cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Rekayasa Teknik Sipil
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 380 Documents
PENGARUH TETES TEBU SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE) TERHADAP KUAT TARIK LENTUR DAN LEBAR RETAK BALOK BETON WAHID SANTOSO, PRASTIKA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-85 Periode 1 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meningkatnya kemajuan teknologi yang terus berkembang mengakibatkan munculnya benda-benda tak habis pakai (limbah) yang menumpuk. Salah satu limbah yang belum begitu banyak diteliti sebagai bahan dalam campuran beton yaitu tetes tebu. Fungsi dari bahan tambahan ini yaitu menambah kekuatan  dan memperlambat waktu pengikatan beton. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan tetes tebu terhadap kuat lentur dan lebar retak balok beton. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen dimana parameternya adalah tetes tebu terhadap berat semen pada beton normal. Benda uji berupa balok beton tanpa tulangan dengan ukuran 150 mm x 150 mm x 550 mm (ASTM C-78) sebanyak 15 benda uji yang terdiri dari 5 variasi dan masing-masing variasi sebanyak 3 benda uji dengan penambahan bahan admixture berupa tetes tebu yang memiliki prosentase berbeda (0%; 0,2%; 0,4%; 0,5%; dan 0,6%). Benda uji diukur pada umur 28 hari, dengan terlebih dahulu dilakukan perawatan sebelum pengujian. Pengujian kuat lentur dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Machine yaitu beton duji sampai runtuh dan lebar retak diamati dengan Microcope Crack Detector. Data yang diperoleh adalah besar kuat lentur dan besar lebar retak dan dibandingkan dengan data standard besar kuat lentur beton normal. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai kuat lentur optimal terjadi pada penambahan tetes tebu 0,2%, yaitu sebesar 4,72 MPa dan nilai minimum sebesar 3,23 MPa pada penambahan tetes tebu 0,6%. Untuk lebar retak diperoleh nilai retak terkecil pada penambahan tetes tebu 0,6%, yaitu sebesar 0,13 mm. Hasil ini menunjukan bahwa penambahan tetes tebu dapat digunakan sebagai bahan tambahan yang mampu meningkatkan sifat-sifat beton. Kata Kunci: Beton normal, tetes tebu, kuat lentur, lebar retak The continuosly increase of technological development led to the accumulation of waste materials. One of the waste materials that has not been studied widely as an ingredient of concrete mixtures is molasses. The benefits of the additional of molasses are to improve strength performance and to slow the setting time of concrete. The purposes of this research is to identify the effect of the molasses addition to the flexural and crack width of concrete beams. The research method used in this research was based on the design experiment. The parameters were molasses to wards the weight of cement in normal concrete. Concrete beams without reinforcement with a size of 150 mm x 150 mm x 550 mm in accordance with ASTM C-78 were used. Total 15 specimens with five variations (1 variation consists of 3 specimens) were used with the molasses variation addition of 0%; 0,2%; 0,4%; 0,5%; and 0,6% respectively. The test specimens were measured at 28 days, normal curing regime was applied to the specimens prior testing. The flexural strength was performed using a Universal Testing Machine, and the crack width was observed using a Microscope Crack Detector. The flexural strength value and the crack width results will be compared to the standard flexural strength of normal concrete. The results show that the optimum flexural strength was achieved by the addition of 0,2% molasses with the flexural strength (represent by modulus of rupture value) of 4,72 MPa, while the minimum flexural strength was 3,23 MPa, attained by the addition of 0,6% molasses. However, the lowest crack width was shown by the 0,6% molasses addition with the crack width of 0,13 mm. Thus, it can be concluded that the addition of molasses can be used as additive materials that can improve the properties of concrete. Keywords: Normal concrete, molasses, flexural strength, crack width
