cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
ISSN : 08539987     EISSN : 23383445     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Media Health Research and Development ( Media of Health Research and Development ) is one of the journals published by the Agency for Health Research and Development ( National Institute of Health Research and Development ) , Ministry of Health of the Republic of Indonesia. This journal article is a form of research results , research reports and assessments / reviews related to the efforts of health in Indonesia . Media Research and Development of Health published 4 times a year and has been accredited Indonesian Institute of Sciences ( LIPI ) by Decree No. 396/AU2/P2MI/04/2012 . This journal was first published in March 1991.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 4 Des (2011)" : 6 Documents clear
KAJIAN: KHASIAT DAN KEAMANAN STEVIA SEBAGAI PEMANIS PENGGANTI GULA Raini, Mariana; Isnawati, Ani
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 21, No 4 Des (2011)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v21i4 Des.50.

Abstract

The increasing of diabetic prevalence encouraged scientists to discover sweetener  as sugar substitution. Stevia is a perenial shrub (known as Stevia rebaudiana) of the aster family that has been used for hundred of years to sweetening. Stevia is a natural, non caloric, sweet tasting plant known for its pleasant sweet taste without leaving bitter aftertaste.  The leaves contain primarily stevioside and rebaudioside. Both have potential for  antihyperlicemic and blood pressure lowering effect. Besides its empirical long-use without any reported toxicity in Latin America and Asia, Japan also enhanced its widespread use. Negative side effects of Stevia has not been seen yet. Stevioside and rebaudioside are not genotocsic in vitro or in vivo in animal models and  the genotocicity of steviol and some of its oxidative derivats  in vitro are not expressed in vivo. (The study is an assessment derived from 30 of the report studies/review collected from international journals). The objective is to evaluate the biochemical, to study the effect and safety of stevia herb as well as to support  its use as sugar substitution particularly for diabetic patients.  ARTIKEL Abstrak Meningkatnya prevalensi diabetes mendorong para ilmuwan untuk menemukan pemanis sebagai pengganti gula. Stevia adalah semak perenial (dikenal dengan Stevia rebaudiana) bagian dari keluarga aster yang te;ah digunaka selama ratusan tahun sebagai pemanis. Stevia alami, non kalori, tanaman yang dikenal dengan rasa manisnya tanpa meninggalkan rasa pahit jika dicicipi. Daunnya mengandung stevioside dan rebaudioside. Keduanya memiliki antihpyperlicemic dan berpotensi menurunkan tekanan darah. Efek samping dari stevia belum ada. (Penelitian ini merupakan penialaian yang berasal dari 30 laporan studi/review yang dikumpulkan dari jurnal internasional). Tujuannay adalah untuk mengevaluasi biokimia, untk mempelajari efek dan kemanan Stevia serta mendukung penggunanannya sebagai pengganti gula terutama untuk pasien diabetes.
Respon Klinis dan Parasitologis Dihidroartemisinin - Piperakuin pada Subyek Malaria Falsiparum dan Malaria Vivaks pada Hari Ke-3 Kunjungan Ulang Risniati, Yenni; Hasugian, Armedy Ronny; Siswantoro, Hadjar; Avrina, Rossa; Tjitra, Emiliana; -, Delima
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 21, No 4 Des (2011)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v21i4 Des.79.

