cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
APRON
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 110 Documents
PERTUNJUKAN JEMBLUNG MURTADHO LAKON SYEH SUBAKIR NUMBALI TANAH JOWO DESA TUNJUNG KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR (TINJAUAN STRUKTUR LAKON) FATUL JANNAH, MAKRIF
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK             Pengkajian struktur lakon untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada cerita meliputi tema dan amanat, penokohan, alur dan setting. Penulis mengkaji struktur lakon Syeh Subakir Numbali Tanah Jowo.           Masalah yang dirumuskan dalam penulisan yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut: Bagaimana Tema, amanat, setting, alur, dan penokohan pada pertunjukan kesenian Wayang Jemblung Murtadho Lakon Syeh Subakir ngumbali Tanah Jowo di desa Tunjung kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar.             Penulisan ini menggunakan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan untuk mengkaji struktur lakon Syeh Subakir Numbali Tanah Jowo pada pertunjukan Jemblung Murtadho yaitu Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil analisis pada penulisan kajian struktur lakon Syeh Subakir Numbali Tanah Jowo pertunjukan Jemblung Murtadho adalah sebagai berikut. Tema dalam lakon Syeh Subakir Numbali Tanah Jowo adalah tentang keagamaan yang kuat mampu menyelamatkan umat dari gangguang Setan dan makhluk halus. Amanat dalam lakon Syeh Subakir Numbali Tanah Jowo  ini adalah kita sebagai umat Manusia yang memiliki keyakinan dan kepercayaan tidak boleh takut terhadap setan, jin atau makhluk halus lainnya. Sebagai manusia harus berpegang teguh pada Agama.             Tokoh dalam lakon Syeh Subakir Numabli Tanah Jowo terdiri dari a. Syeh Subakir; b. Semar; c. Bethari Durgo; d. Bethrakala; e. Tejo Mantri Pogot; f. Jimndolillah; g. Bethara Guru.             Alur pada Jemblung Murtadho lakon Syeh Subakir Numbali Tanah Jowo  menggunakan alur atau plot linier yaitu cerita yang diawali pengenalan, penanjakan, klimaks,  penurunan dan penyelesaian. Setting peristiwa tersebut terdapat di Padepokan Semar, Tempat bertemunya Semar dengan Jimndolillah, Gunung Tidar, Padepokan Tejo Mantri Togog, Padepokan Bethari Durgo, Kayangan Suramaya, dan di berbagai seluruh tanah Jawa.     Kata Kunci : Struktur, Lakon, Pertunjukan, Jemblung, Murtadho.
EKSISTENSI GROUP LAWAK SUKUR CS DESA MARON KULON, KECAMATAN MARON, KABUPATEN PROBOLINGGO ALFIN FITRIANI, ALIF
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDesa Maron Kulon merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Masyarakat Desa Maron Kulon merupakan masyarakat agraris yang mengandalkan alam untuk keberhasilan hidupnya. Keadaan masyarakat yang sederhana, membuat kesenian Group Lawak Sukur CS hidup dimasyarakat. Menjadi suguhan ketika masyarakat lelah setelah bekerja seharian di sawah. Group Lawak Sukur CS adalah satu – satunya kesenian yang berasal dari Desa Maron Kulon yang tetap eksis hingga saat ini. Inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti kesenian ini sebelumnya, sehingga memperkuat peneliti untuk mengangkat kesenian ini menjadi bahan penelitian yang berjudul, “Eksistensi Group Lawak Sukur CS Desa Maron Kulon Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.Rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah Bagaimana Eksistensi Group Lawak Sukur CS di Desa Maron Kulon, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo?. