenik Latah: Studi Kasus Di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo?. A. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan, mengembangkan dan melengkapi pengetahuan tentang gangguan berbahasa jenis psikogenik latah, khususnya tentang bentuk tuturan, letak pengulangan tuturan dan penyebab latah yang terjadi pada warga di Desa Tropodo. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mata kuliah psikolinguistik, khususnya tentang gangguan berbahasa jenis psikogenik latah dan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti tentang kajian psikolinguistik, khususnya tentang gangguan berbahasa psikogenik jenis latah. B. Batasan Masalah Dalam penelitian ini dibatasi pada kasus tiga warga di desa Tropodo khususnya ibu Ulfa (SD1), ibu Ulipah (SD2) dan ibu Yuyun (SD3). Ketiga penderita tersebut menjadi subjek penelitian ini karena merupakan tiga warga yang memiliki intensitas latah secara verbal yang paling banyak. METODE A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa lisan dan perilaku yang diamati. Peneliti bertindak sebagai pengidentifikasi masalah, pemecah masalah beserta solusi, serta pemberi simpulan pada akhir penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendekatan ini yakni menghasilkan deskripsi tentang latah yang diujarkan oleh sebagian warga di desa Tropodo, dan menghasilkan deskripsi tentang penyebab latah yang dialami oleh penduduk di desa Tropodo. B. Sumber Data dan Data Penelitian 1. Sumber Data Penelitian Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penduduk desa Tropodo kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo. Kriteria sumber data pada penelitian ini merupakan penduduk asli desa Tropodo agar data yang didapatkan murni. Sumber data merupakan penduduk asli desa Tropodo dengan usia mulai 17 tahun ke atas. Hal tersebut karena dianggap sudah matang berbahasa. Sumber data merupakan penduduk asli desa Tropodo yang mengidap gangguan berbahasa latah, tapi tidak mengidap penyakit lain (secara jasmani dan rohani). Terdapat tiga sumber data pada penelitian ini, yaitu Ibu Ulfa, Ibu Ulipah, Ibu Yuyun. Ketiga sumber data tersebut dipilih karena dianggap sesuai dengan kriteria sumber data yang disebutkan sebelumnya. Selain itu ketiga sumber data tersebut merupakan penderita latah yang paling menonjol di antara penderita lainnya di Desa Tropodo Waru Sidoarjo. 2. Data Penelitian Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tuturan, letak pengulangan; kata, frasa dan kalimat. Juga faktor penyebab terjadinya latah pada penderita gangguan psikogenik latah yang dialami oleh penderita latah di Desa Tropodo. C. Pengumpulan Data 1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode cakap dan metode simak. Metode cakap digunakan peneliti untuk berinteraksi secara langsung dengan informan. Sedangkan metode simak digunakan peneliti saat informan sedang berinteraksi dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Metode simak dan metode cakap tersebut didukung oleh beberapa teknik yang digunakan pada penelitian ini. Teknik tersebut adalah teknik pancing, catat, dan rekam. Teknik pancing digunakan peneliti untuk menggali data agar lebih bervariasi. Teknik pancing tersebut digunakan dengan memberikan rangsangan secara verbal pada sumber data. Rangsangan tersebut diberikan dalam bentuk pertanyaan lanjutan dari setiap pernyataan yang diberikan sumber data. Kemudian teknik catat dan rekam yang dilakukan secara bersamaan dengan teknik pancing. Hal tersebut dilakukan agar data yang ada dapat tersimpan atau terdokumentasikan dengan baik dan tidak ada yang terlewat. Hasil rekaman juga berfungsi sebagai media pengecekan ulang jika terdapat data-data yang secara samar ditangkap. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara yang digunakan untuk pengumpulan data secara mendalam terhadap objek penelitian. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung dan sebagai instrumen adalah peneliti sendiri. 2. Prosedur Pengumpulan Data a) Mempersiapkan tabel kosong yang akan diisi dengan tuturan latah para informan. b) Mempersiapkan data diri informan yang terdiri atas nama, alamat, tempat tanggal lahir c) Mempersiapkan alat rekam berupa HP untuk mendokumentasikanreaksi latah informan. d) Mempersiapkan alat tulis guna mencatat hal-hal penting terkait data penelitian. e) Melakukan percakapan atau wawancara tidak berstruktur dengan informan, yakni dengan tiga orang warga di desa Tropodo Waru Sidoarjo 3. