cover
Contact Name
Triwibowo Ambar Garjito
Contact Email
triwibowoa@gmail.com
Phone
+62298-327096
Journal Mail Official
jvektora@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Jalan Hasanudin No. 123 Kota Salatiga, Jawa Tengah
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
ISSN : 2085868X     EISSN : 23548789     DOI : https://doi.org/10.22435/vk
Core Subject : Health, Science,
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit contains articles in the field of disease control derived vectors and reservoirs of disease which include epidemiology, biostatistics, administration, and health policy, environmental health, health promotion, and behavioral sciences. Articles can be submitted research articles, article research papers, and policy papers.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit" : 10 Documents clear
EFEKTIVITAS INFUSA UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) DAN KULIT JERUK LIMAU (Citrus amblycarpa) TERHADAP LARVA Aedes aegypti Monica Puspa Sari; Rina Priastini Susilowati
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.2410

Abstract

The use of active chemical compounds contained in plants is needed to control the Ae. aegypti mosquito vector which is resistant to many chemical insecticides. These plants are shallot bulbs and lime peels. The use of natural larvacides is expected to have no side effects on humans, the environment, or resistance. This study aims to determine the effectiveness of shallot tuber infusion, and lime peel on Ae. aegypti larvae in various concentrations. This study used a completely randomized design with positive control treatments in the form of temephos 1%, negative control (without exposure), infusion of shallots, and lime peels with water solvent and concentrations of 1%,2%4%,8%, and 16% with 4 repetitions. In this study Ae. aegypti larvae instar III were used as many as 25 larvae per replications, and observation of Ae. aegypti larvae are done within 24 hours. The data obtained were analyzed using the one-way ANOVA test, if the results were very significant (p < 0.01) then it would be followed by the smallest real difference test. The LC50 and LC90 probits tests were used to determine the effective dose of the two plants. The results showed that the LC50 value for the infusion of shallots and lime peels was 3,04%; 3,42% and d LC90 of 6,49%; 6,98%. The study concludes that the infusion of shallots and lime peel can be used as larvacide Ae. aegypti which is natural because the mortality rate is close to 90%. Abstrak Pemanfaatan senyawa kimia aktif yang terkandung dalam tanaman sangat diperlukan untuk mengendalikan vektor nyamuk Ae. aegypti yang telah resisten terhadap insektisida kimia. Tanaman yang akan dimanfaatkan adalah umbi bawang merah dan kulit jeruk limau. Penggunaan larvasida alami diharapkan tidak mempunyai efek samping terhadap manusia, lingkungan maupun kejadian resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas infusa umbi bawang merah dan kulit jeruk limau terhadap larva Ae. aegypti dalam berbagai konsentrasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan kontrol positif berupa temephos 1%, kontrol negatif (tanpa paparan), infusa umbi bawang merah dan kulit jeruk limau dengan pelarut air dan konsentrasi bertingkat 1%, 2%, 4%, 8% dan 16% dengan ulangan sebanyak 4 kali. Dalam penelitian ini digunakan larva Ae. aegypti instar III sebanyak 25 ekor larva per ulangan, dan pengamatan larva Ae. aegypti dilakukan dalam waktu 24 jam. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji One-Way Anova, apabila hasilnya berbeda sangat bermakna (p< 0.01) maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil. Uji probit LC50 dan LC90 digunakan untuk mengetahui dosis efektif dari kedua tanaman tersebut. Hasil penelitian diperoleh nilai LC50 infusa umbi bawang merah dan kulit jeruk limau sebesar 3,04%; 3,42% dan LC90 sebesar 6,49%; 6,98%. Kesimpulan penelitian ini adalah infusa umbi bawang merah dan kulit jeruk limau dapat digunakan sebagai larvasida Ae. aegypti yang bersifat alami karena nilai mortalitasnya yang mendekati 90%.
PERBANDINGAN KASUS MALARIA BERDASARKAN MUSIM DI DAERAH ENDEMIS WILAYAH KERJA PUSKESMAS HANURA KABUPATEN PESAWARAN Devita Febriani Putri; Tusy Triwahyuni; Ismalia Husna; Zihan Aulia Nugraha
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.2824