Abstract

Background: Clinical and parasitological response of malaria treatment on day 3 follow-up (D3) is a crucial condition to predict the successful of treatment. D3 is a period time that Early Treatment Failure may happen which may cause severe or complicated malaria. Moreover, if the asexual parasitemia is still detected more than 10% study subjects, it is assumed parasites resistance against artemisinin. Methods: Analysis used data from Monitoring Drug Resistance In Subject With P.falciparum And P.vivax Malaria In  Kalimantan And Sulawesi. Clinical data was gotten from anamnesis to identify clinical symptoms and physical examination including vital and clinical signs that was notified in case report form (CRF). Parasitological data was cross check examination from NIHRD microscopist for parasite density, and PCR examination result for Plasmodium detection and speciation that were recorded in log book and/or CRF. Clinical and parasitological response of DHP was examined with compared the condition of falciparum and vivax malaria on D0 (before treatment) and D3 (after 3 days treatment with completed dose). Result: Total malaria subject that were analyzed 206 subject, that were 119 falciparum malaria and 87 vivax malaria. Proportion subject falciparum and vivax malaria with clinical symptoms deceased significantly on D3 (p<0.05), accepted diarrhea on subject with vivax malaria. Proportion clinical signs also decreased significantly on D3, accepted dyspneu on falciparum malaria subject. From 206 malaria subject, only 1 subject (0,8%) with falciparum malaria that still was found asexual parasite with low density (10/ul). Proportion subject with gametocyte also decreased significantly on falciparum malaria (p=0,000) and vivax malaria (p=0,000). Conclusion: Clinical and parasitological response of DHP in falciparum and vivax subjects was excellent by D3. Only one falciparum malaria subject (0,8%) was still detected asexual parasitemia with the density of 10/ul.   DHP has rapid action and no clear  signs artemisinin resistance.AbstrakLatar belakang: Respon klinis dan parasitologis pengobatan malaria pada hari ke 3 kunjungan ulang (H3), merupakan keadaan yang penting untuk memprediksi keberhasilan pengobatan. H3 merupakan kurun waktu yang memungkinkan terjadinya kegagalan pengobatan dini (Early Treatment Failure) yang dapat megakibatkan malaria berat atau malaria dengan komplikasi. Selain itu apabila parasitemia masih terdeteksi pada H3 sebanyak ?10% dapat sebagai tanda sudah terjadi resisten parasit terhadap derivat artemisinin. Metode: Analisis menggunakan data Monitoring Pengobatan malaria dengan DHP di Kalimantan dan Sulawesi. Data klinis merupakan hasil anamnesis untuk mengidentifikasi gejala klinis, dan pemeriksaan fisik termasuk tanda vital dan tanda klinis yang tercatat di formulir rekam medis subyek. Sedangkan data parasitologis merupakan data hasil pemeriksaan cek silang mikroskopis untuk kepadatan parasit, dan hasil PCR untuk deteksi dan spesiasi Plasmodium yang tercatat di log book dan/atau di formulir rekam medis subyek. Respon klinis dan respon parasitologis DHP dinilai dengan membandingkan keadaan subyek malaria falsiparum dan malaria vivaks pada H0 (sebelum pengobatan) dengan H3 (pada hari setelah pengobatan dengan dosis lengkap 3 hari). Hasil: Jumlah subyek malaria yang dianalisis adalah 206 yaitu 119 malaria falsiparum dan 87 malaria vivaks. Gejala klinis subyek malaria falsiparum dan malaria vivaks yang mendapat pengobatan DHP berkurang proporsinya secara bermakna pada H3  (p<0,05),  kecuali diare pada subyek malaria vivaks. Demikian pula tanda klinis berkurang proporsinya secara bermakna pada H3  (p<0,05), kecuali  sesak nafas pada subyek malaria falsiparum. Dari total 206 subyek malaria, hanya satu kasus (0,8%) malaria falsiparum yang masih terdeteksi parasit aseksualnya dengan kepadatan rendah (10/ul).  Proporsi subyek dengan gametositemia juga menurun bermakna pada malaria falsiparum (p=0,000) dan malaria vivaks (p=0,000). Kesimpulan: Respon klinis dan parasitologis DHP pada subyek malaria falsiparum dan malaria vivaks sangat baik di H3. Hanya satu subyek malaria falsiparum (0,8%) yang  masih terdeteksi aseksual parasitemia dengan kepadatan 10/ul. DHP cepat kerjanya dan belum ada tanda yang jelas parasit resisten artemisinin
NILAI KARIES GIGI PADA KARYAWAN KAWASAN INDUSTRI DI PULO GADUNG JAKARTA Notohartojo, Indirawati Tjahja; Lely S, Made Ayu; .R, Woro; .N, Olwin
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 21, No 4 Des (2011)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v21i4 Des.80.