PENGARUH JARAK SELF DRILLING SCREW (SDS) PADA POLA PEMASANGAN TERHADAP KUAT TARIK DAN KUAT GESER SAMBUNGAN BATANG TARIK RANGKA ATAP BAJA RINGAN DAVID KRISTANTO, IVAN
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-85 Periode 1 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sambungan dalam konstruksi sangat vital peranannya, salah satunya dalam sambungan screw pada rangka baja ringan. Pekerja konstruksi sering mengabaikan jarak screw dalam sambungan. kesalahan dalam menentukan jarak screw akan berakibat fatal. Penelitian ini berlatar belakang pada masalah pemasangan screw pada sambungan antar bagian baja ringan. Oleh karena itu, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui kekuatan jarak antar screw yang maksimal pada sambungan batang tarik. Kekuatan sambungan yang menjadi pembahasan adalah kuat tarik,kuat geser dan kegagalan yang terjadi. Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan memberikan gaya P pada benda uji rangka baja ringan. Bahan yang digunakan yaitu baja ringan dengan profil C.75.75 dan jenis screw yang digunakan adalah 10 16x16 CII. Pada penelitian ini direncanakan jarak spasi screw adalah 4df; 4.5fd; 5df; 5.5d; 6d; 6.5df  dan 7df, dengan d adalah diameter luar dari screw dan jarak tepi screw adalah 3df. Hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh terhadap jarak screw dengan kekuatan sambungan. Jarak screw berdampak langsung terhadap kekuatan. Kuat tarik batang maksimal yaitu pada jarak spasi screw 6df  yaitu sebesar 16.37 KN. kuat geser maksimal terjadi pada pelat tengah dengan jarak spasi 6 df. Kegagalan terjadi pada gaya geser pelat yang memiliki nilai paling kecil dibanding gaya geser baut. Sehingga mengakibatkan terjadi  keruntuhan tilling dan hole-bearing. Kata kunci: baja ringan, screw, kekuatan sambungan, jarak screw Connection in the construction has very vital role, one of them in the connection screw on the cold-formed steel truss. Construction workers often ignore the distance a screw in the connection. Error in determining the distance of the screw will be fatal. The research basic on the problem of mounting screw on the connection between a cold-formed steel sections. Therefore, this research aims to know the strength of the maximum screw spacing on connection in tension. The connection strenght that became a discussion  is pull-over strenght, shear stenght and failures connections. This research was conducted in the laboratory by giving force P on test object, cold-formed steel. Used materials i.e. cold-formed steel with profiles C.75.75 and type of screw is 10 16x16 CII. On the research planned that distance screw spacing is 4df; 4.5fd; 5df; 5.5d; 6d; 6.5df dan 7df, with d is the outer diameter of the screw and the edge distance of screw is 3df. The results of this research is the influence on the distance a screw with a strenght of connection. Screw distance directly impact the strength. Maximum Tension occurs on screw spacing distances 6df is equal 16.37 KN.Maximum Shear occurs at the middle of plate with spacing distance 6 df. A failure occurred on the shear of plate that has small value compared to the shear of bolt. Resulting occurred the collapse in tilling and hole-bearing. Keywords: Cold-Formed Steel,Screw,Connection Strenght, Screw Distance
CONSTRUCTED WETLANDS SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN SUMBER DAYA AIR DI UNESA NUR FAJAR WATI, IRMA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-85 Periode 1 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Foodcourt Baseball Unesa menghasilkan limbah cair sebagai hasil dari kegiatan kantin yang dilangsungkan. Foodcourt Baseball Unesa membuang air limbah ke dalam saluran air yang mengalir ke sungai dan bozem Unesa. Air limbah yang langsung dibuang tanpa melalui sistem pengolahan air limbah  masuk ke dalam bosem yang tentu menimbulkan pencemaran. Air limbah yang masuk ke bosem