cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Rekayasa Teknik Sipil
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 380 Documents
PENGARUH VARIASI NAOH/NA2SIO3 TERHADAP NILAI KUAT TEKAN DRY GEOPOLYMER MORTAR METODE DRY MIXING PADA KONDISI RASIO ABU TERBANG/AKTIVATOR 2:1 FERNANDO, FAHMI; WARDHONO, ARIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPembangunan di bidang konstruksi saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga dibutuhkan material struktur yang kuat yaitu beton. Penggunaan beton dengan bahan utama semen portland mengalami pelepasan karbon dioksida (CO2) sehinga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca diatmosfir. Beton geopolymer dapat menjadi solusi karena tidak menggunakan semen protland sebagai bahan pengikatnya melainkan menggunaan fly ash dan aktivator melalui proses polimerisasi sehingga ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi NaOH terhadap Na2SiO3 terhadap nilai kuat tekan dry geopolymer mortar metode dry mixing pada kondisi rasio abu terbang terhadap aktivator 2:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan tertinggi didapat pada kondisi abu terbang terhadap aktivator 2:1 adalah 34,05 MPa, dengan variasi campuran NaOH terhadap Na2SiO3 yaitu 1:2,5. Kuat tekan dry geopolymer mortar dipengaruhi banyaknya komposisi Na2O pada Na2SiO3. Namun jika komposisi Na2O terlalu tinggi dibanding dengan komposisi NaOH maka menyebabkan menurunnya kuat tekan mortar.Kata Kunci : mortar geopolymer, metode dry mixing, binder geopolymer. AbstractDevelopment in the construction sector is experiencing rapid progress, so it require a strong structural material namely concrete. Concrete with the main material of portland cement release carbon dioxide (CO2) which contribute to greenhouse gas emissions in the atmosphere. Geopolymer concrete can be a solution, because it does not use portland cement as a binding material but using fly ash and activators through a polymerization process that is environmentally friendly. This study aims to determine the effect of variations NaOH on Na2SiO3 on the compressive strength of dry geopolymer mortar with dry mixing method on the condition of the ratio fly ash to activator 2:1. The results showed that the highest compressive strength in the condition of fly ash on activator 2:1 is34,05 MPa, with mix design NaOH on Na2SiO3 is 1:2,5. Compressive strength of dry geopolymer mortar depend on composition Na2O on Na2SiO3. But if the composition of Na2O is too high than the composition of NaOH cause decrease the compressive strength mortar.Keywords :geopolymer mortar, dry mixing method, geopolymer binder.
PENERAPAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL SEBAGAI PENGENDALIAN MUTU PANEL LANTAI PUTRI APRILIA, DIANA; SURYANTO HS, MAS
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Panel Lantai Autoclaved Aerated Concrete merupakan beton ringan yang dibentuk menjadi lembaran panel untuk berbagai aplikasi konstruksi sebagai pemikul beban dan non-pemikul beban, produk Panel Lantai ini merupakan inovasi terbaru pengganti pelat beton konvensional. Proses produksi Panel Lantai memiliki proses yang rumit dibandingkan dengan proses pembuatan beton konvensional. Pada proses produksi sering terjadi permasalahan mutu pada produk panel lantai yang disebabkan oleh proses produksi yang rumit, untuk menjaga konsistensi mutu produk yang dihasilkan, perlu dilakukan pengendalian mutu atas aktivitas proses yang dijalani. Salah satu metode yang digunakan untuk peningkatan dan pengendalian kualitas produk dalam proses produksi tersebut adalah metode Statistical Process Control (SPC).Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui permasalahan mutu yang sering muncul pada proses produksi Panel Lantai, memahami bagaimana pemecahan masalah mutu yang dihadapi untuk memproduksi Panel Lantai, mengetahui batas-batas kendali permasalahan mutu sebelum langkah perbaikan dan sesudah langkah perbaikan, mengetahui nilai dari kapasitas kemampuan proses sebelum langkah perbaikan dan sesudah langkah perbaikan, dan untuk mengetahui presentase penurunan jumlah cacat produk Panel Lantai setelah langkah perbaikan.Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, langkah-langkah metodelogi yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan, studi literatur, pengumpulan data sekunder berupa data reject produk panel lantai sebanyak 100 data untuk memenuhi syarat membuat peta kendali, identifikasi masalah menggunakan Check Sheet, Diagram Pareto, Diaram Kendali, dan Kemampuan proses, menyusun hipotesa menggunakan Diagram Sebab Akibat dengan metode Brainstorming dengan QA, menguji hipotesa menggunakan Diagram Pencar, menerapkan tindakan perbaikan pengumpulan data primer berupa data jumlah permasalahan mutu gompal dan retak produk panel lantai sebanyak 100 data, analisis data menggunakan Check Sheet, Diagram Pareto, Diaram Kendali, dan Kemampuan proses, Standarisasi menggunakan flow chart dan simpulan.Hasil penelitian menunjukkan penerapan SPC untuk mencegah terjadinya gompal dan retak yang menjadi permasalahan mutu yang sering terjadi pada panel lantai berhasil dilakukan dengan memperhatikan waktu Setting Time selama 3 jam 36 menit, hal tersebut mengakibatkan batas kendali yang semula Out of Control menjadi In control, nilai Cpk yang semula kurang dari 1 menjadi lebih dari 1,33 yang berarti menunjukkan proses menghasilkan produk ideal sesuai dengan spesifikasi, penurunan presentase permasalahan mutu gompal retak yang semula 30,25% menjadi 14,30%. Kata kunci: Pengendalian Mutu, Panel Lantai, Statistical Process Control.
PENERAPAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL SEBAGAI PENGENDALIAN KUALITAS MORTAR HELENA, ANGGICA; SURYANTO HS, MAS
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. X merupakan salah satu produsen Mortar di Indonesia. Dalam proses produksi Mortar yang dilakukan masih terdapat masalah mengenai mutu Mortar. Masalah yang sering terjadi berkaitan dengan ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan mutu yang sering muncul pada proses produksi Mortar, mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan atau kecacatan pada produk Mortar, mengetahui cara pemecahan masalah mutu pada produksi Mortar dan mengetahui perubahan nilai kapabilitas/kemampuan proses setelah dilakukan perbaikan terhadap produk Mortar di PT. X tersebut. Penerapan metode Statistical Process Control (SPC) untuk pengendalian kualitas Mortar PT. X dilakukan dengan tujuh alat yang digunakan sebelum perbaikan dan setelah perbaikan. Alat-alat yang digunakan sebelum perbaikan meliputi: check sheet, diagram pareto, histogram dan diagram kendali yang digunakan untuk mengetahui masalah; diagram sebab-akibat yang digunakan untuk mencari penyebab masalah yang terjadi; dan diagram pencar yang digunakan untuk mencari faktor yang berpengaruh. Alat-alat yang digunakan setelah perbaikan meliputi: histogram dan diagram kendali untuk meneliti hasil setelah dilakukan perbaikan; dan flow chart untuk mencegah timbulnya masalah. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa permasalahan mutu yang sering terjadi adalah kuat tekan dengan persentase sebanyak 27,45%. Faktor yang mempengarahui kuat tekan tersebut terdapat pada metode yang digunakan untuk menentukan kisaran analisa ayakan yang dirasa memiliki kisaran terlalu besar yaitu 70-85%. Setelah menganalisis dengan menggunakan metode statistical process control, didapatkan kisaran yang lebih kecil yaitu 78-83%, maka langkah perbaikan yang dilakukan untuk memperbaiki mutu adalah mengubah standar analisa ayakan dari kisaran 70-85% menjadi kisaran 78-83% sehingga menghasilkan nilai kuat tekan ?4 N/mm2. Dengan langkah perbaikan yang telah diterapkan tersebut mengakibatkan terjadinya kenaikan indeks kemampuan proses dari nilai 0,227 menjadi 0,607 dengan persentase kenaikan sebesar 37,40%.
PENERAPAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL SEBAGAI PENGENDALIAN MUTU BATA RINGAN WIDYA PUTRI, TRISNA; SURYANTO HS, MAS
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bata ringan adalah beton ringan jenis autoclaved aerated concrete (AAC) yang berbentuk block. Selain berfungsi sebagai penutup dinding, ukuran yang lebih besar dan berat yang lebih ringan dari bata pada umumnya menjadikan bata ringan lebih diminati oleh para konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk memahami permasalahan mutu yang sering terjadi pada produk bata ringan dengan ketebalan 10 cm, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan atau kecacatan pada produk bata ringan, dan untuk memahami bagaimana pemecahan masalah mutu yang dihadapi perusahaan untuk memproduksi bata ringan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini diawali dengan mengambil 100 data sekunder. Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi data menggunakan check sheet, diagram pareto, histogram, dan peta kendali. Dalam mencari penyebab cacat mutu bata ringan menggunakan diagram sebab-akaibat melalui metode brainstorming dengan bantuan pihak Quality Assurance, dan untuk mencari faktor yang berpengaruh menggunakan diagram pencar. Selanjutnya yaitu menerapkan langkah perbaikan dengan mengumpulkan 100 data primer, lalu menganalisa data menggunakan Check Sheet, Diagram Pareto, Diagram Pencar, Standarisasi SOP, (Flow Chart), dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gompal dan retak merupakan permasalahan mutu tertinggi pada bata ringan dengan prosentase sebesar 1,7%. Penyebab dari gompal dan retak ini adalah standar setting time saat produksi bata ringan yang berbeda-beda. Sehingga langkah perbaikan yang diambil adalah menetapkan standar waktu setting time menjadi 3 jam 35 menit. Setelah menerapkan langkah perbaikan angka kecacatan gompal dan retak mengalami penurunan sebesar 45,84%, yang awalnya memiliki prosentase 1,7% kemudian turun menjadi 0,78%. Kata Kunci: Masalah Mutu, Bata Ringan, Statistical Process Control
PENGARUH VARIASI JARAK ANTAR BAUT SAMBUNGAN PADA KUAT LENTUR BALOK BAMBU PETUNG LAMINASI ARI SUMANTRI, WIRA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Baut merupakan salah satu alat pengekang yang digunakan untuk menyusun sambungan kayu. Sambungan dapat dikategorikan bagian yang sangat lemah sehingga seringkali terjadi kegagalan atau mengalami kerusakan struktur yang disebabkan kegagalan sambungan. Kegagalan sambungan terjadi akibat adanya rusak atau pecahnya kayu dan terjadi pembengkokan pada baut serta lendutan yang sudah melewati nilai toleransi. Berdasarkan PKKI 1961 jarak minimum antar baut pada satu baris adalah 4D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak antar baut pada kuat lentur balok bambu petung laminasi serta kekakuan batang yang dihasilkan pada setiap variasi jarak antar baut. Metode penelitian ini menggunakan metode uji lentur two point loading. Variasi jarak antar baut sambungan balok bambu petung laminasi yang digunakan yaitu 60 mm, 80 mm, 100 mm. Hasil penelitian menunjukkan variasi jarak antar baut mempengaruhi beban maksimum yang dihasilkan, semakin panjang jarak antar baut semakin besar beban maksimum yang dihasilkan. Ditinjau dari kuat lentur dan nilai kekakuan pada lendutan izin ,maka variasi jarak antar baut 100 mm menghasiilkan nilai kekakuan terbear yakni 533,31 N/mm serta kuat lentur terbesar yakni 21,63 MPa. Dengan demikian semakin besar nilai kekakuan akan semakin besar kuat lentur yang dihasilkan balok bambu laminasi. Kata kunci: Bambu laminasi, kekakuan, kuat lentur Abstract Bolt is one of the restraints used to arrange wood joints. Connection can be categorized as very weak parts so that that connection failures often occur. Connection failures occurs due to damage or broken wood and behind of the bolt and deflection has passed the tolerance value. Based on PKKI 1961 the minimum distance between volts on the line is 4D. This study aim at determine the effect of variations in the distance between bolts on the flexural strength of petung bamboo laminated beams and the stiffness of the rod produced at each variation in distance between bolts. This research method uses two point loading flexural test method. The variations in the distance between the bolts of connection between petung bamboo beams used are 60 mm, 80 mm and 100 mm. The results showed that variations in the distance between bolts affected the maximum load produced, the longer the distance between bolts the greater the maximum load produced. Judging from the flexural strength and stiffness value, the variation of the distance between the 100 mm bolts produces a higher stiffness value of 533,31 N/mm and the largest flexural strength of 21,63 MPa. Thus the greater the stiffness value, the greater the flexural strength produced by laminated bamboo beams. Keywords: Bamboo laminate, flexural strength, stiffness