Abstract

Pesawaran District, Lampung Province, is a high malaria-endemic area. Environmental factors, such as rainfall in the rainy season and dry season have an effect on malaria cases. The increase in malaria cases and the causes of infection are thought to be related to the changing seasons. The purpose of the study was to determine the comparison of malaria cases based on the seasons in the endemic areas of the Hanura Health Center Pesawaran District. This research is descriptive, with total sampling taken in the form of secondary data per malaria case and Plasmodium species in Hanura Health Center in 2016-2017. Determination of the rainy season and the dry season is based on the average rainfall data obtained at BMKG Lampung Pesawaran Climatology Station in 2018. Univariate analysis was carried out to determine the frequency distribution of malaria cases and Plasmodium species based on the season, and Independent T-test to compare malaria cases in the rainy and dry season. In total there were 4266 malaria cases consisting of malaria cases in the rainy season as many as 2486 cases with falciparum malaria as many as 1414 cases and malaria cases during the dry season as many as 1780 cases with falciparum malaria as many as 899 cases. The results showed significant differences in malaria cases during the rainy season and dry season with a P-value of 0.046. High rainfall (> 50mm) during the rainy season allows an increase in the volume of water from upstream to sea resulting in rivers, ponds, and sewers becoming habitats potential for the breeding of Anopheles spp. Abstrak Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung merupakan daerah endemis tinggi malaria yang mengalami perubahan musim setiap tahunnya. Faktor lingkungan seperti curah hujan pada musim hujan dan musim kemarau berpengaruh pada kasus malaria. Peningkatan kasus malaria dan penyebab infeksinya diduga terkait dengan perubahan musim yang terjadi.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kasus malaria berdasarkan musim di daerah endemis wilayah kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran. Jenis penelitian adalah deskriptif, dengan pengambilan sampel secara total sampling berupa data sekunder per bulan kasus malaria dan spesies Plasmodium di Puskesmas Hanura pada tahun 2016-2017. Penentuan musim hujan dan musim kemarau berdasarkan data rata- rata curah hujan yang didapatkan di BMKG Stasiun Klimatologi Pesawaran Lampung tahun 2018. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi kasus malaria dan spesies Plasmodium berdasarkan musim, dan uji T-test Independent untuk membandingkan kasus malaria pada musim hujan dan kemarau. Total sampel terdapat 4266 kasus malaria yang terdiri dari kasus malaria pada musim hujan sebanyak 2486 kasus dengan malaria falsiparum sebanyak 1414 kasus dan kasus malaria pada musim kemarau sebanyak 1780 kasus dengan malaria falsiparum sebanyak 899 kasus. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kasus malaria pada musim hujan dan musim kemarau dengan nilai P=0,046. Curah hujan yang tinggi (>50mm) pada musim hujan memungkinkan adanya peningkatan volume air dari hulu ke laut yang mengakibatkan sungai, kolam, tambak dan selokan menjadi habitat potensial berkembangbiaknya vektor malaria nyamuk Anopeles spp.
LONGEVITY DAN POTENSI Culex quinquefasciatus SEBAGAI VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK BERDASARKAN KETINGGIAN PASCA TRANSMISSION ASSESMENT SURVEY (TAS) DI KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT Endang Puji Astuti; Mutiara Widawati; Yuneu Yuliasih; Andri Ruliansyah; Asep Jajang Kusnandar
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.3241