dapat menurunkan kualitas air dan dapat mengganggu kehidupan biota air di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas constructed wetlands tipe subsurface flow dengan Canna Sp dalam mengolah limbah cair Foodcourt Baseball Unesa. Sistem ini terbukti efektif  menurunkan kadar pencemar dalam air limbah karena sistem kerjanya memanfaatkan akar tanaman air untuk mereduksi kandungan pencemar dengan oksigen yang dihasilkan. Metode penelitian yang digunakan adalah memberikan perlakuan pada air limbah dengan mengalirkannya ke dalam model constructed wetlands subsurface flow berukuran 50 x 50 x 100 cm3 dengan kombinasi waktu detensi 1 (satu) hari, 3 (tiga) hari, dan 5 (lima) hari. Pengujian kandungan fisika dan kimia air limbah di lakukan di Laboratorium Organik ITS. Hasil penelitian menunjukkan pH limbah menjadi normal dari 8,5 menjadi 7, pengurangan TSS dari 84 mg/l menjadi 14 mg/l atau terjadi penurunan sebesar 83,33%, pengurangan COD dari 356 mg/l menjadi 44 mg/l atau terjadi penurunan sebesar 87,64%, pengurangan BOD dari 220 mg/l menjadi 26 mg/l atau terjadi penurunan sebesar 88,18%, pengurangan minyak dan lemak dari 42 mg/l menjadi 4 mg/l atau terjadi penurunan sebesar 90,48%, pengurangan nitrogen dari 241,84 mg/l menjadi 5,94 mg/l atau terjadi penurunan sebesar 97,54%, dan pospat dari 21,95 menjadi 0,125 mg/l atau terjadi penurnan sebesar 97,59%. Oleh karena itu, constructed wetlands subsurface flow dapat digunakan sebagai sistem pengolah limbah cair di Foodcourt Baseball Unesa. Sistem ini juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah rumah susun dan perumahan baik secara komunal maupun individu. Kata Kunci : Pengolahan limbah cair, constructed wetlands subsurface flow,Canna sp, Foodcourt Baseball Unesa Foodcourt Baseball Unesa producing wastewater as the waste of canteen activities. Foodcourt Baseball Unesa pour wastewater into drainage which flow into river and Bozem Unesa.Wastewater flows in without any treatment Wastewater that  flows into the bozem and has been polluting waterways. The content of pollutants in the bozem can degrade the water quality and can disrupt microbial life in bosem. This research aim to know the effectiveness of constructed wetlands with Canna Sp to treat Foodocurt Baseball Unesa’s wastewater. This system are proven effective in reducing organic pollutants level in domestical wastewater. Constructed wetlands are utilizing the roots of water plants to reduce the content of pollutants in waste water, it helped by oxygen producing. The research metode  are treat wastewater by flows it into prototipe of constructed wetlands subsurface flow, size 50 x 50 x 100 cm3 with combination of detention time are 1 (one) day, 3 (three) day, 5 (five) day. The effluent of this prototipe should be given to Organic Laboratorium of ITS to get the number of physics and chemistry. The effectivenes by using constructed wetlands give result in decreasing pH into normal that is from 8,5 become 7,removing TSS from 84 mg/l become 14 mg/l or has efficiency  83,33% of  TSS removal, removing COD from 356 mg/l become 44 mg/l or has efficiency 87,64% of COD removal, remove BOD from 220 mg/l become 26 mg/l or has efficiency 88,18% of BOD removal, remove oils and fat from 42 mg/l become 4 mg/l or has efficiency 90,48% of oils and fats removal, remove nitrogen from 241,84 mg/l become 5,94 mg/l or has efficiency 97,54% of nitrogen removal, and remove phosphate from 21,95 mg/l become 0,125 mg/l or as efficiency 97,59% of phosphate removal. So that, the constructed wetlands subsurface flow can be aplicated as system to treat wastewater in Foodcourt Baseball Unesa. This system also suitable to treat wastewater in rusunawa and residential with comunal or individual treatment system. Keyword: wastewater treatment ,constructed wetlands subsurface flow, Canna sp, Foodcourt Baseball Unesa