Abstract

The common caused of dental caries are poor oral hygiene, so it lead to make plaque accumulation containing various bacteria. And The study Cross Secional study design and conducted on selected sub district primary health centers in DKI Jakarta. The amount of people were 950 persons conducted both gender with 15 years age and ever lived in Jakarta.  The result of this study showed related signifikans between variable education and variable age with the DMF-t. By analyse Logistic regression only age was significant (p< 0,001)AbstrakPenyebab umum karies gigi adalah kebersihan mulut yang rendah, sehingga bertumpuknya plak yang mengandung bakteri. Penelitian  ini menggunakan desain potong lintang dan dengan memilih  puskemas yang ada di Jakarta.Hasil dari penelitian ini menunjukkan relasi yang signifikan antara variabel pendidikan dan variabel umur dengan DMF-t. Dengan analisis regresi logistik hanya pada usia yang signifikan (p< 0,001)
PENGARUH TERAPI KURKUMINOID EKSTRAK RIMPANG KUNYIT DIBANDINGKAN DENGAN NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP FUNGSI GINJAL PENDERITA OSTEOARTRITIS Kertia, Nyoman; Asdie, Ahmad Husain; Rochmach, Wasilah; -, Marsetyawan
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 21, No 4 Des (2011)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v21i4 Des.81.

Abstract

Background: Osteoarthritis is a joint disease most often found in the community. Patients with osteoarthritis are frequently drink non steroidal anti inflammatory drugs such diclofenac sodium. Data has shown too many side effects of diclofenac sodium especially to the kidney function. A research data in Malang shows that people who use herbs were 476 persons in city area and 580 persons in distric area per thousand patients with arthritis. Curcuma domestica Val. is one of Asia's native plants used to make herbal medicine mainly used to reduce inflammation. The purpose of this study was to assess the safety of curcuminoid from Curcuma domestica Val. rhizome extract compared to diclofenac sodium to the kidney function of patients with osteoarthritis.  Methods: This was a prospective randomized open and blinded evaluation (PROBE) study. Subjects with knee osteoarthritis were divided randomly into two groups: the group who received 30 mg 3 times daily of curcuminoid from Curcuma domestica Val rhizome extrac (curcuminoid group) and group who received 25 mg 3 times daily of diclofenac sodium (diclofenac group). Assessment of results including serum blood urea nitrogen (BUN) and creatinine level was performed before and after 4 weeks period of treatment. Data analysis compared the change of those levels in each group during the treatment period by student t test analysis. Results: In the curcuminoid group there was no significant decrease of serum BUN level (p=0.52) and there was a significant decrease of serum creatinine level (p=0.03). In the diclofenac group there was a significant increase of serum BUN level (p<0.01) and no significant increase of serum creatinine level (p=0.39). Increasing the serum level of BUN and creatinine in diclofenac group were significantly different compared to decreasing of those level in the curcuminoid group with p=0.01 and p=0.03 respectively. Conclusion: Treatment with Curcuminoid from Curcuma domestica Val. rhizome extract was significantly decreased the serum BUN and creatinin level compared to those increased level in diclofenac sodium treatment. AbstrakLatar belakang: Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai di masyarakat. Pasien osteoartritis sering menggunakan obat anti inflamasi non steroid seperti natrium diklofenak. Data menunjukkan banyaknya efek samping natrium diklofenak khususnya terhadap fungsi ginjal. Data penelitian di Kotamadya dan Kabupaten Malang menunjukkan bahwa penduduk yang menggunakan jamu masing-masing adalah 476 orang dan 580 orang per seribu pasien. Kunyit (Curcuma domestica Val.) adalah salah satu tumbuhan asli Asia yang biasa dibuat jamu yang utamanya digunakan untuk mengurangi peradangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai keamanan terapi kurkuminoid ekstrak rimpang kunyit dibandingkan dengan natrium diklofenak terhadap fungsi ginjal penderita osteoartritis. Metode: Penelitian ini dirancang sebagai prospective randomized open and blinded evaluation (PROBE). Subjek dengan osteoartritis lutut yang memenuhi syarat dan bersedia ikut dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok secara random yaitu kelompok yang mendapatkan terapi kurkuminoid ekstrak rimpang kunyit 30 mg diminum 3 kali sehari (kelompok kurkuminoid) dan kelompok yang mendapatkan terapi natrium diklofenak 25 mg diminum 3 kali sehari (kelompok diklofenak). Penilaian hasil terapi yang meliputi kadar blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin serum dilakukan sebelum dan setelah 4 minggu terapi. Analisis data untuk membandingkan perubahan kadar BUN dan kreatinin pada masing-masing kelompok perlakuan dilakukan dengan student t test. Hasil: Pada kelompok yang mendapat terapi kurkuminoid ekstrak rimpang kunyit terjadi penurunan kadar BUN serum yang tidak bermakna (p=0,52) dan penurunan kadar kreatinin serum secara bermakna (p=0,03). Pada kelompok yang mendapat terapi natrium diklofenak terjadi peningkatan kadar BUN serum secara bermakna (p<0,01) dan peningkatan kadar kreatinin serum yang tidak bermakna (p=0,39). Peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum pada terapi natrium diklofenak berbeda bermakna dengan penurunan kadarnya pada terapi kurkuminoid (p=0,01 dan p=0,03). Kesimpulan: Terapi kurkuminoid ekstrak rimpang kunyit menurunkan kadar BUN dan kreatinin serum penderita osteoartritis secara bermakna dibandingkan dengan peningkatan kadarnya pada terapi dengan natrium diklofenak.
PENINGKATAN PERANSERTA MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DBD (PSN-DBD) DI DUA KELURAHAN DI KOTA PALU, SULAWESI TENGAH Chadijah, Sitti; -, Rosmini; -, Halimuddin
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 21, No 4 Des (2011)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v21i4 Des.82.

