Buletin Al-Turas
JOURNAL BULETIN ALTURAS (ISSN 0853-1692; E-ISSN: 2579-5848) is open access journal that is published by Faculty of Adab and Humanities, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. It serves to disseminate research and practical articles that relating to the current issues on the study of history, literature, cultures, and religions. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines by using Bahasa Indonesia, English, and Arabic.
Articles
516 Documents
Mu'awiyah: Penggagas Pertama Sistem Monarki dalam Islam
Nurhasan, Nurhasan
Buletin Al-Turas Vol 17, No 1 (2011): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (2434.303 KB)
|
DOI: 10.15408/bat.v17i1.4290
The controversy of who proposed the first idea of monarcy in Islam is resolved. Classical sources mentioned that the first initiator was Mughirah ibn Shu'bah, but is was refuted because it was not rational and anachronic (not in order of time). Other sources mention Mu'awiyah was the first to initiate the idea of monarcy in Islam. He was the caliph who nwas able to organize traditional authory of arabic tribes (the authority of a tribal shaykh) into a kind of kingdom. THe first thing he did was to create the caliphate system that has been running since the days of caliphate (Khulafa Rasidun) as caliphate plus kingdom (khilafat al-mulk). This makes the leader not only as calliph but also as king. As the Caliph, Mu'awiyah cannot actually be called as "king", but more to the most prominent Arab lelader (as primus inter pares). However, Mu'awiyah managed to build a new government system in Islam, namely monarchy.
Sastra, Perempuan, dan Istana Dalam Kronik Melayu Sulalatus Salatin
Rizqi Handayani
Buletin Al-Turas Vol 26, No 1 (2020): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (530.009 KB)
|
DOI: 10.15408/bat.v26i1.14410
This article aims to examine the gender roles and functions played by palaceladies in Malay chronicles, from solely domestic functions to public functions where women can play a diplomatic role through marriage institutions. This research is a qualitative research based on literature sources. Through the Sulalatus Salatin script rewritten by A. Samad as primary data, as well as articles, books and other Malay saga as secondary data, this study found that palace ladieswere still confronted with domestic roles surrounding marriage. However, the marriage that took place in the Malay palace involved women in decision making. This shows the form of independence carried out by palace ladies in a diplomatic marriage. The passivity that is still displayed by some other female figures in the Malay narrative is the strengthening and preservation of patriarchal ideology through discourses of power that arise through political institutions and socio-cultural practices. Thus, it can be concluded that in Sulalatus Salatin there has been an author's effort to reconstruct the role of women in the domestic and public sphere although not yet in a large portion.This is shown by the marriage of the palace which became a political commodity for the interests of men.Marriage and reproductive functions in the palace tend to be political, namely to continue and strengthen the royal bloodline and throne.Artikel ini bertujuan untuk melihat peran dan fungsi gender yang dimainkan oleh para perempuan istana dalam kronik Melayu, dari semata-mata fungsi domestik menuju fungsi publik di mana perempuan dapat memainkan peran diplomatis melalui institusi perkawinan.