OPTIMASI PENGGUNAAN LIMBAH KRISTAL KUARSA PADA PEMBUATAN PAVING BLOK  SEBAGAI BAHAN PENGISI ALTERNATIF FAIZAL SAPTANDARU, ACHMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-85 Periode 1 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada proses pemotongan kristal osilator, akan menghasilkan limbah kristal kuarsa yang basah dan dikeringkan pada tempat disposal penampungan limbah. Dari hasil limbah kristal kuarsa yang tak terolah tersebut maka timbulah ide penelitian untuk pemanfaatan kembali limbah tersebut sebagai bahan campuran paving blok. Parameter yang di uji adalah kuat tekan, penyerapan air, dan ketahanan aus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah kirstal kuarsa milik PT. Great Microtama Elektronik Indonesia sebagai bahan campuran alternatif pembuat paving blok, sehingga mengurangi jumlah deposit limbah kristal kuarsa Hasil penelitian menunjukan bahwa pengurangan jumlah pasir sebesar 40 % dari komposisi asli mampu menambah kekuatan paving blok dengan umur mencapai 28 hari mempunyai nilai kuat tekan sebesar 36,13 Mpa, penyerapan air sebesar 3,17 % dan ketahanan aus sebesar 0,34 %. Kata kunci : Paving blok; limbah kristal kuarsa; kuat tekan; penyerapan air; ketahanan aus.            In the process of cutting osilator crystal, wet quartz crystal waste will be produced then it wil be drained in the waste shelter disposal. From the untreated waste, there is an idea that appear to recycle quartz crystal waste as material mix of paving block. The parameter that will be tested are compressive strength, water absorbtion, and worn-out durability. The purpose of this research is to use quartz crystal waste the property of PT. Great Microtama Indonesia as alternative mix material of pavng block, so as decreasing quatity of  quartz crystal waste deposit. The research result shows that reduction of the amount of sand by 40 percent from the original composition capable increasing the strength of paving block with the age reaches 28 days with 36,13 Mpa compressive strenght, 3,17 % water absorbtion, and 0,34 % worn-out durability. Key words : Paving block; quartz crystal waste; compressive strenght; water absorbtion; worn-out durability.
PEMANFAATAN LIMBAH SANDBLASTING SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PAVING BLOK EKA PUTRA, YUSUF
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 1/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-85 Periode 1 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada proses pengecatan permukaan baja menggunakan media pasir silika, akan menghasilkan limbah Sandblasting yang mengandung silika ± 70%. Dari hasil Sandblasting yang tak terolah tersebut maka dilakukan penelitian untuk pemanfaatan kembali bahan tersebut sebagai bahan campuran paving blok. Parameter yang di uji adalah kuat tekan, penyerapan air, dan ketahanan aus. Tujuan dari penelitian ini adalah Pemanfaatan limbah Sandblasting sebagai bahan campuran alternatif, sehingga limbah Sandblasting milik PT. Deles Surabaya dapat digunakan maupun diproduksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengurangan jumlah pasir sebesar 50 % dari komposisi asli mampu menambah kekuatan paving blok dengan umur mencapai 28 hari dengan nilai 37,30 Mpa, penyerapan air sebesar 3,54 % dan ketahanan aus sebesar 0,34 %. Kata kunci : Paving blok; limbah Sandblasting; kuat tekan; penyerapan air; ketahanan aus. In the process of painting the steel surface using silica sand media , will generate Sandblasting waste that contains silica sand ± 70 %. From the results of untreated Sandblasting, conducted a research to reuse that material as admixture of paving blocks . Parameter test in this research are the compressive strength , water absorption , and wear resistance The results showed that the reduction in the amount of sand by 50 % of the original composition is able to increase the strength of paving blocks with age reaches 28 days with 37,30 Mpa compressive strenght, 354 % water absorbtion, and 0,34 % worn-out durability. Key words : Paving blocks ; Sandblasting waste ; compressive strength ; water absorption ; wear resistance .
PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PADA PEMBUATAN BATA BETON RINGAN MASITA ROSANTI, WENNY
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Inovasi dalam dunia konstruksi terus menerus dilakukan untuk mencari material-material baru yang dapat digunakan untuk pembuatan bata beton. Lumpur Lapindo dan fly ash adalah limbah yang dapat dimanfaatkan karena mengandung banyak silika (SiO2). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi penggunaan semen dalam pembuatan bata beton ringan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai upaya menghindari kelangkaan sumber daya alam serta sumbangan pikiran dalam menangani bencana Lapindo dengan produk yang sesuai dengan SNI. Pembuatan bata beton ringan pada penelitian ini melalui tiga tahap dengan membuat masing-masing campuran 5 buah benda uji, sebagai sampel mortar normal dan mortar ringan, dengan ukuran cetakan 5x5x5cm. Dalam penelitian ini dibuat 3 macam campuran mortar normal yaitu (1) 1LL:3FA:1PC:1CaO:4Ps (2) 2LL:2FA:1PC:4Ps (3) 3LL:1FA:1PC:4Ps. Dari ketiga campuran mortar normal, dipilih 1 (satu) campuran dengan kuat tekan maksimum untuk dipakai dalam pembuatan bata beton ringan. Mortar Normal yang paling maksimum hasil uji yaitu MN 3 dengan rata-rata kuat tekan 7, 14, dan 28 hari secara berturut-turut diperoleh sebesar 9,92; 11,03; dan 13,01 MPa. Kemudian, membuat benda uji bata beton ringan dengan ukuran 60x20x10 cm. Benda uji diuji tekan pada umur 7, 14, dan 28 hari, selanjutnya dilakukan uji penyerapan air setelah direndam selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar bagian lumpur Lapindo dan semakin sedikit fly ash dapat meningkatkan kuat tekan pada bata beton ringan. Bata beton ringan hasil penelitian ini termasuk dalam kelas III berdasarkan SNI 03-0349-1989 yaitu kuat tekan rata-rata pada umur 7, 14, dan 28 hari secara berturut-turut sebesar 2,16; 3,04; dan 4,28 MPa dengan rata-rata penyerapan air sebesar 0,159% Bata beton ringan dengan campuran lumpur Lapindo dan fly ash direkomendasikan sebagai bata beton yang digunakan untuk konstruksi memikul beban tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindungi misalnya sebagai dinding penyekat. Pada proses pengecoran benda uji perlu diperhatikan saat melakukan rojokan sehingga benda uji menjadi benar-benar padat dan cetakan yang akan dipakai dipastikan presisi dan terpasang dengan rapat agar kuat tekan benda uji stabil.Kata Kunci: Bata Beton Ringan, Lumpur Lapindo, Fly Ash Innovations in the world of construction continuously performed to look for new materials that can be used for the manufacture of concrete bricks. Lapindo mud and fly ash is the waste that can be used because it contains a lot of silica (SiO2). This research was conducted with the aim to reduce the use of cement in the manufacture of lightweight concrete bricks that can be used as an attempt to avoid the scarcity of natural resources as well as their contributions in handling the Lapindo disaster with products that comply with standards Manufacture of lightweight concrete brick in this study through three stages to make each 5 pieces of samples, namely normal mortar and lightweight mortar, the print size 5x5x5 cm mold. In this study, three kindsof normal mortar mixture that is 1) 1LL: 3FA: 1PC: 1CaO: 4Ps 2) 2LL: 2FA: 1PC: 4Ps 3) 3LL: 1FA: 1PC: 4Ps. Of the three normal mortar mix, selected one (1) mix with maximum compressive strength for use in the manufacture of lightweight concrete brick. Normal maximum mortar is a mixture of MN1 which is an average compressive strength of 7, 14 and 28 days respectively obtained of 9,92; 11,03; and 13,01Mpa. Then, to make lightweight concrete brick’s sample with 60x20x10 cm mold. Sample tested with compressive strength at the age of 7, 14, and 28 days, and the next is test of water absorption after soak for 24 hours. The results showed that the more the composition of Lapindo mud and the less fly ash used can improve the compressive strength of lightweight concrete brick. Lightweight concrete bricks in this study belongs to a class III according to SNI 03-0349-1989 ie an average compressive strength at ages 7, 14 and 28 days respectively amounted to 2.16; 3,04; and 4.28 MPa with an average of 0.159% water absorption. Lightweight concrete bricks with a mixture of Lapindo mud and fly ash brick is recommended as the concrete used for construction but its use only burden for the construction of the outdoor weather protected eg as wall insulation. In the process of casting the test object need to be considered when making rojokan so that the specimen to be really solid, and molds to be used ascertained with precision and is attached tightly so that the compressive strength of the test specimen is stable.Keyword: Lightweight concrete brick, lapindo mud, fly ash, compressive strength