Abstract

The study on the bioecology of Lymphatic Filariasis (LF) vector is necessary to be used as a support to eliminate LF due to the lack of entomological data for LF vector in Subang, especially after the Provision of Mass Drug Administration for Filariasis Prevention. This study aims to identify mosquito species, density, behavior, longevity, presence of the filaria worm in mosquitoes, and to identify the distribution of mosquitoes in the highlands and lowlands in selected villages in Subang district. This study is part of Lymphatic filariasis (multicenter) evaluation study in Indonesia. The data was collected by using human landing collection method and vector habitat survey data. The entomological data analyzed from the calculation of Man hour density (MHD), Man biting rate (MBR), and longevity, while the relationship between variables and mosquito abundance using Pearson's correlation. The results indicated that the density of mosquitoes caught in Rancahilir was higher than Curug rendeng villages, these results are similar to the LF vector suspect mosquito (Cx. quinquefasciatus). These mosquitoes are found outdoor with peak densities at 22.00-23.00 West Indonesia Time. Altitude has an association with the density of mosquitoes (p-value 0.039). The longevity of Cx. quinquefasciatus population is 10-13 days. At that longevity, vectors are at risk for infective filarial worms. The result shows that Cx. quinquefasciatus collected in this study was negative for filarial worms. Based on the results of this study, we conclude that in Subang, filariasis transmission chain prevention has been successful. However, periodic evaluations is still need to be carried out in order to prevent re-infection of the disease. Abstrak Kajian tentang bioekologi nyamuk vektor Lymphatic Filariasis (LF) di Kabupatem Subang perlu dilakukan. Kajian ini sebagai pendukung untuk menuju eliminasi LF mengingat belum optimalnya data entomologi nyamuk vektor di Subang, terutama pasca Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) filariasis. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi spesies, kepadatan, perilaku, umur panjang (longevity) populasi nyamuk, identifikasi keberadaan cacing filaria pada nyamuk vektor LF serta menganalisis perbedaan distribusi nyamuk pada dataran tinggi dan rendah di desa terpilih di Kabupaten Subang. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari penelitian “Studi evaluasi filariasis (multicenter) di Indonesia” yang dilaksanakan di beberapa kabupaten di Indonesia. Data yang diambil, yaitu data survei vektor yang menggunakan metode Human Landing Collection (HLC) dan survei habitat vektor. Analisa data entomologi menggunakan perhitungan Man hour density (MHD), Man-biting rate (MBR) dan nilai umur panjang nyamuk (longevity), sedangkan hubungan antar variabel dengan kepadatan menggunakan korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan nyamuk yang tertangkap di Desa Rancahilir (dataran rendah) lebih banyak dibandingkan di Desa Curug rendeng (dataran tinggi), termasuk kepadatan nyamuk Cx. quinquefasciatus yang juga dominan di wilayah ini. Nyamuk ini banyak ditemukan di luar rumah dengan puncak kepadatan pada jam 22.00-23.00 WIB. Ketinggian mempunyai hubungan dengan kepadatan nyamuk tertangkap (p value 0,039). Umur populasi nyamuk Cx. quinquefasciatus 10-13 hari. Umur ini menunjukkan umur populasi yang berisiko untuk infektif cacing filaria. Hasil pemeriksaan nyamuk Cx. quinquefasciatus negatif terhadap cacing filarial. Hasil ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Subang telah berhasil memutuskan rantai penularan filaria. Namun, masih perlu dilaksanakan evaluasi berkala agar tidak terjadi penularan kembali di wilayah ini.
PERAN LINTAS PROGRAM, LINTAS SEKTOR, DAN MASYARAKAT DALAM ELIMINASI MALARIA DI KAWASAN BUKIT MENOREH Bina Ikawati; Tri Isnani; Tri Wijayanti; Bondan Fajar Wahyudi; Jarohman Raharjo; Sunaryo Sunaryo; Zumrotus Sholichah
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.3404