Abstract

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still one of the most important public health problem in Indonesia. Disease control efforts have been widely carried out, such as larvaciding, fogging focus, and mosquito breeding control. The efforts will be performing well if its involves community participation. The objectives of this study was to enhance community participation in the implementation of the mosquito control program of Dengue Hemorrhagic fever in Palupi and Singgani villages, Palu. The research design is a quasi experimental to analyze the difference between two approach, i.e. larvae surveyors (in Indonesia called as Jumantik) empowerment and the participation of the community leadres (in Indonesia called Ketua RT). Mosquito larvae survey was conducted with a single larval method. The population in this tsudy is all house in the two villages. Sample are consist of 100 houses in each village which were randomly selected. The result showed that during the first larvae survey in Palupi village, the larva-free rate (ABJ) was 68% with the result of CI, HI and BI were 20.81%, 32% and 46 respectively. In the village of Siranindi, the number of larva-free rate was 78%, with CI 19.64%, HI 22% and BI 33. At the seven weeks after the intervention with community participation  suggests that the larva-free rate in Palupi village was became 89%, with the number of CI 3.67%, HI 11% and BI 1%. While in Siranindi village, the larva-free rate was 85% with the CI, HI and BI were 8.4%, 15% and 21% respectively. According to that result, the most effective of community participation on DHF vector control is larva monitors (jumantik) empowerment.AbstrakDemam berdarah dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling penting masyarakat di Indonesia. Upaya pengendalian penyakit telah banyak dilakukan, seperti larvaciding, fokus fogging, dan pengendalian nyamuk berkembang biak. Upaya ini akan lebih baik jika  melibatkan partisipasi masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pengendalian nyamuk demam berdarah Dengue di Palupi dan desa-desa Singgani, Palu. Desain penelitian adalah kuasi eksperimental untuk menganalisis perbedaan antara dua pendekatan, yaitu surveyor larva (di Indonesia disebut sebagai Jumantik) pemberdayaan dan partisipasi masyarakat leadres (di Indonesia disebut Ketua RT). Larva nyamuk survei dilakukan dengan metode larva tunggal. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah di dua desa. Sampel terdiri dari 100 rumah di setiap desa yang dipilih secara acak. Hasilnya menunjukkan bahwa selama survei larva pertama di desa Palupi, larva yang bebas nilai (ABJ) adalah 68% dengan hasil CI, HI dan BI 20,81%, 32% dan 46 masing-masing. Di desa Siranindi, jumlah larva yang bebas nilai adalah 78%, 19,64% dengan CI, HI 22% dan BI 33. Pada tujuh minggu setelah intervensi dengan partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa tingkat larva-bebas dalam Palupi desa menjadi 89%, dengan jumlah 3,67% CI, HI dan BI 11% 1%. Sementara di Siranindi desa, tingkat larva-bebas adalah 85% dengan CI, HI dan BI 8,4%, 15% dan 21% masing-masing. Menurut hasil itu, yang paling efektif partisipasi pemberdayaab masyarakat dalam pengendalian vektor DBD adalah larva surveyor (jumantik).
EFEKTIFITAS VECTRON 20 WP TERHADAP NYAMUK ANOPHELES SUNDAICUS DI DESA PENAGA, KECAMATAN TANJUNG UBAN KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU -, Santoso; Saikhu, Achmad; Taviv, Yulian; Budiyanto, Anif
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 21, No 4 Des (2011)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v21i4 Des.84.