PRODUKTIVITAS KELOMPOK KERJA TUKANG BESI UNTUK PEKERJAAN PEMBESIAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DI SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KARISMAWAN, YUDHA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam penyelesaian proyek gedung bertingkat sering kita temui permasalahan dalam hal keterlambatan pelaksanaannya. Salah satu penyebabnya adalah terjadi ketidak sesuaian perencanaan pelaksanaan dan ketidak sesuaian jumlah perencanaan tenaga kerja. Dengan adanya data produktivitas akan sangat membantu kontraktor dalam pelaksanaannya meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor penting pada pelaksanaan proyek konstruksi. Tenaga kerja yang digunakan biasanya tidak berupa perorangan tetapi dalam bentuk kelompok tukang yang terdiri dari tukang dan pembantu tukang yang melayaninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas kelompok kerja tukang besi untuk pekerjaan pembesian pada proyek pembangunan gedung bertingkat di Surabaya dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas. Jumlah yang di teliti ada 3 proyek yaitu proyek Hotel Aria Centra oleh PT.Bintang Anugerah Persada pengambilan data dilakukan sebanyak 30 kali pengamatan, Proyek Apartement Ciputra World oleh PT.PP Persero (Tbk) pengambilan data dilakukan 10 kali pengamatan dan Soho Ciputra World oleh PT.PP Persero (Tbk) pengambilan data dilakukan 10 kali pengamatan. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian yaitu observasi secara langsung di lapangan, angket pendataan sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan dokumentasi foto. Objek penelitian yang di amati adalah tukang pemasangan besi kolom, balok dan pelat. Analisis data yang digunakan adalah volume pekerjaan yang dihasilkan masing-masing produktivitas kelompok kerja dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas kelompok kerja di gunakan uji regresi linier berganda dengan menggunakan program software SPSS. Hasil penelitian perhitungan produktivitas kelompok kerja tukang besi untuk pekerjaan pembesian tukang pemasangan besi kolom, balok dan pelat adalah pada proyek pembangunan Hotel Aria Centra adalah 707.38 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi kolom, 864.10 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi balok dan 467.57 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi pelat lantai, Pada proyek pembangunan Apartement Ciputra World adalah 508.06 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi kolom, 568.52 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi balok dan 956.03 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi pelat lantai. Pada proyek pembangunan Soho Ciputra World adalah 747.15 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi kolom, 404.93 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi balok dan 669.49 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi pelat lantai. Berdasarkan hasil program software SPSS regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kelompok kerja tukang besi kolom, balok dan pelat adalah kondisi lapangan/cuaca  (x2), usia/umur (x3), pengalaman kerja (x4), upah/gaji (x5) dan tingkat pendidikan (x6). Kata Kunci:  Produktivitas, kelompok pekerjaan besi. In a high rise building project completion we often encounter problems in terms of delays in implementation. One reason is the discrepancy occurred implementation planning and incompatibilities number of workforce planning. With the productivity data will greatly assist the contractor in the implementation, improve labor productivity. Labor is an important factor in the execution of construction projects. Labor used normally not be individuals but in the form of artisan group consisting of builders and carpenters helpers who serve it. This study aims to determine the productivity blacksmith working group to work on the iron rise building project in Surabaya and the factors that affect productivity. Amount in carefully 3 projects namely Project Hotel Aria Centra by PT.Bintang Anugerah Persada Data retrieval is done 30 times observation, project Apartement Ciputra World by PT.PP Persero (Tbk) Data retrieval is done 10 times observation and Soho Ciputra World by PT.PP Persero (Tbk) Data retrieval is done 10 times observation. The method used to obtain research data are direct observations in the field, the questionnaire data as the main data collection instruments and photographic documentation. The object of research is an artisan who observed the installation of iron columns, beams and plates. Analysis of the data used is the volume of work produced each work group productivity and the factors that influence the productivity of the working group on the use of multiple linear regression analysis using SPSS software program. Results of research productivity working group blacksmith for iron work handyman installing iron columns, beams and plates is on development projects Hotel Aria Centra was 707.38 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith columns, 864.10 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith beam and 467.57Kg/Day/Kel.Kerja blacksmith work floor slabs, On development projects Apartement Ciputra World was 508.06 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith columns, 568.52 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith beam and 956.03 Kg/Day/Kel.Kerja blacksmith work floor plate. On development projects Soho Ciputra World was 747.15 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith column, 404.93 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith beam and 669.49 Kg/Day/Kel.Kerja blacksmith work floor plate. Based on the results of the software program SPSS linear regression factors that affect the productivity of the working group blacksmith columns, beams and plates is the terrain / weather (x2), age / lifespan (x3), work experience (x4), wage / salary (x5) and education (x6). Keywords: Productivity, iron work group.
PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KERANG TERHADAP WAKTU PENGIKATAN AWAL DAN WORKABILITY PADA PEMBUATAN BETON GEOPOLYMER DENGAN TEMPERATUR NORMAL LIANGSARI, ONNY
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Semen merupakan material utama yang sering digunakan masyarakat untuk pembuatan beton. Peningkatan pemakaian semen berdampak meningkatnya emisi CO2 di udara. Produksi 1 ton semen menghasilkan 1 ton CO2 yang dilepaskan ke udara (Davidovits, 1994). Pembuatan beton geopolymer berbahan dasar fly ash dan serbuk cangkang kerang dapat membantu mengurangi produksi semen. Beton geopolymer berbahan dasar fly ash biasanya diproduksi pada suhu tinggi. Hal ini menjadi batasan untuk pengecoran beton di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan beton geopolymer yang dapat dikerjakan pada kondisi ruangan. Hasil menunjukkan bahwa penambahan serbuk cangkang kerang dapat mempercepat waktu pengikatan pasta geopolymer, menurunkan workability beton segar dan menaikkan kuat tekan beton. Hasil menunjukkan jika penambahan 10% serbuk cangkang kerang pada campuran beton geopolymer berbahan fly ash dapat dirawat pada suhu ruangan. Kata kunci : kondisi ruangan, fly ash, serbuk cangkang kerang, waktu pengikatan, workability, kuat tekan Cement is the main material that is often used by the community for the manufacture of concrete. The increase in cement consumption increasing impact of CO2 emissions in the air. The production of 1 ton of cement produces 1 ton of CO2 released into the air (Davidovits, 1994). Fly ash and oyster shells mix based geopolymer concrete can help to reduce the production of cement. Fly ash-based geopolymer concrete usually produced at high temperatures. This is a limition for casting concrete in the field. This study aims to get geopolymer concrete is suitable for curing in ambient condition. The results showed that the addition of oyster shell powder can accelerate setting time geopolymer paste, decrease the workability of fresh concrete and increase the compressive strength of concrete. Results indicate if the addition 10% of shell powder in the mixture fly ash-based geopolymer concrete can be cured at ambient temperature. Keywords: ambient temperatur, fly ash, oyster shells, setting time, workability, compressive strength
ANALISA HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON GEOPOLYMER BERBAHAN DASAR ABU TERBANG DAN SLAG SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN PADA TEMPERATUR NORMAL WULAN RAMADHANI, DINI
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu bahan limbah industri yang dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar beton geopolymer yaitu slag, seperti yang terdapat dalam penelitian (Aulia, 1999). Slag adalah hasil sampingan dari proses peleburan bijih logam dan masih mengandung material yang penting seperti silica dan alumina yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sehingga slag dapat dimanfaatkan sebagai campuran dalam penggunaan beton geopolymer. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan 5 jenis campuran dengan masing-masing 3 benda uji untuk dilakukan uji tegangan-regangan disetiap umur 3, 7, 14, 21, dan 28 hari. Campuran pertama yaitu beton yang menggunakan komposisi bahan semen. Selanjutnya yaitu beton dengan campuran 100% Fly Ash : 0% Slag, 90% Fly Ash : 10% Slag, 70% Fly Ash : 30% Slag, dan 50% Fly Ash : 50%. Aktivator yang digunakan adalah NaOH dan Na2SiO3 dengan perbandingan sebesar 1:1,5. Benda uji yang digunakan yaitu silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa diantara beton dengan variasi abu terbang dan slag, yang paling optimum baik tegangan maupun regangannya yaitu beton dengan campuran 0,7FA:0,3Slag yang mencapai nilai tegangan maksimum pada usia 28 hari sebesar 17,86 MPa pada regangan 0,00295. Beton dengan komposisi campuran 0,7FA:0,3Slag