Abstract

The elimination of malaria in the world is targeted in 2030. Java and Bali are targeted to get malaria elimination certification in 2023. The area in the Menoreh Hills, which is the border of 3 districts and two provinces, namely Magelang district and Purworejo district in Central Java Province; and Kulonprogo district, in Special Province of Yogyakarta. Magelang district has obtained a certificate of malaria elimination. This study uses a qualitative design with in-depth interviews with 4-6 informants in each district consisting of officers in the District Health Service, Public Health Center, District Planning and Development Agency, and People Welfare Unit in regional government. The activity was carried out from March 2018 to May 2019. The districts in the Menoreh Hills area have collaborated and held cross-regional meetings to eliminate malaria. Even though it had a different problem in human resources, funds, infrastructure, in general, cross-program has a role in the form of cooperation in activities that carried out together. The cross-sectoral involvement has not been seen much at the meeting, consolidation, and planning. Communities from three locations play a role in environmental cleanliness and migration surveillance. In the past, Magelang district has been active in collaborating cross-program and sectors as well as community participation compared to Kulonprogo and Purworejo districts, so that Magelang district can obtain a malaria elimination certificate first. However, currently, Kulonprogo and Purworejo districts have been active in collaborating cross-program and sectors, while in Magelang district are now weakening. The community already has awareness in the implementation of malaria migration surveillance. The community already has awareness in the implementation of malaria migration surveillance. Abstrak Eliminasi malaria di dunia ditargetkan pada tahun 2030. Jawa dan Bali ditargetkan mendapat sertifikasi eliminasi malaria pada tahun 2023. Kawasan Bukit Menoreh merupakan perbatasan dari 3 wilayah kabupaten dan 2 provinsi yaitu Magelang, Purworejo Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini, Kabupaten Magelang telah memperoleh sertifikat eliminasi malaria. Penelitian ini bertujuan menilai/menentukan status kemitraan/kerjasama, lintas program, lintas sektor dan peran serta masyarakat dalam eliminasi malaria. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan metode wawancara mendalam kepada 4-6 informan pada setiap kabupaten yang terdiri dari petugas di dinas kesehatan kabupaten, puskesmas, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), serta pemerintah daerah bagian kesejahteraan rakyat (Kesra). Kegiatan dilakukan pada bulan Maret 2018-Mei 2019. Kabupaten di Kawasan Bukit Menoreh telah melakukan kerjasama dan pertemuan lintas wilayah dalam menanggulangi malaria. Meskipun mempunyai kendala yang berbeda-beda dari segi SDM, dana, sarana pra sarana, secara umum peran lintas program berupa kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan bersama-sama. Lintas sektor yang terlibat belum banyak yang terlihat pada pertemuan, konsolidasi, dan perencanaan. Masyarakat dari ketiga lokasi berperan dalam kebersihan lingkungan, surveilans migrasi. Magelang lebih dahulu aktif melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektor serta peran serta masyarakat dibandingkan Kulonprogo dan Purworejo sehingga dapat lebih dahulu memperoleh sertifikat eliminasi malaria. Saat ini kegiatan kerjasama lintas program dan sektor di kabupaten Magelang melemah. Sedangkan, Kulonprogo dan Purworejo telah aktif melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektor serta peran serta masyarakat. Masyarakat sudah mempunyai kesadaran dalam pelaksanaan surveilans migrasi malaria.
KEANEKARAGAMAN NYAMUK VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK DI WILAYAH ENDEMIS KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU Maya Arisanti; Anif Budianto; Rahayu Hasti Komaria; Katarina Sri Rahayu; Rizki Nurmaliani
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.3547