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah daftar tanyaan yang berisikan tentang a) Daftar informan Informasi seputar identitas informan, seperti: nama, alamat, usia, dan pekerjaan b) Daftar analisis data Tabel transkip percakapan, untuk mengetahui bentuk tuturan, dan letak pengulangan. Juga buku catatan untuk mencatat data-data faktor penyebab terjadinya latah. c) Daftar tanyaan Daftar tanyaan yang disediakan peneliti merupakan tanyaan yang mengarah pada penyebab terjadinya gangguan berbahasa latah yang ditinjau dari segi psikologi. D. Penganalisisan Data 1. Metode dan Teknik Penganalisisan Data Tahap analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan. Oleh karena itu dalam penanganan tahapan analisis data itu pun diperlukan metode dan teknik-teknik yang cukup andal. Dalam penelitian ini akan digunakan metode padan intralingual untuk menganalisis data. Teknik yang digunakan adalah teknik hubung banding membedakan (HBB). Metode padan intrangual digunakan pada penelitian ini karena data yang dikumpulkan oleh peneliti tentang reaksi latah dari segi kebahasaannya. Kemudian teknik hubung banding membedakan (HBB) digunakan karena peneliti berusaha mengelompokkan jenis latah berdasarkan reaksi kebahasaan dari informan yang bersangkutan. Informan dalam hal ini adalah warga di Desa Tropodo Waru Sidoarjo. 2. Prosedur Analisis Data a) Pengkodean data Pengkodean data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: K = Konteks P = Peneliti PB =Pembantu Peneliti SD1 = Sumber Data 1 SD2 = Sumber Data 2 SD3 = Sumber Data 3 CL = Coprolalia EL = Ekolalia EP = Ekopaksia OB =Otomatic Obedience KK = Kata kerja KS = Kata Sifat KB = Kata Benda b) Pengklasifikasian data Berdasarkan bentuk tuturan penderita gangguan psikogenik latah; kata, frasa dan kalimat sesuai jenis reaksi tuturannya. Juga pengklasifikasian berdasarkan faktor penyebabnya latah. c) Analisis data Data yang sudah diklasifikasikan akan digolongkan berdasarkan jenis reaksi latah dan diklasifikasikan lagi sesuai dengan bentuk tuturannya. Kemudian, pengulangan diidentifikasi berdasarkan letak tuturan yang mengalami pengulangan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa reaksi verbal yang muncul adalah dari dua jenis reaksi latah, yakni coprolalia dan ekolalia. Selain dua jenis reaksi latah tersebut, diketahui pula bentuk-bentuk kebahasaan dari reaksi latah pada sebagaian warga di desa Tropodo. Bentuk kebahasaan tersebut berupa bentuk pengulangan yang diulang berdasarkan kata atau frasa yang berada di awal atau tengah bahkan akhir kalimat. Pada penelitian ini pula ditemukan beberapa faktor penyebab terjadinya latah, satu diantaranya adalah faktor mimpi. 1. Bentuk Tuturan Latah Bentuk tuturan latah yang ditemukan berupa bentuk pengulangan kata kotor dan tuturan tertentu. Hal itu dapat dilihat melalui dua jenis reaksi latah coprolalia dan ekolalia. Dalam penelitian ini, jenis reaksi Corpolalia terdapat dua jenis bentuk tuturan latah yaitu kata dan kalimat. Kata merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Berikut ini contoh bentuk pengulangan tuturan latah yang berupa kata berjenis reaksi coprolalia sebagai berikut. ?PB : mari nyusoni sopo?? ?SD1: nyusoni manuk e, eh manuk e? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 yaitu berupa kata ?manuk? dalam kalimat ?nyusoni manuk e, eh manuk e?. ?P : sampean namine sinten? ?SD1 : manuk, ealah manuk. Sopo? Eh sopo..? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 yaitu berupa kata ?manuk? dan kata ?sopo? dalam kalimat ?manuk, ealah manuk. Sopo? Eh sopo?. ?SD1: wes talah mulio. Manuk?e eh manuk?e? ?PB: ngono jare bolo? ?SD1: gak blas? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 yaitu berupa kata ??manuk?? dalam kesuluruhan kalimat ??wes talah mulio. Manuk?e coplok, eh manuk?e coplok?. ?P: umur pinten buk?? ?SD2: umur 50 tahun? ?PB: gak oleh din yang ta iku?? ?SD2: eh gak kontol a, gak kontol, eh mboten..? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD2 yaitu berupa kata ??kontol?? dalam keseluruhan kalimat ??eh gak kontol a, gak kontol?. ?PB: loh laiyo payu ngunu digawe 30 ae ojok 50? ?SD2: nggeh ancene mboten payu kontol e, eh anu ne, eh sapine, eh.. opo?? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD2 yaitu berupa kata. Namun, pengulangan tersebut mengalami perubahan dari kata "kontol" menjadi kata "anu". Selanjutnya, kalimat merupakan satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Berikut ini contoh bentuk pengulangan tuturan latah yang berupa kalimat berjenis reaksi coprolalia sebagai berikut. ?PB: lek lugur jupuk?ono sek? ?SD1: emok, sikil?e manuk?e coplok, eh sikil manuk?e coplok..? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 yaitu berupa kalimat ?sikil manuk?e coplok? dalam keseluruhan kalimat ?emok, sikil?e manuk?e coplok, eh sikil manuk?e coplok..?. a. Ekolalia Ekolalia merupakan tingkah laku meniru perkataan yang diujarkan atau yang didengarnya. Peniruan atau pengulangan dalam jenis reaksi ini bukan hanya dalam bentuk kata saja, tapi juga dapat terjadi pada frasa dan kalimat. Berikut merupakan bentuk pengulangan pada jenis reaksi Ekolalia: a) Kata Kata merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Berikut ini contoh bentuk pengulangan tuturan latah yang berupa kata berjenis Ekolalia sebagai berikut. ?P: assalamualaikum? ?SD1: nggeh walaikum sayang, eh sayang? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 yaitu berupa kata ?sayang? dalam keseluruhan kalimat ?enggeh, walaikum sayang, eh sayang?. ?SD1 : untu, eh untu..? ?PB : Siti Mariah Ulfa ?? ?SD1 : nggeh? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 yaitu berupa kata ?untuk? dalam kalimat ?untu, eh untu?. ?PB: ojok oleh? ?SD1: iyo ojok oleh yo? Onok anak?e, eh anak?e. onok mantu?ne, eh mantu?ne. bapak?e? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 tidak hanya satu kata, melaikan dua kata yaitu kata ?anak?e? dan kata ?mantu?ne? dalam keseluruhan kalimat ?iyo ojok oleh yo? Onok anak?e, eh anak?e. onok mantu?ne, eh mantu?ne. Bapak?e?. b) Frasa Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih berdifat nonprediksi. Berikut ini contoh bentuk pengulangan tuturan latah yang berupa kata berjenis reaksi Ekolalia sebagai berikut. ?PB: be?e oleh dinyang? ?SD2: mboten disebut, eh mboten di sebut. Mboten dinyang? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD2 yaitu berupa frasa ??mboten disebut?? dalam keseluruhan kalimat ??mboten disebut, eh mboten disebut. Mboten dinyang?. ?P: nopo?o? mboten...? ?SD2: mboten setul, eh mboten setul..? ?PB: gak tutuk? Atine ambek lambene gak podo?? ?SD2: nggeh..? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD2 yaitu berupa frasa ??mboten setul?? dalam keseluruhan kalimat ??mboten setul, eh mboten setul?. c) Kalimat Kalimat merupakan satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Berikut ini contoh bentuk pengulangan tuturan latah yang berupa kalimat berjenis reaksi Ekolalia sebagai berikut. ?SD1: lapo mun? eh nang ndi mun?? ?PB2: mlaku-mlaku? ?SD1: wong numpak sepeda ngunu kok sikile mlaku-mlaku, eh kok sikile mlaku-mlaku sampekan? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 yaitu berupa kalimat ?mlaku-mlaku? dalam keseluruhan kalimat ?wong numpak sepeda ngunu kok sikile mlaku-mlaku, eh kok sikile mlaku-mlaku sampekan?. ?SD1: anak e nia maeng tak jarno ijen matang-matang, eh matang-matang? ?PB: ambek sopo?? ?SD1: matang-matang, eh matang-matang. Ijenan..? Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang di alami oleh SD1 yaitu berupa kalimat ?matang-matang?. Bentuk pengulangan tersebut terjadi dua kali pengulangan dalam keseluruhan kalimat ? anak e nia maeng tak jarno ijen matang-matang, eh matang-matang? dan kalimat ?matang-matang, eh matang-matang. Ijenan..?. Faktor Penyebab Terjadinya Latah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat dua faktor yang berbeda. Artinya, dari tiga informan dalam penelitian ini, ditemukan dua informan dengan satu faktor penyebab yang sama dan satu informan lain dengan faktor penyebab yang berbeda. Faktor-faktor tersebut adalah faktor lingkungan, dan faktor mimpi. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua faktor penyebab terjadinya latah tersebut: Faktor Lingkungan Berdasarkan wawancara dengan SD1, SD1 yang memiliki tingkat intensitas latah paling sering jika dibandingkan dengan informan lainnya. Dikatakan demikian karena hampir setiap kali ingin berbicara sesuatu, ia selalu latah dengan mengulangi ujaran yang diujarkannya. Faktor dari penyebab latah SD1 adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan dalam hal ini adalah dalam ranah keluarga. Ia mengatakan bahwa dari keluarganya yang latah adalah ibunya. SD1 mengalami latah sejak kecil hingga sekarang berumur 42 tahun. Jika dihubungkan dengan pemerolehan bahasa, anak kecil yang sedang dalam masa pemerolehan bahasa tentu akan menyerap berbagai pengalaman kebahasaan yang terjadi di sekitarnya. Terutama dari orang tua. Apablia asupan bahasa yang ia dengar setiap hari adalah bentuk pengulangan kata (seperti yang dilakukan ibunya) maka anak tersebut akan melakukan hal yang sama dalam