mempunyai nilai modulus elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan beton dengan campuran abu terbang dan slag yang lainnya yaitu pada usia 28 hari mencapai modulus elastisitas 15138,54 MPa. Kata Kunci : Geopolymer, slag, abu terbang, tegangan-regangan, modulus elastisitas. One of the industrial waste materials that can be used for geopolymer concrete based material is slag, which have been studied by other researcer (Aulia, 1999). Slag is a byproduct of the smelting of metal ores and still contains important material such as silica and alumina can be used as building materials. So that slag can be used as a mixture in the use of geopolymer concrete. This study used an experimental method with 5 mix design. Each mix design comprised of 3 test specimens for stress-strain test at the age of 3, 7, 14, 21, and 28 days. The first mix design is control : concrete using the cement composition. Furthermore : concrete with a mixture of 100% Fly Ash: 0% Slag, Fly Ash 90%: 10% Slag, Fly Ash 70%: 30% Slag and Fly Ash 50%: 50%. Activator used was NaOH and Na2SiO3 with a ratio of 1: 1.5. The test object used was a cylinder with 10 cm diameter and 20 cm height. The results showed that the best stress and strain values were achieved by the concrete with 0,7FA:0,3Slag with the stress of 17,86 MPa and strain of 0,00295 at 28 days. The 0,7FA:0,3Slag mix design also demonstrated the highest modulus of elasticity compared to other mixtures with fly ash and slag. With a modulus of elasticity of 15138,54 MPa. Keywords : Geopolymer, slag, fly ash, stress-strain, modulus of elasticity
PENGARUH PENAMBAHAN SLAG TERHADAP WAKTU PENGIKATAN AWAL, WORKABILITY, DAN KUAT TEKAN PADA PEMBUATAN BETON GEOPOLYMER PADA TEMPERATUR NORMAL SIPUTRI TITI, DYNIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam pengolahannya, 1 ton semen dapat menghasilkan 1 ton limbah CO2. Oleh karena itu sekarang terdapat beton geopolimer yang menggunakan fly ash sebagai bahan pengganti semen. Akan tetapi, beton geopolimer perlu menerima perawatan dengan suhu yang tinggi agar beton mengeras dan mencapai kuat tekan yang diharapkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penambahan slag pada beton geopolimer berbahan fly ash dapat mempercepat waktu pengikatan beton, memperbaiki tingkat workability pada beton, dan meningkatkan kuat tekan pada beton dalam kondisi suhu ruangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini membuktikan bahwa dengan adanya penambahan slag dapat mempercepat waktu pengikatan. Namun, tingkat workability menjadi menurun seiring dengan bertambahnya kandungan slag. Akan tetapi, kuat tekan yang tertinggi tercapai pada penambahan slag 30% yaitu 21,45 MPa yang semula pada 100% fly ash adalah 19,54 MPa. Kata Kunci: beton geopolimer, slag, waktu pengikatan, workability, kuat tekan. In processing, 1 ton of cement can produce 1 ton of waste CO2. Therefore, there is now a geopolymer concrete using fly ash as a cement replacement materials. However, geopolymer concrete needs to receive care at high temperatures so that the concrete hardens and achieve the expected compressive strength. The study aims to determine whether the addition of slag on geopolymer concrete made from fly ash can accelerate concrete bonding time, improve the workability of the concrete, and increasing the compressive strength of the concrete in room temperature conditions. The results obtained from this study proves that with the addition of slag can accelerate time-binding. However, the level of workability was decreased with increasing content of slag. On the other hand, the highest compressive strength achieved with inclusion of 30% slag is 21.45 MPa which was originally at 100% fly ash was 19.54 MPa. Keywords: geopolymer concrete, slag, setting time, workability, compressive strength

Page 5 of 38 | Total Record : 380