Abstract

Mass Drug Administration (MDA ) for lymphatic filariasis (LF) control was completed in 2016, however, the result of the Transmission Assessment Survey-1 (TAS -1) with the Brugia Rapid Test confirmed that 17 children were positive. This shows that LF transmission is still going on in Pelalawan District. The study aimed to identify the diversity of mosquito species that responsible for LF transmission in Pelalawan District. Data were collected from Sialang Bungkuk Village and Ukui Village 1 in September and November 2017. Mosquitoes were captured using the modified human landing collection with a double net method for 12 hours from 6 pm to 6 am. Catching mosquitoes carried out twice with an interval of 1 month at two fishing locations. Detection of Deoxyribonucleic Acid (DNA) of Brugia malayi in all types of mosquitoes using Polymerase Chain Reaction (PCR). A total of 1,276 adult mosquitoes was caught in these two study locations. They consisted of 25 species. Mansonia dives was the predominant species in Sialang Bungkuk Village with outdoor Man Hour Density (MHD) 17.67 mosquitoes/person/hour, while Armigeres kesseli was the predominant species in Ukui 1 village with outdoor MHD 25.68 mosquitoes/person/hour. the estimated age of the mosquito in Sialang Bungkuk Village ranged from 4,24 to 32,83 days. Among them, the oldest mosquito species was Culex gellidus, while Culex nigropunctatus was identified as the oldest mosquito in Ukui 1 village 0-7,82 days. DNAs were detected among Ma. dives and Culex. quinquefasciatus. The potential mosquito habitats found in two locations were found at swamps, rubber soaking ponds, ripples in rubber gardens, unused pools. We concluded that these species were responsible for filariasis transmission in that habitats. Abstrak Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis di Kabupaten Palalawan telah selesai dilaksanakan tahun 2016, akan tetapi setelah dilakukan survei Transmission Assesment Survey-1 (TAS-1), ditemukan tujuh belas anak positif mikrofilaria. Hasil tersebut menunjukkan masih adanya penularan filariasis di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keanekaragaman spesies nyamuk yang berpotensi menjadi vektor filariasis limfatik di Kabupaten Pelalawan. Data dikumpulkan dari Desa Sialang Bungkuk dan Kelurahan Ukui Satu pada bulan September dan November 2017. Penangkapan nyamuk dilakukan menggunakan metode modifikasi human landing collection, menggunakan double net selama dua belas jam, pada pukul 18.00-06.00 WIB. Penangkapan dilakukan dua kali dalam selang waktu satu bulan. Deteksi Brugia malayi pada semua jenis nyamuk tertangkap dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Jumlah nyamuk dewasa tertangkap di dua lokasi sebanyak 1.276 ekor, terdiri dari 25 spesies. Spesies nyamuk yang mendominasi di Desa Sialang Bungkuk adalah Mansonia dives dengan Man Hour Density (MHD) luar rumah 17,67 nyamuk/orang/jam, sedangkan di Kelurahan Ukui Satu, spesies nyamuk dominan adalah Armigeres kesseli dengan MHD luar rumah 25,68 nyamuk/orang/jam. Rentang perkiraan umur nyamuk di Desa Sialang Bungkuk adalah 4,24-32,83 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex gellidus. Rentang perkiraan umur nyamuk di Kelurahan Ukui Satu adalah 0-7,82 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex nigropunctatus. Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan B.malayi terdeteksi pada Ma. dives dan Culex quinquefasciatus. Habitat potensial nyamuk di dua lokasi adalah rawa-rawa, kolam perendaman karet, kobakan di kebun karet, dan kolam yang tidak terpakai. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis nyamuk di habitat tersebut berpotensi sebagai vektor filariasis
PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TERINTEGRASI PENGENDALIAN VEKTOR TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DAN STICKY AUTOCIDAL MOSQUITO TRAP Malik Saepudin; Ani Hermilestari; Bambang Supraptono; Heru Subaris Kasjono
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.3597