PENGARUH VARIASI JARAK ANTAR BAUT SAMBUNGAN PADA KUAT LENTUR BALOK BAMBU PETUNG LAMINASI ARI SUMANTRI, WIRA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Baut merupakan salah satu alat pengekang yang digunakan untuk menyusun sambungan kayu. Sambungan dapat dikategorikan bagian yang sangat lemah sehingga seringkali terjadi kegagalan atau mengalami kerusakan struktur yang disebabkan kegagalan sambungan. Kegagalan sambungan terjadi akibat adanya rusak atau pecahnya kayu dan terjadi pembengkokan pada baut serta lendutan yang sudah melewati nilai toleransi. Berdasarkan PKKI 1961 jarak minimum antar baut pada satu baris adalah 4D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak antar baut pada kuat lentur balok bambu petung laminasi serta kekakuan batang yang dihasilkan pada setiap variasi jarak antar baut. Metode penelitian ini menggunakan metode uji lentur two point loading. Variasi jarak antar baut sambungan balok bambu petung laminasi yang digunakan yaitu 60 mm, 80 mm, 100 mm. Hasil penelitian menunjukkan variasi jarak antar baut mempengaruhi beban maksimum yang dihasilkan, semakin panjang jarak antar baut semakin besar beban maksimum yang dihasilkan. Ditinjau dari kuat lentur dan nilai kekakuan pada lendutan izin ,maka variasi jarak antar baut 100 mm menghasiilkan nilai kekakuan terbear yakni 533,31 N/mm serta kuat lentur terbesar yakni 21,63 MPa. Dengan demikian semakin besar nilai kekakuan akan semakin besar kuat lentur yang dihasilkan balok bambu laminasi. Kata kunci: Bambu laminasi, kekakuan, kuat lentur Abstract Bolt is one of the restraints used to arrange wood joints. Connection can be categorized as very weak parts so that that connection failures often occur. Connection failures occurs due to damage or broken wood and behind of the bolt and deflection has passed the tolerance value. Based on PKKI 1961 the minimum distance between volts on the line is 4D. This study aim at determine the effect of variations in the distance between bolts on the flexural strength of petung bamboo laminated beams and the stiffness of the rod produced at each variation in distance between bolts. This research method uses two point loading flexural test method. The variations in the distance between the bolts of connection between petung bamboo beams used are 60 mm, 80 mm and 100 mm. The results showed that variations in the distance between bolts affected the maximum load produced, the longer the distance between bolts the greater the maximum load produced. Judging from the flexural strength and stiffness value, the variation of the distance between the 100 mm bolts produces a higher stiffness value of 533,31 N/mm and the largest flexural strength of 21,63 MPa. Thus the greater the stiffness value, the greater the flexural strength produced by laminated bamboo beams. Keywords: Bamboo laminate, flexural strength, stiffness
PENGGUNAAN LIMBAH SERABUT KELAPA SEBAGAI PENGGANTI SERAT FIBER PADA  PEMBUATAN PANEL DINDING GLASSFIBER REINFORCED CEMENT AS SHIDDIEQ, IQHBAL
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 3/REKAT/17 (2017): Wisuda ke-90 Periode 3 Tahun 2017
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil kekuatan fisik dan mekanis panel dinding GRC yang menggunakan serabut kelapa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode uji laboratorium dan metode literatur kepustakaan. Data  dikumpulkan dengan cara  uji  laboratorium yaitu  uji kemampuan fisik (berat jenis). Pengujian mekanis panel dinding yang meliputi kuat lentur dan pengujian mekanik mortar yang meliputi kuat tekan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk uji kemampuan fisik (berat jenis) semakin banyak komposisi subsitusi serabut kelapa semakin meningkat nilai berat jenis, komposisi kontrol (0%) sebesar 2,235 g/cm3 , komposisi 50% sebesar 2,84 g/cm3. Untuk uji kemampuan mekanik panel dinding didapatkan untuk uji lentur komposisi kontrol (0%) sebesar 27,883 MPa dan untuk benda uji yang menggunakan komposisi