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Metode ini biasanya digunakan pada penelitian yang fokus pada suatu objek dan itu dengan ketertarikan yang bersifat alamiah.Hasil yang diperoleh dilapangan adalah bahwa Group Lawak Sukur CS memiliki bentuk penyajian yang khas yaitu cerita yang dibawakan dalam setiap pementasan berbeda – beda (fresh) tergantung penyelenggara acara. Di tengah – tengah pertunjukan terkadang menggunakan pantun Madura (ngejung), menggunakan instrument pengiring berjenis musik dangdut (OM. Putra Buana) atau bisa juga menggunakan instrument pengiring berjenis musik hadrah. Setiap penampilan diselipkan hadis / ayat yang diambil dari Al Quran sebagai pesan bagi penonton. Bahasa yang digunakan pun adalah bahasa Pandalungan. Group Lawak Sukur CS terus berkembang hingga saat ini, hal ini tidak lain karena respon dari masyarakat yang sangat antusias terhadap Group Lawak Sukur CS. Sampai saat ini masih sangat sedikit referensi yang di dapat oleh peneliti dalam meneliti kesenian Group Lawak Sukur CS, sehingga untuk kedepannya Pemerintah Kabupaten Probolinggo diharapkan semakin peduli dengan kesenian yang ada di Kabupaten Probolinggo termasuk Group Lawak Sukur CS.Kata Kunci : Eksistensi, Group Lawak Sukur CS
BENTUK DAN FUNGSI MUSIK FADO PADA SENI BELADIRI CAPOEIRA DI ESCOLA CULTURAL ZUNGU CAPOEIRA SURABAYA LARASAKTI, LESTARI
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK TAYUB RUKUN KARYA DALAMRANGKAIAN RITUAL ROKAT TASE’ MASYARAKAT DESA TANJUNG SELATANKECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP DWI LARASATI, EVI
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakRitual rokat tase’ merupakan kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tanjung dengan maksud sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan dan berkah yang diberikan berupa hasil tangkapan ikan selama berlayar. Kesenian tayub di Kecamatan Saronggi merupakan kesenian yang selalu dihadirkan dalam rangkaian ritual rokat tase’ yang ada di Desa Tanjung Selatan.Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana bentuk dan bagaimana makna simbolik penyajian tayub Rukun Karya dalam rangkaian ritual rokat tase’ Masyarakat Desa Tanjung Selatan Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan bentuk dan makna simbolik tayub Rukun Karya dalam rangkaian ritual rokat tase’ Masyarakat Desa Tanjung Selatan Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan subjek penelitiannya yaitu tayub Rukun Karya dalam rangkaian ritual rokat tase’ dan masyarakat desa Tanjung Selatan.Hasil penelitian ini membahas mengenai bentuk dan makna simbolik tayub dalam rangkaian ritual rokat tase’ masyarakat Desa Tanjung Selatan. Bentuk penyajian tersebut terdiri dari struktur penyajian kesenian tayub dalam rangkaian ritual rokat tase’, dan elemen-elemen yang mendukung penyajian tayub seperti gerak, tata rias dan busana, musik, serta tempat pertunjukan. Makna simbolik tersebut terdiri dari makna simbolik yang terkandung pada ritual rokat tase’, makna simbolik yang terkandung dalam penyajian kesenian tayub dalam rangkaian ritual rokat tase’.Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyajian tayub memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan ritual rokat tase’, khusunya pada bagian saweran dan syair kejungan. Masyarakat Desa Tanjung Selatan beranggapan bahwa dengan memberikan saweran kepada tandha’ bine’ merupakan ungkapan rasa syukur mereka atas berkah yang telah diberikan. Masyarakat juga beranggapan kesenian tayub sebagai perantara penyampai doa serta harapan mereka kepada Tuhan yang terlihat dari isi syair kejungan. Oleh sebab itu kesenian Tayub hendaknya dijaga kelestariannya agar tidak punah dan tetap menjadi bagian dari rangkaian ritual rokat tase’ sehingga tetap dapat dinikmati oleh masyarakat daerah setempat.Kata Kunci: Bentuk Penyajian, Makna Simbolik, Tayub
PERGESERAN FUNGSI KESENIAN REOG BULKIYO DI DESA KEMLOKO KECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR WIDIKURNIA, NURISA