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a health problem in Indonesia, including in West Kalimantan Province. The Integrated Model of Community-Based Total Vector Control (PVTBM) and Sticky Autocidal Mosquito Trap (SAMT) is expected to reduce the density of larvae, so that the incidence of dengue can be reduced to the lowest point in the endemic area of Pontianak. This study analyzed the effects of the PVTBM-SAMT integrated model in controlling dengue vectors in endemic areas of Pontianak City. This type of research is Interrupted time series with a nonequivalent no-treatment control group time series. The sample of this study was 200 houses, consisting of 100 houses in the intervention area and 100 houses in the control area. The results showed a decrease in the mean larval density index in the intervention area, namely; HI was 25%, CI was 11.17%, BI was 38%. Statistical analysis showed that the PVTBM-SAMT integration model had a significant effect on the density of larvae: HI, CI, and BI with p values: 0.049, 0.047, and 0.042. It is recommended that the health office and primary health care be able to apply the PVTBM-SAMT method in controlling DHF vector activities and also in the implementation of surveillance and control of Aedes aegypti vector. Abstrak Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, termasuk di Provinsi Kalimantan Barat. Aplikasi Model Terpadu Pengendalian Vektor Total Berbasis Masyarakat (PVTBM) dan Sticky Autocidal Mosquito Trap (SAMT) bertujuan menurunkan densitas Larva. Penelitian ini menganalisis efek model terintegrasi PVTBM-SAMT dalam pengendalian vektor DBD di wilayah endemis Kota Pontianak. Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan rancangan Interrupted time series with a nonequivalent no-treatment control group time series. Sampel penelitian ini sebanyak 200 rumah, terdiri dari 100 rumah di wilayah intervensi dan 100 rumah di wilayah pembanding. Hasil penelitian menunjukan terjadi penurunan rerata indeks kepadatan larva pada wilayah intervensi yaitu; HI sebesar 25%, CI sebesar 11,17%, BI sebesar 38% dan wilayah pembanding. Analisis statistik terdapat perbedaan densitas larva: HI, CI, dan BI sebelum dan sesudah perlakuan secara signifikan dengan nilai p: 0,049, 0,047, dan 0,042. Dinas kesehatan dan puskesmasisarankan dapat menerapkan metode PVTBM-SAMT dalam kegiatan pengendalian vektor DBD dan juga dalam pelaksanaan surveilans serta pengendalian vektor Aedes aegypti.
PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN MALARIA DENGAN METODE ROLE PLAY DI KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2019 Wiwik Trapsilowati; Widiarti Widiarti; Aryani Pujiyanti; Riyani Setiyaningsih
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.3834

Abstract

The success of the partnership program and community-based health services needs to be supported by information, education, and communication (IEC) to increase the community and stakeholder’s knowledge. The IEC has often carried out lectures and question answers (QA). It needs another method, one of them is role play. The aim of this study was to describe the knowledge enhancement about malaria using the role-play method. This research was a quasi-experimental study with the pretest-posttest method without a control design. The form of intervention was health education using role-play method with analysis using the Wilcoxon sign rank test. The total pretest and posttest scores were significantly different (p <0.05). The number of items of evaluation questions was 10 items. Knowledge of 6 items; symptoms, causes, consequences of malaria, risky activities, time for blood tests, and the person in charge of migration surveillance, had a significant increase, while 4 items; mode of transmission, a migration surveillance mechanism, and the suspect's investigator had an insignificant increase. The application of the role-play method was proven to significantly increase participants' knowledge of malaria. A suggestion is necessary to increase public knowledge in the field of health, especially malaria through non-monotonous methods so that people are more interested and have optimal results. Abstrak Keberhasilan program kemitraan dan layanan kesehatan berbasis masyarakat perlu didukung kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) sebagai upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Kegiatan KIE yang sering dilakukan adalah ceramah dan tanya jawab, sehingga perlu metode lain yang berbeda yaitu role play. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan pengetahuan tentang malaria dengan metode role play. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan metode pretest-postest without control design. Bentuk intervensi adalah penyuluhan menggunakan metode role play dengan analisis menggunakan Wilcoxon sign rank test. Total nilai pretest dan post test ada perbedaaan secara signifikan (p<0,05). Jumlah item pertanyaan evaluasi sebanyak 10 butir, 6 item ; gejala, penyebab, akibat sakit malaria, aktivitas berisiko, waktu pemeriksaan darah dan penanggung jawab surveilans migrasi, memiliki peningkatan yang signifikan, sedang 4 item yaitu cara penularan, alur surveilans migrasi dan petugas pemeriksa tersangka mengalami peningkatan yang tidak signifikan. Penerapan metode role play terbukti dapat meningkatkan pengetahuan peserta tentang malaria secara signifikan. Sebagai saran perlu upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan, khususnya malaria melalui metode yang tidak monoton, agar masyarakat lebih tertarik dan hasil yang optimal.
INFEKSI HANTAVIRUS PADA TIKUS DOMESTIK, PERIDOMESTIK DAN SILVATIK DI PULAU SULAWESI Arief Mulyono; Ristiyanto Ristiyanto; Aryani Pujiyanti; Bernadus Yuliadi; Aryo Ardanto; Arum Sih Joharina; Lulus Susanti
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.3883