penambahan serabut kelapa paling optimal dan sesuai dengan Standart Nasional Indonesia 03-6061.1-2002 adalah 50% SK dengan kekuatan lentur 38,729 MPa dan 50% SK dengan kekuatan tekan 22 MPa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa serabut kelapa dapat digunakan sebagai  campuran pembuatan panel dinding GRC. Kata Kunci : Panel dinding GRC, Kelapa, Serabut kelapa, Serat Abstract The purpose of this study was to obtain the physical and mechanical strength of GRC wall panels using coconut fiber. The research method used is laboratory test method and literatures method. Data collected by laboratory test that is physical ability test (specific gravity). Mechanical testing of wall panels covering bending strength and mechanical testing of mortar covering compressive strength. The result of the research showed that for the physical ability test (density), the more coconut fiber substitution composition increased the weight value, control composition (0%) 2,235 g/cm3, 50% composition 2,84 g/cm3. To test the mechanical ability of wall panel was obtained for bending test of control composition (0%) equal to 27,883 MPa and for specimen using the most optimal coconut fiber addition composition and in accordance with Indonesian National Standard 03-6061.1-2002 was 50% SK with flexural strength 38,729 MPa and 50% SK with 22 MPa compressive strength. Thus it can be concluded that coconut fibers can be used as a mixture of making GRC wall panels. Keywords : GRC Wall Panel, Coco, Coconut Fiber, Fiber
ANALISIS PENYEBAB KERUNTUHAN TEBING SUNGAI JAGIR WONOKROMO RIVER IMPROVEMENT SURABAYA RATIH WESESA, DWI
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-85 Periode 1 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besar debit maksimal Sungai Jagir Wonokromo pada saat mengalami keruntuhan, menentukan faktor penyebab keruntuhan tebing sungai, menentukan dampak akibat keruntuhan serta cara menghitung prosentase keruntuhan tebing Sungai Jagir Wonokromo. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2015 dengan subjek penelitian tebing Sungai Jagir Wonokromo tepatnya dari pintu air menuju arah timur yaitu sampai Jembatan Nginden Surabaya. Titik penelitian ini terdiri dari 4 titik sepanjang 4 km sehingga panjang pertitik 1 km. Data diambil menggunakan metode pengkajian literature, observasi, interview dan dokumentasi. Pengujian hipotesis menggunakan analisis perhitungan debit maksimal, perhitungan mekanika tanah dan prosentase luasan keruntuhan. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Perhitungan debit maksimal terjadi pada bulan bulan Maret yaitu sebesar 386 m3/det saat terjadi musim hujan. (2) Selama melakukan penelitian, dampak terjadinya keruntuhan tebing yaitu dapat mengakibatkan banjir. (3) Serta dalam perhitungan pola aliran sungai menggunakan angka Fr>1=1,24>1 maka alirannya superkritis sehingga mempengaruhi proses keruntuhan tanah pengaruh konsolidasi tanah pada titik 1 sebesar 2,4 m, titik 2= 1,82 m, titik 3=1,6 m, dan titik 4=3,32 m. (4) Prosentase luasan keruntuhan setiap titik tebing yang mengalami keruntuhan adalah titik 1=1,5%, titik 2=0,2%, titik 3=2,2% dan titik 4=3%. Kata Kunci: Sungai, Tebing, Keruntuhan, Debit This study purpose to determine the maximum discharge for Wonokromo Jagir River at the time of collapse, determine the factors causing the collapse of the river bank, determine the impact of the collapse as well as calculate the percentage collapse Wonokromo Jagir River bluff This research method is quantitative The research was conducted in month Augustus until November 2015 with a research subject Wonokromo Jagir river cliff rather than the sluice toward the east, namely to bridge Nginden Surabaya. The point of this study consisted of four points along 4 km so long to a point is 1 km. List taken using the method of literature study, observation, interview and documentation. Hypothesis testing for using analytical calculation of the maximum debit, a questionnaires as well as the calculation of the percentage of the area of soil mechanics and collapse. The results showed that: (1) The calculation of the maximum discharge occurs in the month of March in the amount of 386 m3 / sec and it occurred in March and the month - the month in which occurs the rainy season. (2) Phase questionnaires given residents around the riverbanks protection said that when the collapse occurred at the time of highest debit. (3) The whole in calculation of design river flow to using number Fr>1=1,24>1 so their flow supercritical so that to affect process to collapse of the ground effect of the consolidation of the land at the one point by 2,4 m, point 2=1,82 m, point 3=1,6 m and point 4=3,32 m. (4) The percentage of area collapse any point river bank collapse is point 1=1,5% point 2=0,20%, point 3=2,2% and point 4=3%. Keywords: River, Bank, Collapse, Discharge