berbahasa. Gangguan psikogenik latah yang dialami oleh SD1 sempat membaik saat ia sudah berkeluarga dan tinggal dengan rumah terpisah dari ibunya, namun karena faktor tertentu kemudian kembali tinggal satu rumah dengan ibunya yang masih saja latah. Hal tersebut menyebabkan intensitas kelatahan dari SD1 justru semakin sering atau meningkat. SD1 pun sebenarnya merasa terganggu dengan adanya gangguan yang dialami sekarang. Dengan adanya gangguan tersebut SD1 sulit melakukan aktivitas dan komunikasi dengan orang lain secara normal. Selain mengeluarkan tenaga, perasaan emosi dan sakit hati terkadang juga muncul pada SD1 karena banyak orang menggoda dan menjahili SD1 yang menganggap latah adalah sebuah lelucon. Peneliti memperoleh informasi tetang SD1 melalui PB selaku tetangga dan teman lama SD1. PB menyebutkan bahwa SD1 sempat mengalami pengurangan latah saat hendak menikah. Setelah menikah latah tersebut muncul kembali, bahkan lebih parah dari sebelumnya setelah kembali tinggal bersama ibunya. Informan dengan faktor lingkungan kedua adalah SD2, yang tidak merasa terganggu dengan adanya gangguan latah tersebut. SD2 juga sering dijahili oleh remaja-remaja di lingkungan rumahnya. Dapat dipastikan bahwa faktor yang menyebabkan timbul terjadinya SD2 latah adalah faktor lingkungan. Sebab SD2 mengalami latah sejak umur 40 tahun. Pada saat itu SD2 tidak terlalu menyadari penyakit latah tersebut, hingga lama kelamaan latahnya menjadi kuat karena banyak remaja-remaja dilingkungan rumahnya yang menggoda dan menjadikannya sebagai bahan lelucon. SD2 tidak merasa bahwa dirinya mengidap latah, SD2 menyebutnya ?salah ngomong? atau salah berbicara. SD2 juga merasa tidak terganggu dengan adanya latah tersebut, karena SD2 hanya latah jika ada suara keras yang didengarnya dan jika ada yang mengagetkannya saja. Faktor yang menyebabkan timbulnya gangguan latah pada SD2 yaitu adanya faktor sugesti yang berarti pengaruh yang dapat menggerakkan hati orang. SD2 mengalami latah hanya sebuah bentuk yang muncul secara spontan dan bukan sebuah bentuk perilaku meniru. Peneliti juga memperoleh informasi tentang SD2 tersebut melalui PB selaku tetangga dan teman SD2. PB menyebutkan bahwa awal mula SD2 mengalami latah SD2 adalah seorang yang pendiam, hingga akhirnya sering dikagetkan oleh teman-temannya, SD2 pun mengalami latah sampai saat ini. Faktor Mimpi Berdasarkan wawancara dengan SD3, faktor yang timbul terjadinya latah yaitu faktor mimpi. Faktor mimpi tersebut merupakan faktor yang ditimbulkan karena seseorang telah memimpikan sesuatu yang berkaitan dengan masalah seksual. SD3 juga menyebutkan bahwa awal mula ia mengalami latah yaitu karena memimpikan alat kelamin pria. Pada saat itu SD3 memimpikan alat kelamin dengan jumlah yang cukup banyak. Alat kelamin tersebut diletakkan pada wadah yang sangat besar. Ketika ia terbangun dari mimpinya, SD3 terus teringat dengan apa yang diimpikannya dan mulai mengalami gangguan berbahasa tersebut dengan mengujarkan dan mengulangi nama dari alat kelamin laki-laki yang dilihatnya dalam mimpi. SD3 mengalami latah sejak melahirkan anak keduanya, dan berumur kurang lebih 35 tahun, hingga sampai saat ini SD3 mengalami latah sudah 7 tahun. Latah yang diidap SD3 membuatnya merasa sangat terganggu, karena SD3 susah mengontrol perkataan yang muncul dari mulutnya, dengan pekerjaannya sebagai penjual mie ayam, SD3 kadang merasa ?kurang ajar? dan tidak sopan kepada pembelinya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa dari ketiga informan ditemukan dua faktor yang berbeda. SD1 mengalami latah karena faktor lingkungan, yaitu dari ibu kandung SD1 sendiri. Kemudian, SD2 yang mengalami latah karena faktor lingkungan. Sedangkan SD3, mengalami latah karena faktor mimpi. Pembahasan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa terdapat bentuk tuturan dan letak pengulangan yang berbeda. bentuk tuturan yang diujarkan kemudian mengalami pengulangan setelah diujarkan atau didengarkan adalah dalam bentuk kata, frasa dan kalimat. Pengulangan dalam bentuk kalimat, adalah pengulangan kalimat secara utuh. Sedangkan pengulangan kata atau frasa hanya mengulangi satu atau dua kata saja dari satu kalimat yang diujarkan sebelumnya. pengulangan kata dan frasa juga bisa karena terpancing oleh yang diucapkan orang lain. Bukan dari tuturan yang diujarkan oleh informan itu sendiri. Dapat diketahui dari kata, frasa dan kalimat yang mengalami pengulangan masing-masing memiliki fungsi yang beragam. Pengulangan dapat terjadi pada Kata Benda (KB), Kata Kerja (KK), dan Kata Sifat (KS). Fungsi tersebut dapat berubah dapat pula tidak berubah pada saat setelah mengalami pengulangan. Kata yang ditemukan dalam jenis reaksi Coprolalia hanya berkategori KB. Berikut ini diuraikan analisis dalam bentuk kata 1) Manuk?e eh manuk?e manuk = KB KB KB 2) eh gak kontol a, gak kontol kontol = KB KB KB 3) nonok e, eh nonok e nonok = KB KB KB 4) kontol e, eh anu ne, eh sapine kontol = KB anu = KB sapi = KB KB + KB + KB KB Selanjutnya, kata yang ditemukan dalam jenis reaksi Ekolalia adalah KB, KK dan KS. Berikut ini diuraikan analisis dalam bentuk kata. 1) sayang, eh sayang Sayang = KK KK KK 2) untu, eh untu untu = KB KB KB 3) matang-matang, eh matang-matang matang-matang = KK KK KK 4) onok anak e, eh anak e onok anak e = KB anak e = KB KB + KB KB Frasa Frasa yang ditemukan dalam penelitian ini hanya berjenis reaksi Ekolalia. Jenis tersebut berkategori KK dan KK. Berikut ini diuraikan analisis dalam bentuk frasa. 1) Mboten disebut, eh mboten disebut Mboten = KS Disebut = KK KS + KK KS + KK 2) Mboten setul, eh mboten setul Mboten = KS Setul = KS KS + KS KS + KS Kalimat Kalimat yang ditemukan dalam jenis reaksi Coprolalia berkategori KB dan KK. Berikut ini diuraikan analisis dalam bentuk kata. 1) sikil?e manuk?e coplok sikil?e = KB manuk e = KB coplok =KK KB + KB + KK KB + KK 2) kontol.. kontol e lik, kontol di incak, eh, lik angkaten kontol = KB kontol e = KB kontol di incak = KK KB + KB KK 3) joko ta mas? Eh joko mas Joko = KS Mas = KB KS + KB KS + KB 4) mimpi dodol kontol sak tempeh, eh sak tempeh mimpi = KK dodol = KK kontol = KB sak tempeh = KB KK + KK + KB +KB KB Selain bentuk tuturan pada penderita gangguan latah, dari bentuk tuturan tersebut dapat diketahui pola pengulangannya. Bahwa, pengulangan yang terjadi pada kata dan frasa dapat terjadi pada kata dan frasa yang berada pada awal kalimat, tengah kalimat dan akhir kalimat. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengulangan yang paling banyak terjadi adalah pengulangan yang berada pada awal kalimat. Pengulangan pada kata atau frasa yang ada pada awal kalimat terjadi sebanyak enam kali. Sedangkan pengulangan kata atau frasa yang ada pada tengah kalimat terdapat dua saja dan lima untuk pengulangan kata yang berada di akhir kalimat. Menurut Gerungan (2004: 62) faktor penyebab terjadinya latah terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor mimpi. Faktor lingkungan itu sendiri terbagi lagi atas empat faktor, yakni faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, dan faktor simpati. Pada penelitian ini informan yang mengidap latah yang disebabkan karena faktor lingkungan adalah SD2. Jika dikaitkan dengan teori yang disampaikan oleh Gerungan (2004: 62) faktor penyebab latah yang dialami oleh SD2 adalah adanya dorongan dari diri sendiri yang membuat SD2 secara tidak sadar ingin menirukan cara bertingkah laku dan perkataan orang lain, baik itu dalam hal positif maupun negative. Maksud dari ?menirukan? dalam hal ini adalah tertular secara tidak sadar. Faktor seperti yang diderita oleh SD2 tersebut disebut dengan faktor penyebab latah simpati. Faktor tersebut terjadi pada SD2 diakibatkan oleh adanya orang-orang lain di lingkungan sekitar SD2 yang juga mengidap latah. Hal tersebut terjadi karena menurut Winzeler (Dalam Pamungkas, 2017: 10) latah bukanlah pembawaan sejak lahir, melainkan bersifat temporal, bergantung pada sikap dan karakter masing-masing individu, lingkungan yang melingkupi, dan tren perilaku ini sebagai salah satu upaya untuk ?mendapat perhatian? sehingga perilaku ini pun dikatakan dapat ?menular? pada rekan yang lain. Proses mimikri atau peniruan terhadap perilaku latah ini tidak lain adalah karena perilaku ini muncul secara spontan, terus terjadi secara berulang, baik dalam bentuk reaksi verbal maupun nonverbal. Faktor terjadinya latah selanjutnya adalah faktor mimpi. Faktor mimpi dalam penelitian kali ini dialami oleh SD3. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, SD3 menyatakan bahwa ia bermimpi bermimpi melihat alat kelamin pria dalam jumlah yang cukup banyak dalam sebuah wadah. Kemudian setelah bangun dari tidurnya, maka latah dengan reaksi menyebutkan nama alat kelamin pria tersebut mulai muncul. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pamungkas (2017) bahwa apabila terjadi peristiwa bermimpi alat kelamin, maka bentuk lingual yang muncul adalah merujuk pada alat kelamin. Stimulus jenis apapun yang terjadi adalah reaksi atau respon yang merujuk pada alat kelamin. Proses munculnya mimpi dan bentuk lingual alat kelamin tersebut bukanlah proses yang sederhana. Pamungkas, dalam penelitiannya (2017: 3-4) mengatakan bahwa peristiwa psikologis melatarbelakangi munculnya bentuk lingual menjadi energy lebih yang mendorong terbentuknya pola perilaku latah. Hal tersebut membenarkan teori Freud dan Jung yang menyebutkan bahwa peristiwa psikologis yang menahun dan ditahan karena tidak dapat terealisasi dalam kenyataan maka hal tersebut tidak akan pernah hilang. Peristiwa yang diinginkan tersebut tetap akan bertahan dalam diri manusia (otak) yang terus menunggu pemenuhan. Pemenuhan yang tidak kunjung datang akhirnya hal tersebut dipindahkan penyimpanannya dalam otak taksadar manusia. Proses penahanan dalam otak taksadar manusia pun masih berharap mencapai pemenuhan, namun bila tidak, hal tersebut akan diubah bentuknya dalam mimpi. Penggambaran mimpi seperti disebutkan di atas dan kemudian muncul reaksi perilaku latah dengan sederet bentuk lingual yang muncul, yang merujuk pada alat kelamin, disebutkan oleh Jung (dalam Pamungkas, 2017: 4) hal itulah sebenarnya penyebabnya. Artinya, bentuk lingual yang secara spontan muncul tersebut merupakan gambarang dari keinginan yang tidak dapat terealisasikan dalam kenyataan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Gangguan Berbahasa Jenis Psikogenik Latah: Studi Kasus Pada Penduduk di Desa Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Bentuk tuturan latah dalam penelitian ini ditemukan dalam dua jenis reaksi latah yaitu Coprolalia dan Ekolalia. a) Coprolalia ditemukan hanya dalam bentuk kata dan kalimat. Sedangkan Ekolalia ditemukan dalam bentuk kata, frasa dan kalimat. Coprolalia dalam bentuk kata hanya berkategori KB, sedangkan kalimat berkategori KB, KK dan KS. b) Ekolalia dalam penelitian ini temukan dalam bentuk kata, frasa dan kalimat. Bentuk kata dalam jenis reaksi ekolalia berkategori KK dan KB, frasa berkategori KS dan KK, sedangkan kalimat berkategori kalimat deklaratif. 2. Faktor penyebab latah yang ditemukan dari penelitian ini yaitu faktor lingkungan dan faktor mimpi a) Faktor lingkungan yang dialami oleh SD1 dan SD2. SD1 mengalami latah karena tertular oleh ibunya mulai saat masih kecil hingga dewasa. Sedangkan SD2 mengalami latah diakibatkan oleh adanya orang-orang lain di lingkungan sekitar SD2 yang juga mengidap latah atau yang disebut tertular secara tidak sengaja b) Faktor mimpi yaitu awal mula ia menjadi latah karena bermimpi melihat alat kelamin jantan manusia yang sangat besar dan dipaksa masuk ke kemaluannya, mereka terkejut dan ketika terbangun mereka menjadi latah. Pada faktor penyebab latah ini dialami oleh informan ketiga, bermula memimpikan alat kelamin pria yang sangat besar dalam wadah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas, terdapat beberapa saran yang harus diperhatikan untuk penelitian sejenis selanjutnya, yaitu 1. Penelitian ini hanya berbatas pada kajian latah secara psikolinguistik saja. bagi penelitian selanjutnya yang serupa dapat pula digabungkan dengan kajian lain seperti sosiopsikolinguistik dan lain sebagainya. 2. Penelitian ini mendeskripsikan mengenai latah secara general dengan berbagai jenis reaksi latah yang ada. Namun, penelitian ini juga dapat dilakukan dengan fokus pada satu jenis reaksi latah dan dianalsis secara lebih mendalam. DAFTAR PUSTAKA Chaer, A. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta Dardjowidjojo, S. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Geetz, H. 1968. Latah in Java: A Theoritical Paradox. New York: Ithaca Gerungan, W. A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Masnur, Muslich. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Maleong, L. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Murphy, H.B.M, MD. 1976. Notes For a Theory of Latah: Culture Bound Syndremes Ethnopsychiatry & Alternative Therapy. Honolulu: University Press. Pamungkas, Sri. 1998. ?Bahasa Latah (Suatu Tinjauan Psikolinguistik pada Beberapa Masyarakat Latah di Jember)?. Tidak Dipublikasikan. Skripsi. Jember: Fakultas Sastra Universitas Jember. Pamungkas, Sri. 2017. ?Menafsirkan Perilaku Latah Coprolalia pada Perempuan Latah dalam Lingkup Budaya Mataram: Sebuah Kajian Sosiopsikolinguistik. Tidak Dipublikasikan. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono Rorschach. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Simond, R.C. 2001. Introduction to Culture-Bound Syndromes. http://www.geocities.com/multicultural.htm Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Hurlock, Elizabeth B. Alih Bahasa Isti Widiyanti dan Sujarwo. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Verhaar, J.W.M. 2004. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Winzeler, R.L. 1984. The Study Of Malayan Latah. Indonesia No-37/April. New York: Ithaca Winzeler, R.L. 1995. Latah in Southeast Asia: The Sistory and Etnography of Culture-Bound Syndrome, New York: Cambridge University Press Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Anak dan Remaja. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya Zulkifli L. 2003. Psikologi Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