Abstract

Hantavirus infection is one of zoonotic diseases as a major global threat for human health. Anthropologic, biologic, and cultural factors contribute in the transmission of the infection in Sulawesi. In Sulawesi, some communities have a tradition of eating rat meat. A total of 52 endemic rats species is found in the area. The objective of this study were to identify the species of rats acting as hantavirus reservoir and the percentage of hantavirus seropositive in domestic, peridomestic and silvatic rats in the area. The study was conducted in four provinces, namely Central (year of 2015), North and South East (2016) and South Sulawesi (2017). Three districts of each provinces were selected. The rats captured were identified, and blood sample from each was drawn. Hantavirus infection was identified by an Elisa. The data obtained were presented descriptively. A total of 1259 rats were captured, consisted of eight genus and 27 species, ten of which were seropositive, for hantavirus infection. Six out of ten seropositive rats were record as new record of hantavirus reservoir, namely B. coelestis, B. chyssocomus, B. fratotum, B. prolatus, R. nitidus, and R. hoffmanni. The highest percentage of seropositive Hantavirus was found in peridomestic rats (5.06), while in silvic rats 4.60 and domestic rats 3.46. It is necessary to do hygiene and sanitation campaign and socialization of risks for hantavirus transmission. Abstrak Infeksi hantavirus adalah zoonosis yang telah menjadi ancaman kesehatan global dengan tikus sebagai reservoir utama zoonosis ini. Secara biologi dan antropologi penularan hantavirus rentan terjadi di Pulau Sulawesi karena di pulau ini mempunyai 52 spesies tikus endemik dan sebagian kecil masyarakat di Sulawesi mempunyai kebiasaan mengonsumsi daging tikus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies-spesies tikus yang berperan sebagai reservoir hantavirus dan menghitung persentase seropositif hantavirus pada tikus domestik, peridomestik dan silvatik di Pulau Sulawesi. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 di Provinsi Sulawesi Tengah, tahun 2016 di Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara, serta tahun 2017 di Sulawesi Selatan. Penangkapan tikus dilakukan di tiga kabupaten pada setiap provinsi. Tikus tertangkap diidentifikasi dan diambil spesimen darahnya. Pemeriksaan serologi dengan menggunakan teknik Elisa. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tikus tertangkap sebanyak 1.259 ekor yang terdiri dari delapan genus dan 27 spesies. Sepuluh spesies seropositif terhadap hantavirus, enam diantaranya merupakan catatan baru sebagai reservoir hantavirus. Keenam spesies tersebut adalah Bunomys coelestis, B. chyssocomus, B. fratotum, B. prolatus, R. nitidus, dan R. hoffmanni. Persentase tikus seropositif terhadap hantavirus tertinggi ditemukan pada tikus peridomestik (5,06), sedangkan pada tikus silvatik 4,60 dan tikus domestik 3,46. Perlu dilakukan kampanye peningkatan sanitasi serta sosialisasi ke masyarakat terkait risiko penularan hantavirus.
Front Matter Vektora Volume 12 No 2 2020 vk managerxot
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.4678

Abstract

Back Matter Vektora Volume 12 No 2 2020 vk managerxot
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Page 1 of 1 | Total Record : 10