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Reog Bulkiyo merupakan kesenian tradisional Blitar. Kesenian tersebut merupakan tarian perang yang diciptakan oleh para prajurit Diponegoro sekitar tahun 1825. Padamasa itu kesenian Reog Bulkiyo merupakan media untuk latihan perang, namun seiring perkembangan zaman kesenian tersebut berfungsi sebagai sarana ritual, hiburan dan seni pertunjukan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan bentuk penyajian Kesenian Reog Bulkiyo di Desa Kemloko  Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. (2) Menjelaskan proses pergeseran fungsi Kesenian Reog Bulkiyo di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar pada tahun 2000 hingga saat ini. (3) Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi pergeseran fungsi Kesenian Reog Bulkiyo. Kajian konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori bentuk, konsep perubahan dan teori faktor pergeseran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan objek penelitian adalah kesenian Reog Bulkiyo di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis taksonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penyajian kesenian Reog Bulkiyo di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar tidak mengalami perubahan pada gerak, penokohan penari, musik, pemanggungan serta properti yang digunakan. Perubahan hanya terjadi pada jarik yang digunakan, yakni sejak tahun 2009 diseragamkan menggunakan jarik parang barong. Proses pergeseran fungsi kesenian Reog Bulkiyo terjadi melalui sosialisasi yakni interaksi kesenian Reog Bulkiyo dengan masyarakat Desa Kemloko serta seniman kesenian Reog Bulkiyo dengan seniman lain di Kabupaten Blitar dan faktor yang mempengaruhi pergeseran fungsi kesenian Reog Bulkiyo didominasi oleh faktor intern, yaitu oleh para seniman Reog Bulkiyo, masyarakat Desa Kemloko serta perkembangan kesenian lain di Kabupaten Blitar. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kesenian Reog Bulkiyo merupakan kesenian yang dapat beradaptasi sesuai perkembangan zaman, ketika masa peperangan kesenian tersebut digunakan sebagai media latihan berperang, kemudian setelah peperangan usai, kesenian Reog Bulkiyo memiliki fungsi yang kental sebagai ritual, dan mulai tahun 2009 kesenian tersebut memiliki fungsi sebagai seni hiburan dan seni pertunjukan. Kata Kunci : pergeseran, fungsi, kesenian, Reog Bulkiyo     ABSTRACT Reog Bulkiyo is a traditional art Blitar. Art is a war dance that was created by the soldiers around 1825. Diponegoro Reog Bulkiyo is a medium for the war games, but over the times of the arts serve as a means of rituals, entertainment and performing arts. This study aims to determine (1) How is the form of presentation Reog Bulkiyo Village Kemloko Nglegok District of Blitar. (2) How does the process of shifting the function Reog Bulkiyo Village Kemloko Nglegok District of Blitar in 2000 until today. (3) What factors affect Reog Bulkiyo shift function. The theory used in this research is the theory of forms (Murgiyanto, 1993), theory of change (Koentjaraningrat, 2003) and the theory of shift factor (Dwijowinoto, 1996). This study uses qualitative research methods, the research object is Reog Bulkiyo Village Kemloko Nglegok District of Blitar. Data collection techniques used through observation, interviews and documentation. Data analysis technique used is the analysis of the taxonomy. Research results obtained are the forms of presentation Reog Bulkiyo Village Kemloko Nglegok District of Blitar, the process of shifting function Reog Bulkiyo Village Kemloko Nglegok District of Blitar and factors affecting Reog Bulkiyo shift function. Forms of presentation Reog Bulkiyo not changed much from the beginning of its creation in 1825. Reog Bulkiyo a war dance adapted from war movements of the soldiers. The shifting process takes place in the art of socialization and enculturation. Factors affecting Reog Bulkiyo shift function is internal factors, namely from the senimman Reog Bulkiyo and through external factors that come from outside the arts. The conclusion of this study is Reog Bulkiyo experience pergseran function, namely the training of media war and now serves as a ceremonial / ritual and entertainment. Key words : Friction, Function, Art, Reog Bulkiyo