LEGITIMASI NEGARA ATAS MAHASISWA DALAM NOVEL LAUT BERCERITA KARYA LEILA S. CHUDORI: KAJIAN MAX WEBER INDAH PERMATA NINGRUM, DEVIANA
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori melalui teori tindak sosial Max Weber guna mengidentifikasi aspek legitimasi. Secara bertahap, penelitian membahas kajian struktural novel, bentuk tindak rasionalitas nilai, bentuk tindak rasionalitas instrumental, bentuk tindak afektif, bentuk tindak tradisional, dan bentuk legitimasi negara yang diterima oleh mahasiswa dalam novel Laut Bercerita. Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini menggunakan pendekatan mimetik dengan sumber data penelitian novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori yang terbit pada 2017 serta beberapa dokumen tertulis dan visual yang memuat legitimasi pada masa Orde Baru. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka dengan teknik simak catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode sosiologi sastra Max Weber. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pembacaan hermeneutika. Hasil dari penelitian ini adalah (1) struktural fiksi dalam novel Laut Bercerita yang terdiri dari fakta cerita yang terdiri atas, sarana sastra, tema dan amanat. Alur campuran, tokoh yang berjumlah 30 orang di bab pertama dan kedua, latar tempat dan waktu dalam novel LB merupakan peristiwa yang dialami para tokoh, sedangkan latar sosial merupakan latar sosial keluarga para aktivis dan mahasiswa dan latar sosial dengan kebijakan-kebijakan sosial pada masa Orde Baru. Sudut pandang dalam novel LB orang pertama pelaku utama pada bab 1 sedangkan pada bab 2 sudut pandang orang pertama pelaku sampingan karena tokoh ?aku? menceritakan tokoh lain. Tema mayor dalam novel LB adalah legitimasi dan dominasi, sedangkan tema minor berisi tentang perjuangan, keluarga, dan kesedihan. Amanat dalam novel LB berdasarkan isi novel yakni tetap berkontribusi, tidak menyerah dalam berjuang dan terutama agar masyarakat tahu bagaimana ketika masa Orde Baru pendapat dibungkam, menenteng buku sastra berarti menenteng bom, pemerintah dan intel yang berkuasa bertindak sewenang-wenang bahkan mahasiswa dihilangkan. (2) legitimasi negara dalam bentuk tindak rasionalitas nilai berjumlah sebelas bentuk seperti karya sastra dilarang, media dibungkam, melarang berhubungan dengan keluarga, penghilangan hak demokratis, kondisi keluarga yang menganggap anak-anaknya masih hidup, unjuk rasa mahasiswa yang menganggap negara salah, gerakan mahasiswa Winatra, Wirasena, dan Taraka, aksi Blangguan, masyarakat yang tidak peduli, aksi payung hitam, dan kondisi moral orang yang mencari anggota keluarga. (3) legitimasi negara dalam bentuk tindak rasionalitas instrumental sebanyak dua puluh dua bentuk seperti kekuatan negara dipegang kuat oleh militer, pelarangan berdiskusi, tidak adanya kebebasan berekspresi dan politik, pembredelan tiga media, intimidasi petani, intimidasi keluarga mahasiswa, pencarian orang yang menentang, dipenjara di ruang bawah tanah, interogasi secara keji, alat negara diktaktorial, pengancaman terhadap mahasiswa, penyiksaan terhadap orang yang menentang Orde Baru, penindasan terhadap rakyat, alat negara acuh, persaingan politisi, korupsi, pengasingan rakyat, pengepungan mahasiswa menggunakan senjata, pengintaian, Desaparasidos, tak ada keadilan, dan dampak tindak sosial rasionalitas instrumental. (4) legitimasi negara dalam bentuk tindak afektif sebanyak enam belas bentuk seperti, (5) legitimasi negara dalam bentuk tindak tradisional seperti kepemimpinan yang menjadi kebiasaan seperti DPR dan DPRD seperti septic tanc, aparat militer yang melakukan tindak kekerasan, kelambanan negara dalam menyelesaikan masalah, Desaparasidos, aksi di depan istana negara, aksi baju hitam dan payung hitam, aksi kamisan, melakukan pertemuan, dan kebiasaan keluarga di hari minggu., dan (6) legitimasi negara yang diterima oleh mahasiswa.