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berbasis pada sumber-sumber kepustakaan.Melalui naskah Sulalatus Salatin yang diselenggarakan oleh A. Samad sebagai data primer, serta artikel, buku, dan hikayat-hikayat Melayu lainnya sebagai data sekunder maka penelitian ini menemukan bahwa perempuan-perempuan istana masih dihadapkan pada peran-peran domestik seputar perkawinan. Namun, perkawinan yang terjadi dalam istana Melayu melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan.Hal ini menunjukkan bentuk kemandirian yang dilakukan para perempuan istana dalam sebuah perkawinan diplomasi.Adapun kepasifan yang masih dipertunjukkan oleh sebagian tokoh perempuan lainnya dalam narasi Melayu merupakan pengokohan dan pelestarian ideologi patriarkis melalui wacana-wacana kekuasaan yang muncul melalui institusi politik dan praktik-praktik sosial-budaya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam Sulalatus Salatin sudah ada upaya pengarang untuk merekontruksi peran perempuan dalam ranah domestik dan publik dengan memberikan citra kemandirian, meskipun belum dalam porsi yang luas..Hal ini ditunjukkan dengan perkawinanistana yang menjadi komoditas politik bagi kepentingan laki-laki.Perkawinan dan fungsi reproduksi dalam istana cenderung bersifat politis yaitu untuk meneruskan dan mengokohkan garis keturunan dan tahta kerajaan. يهدف هذا البحث إلى النظر في الأدوار الجنسانية والوظائف التي تلعبها نساء القصر في تاريخ الملايو، من الوظائف المنزلية فقط إلى الوظائف العامة حيث يمكن للمرأة أن تلعب دورًا دبلوماسيًا من خلال مؤسسات الزواج. هذا البحث هو بحث نوعي يعتمد على المصادر الأدبية " سلالات السالاتين" الذي نظمه أ. الصمد كبيانات أولية ، وكذلك لمقالات والكتب وغيرها من الملحمة الملاوية كبيانات ثانوية. وجدت هذه الدراسة أن النساء في القصر مازلن يواجهن أدوارًا منزلية تحيط بالزواج. ومع ذلك ، فإن الزواج الذي حدث في قصر الملايو يجعل النساء تشتركن بأخذ القرار. وهذا يدل على شكل الاستقلال الذي تقوم به نساء القصر في زواج دبلوماسي. وأمّا السلبية التي لا تزال تظهرها بعض الشخصيات النسائية الأخرى في سرد الملايوهي تعزيزوالحفاظ على الأيديولوجيا الأبوية منخلا لخطابات السلطة التي تنشأ منخلالا لمؤسسات السياسية والممارسات الاجتماعية والثقافية. وهكذا، يمكن أن نستنتج أنه في سولالات السالاتين كان هناك جهد المؤلف لإعادة بناء دور المرأة في المجال المحلي والمجال العام, مهما كان في جزء قليل, كما يتجلى في زواج القصر الذي أصبح سلعة سياسية لصالح الرجال تميل وظائف الزواج والإنجاب في القصر إلى أن تكون سياسية ، أي الاستمرار في تقوية السلالة الملكية والعرش.
Peta pelayaran Nusantara dari Masa ke Mas
Lapian, Adrian B
Buletin Al-Turas Vol 2, No 3 (1996): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15408/bat.v2i5.6764
Jalur pelayaran menghubungkan pelabuhan yang satu dengan yang lain. pertanyaanpokok adalah : manakah yang lebih dulu, pelabuhan atau jalur pelayaran? dengan kata lain, apakahunculnya sebuah pelabuhan ditentukan oleh jalur pelayaran, ataukah sebaliknya:terjadinya jalur pelayaran ditentukan oleh pelabuhan? Hingga sekarang pertanyaan ini belum bisa dijawab secara memuaskan. mungkin kedua-duanya benar. ada kalanya sebuah pelabuhanmuncul karena lokasi yang strategis pada jalur pelayaran, sedangkan sebaliknya sebuah pelabuhan entrepot tempat perdagangan yang ramai yang memberi kemudahan-kemudahan untukmengisi air dan makanan dan memperbaiki kapal. tentu akan menjadi tempat tujuan sebuahjalur pelayaran.keywords:
An-Niswiyah Fii Riwayah Banat al-Riyadh Li Raja’ Abdullah Al Sanea
Merdu Arika;
Novi Ramadhani
Buletin Al-Turas Vol 24, No 1 (2018): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (712.08 KB)
|
DOI: 10.15408/bat.v24i1.6536
This research is titled feminism in Banat al-Riyadh novel by Rajaa Al Sanea. This novel tells the lives of four women in the city of Riyadh who experienced injustice due to the rules of the family as well as from the government, which restricted the freedom of women; therefore I am interested in reviewing this title. This research focuses on one core problem: how to illustrate the feminism in the novel. The research method used in this research is descriptive method of analysis, and the results obtained from this study found some images of feminism; firstly, the desired freedom of women in this novel is to demand freedom in choosing a life partner, and freedom in social interaction. Secondly, education for women because women also have an important role for the progress of the nation, the advancement of a nation depends on the advance of education for women. Thirdly, a husband cannot divorce his wife unilaterally; there is a specific rule on this matter, so that women are not harmed by the situation.