MUSIK GAMBUS INTIFADADI DUSUN BANYUMAS DESA KLAMPAR KECAMATAN PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN (KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI) UMAM, YANUAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK   Di pulau Madura ada suatu pertunjukan musik yang mengadopsi dari luar yaitu orkes gambus. Orkes gambus biasanya beriramakan padang pasir. Di Pamekasan ada orkes gambus yang cukup ternama yaitu orkes gambus Intifada.Pertunjukan musik ini sudah berdiri sejak tahun 2008 yang diketuai oleh H. Ilzamuddin di dusun Banyumas desa Klampar kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan Madura.Sudah menjadi kebiasaan apabila ada acara hajatan, sunnatan, pernikahan, dan lain-lain untuk mendatangkan orkes gambus Intifada sebagai acara hiburan. Berangkat dari kondisi di atas, penelitian ini mengangkat empat permasalahan yaitu, 1) Bagaimana asal-usul berdirinya musik gambus Intifada di dusun Banyumas desa Klampar kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan, 2) Bagaimana fungsi musik gambus Intifada Pamekasan dalam kehidupan masyarakat pendukungnya, 3) Bagaimana bentuk lagu gambus Intifada Pamekasan, 4) Bagaimana bentuk penyajian musik gambus Intifada Pamekasan. Berdasarkan analisis secara deskripsi pada akhir penelitian ini diperoleh jawaban dari permasalahan yang ada sekaligus sebagai simpulan bahwa, 1) Arti dari Intifada sendiri yaitu ”gebrakan”. Nama ini digunakan karena keadaan pemuda-pemuda setempat banyak yang keluar dari jalur agama islam, maka dibuatlah gebrakan oleh pendiri dengan mendirikan orkes gambus Intifada, agar para pemuda tetap berada di jalur keislamannya, 2) Bagi masyarakat pendukung musik gambus Intifada, ada beberapa fungsi yang insyAllah bermanfaat bagi kehidupan yang diantaranya sebagai sarana dakwah, sarana hiburan, presensi estetis, ekspresi emosional, kenikmatan estetis, komunikasi, pengungkapan simbolis, reaksi jasmani atau respon fisik, memperkuat penyesuaian dengan norma-norma sosial, pengesahan institusi-institusi sosial dan ritual keagamaan, sumbangan pada pelestarian dan stabilitas kebudayaan dan sumbangan integritas sosial, 3) Lagu “Potensi Pamekasan” memiliki 15 birama yang terbagi ke dalam dua kelompok (period) yaitu A dan B. untuk kelompok A terdiri dari 8 birama dan kelompok B terdiri dari 7 birama, maka kedua kelompok A dan B terdiri dari 15 birama. Setiap kelompok tersusun dari frase tanya dan jawab. Delapan (8) birama pertama disebut pertanyaan (antacedent) dan tujuh (7) birama lainnya adalah kalimat jawaban (consequent), 4) Bentuk penyajian musik gambus Intifada yaitu bersama-sama, maksudnya penyajian musik yang dimainkan sejumlah pemain atau personil diantaranya alat musik dan vokal, karena dua unsur ini yang mendukung penyajian dari musik gambus Intifada di dusun Banyumas desa Klampar kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan. Kata Kunci : Bentuk Lagu, Bentuk Penyajian, Gambus
LAGU BUKIT KEMENANGAN KARYA DJUHARI ARRANSEMEN MUSAFIR ISFANHARI RATNA SARI, JULISTA
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Music in Indonesia, era 50th-60th, be affected by situation of struggle for independence, so the songs is created in classical genre and revolution theme. So, Indonesian people called that classical song of seriosa. The 1980s Indonesia classical song of seriosa often used as a material competition at event Bintang Radio Televisi (BRTV) in solo singer classical seriosa category, and one of tittle’s song is Bukit Kemenangan composed by Djuhari. But, in 2000s Indonesia classical songs of seriosa didn’t popular again in general public, except in people who study in school of music. But, 2015 is new era, because of arranger from East Java called Musafir Isfanhari has been arrangement song of Bukit Kemenangan composed by Djuhari and than that song become material song in Pekan Seni Pelajar (PSP) 2015 Senior High School in East Java. So researches interest about arrangement of Musafir Isfanhari in song of Bukit Kemenangan composed by Djuhari This research make qualitative methods by observing Bukit Kemenangan composed by Djuhari, arranged by Musafir Isfanhari in the review arranging for voice, start from Vary the Texture, voice for effect and