KONSISTENSI ABSURDITAS TOKOH ORANG TUA/KAKEK DALAM TIGA NASKAH DRAMA “BULAN BUJUR SANGKAR”, “PETANG DI TAMAN”, DAN “RT 0 – RW 0” KARYA IWAN SIMATUPANG (ABSURDITAS ALBERT CAMUS) IHZA FAUZUL AZHIM, YUSRIL
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK KONSISTENSI ABSURDITAS TOKOH ORANG TUA/KAKEK DALAM TIGA NASKAH DRAMA ?BULAN BUJUR SANGKAR?, ?PETANG DI TAMAN?, DAN ?RT 0 ? RW 0? KARYA IWAN SIMATUPANG (ABSURDITAS ALBERT CAMUS) Nama Mahasiswa : Yusril Ihza Fauzul Azhim Program Studi : S1 Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Bahasa dan Seni Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya Tahun : 2019 Kata kunci: konsistensi, absurditas, naskah drama. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan konsistensi absurditas tokoh Orang Tua/Kakek dalam tiga naskah drama ?Bulan Bujur Sangkar?, ?Petang Di Taman?, dan ?RT 0 ? RW 0? karya Iwan simatupang dengan menggunakan kajian filsafat absurd Albert Camus melalui tiga tahap konsep berpikir absurd yaitu, kesadaran absurd, pemberontakan dan kebebasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode pustaka dan simak-catat. Metode analisis data menggunakan metode penafsiran terhadap data dengan melakukan beberapa langkah pembacaan, yaitu (1) membaca kritis, (2) membaca kreatif, dan (3) membaca hermeneutika. Hasil penelitian ini menunjukan bentuk absurditas tokoh Orang Tua/Kakek melalui tiga tahap konsep berpikir absurd: kesadaran absurd, pemberontakan dan kebebasan. Pada naskah drama Bulan Bujur Sangkar tokoh Orang Tua melakukan perlawanan terhadap absurditas dengan cara atau bunuh diri di tiang gantungan; naskah drama Petang Di Taman, tokoh Orang Tua tetap kembali menemui absurditas sebagai bentuk pemberontakan demi meraih kebebasannya.
REALITAS SOSIAL DALAM NOVEL ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SAVANA PUTRI, DANA
Jurnal Sapala Vol 5, No 1 (2018): Volume 5 edisi Yudisium
Publisher : Jurnal Sapala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu novel yang membahas mengenai realitas sosial di Indonesia adalah novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Novel tersebut menceritakan tentang kehidupan masyarakat Papua khususnya yang bertempat tinggal di bawah pegunungan Megafu yakni suku Aitubu dan suku Hobone. Oleh sebab itu, peneliti mengambil judul ?Realitas Sosial dalam Novel Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany: Kajian Sosiologi sastra? dalam penelitian ini. Berdasarkan penjelasan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yakni (1) Bagaimana realitas sosial objektif dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany (2) Bagaimana realitas sosial subjektif dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif karena mendeskripsikan realitas dalam novel. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data penelitian berupa kalimat dan paragraf yang merupakan realitas sosial objektif dan subjektif dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa realitas sosial objektif dan realitas sosial subjektif yang terdapat dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany terdapat empat aspek yang meliputi kebudayaan, ekonomi, pendidikan, dan penindasan. Realitas sosial objektif (1) kebudayaan mencakup 10 bentuk, yaitu budaya upacara syukuran, budaya orang Papua berburu babi, pakaian yang digunakan para perempuan masyarakat Papua, pakai yang digunakan para laki-laki masyarakat Papua, tradisi upacara memasuki kedewasaan untuk laki-laki, percaya pada dukun, upacara perdamaian, binatang babi, perbedaan pakaian antara masyarakat pegunungan Megafu dengan masyarakat Yebikon, dan mengenai larangan pada saat berburu. (2) ekonomi mencakup 10 bentuk, yaitu wabah kelaparan, keterbatasan makanan, tempat tinggal masyarakat di bawah pegunungan Megafu, menangkap ikan, kurangnya fasilitas untuk bersalin bagi masyarakat pegunungan Megafu, melahirkan pada saat berkebun, sagu, betatas, obat-obatan, dan orang pedalaman tidak mengenal sabun. (3) pendidikan mencakup 3 bentuk, yaitu rendahnya pendidikan, masyarakat di bawah pegunungan Megafu tidak mengenal sekolah, dan rendahnya fasilitas sekolah di Aitubu. (4) penindasan mencakup 2 bentuk, yaitu orang-orang yang mencari gaharu membawa pelacur dan sepasang suami istri dari tanah Jawa yeng mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Realitas sosial subjektif (1) kebudayaan mencakup 6 bentuk, yaitu Irewa mengikuti upacara adat, larangan makan pandan merah, larangan setelah mengikuti upacara atau ritual, Meage mengikuti upacara muruwal, ritul sebelum mengikuti upacara, dan seorang perempuan terkena panah. (2) ekonomi mencakup 6 bentuk, yaitu Meage mencari makanan, perjuangan Irewa untuk mendapatkan ikan, Irewa mengambil kayu untuk dijadikan bahan bakar, pisau bambu, kekurangan makanan, dan Meage mengalami kelaparan. (3) pendidikan mencakup 4 bentuk, yaitu Meage mengikuti sekolah satu tahun di Aitubu, Irewa merupakan satu-satunya siswa perempuan, Meage mengajarkan tari-tarian dan nyanyi-nyanyian kepada anak-anak, dan Bapa Rumanus mendorong para orang tua untuk mengajarkan tentang kebudayaan mereka masing-masing kepada para pemuda. (4) penindasan mencakup 5 bentuk, yaitu Irewa mendapat pukulan dari Malom, pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Irewa dijadikan budak oleh Malom, dan Irewa mencoba mengelak Malom. Berdasarkan hal tersebut dapat menunjukkan bahwa pemikiran seseorang dapat menjadi sebuah cerminan dari masyarakat.