---Penelitian ini berjudul feminisme dalam novel Banat al-Riyadh karya Rajaa Al Sanea. Novel ini mengisahkan kehidupan empat perempuan di kota riyadh yang mengalami ketidakadilan yang disebabkan aturan dari keluarga maupun dari pemerintah, yang membatasi kebebasan perempuan, oleh karena itu saya tertarik mengkaji judul ini. Penelitian ini difokuskan pada satu permasalahan inti yaitu: bagaimana gambaran feminisme dalam novel. Adapun metode penelitian yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dan hasil yang diperoleh dari penelitian adalah peneliti menemukan beberapa gambaran feminisme adalah pertama: kebebasan perempuan yang diinginkan novel ialah menutut kebebasan dalam memilih pasangan hidupnya, dan kebebasan dalam berinteraksi sosial. kedua: pendidikan bagi perempuan karena perempuan juga memiliki peran penting bagi kemajuaan bangsa, majunya suatu bangsa tergantung majunya pendidikan bagi perempuan. ketiga: talak bagi seorang suami tidak boleh menceraikan istrinya secara sepihak, ada aturan tersendiri mengenai hal ini, sehingga perempuan tidak dirugikan dengan situasi tersebut.DOI : 10.15408/bat.v24i1.6536
Rasa Humor dalam Perspektif Agama
Marwan, Iwan
Buletin Al-Turas Vol 19, No 2 (2013): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (531.716 KB)
|
DOI: 10.15408/bat.v19i2.3720
AbstrakTak diragukan lagi bahwa humor itu ada dalam khasanah agama islam. Kisah Nabi dan para sahabatnya menunjukan bahwa humor dan anekdot itu ada, yang secara eksplisit muncul dalam konteks al-Quran dan hadits. Islam tidak pernah melarang tertawa, bahkan berusaha mengelola dan membatasi tertawa sebagai sebuah bentuk kebahagiaan saja, bukan keterlenaan terhadap kenikmatan duniawi. Artikel ini mencoba membahas tertawa, lelucon dan humor dalam sudut pandang Islam. Pembahasan topik tersebut dibagi ke dalam empat bahasan. Pertama, rasa humor itu sendiri yang meliputi fenomena humor dan teori humor. Kedua, jenis-jenis humor dalam al-Quran dan Hadits. Ketiga, etika humor dan fungsi humor. Keempat, hubungan antara humor dan agama. Hasil dari pembahasan menunjukan bahwa selera humor adalah sebuah anugerah dari Tuhan. Menciptakan humor atau sesuatu yang lucu untuk membuat orang lain bahagia adalah sebuah ide yang baik. Walaupun begitu, agama tetap mengingatkan agar tidak melupakan kehidupan akhirat dan kebahagiaan di sana yang abadi. Manusia dapat meraih kebahagiaan di akhirat dengan berupaya membatasi tertawa dan humor agar tidak berlebihan.---AbstractNo doubt exists that humor is present in religion (Islam). On the stories nabi and sahabat showed there are humor and anecdot used in Islam as it is on the holy Qur’an and hadits explicitly. Islam instead of prohibits, manages and restricts laugh as expression of happiness in order to preserve people from preoccupation of wordliness.The article discuses laugh, jokes or humor in Islamic point of view. The discussion divided into four sub discussions. First, sense of humor which included humor phenomenologic and humor theories. Second, humor verses on holy Qur’an and hadists. Third,humor ethics and humor function. Fourth, relations between humor and religion. Result of the discussion showed that sense of humor is a gift from God. Creating joke or funny thing to make people happy is a good deed. Religion put one in mind of not forgeting life after death and happiness on it. People can reach happiness in the hereafter by stinted laugh or jokes.
Peran Perguruan Tinggi Islam dalam Mencerdaskan Bangsa
Rauf, Fathurrahman
Buletin Al-Turas Vol 13, No 2 (2007): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1039.133 KB)
|
DOI: 10.15408/bat.v13i2.4255
According to Human Development Report 2005, the quality index of Indonesian human resources showed the point 0.697 and reached the 110th levelfrom 177 observed countries. Compare with Vietnam. Indonesia is two level under it Vietnam reached 108th level with index 0.708. It means the role of country to develop people is still far from expectation. In this context, the role of all civil society pillars particularly university must be distinguished. Moreover, university faced big challenges after occuring economic, monetary and political crisis, and develop the social anomaly implied unsucces (failure) country.