note-against-note vs call-and-respond. Data collection techniques based on observation which type roles as observer, and semi-structured interview the source to solve the problems, until documentation data and the result of interview. Based on miller’s book “The Complete Idiot’s Guide to Arranging and Orchestration”, the discussion technique of arranging for voice, arranged by Musafir Isfanhari on Bukit Kemenangan composed by Djuhari is used some techniques; (1) Vary the Texture which type vary the number of voice, vary the way voice are used, vary the voice spacing. (2) voice for effect which type for a shophisticated, to create a slightly unsetteled sound. (3) note-against-note vs call-and-respond. From all techniques that explained by the researcher, technique that most used by Musafir Isfanhari to arranging Bukit Kemenangan composed by Djuhari is vary the way voice are used to support the harmony of choir (sopran, alto, tenor, and bass), interval each voice need some variations in order not to cause boredom because of variety atmosphere. Key words: Song of Bukit Kemenangan, Arranging for Voice
BIOGRAFI AGUSTINUS HERI SUGIANTO SENIMAN TARI ASAL SIDOARJO ANGRAINI, YETTY
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Agustinus Heri Sugianto lahir pada tahun 1963 adalah seorang seniman dan guru di SD Pucang I Sidoarjo. Sebagai seniman tari dan pendidik seni, Agustinus telah memiliki berbagai pengalaman dan prestasi mulai sebagai pendidik, penari, penata tari, penata artistik, konsultan tari, pembicara seminar dan sebagai duta seni tingkat Internasional. Di kalangan masyarakat Sidoarjo, Agustinus dikenal sebagai seniman akademikyang produktif. Agustinus dikenal namanya pertama kali pada tahun 1990 di Surabaya dan setelah itu pada tahun 1994 namanya terkenal sebagai seniman tari asal Sidoarjo. Dalam berkarya tari, Agustinus Heri Sugianto adalah seorang koreografer dan pendidik seni yang memiliki kemampuan lebih. Terlebih pada ketertarikannya membuat tari anak yang disesuaikan dengan karakter usia dan pada karya tari yang lain. Sebagai seniman, Agustinus Heri Sugianto layak dikategorikan sebagai seorang tokoh. Hal ini telah dibuktikan dari berbagai penghargaan yang telah diraih oleh Agustinus. Berdasarkan latar belakang, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang (1) Latar belakang kehidupan Agustinus Heri Sugianto (2) Konsep dan pandangan Agustinus Heri Sugianto terhadap seni tari. Metode yang digunakan pada penelitian studi tokoh life history. Subjek dari penelitian ini adalah Agustinus Heri Sugianto. Sumber data yang digunakan adalah data deskriptif dan sumber tertulis. Teknik pengumpulan data meliputi: observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah: reduksi data, penyajian data, verifikasi, sedangkan validitas data menggunakan beberapa triangulasi yaitu triangulasi metode, triangulasi sumber dan triangulasi waktu. Hasil penelitian menunjukan bahwa Agustinus Heri Sugianto melakukan pendalaman tentang ilmu seni tari diberbagai tokoh seniman di Indonesia. Selain menjadi koreografer, Agustinus juga menjadi konsultan, pendidik seni maupun pengamat seni. Agustinus merupakan orang yang konsisten, bertanggung jawab dan teliti. Kata Kunci:Agustinus Heri Sugianto, Biografi, Konsep dan Pandangan
FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN JARANAN JUR NGASINAN DESA SUKOREJO KECAMATAN SUTOJAYAN KABUPATEN BLITAR ZAHROTUL MUFRIHAH, DWI