ANALISA PENANGGULANGAN BANJIR PADA SISTEM DRAINASE DAS SIDOKARE KABUPATEN SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN HEC-RAS EKA MAYASARI, ROSSI
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-85 Periode 1 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten yang awalnya merupakan daerah irigasi yang kemudian oleh pemerintah diubah menjadi daerah perkotaan. Hal ini menjadikan daerah perkotaan Kabupaten Sidoarjo kerap mengalami banjir atau genangan tiap tahunnya, baik banjir atau genangan yang disebabkan oleh saluran drainase yang kurang layak atau banjir yang disebabkan meluapnya saluran primer Avour Sidokare yang biasa disebut sungai sidokare setiap terjadi hujan dan pasang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui volume sedimen yang menjadi salah satu penyebab meluapnya saluran primer avour Sidokare, menghitung debit rancangan drainase eksisting, mengevaluasi saluran eksisting, dan merencanakan kapasitas tampung sementara sehingga mampu menangani permasalahan banjir atau genangan yang terjadi pada daerah Sistem Drainase DAS Sidokare kabupaten Sidoarjo. Hasil yang diperoleh dari analisa perhitungan data yang diperoleh dari berbagai sumber, selisih debit rancangan eksisting terbesar dengan kala ulang 10 tahun yaitu 35,95 m3/dtk pada saluran primer Sidokare (Sungai Sidokare) R15 sehingga mengalami genangan. Setelah dievaluasi sekitar 56 % saluran drainase eksiting tidak mencukupi untuk menampung debit rancangan drainase eksiting. Volume sedimen terbesar yang menjadi penyebab terganggunya kapasitas tampung saluran primer avour Sidokare yaitu sebesar 0,00002264 m3/dtk. Dari analisa perhitungan kemudian direncanakan normalisasi saluran dengan merencanakan kapasitas tampung saluran drainase terbesar yaitu 155,18 m3/dtk  pada saluran primer Sidokare R15 dari 14 saluran primer avour Sidokare dengan perubahan dimensi saluran. Pada penelitian ini menggunakan program bantu aplikasi HEC-RAS yang akan mempermudah dalam proses analisinya. Dari hasil analisis melalui HEC_RAS diperoleh kapasitas tampung rata-rata seluruhnya sungai Sidokare dari patok S 0 sampai dengan S 74 yang terdiri dari 87 Cross Section yaitu sebesar 49,04 m3/dtk. Kata Kunci : banjir, drainase, debit, kapasitas tampung, normalisasi The District of Sidoarjo are district that constitute an irrigation areas which transformed to drainage areas by government. This make that the urban areas of The District Sidoarjo prone to flooding, and flooding caused by the drainage channel didn’t good enough or flooding caused by overflowing the main channel avour Sidokare that usually called Sidokare river during rain and tides. This Study is carried to calculate sediment volume that became one causes of overflowing main channel avour Sidokare, calculate discharge existing drainage channel design, evaluate existing drainage channels and to design the capacity of retarding basin to solve the flood problem that happened in drainage system areas DAS Sidokare of The District Sidoarjo. The Result obtained from the analysis that obtainable by many source , the most high discharge is 35,95 m3/s from the main channel Sidokare (river Sidokare)R15. Approximately 56% of the existing drainage channel is not sufficient to application. The most high Sediment volume that be causes capacity of retarding basin the main channel avour Sidokare is 0,00002264 m3/s. From the analysis calculation then planned normalization channel and planning high capacity of retarding basin drainage channel is 155,18 m3/s in main Channel of Sidokare R15with transforming channel dimension. This study using HEC-RAS application for helping analysis process. From the analysis get all of the capacity of retarding basin from S0 to S74 are 1476,13 m3/s. Keyword: flood, drainage, discharge, retarding basin, normalization
HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN GEOPOLYMER BERBAHAN DASAR ABU TERBANG (FLY ASH) DAN LIMBAH KERANG PADA TEMPERATUR NORMAL RUSDHA MAULANA, MOKHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-85 Periode 1 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan bangunan yang paling popular dan paling sering digunakan adalah semen.  Namun bahan bangunan ini tidak cukup ramah terhadap lingkungan untuk digunakan dalam jangka panjang. Untuk membuat 1 ton semen, dihasilkan 0.55 ton CO2 dan dari hasil pembakaran bahan bakar sebesar 0.40 ton. Secara sederhana 1 ton semen menghasilkan hampir 1 ton CO2 (Davidovits, 1994). Salah satu pengganti semen adalah fly ash dan kuat tekan beton dengan fly ash untuk jangka panjang masih belum mencapai tegangan yang di harapkan (fc’). Selain itu beton fly ash cenderung tidak segetas beton normal. Salah satu cara untuk meningkatkan kuat tekan beton dengan cara menambah unsur CaO, yang ada pada kulit kerang. Kulit kerang jika dimanfaatkan bisa menjadi pengganti semen karena senyawa kimia dari kulit kerang mengandung silika, alumina, dan zat kapur (Siregar, 2009). Tegangan beton OPC atau beton normal pada umur 28 hari, yaitu 19.98 MPa pada regangan 0.0020 + 0.0003. Tegangan maksimum campuran 100% fly ash sebesar 16.96 MPa pada regangan 0.00280 + 0.00030. Tegangan yang dihasilkan campuran 10% kulit kerang sebesar 18.17 MPa pada regangan 0.00250 + 0.00020. Pada beton campuran 30% kulit kerang, kuat tekannya bertambah menjadi 19.32 MPa. Tegangan maksimum campuran 30% kulit kerang sebesar 19.32 MPa pada regangan 0.00260+0.00010. Campuran 50% kulit kerang -  50% fly ash, tegangan maksimumnya sebesar 18.26 MPa pada regangan 0.0025+0.00030. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan maksimum beton geopolymer dengan penambahan kerang tercapai pada penambahan kerang sebesar 30% dengan kuat tekan sebesar 19.32 MPa.dan regangan 0.0025+0.00030. Kuat tekan ini lebih kecil dari beton normal yaitu 19.32 MPa lebih kercil dari 19.98 MPa. Namun regangan beton dengan kulit kerang menunjukkan nilai lebih besar 0.0025 + 0.00030 lebih besar dari 0.0020 + 0.0003 dan lebih kecil dari penggunaan 100% fly ash yaitu sebesar 0.00280 + 0.00030. Dapat disimpulkan serbuk kulit kerang dapat meningkatkan kuat tekan yang optimumnya pada campuran 30% kulit kerang – 70% fly ash, dan juga meningkatkan sifat getas beton berbahan dasar fly ash pada beton geopolymer. Kata Kunci: Tegangan-Regangan, Fly Ash, Kulit Kerang, Alkali Aktivator Building materials are the most popular and most commonly used is cement. But this was not enough building materials friendly to the environment to be used in the long term. To make 1 ton of cement. it  produced 0.55 tons of CO2 from the burning of fuel of 0.40 tons. Simply put 1 ton of cement produced nearly 1 ton of CO2 (Davidovits, 1994) .One replacement for cement is fly ash and compressive strength of concrete with fly ash for the long term still has not reached the expected compressive Streghtt (fc '). In addition, fly ash concrete tend to be brittle normal concrete. One way to improve the compressive strength of concrete by adding the element of CaO, that of the oyster. clam shells if harnessed could be a substitute for cement due to chemical compounds from oyster containing silica, alumina, and calcium (Siregar, 2009). Compressive Streghtt by OPC concrete or normal concrete at 28 days, which is 19.98 MPa strain 0.0020 + 0.0003. The maximum compressive Streghtt of 100% fly ash mixture at 16.96 MPa strain 0.00280 + 0.00030. Compressive Streghtt generated mix 10% oyster of 18:17 MPa at strain 0.00250 + 0.00020. In the concrete mix 30% oyster, compressive strength increased to 19:32 MPa. The maximum compressive Streghtt mix 30% oyster of 19:32 MPa at a strain 0.00260 + 0.00010. Mix 50% oyster - 50% fly ash, at 18:26 MPa maximum stress on the strain 0.0025 + 0.00030. The results showed that the maximum compressive Streghtt geopolymer concrete with the addition of clam shells was reached on the addition of 30% compressive strength at 19.32 MPa.dan strain 0.0025 + 0.00030. The compressive strength is smaller than normal concrete is 19.32 MPa worse than 19.98 MPa. But the strain of concrete with oyster showed greater value 0.00030 0.0025 + 0.0020 + greater than 0.0003 and less than 100% utilization of fly ash in the amount of 0.00280 + 0.00030. Oyster can be concluded powder can enhance optimum compressive strength at 30% mixture of shells - 70% fly ash, and also increases the brittle nature of concrete made from fly ash on geopolymer concrete. Key words: Stess-Strain, Fly Ash, Oysteer, Alkaline Activator

Page 4 of 38 | Total Record : 380