Prosedur Penerjemahan dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia
Sayogie, Frans
Buletin Al-Turas Vol 9, No 2 (2003): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (2759.155 KB)
|
DOI: 10.15408/bat.v9i2.4109
Perkembangan Ilmu dan teknologi telah berkembang begitu sangat pesat dalam bebe- rapa dekade terakhir iniFenomena ini telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan umat manusia. Perkembangan ilmu yang pesatdi satu pihak yang berarti adanya peningkatan kemampuan manusia dalam me nguasai lingkungan telah memberikan ke bagi kehidupan manusia itu sendiri. Di pihak lain dalam bidang teknologi kemajuan yang diperoleh tidak dapat dihindari dan menjadi suatu nyataan yang harus terus-menerus dihadapi oleh manusia itu sendiri
Perjuangan Rakyat Banten Melawan Belanda: Studi Tentang K.H. Wasyid
Parlindungan Siregar
Buletin Al-Turas Vol 23, No 1 (2017): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (673.727 KB)
|
DOI: 10.15408/bat.v23i1.4801
AbstractThe Dutch administration took-over VOC in 1799 following its collaps and bangkrupt. Since, there were many government policies to the people of Netherlands Indies caused greater challenges form the people by making against and rebellions. These against and rebellions had started from the beginning of nineteen century to the end, i.e. the revolt of the Banten peasent in Cilegon 1888 under K.H. Wasyid command. This study focused on how K.H. Wasyid made contact with the other religious leaders; like kiai, ustadz, sufi teacher, and with other informal leader like Jawara to involve and joint the action of against and rebellion faced the government. And how he made planning and preparation. The other question which is to be answered related to why his call very interesting for them whereas he was not a military background. This study also to know what was the matter in this rebellion, before, and after. Academicaly, the role of K.H. Wasyid was not elaborated by scholars yet although this rebellion was precepted seriously by the Dutch Administration and commented by many professors.---AbstrakPemerintah konial Belanda mengambil-alih VOC pada tahun 1799 sebab korupsi dan bangkrut. Sejak itu, banyak kebijakan pemerinah yang diambil berimplikasi sangat. Akhirnya mereka melakukan perlawanan dan pemberontakan terhadap pemerintah yang dimulai sejak awal abad XIX hingga pemberontakan Cilegon 1888 yang dipimpin KH. Wasyid. Studi tentang ini fokus pada bagaimana KH. Wasyid melakukan kontak dengan pemimpin-pemimpin agama lainnya seperti Kiai, Ustadz, dan guru sufi agar terlibat dan ikut aksi perlawanan dan bagaimana beliau membuat perencanaan dan persiapan. Pertanyaan berikutnya adalah mengapa ajakan KH. Wasid menarik padahal beliau tidak terlatih dalam militer. Riset ini juga penting untuk mengetahui apa yang terjadi dalam peristiwa ini dan sesudahnya. Peran KH. Wasyid belum dielaborasi secara akademik oleh para sarjana padahal pemberontakan ini dianggap serius oleh pemerintah kolonial bahkan banyak guru besar yang mengomentari peristiwa ini.DOI: 10.15408/al-turas.v23i1.4801
Konflik Tradisi dan Modernitas (Telaah atas Pemikiran Najib Mahfudz)
Ramdani, Wildan
Buletin Al-Turas Vol 7, No 2 (2001): BULETIN AL-TURAS
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15408/bat.v7i12.6908
Dulu, sastra lahir berdasarkan kemampuannya mengajari atau menyenangkan khalayak; dengan kata lain menurut kadar kemanfaatan dan kesenangan yang diberikan. Penyair Latin Horatius (68-9 SM) merupakan wakil yang paling terkenal dalam diskusi tentang manfaat/ kesenangan (qui miscuit utile dulci), Disisi lain terdapat corak bertendens, yaitu sastra yang berisi ketidak-adilan, seperti puisi Breytenbach dari Afrika Selatan, puisi Rendra atau sastra yang bertujuan memperbaiki keadaan seperti Max Havelar karangan Multatuli.
Peranan Ummat Islam Indonesia (Sebuah Renungan dalam Memperingati 50 Tahun Kemerdekaan RI )
Ambary, Hasan Muarif
Buletin Al-Turas Vol 1, No 2 (1995): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15408/bat.v1i2.6944
17 Agustus 1995 mempunyai arti yang maha penting bagi seluruh bangsa Indonesia karena pada hari ini itu seluruh bangsaIndonesia karena pada hari itu seluruh bangsa Indonesia dengan gegap gempita dan disertai sujud syukur ke hadirat AllahSWAT. Merayakan 50 tahun kemerdekaannya. Peringatan ini disebut peringatan emas bagi bangsa Indonesia. Berbagai acara kenegaraan dan gebyar peringatan kemerdekaan membahana di berbagai pelosok tanah air dimulai dari Ibukota Republik IndoesiaJakarta hingga desa-desa terpencil , semua larut dalam sukur dan