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   Existence of Jaranan Jur Ngasinan art interesting to searched because relating to the function which were adapted to society’s believe and have meaning about Jenggolo soldier. Based on that background, the researcher make some research questions there are how are function and meaning which are contained in Jaranan Jur Ngasinan art, Sukorejo Village, Sutojoyan Subdistrict, Blitar Regency. There are special purposes from this research for described the function and symbolic meaning of Jaranan Jur Ngasinan art, Sukorejo Village, Sutojoyan Subdistrict, Blitar Regency. Data gained by researcher by using qualitative research. The result which gained by researcher. First Jaranan Jur Ngasinan have function as  ritual facility, presentation of the beauty, a fastener of solidarity community, and media cultural preservation. Second, meaning of Jaranan Jur Ngasinan Sukorejo Village, Sutojayan Subdistrict, Blitar Regency are an honest meaning which is come from the “Jur” word, symbolic meaning from the valor of Jenggolo soldier when search Dewi Sekartaji, and also gained from each scene, perspective of movement, music, the cloth, property, the pattern of floor. Meaning of sesaji related with society’s life and the prayer which is used has meaning an expression of gratitude and appealed an protection to God. From that explanations can be concluded that Jaranan Jur Ngasinan have various function and have symbolic meaning about soldier which also related to values of society culture around there. Keywords : Function, Meaning, Jaranan Jur Ngasinan, Blitar’s art
MUSIK ROCK SEBAGAI IDENTITAS KOMUNITAS CROSSLINE DALAM MEMBINA PUNKER DI SURABAYA ELSA EKKLESIA, KEVIN
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 8 (2016): APRON Volume 2 Nomor 8
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak                   Para Punker yang hidup dijalan rawan terhadap bentuk- bentuk penyimpangan sosial, hal ini diakibatkan oleh minimnya pengetahuan mereka terhadap cikal bakal budaya Underground sebenarnya, pada akhirnya budaya punker yang tumbuh di Indonesia mendapat image buruk di masyarakat, ditambah maraknya aksi-aksi kriminal dengan para pelakunya memakai atribut Punk dan mengaku sebagai Punker. Hal ini menjadi problem di masyarakat terlebih dikota-kota besar di Indonesia, dimana pertumbuhan Punk cukup pesat. Fenomena ini mendasari berdirinya komunitas Crossline yaitu gabungan para pemuda gereja pecinta musik Rock dengan membentuk wadah sosial bagi para Punker untuk berkreasi dan saling membina karakter melalui musik Rock di Surabaya. Komunitas Crossline mengadopsi musik rock sebagai sarana ekpresi dan berkreasi, selain itu musik rock merupakan media perkenalan crossline dalam berbagai pagelaran acara musik supaya keberadannya dapat dikenal luas di kalangan Punker. Selain menjadi komunitas musik rock, Crossline berupaya membangun mental, pola pikir dan spiritual para anggotanya melalui berbagai kegiatan positif, seperti latihan musik, rekaman, usaha kreatif dan berbagai kegiatan sosial. Rumusan Masalah adalah bagaimana latar belakang berdirinya komunitas Crossline,  Bagaimana identitas musiknya serta alasan  memilih genre musik Rock, Bagaimana bentuk- bentuk pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Crossline selama ini, dan apa saja prestasi Crossline sejak berdirinya.                 Pendekatan penelitian ini menggunakan kualitatif serta dilakukan di kediaman Jack Standry selaku ketua Crossline dan di berbagai tempat diadakannya kegiatan Crossline. Mengambil objek tentang upaya Crossline membina dan memberdayakan kehidupan Punker melalui kegiatan bermusik di Surabaya. Sumber data diperoleh dari manusia dan non manusia dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Untuk mendapatkan keabsahan data, peneliti menggunakan trianggulasi serta informan review.    Dengan upaya yang dilakukan oleh komunitas Crossline maka menjadikan punker di Surabaya memiliki wadah  serta media untuk mengekspresikan ideologi underground–nya kepada hal yang bersifat positif dan bermanfaat. Saat ini Crossline telah memiliki agenda rutin tahunan berupa acara musik rock, diselenggarakan guna memperluas publikasi akan keberadaan Crossline. Selain itu berkat bimbingan komunitas Crossline beberapa anggota Punker di dalamnya memutuskan untuk merubah hidup dari gaya hidup jalanan kepada hidup lebih bermoral, beriman serta memiliki dampak baik bagi sesama.   Kata kunci : Musik Rock, Identitas, Crossline, Pemberdayaan, Punker.

Page 3 of 11 | Total Record : 110