Abstract

Malaria is still a public health problem in Tanjung Uban Health Center, Bintan regency, Kepulauan Riau. Annual Malaria Incidence (AMI) in Tanjung Uban Health Center in 2006 was reported 101.5?. Though house spraying had been done in 2003-2006. The number of mosquitoes was still high based in entomology survey in July 2008-December 2008. The number of mosquitoes collection was as many as 2212 An. sundaicus and after ELISA test sprozoit were found in the blood of mosquitoes that carried out bio-assay test to determine the effectiveness of insecticides used in vector control. The study was designed as an experimental post test only with 5 treatment groups and one control group in 2 repetitions. The samples were mosquitoes collected from the village of acacia with the bait method. Each group was consisted of 20 of mosquitoes. The 24 hours observation in the first test showed mortality mosquito 97%, and in the second test mosquito mortality was 98%. While mortality of mosquitoes in the control group in first and second test were 0%. Bio-assay showed that vectron 20 WP insecticide was tolerance for An.sundaicus in Tanjung Uban Health CenterAbstrakMalaria masih menjadi masalah kesehatan di Puskesmas Tanjung Uban Kabupaten Bintan. Annual Malaria Incidence (AMI) di wilayah Puskesmas Tanjung Uban tahun 2006 sebesar 101,5?. Kegiatan penyemprotan rumah telah dilakukan pada tahun 2003-2006, namun berdasarkan hasil survey entomologi selama bulan Juli 2008-Desember 2008 ternyata kepadatan nyamuk masih tinggi. Jumlah nyamuk An.sundaicus yang tertangkap sebanyak 2212 ekor dan setelah dilakukan pemeriksaan ELISA ditemukan adanya sprozoit dalam kelenjar ludah nyamuk sehingga dilakukan uji bio assay untuk menilai efektifitas insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor. Penelitian dilakukan dengan eksperimen dengan desain post test only with control group terdiri dari 5 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol dengan 2 kali pengujian. Sampel dalam penelitian adalah nyamuk yang tertangkap di Desa Penaga dengan metode umpan orang yang dikelompokkan dalam 6 kelompok. Hasil pengamatan setelah 24 jam pada uji I menunjukkan kematian nyamuk uji sebesar 97% dan pada uji II kematian nyamuk sebesar 98% sedangkan kematian nyamuk kontrol pada uji I dan uji II sebesar 0%. Hasil uji bio assay menunjukkan bahwa insektisida vectron 20 WP toleran terhadap nyamuk An.sundaicus di wilayah Puskesmas Tanjung Uban

Page 1 of 1 | Total Record : 6