cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Manajemen Keperawatan
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan" : 16 Documents clear
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Dengan Integrated Clinical Pathway Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Meo, Maria Yulita
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam era globalisasi sekarang ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kinerja serta mampu merumuskan kebijakan-kebijakan strategis antara lain efisiensi dari dalam (organisasi, manajemen, serta SDM) serta harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif, efektif, efisien,menguntungkan juga tanggap terhadap perkembangan IPTEK termasuk teknologi informasi. Teknologi ini disebut sistem informasi manajemen yang pada pelaksanaannya terintegrasi dengan clinical pathway. Dalam formulasi clinical pathway terdiri dari tindakan multidisiplin dan salah satunya bidang keperawatan. Upaya realisasi penerapan clinical pathway dan mengintegrasikannya dengan system informasi manajemen menjadi solusi bagi proses pencatatan yang menyita waktu dan banyaknya dokumentasi yang harus ditulis (paperbased documentation). Artikel ini memberikan rekomendasi untuk menggunakan clinical pathway sebagai salah satu perangkat untuk mengelola kualitas pelayanan kesehatan mengenai standardisasi proses perawatan berdasarkan pada praktek berbasis bukti untuk kelompok pasien tertentu dengan alur prediksi klinis.Integrated Care Pathway (ICP) merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan mencegah adanya variasi pelayanan yang tidak perlu. Sistem informasi yang terintegrasi akan memudahkan setiap tim kesehatan untuk dapat mengetahui informasi pasien secara lengkap dan mengurangi pengumpulan data secara berulang – ulang yang dilakukan oleh setiap tim kesehatan. Proses pengembangan dan penerapan ICP diharapkan pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
Discharge Planning Dalam Interdisciplinary Bedside Rounds (Sibr) Pada Perawatan Pasien Dengan Diabetes Melitus Setiawan, Herry; Herry Setiawan
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Era moderenisasi yang diikuti perubahan pola makan dan gaya hidup meningkatan kejadian penyakit degenaratif di masyarakat. Salah satu penyakit degeratif yang mengalami peningkatan baik angka mortalitas dan morbiditasnya adalah Diabetes Melitus (DM). Data di Amerika Serikat, jumlah klien DM meningkat tajam dimana terdapat 8 juta orang mengalami NIDDM, dan 1 juta orang mengalami IDDM serta lebih dari 4 juta orang yang belum terdiagnosa. Menurut data dunia, jumlah keseluruhan klien dengan DM adalah 114 juta. Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peran penting dalam pelayanan di rumah sakit, khususnya merencanakan Discharge Planning. Tujuan: Mendesain suatu program discharge planning dalam interdisciplinary bedside rounds (SIBR) pada perawatan pasien dengan diabetes mellitus. Gagasan inovasi: Bentuk nyata dari komunikasi dan koordinasi antar disiplin ilmu kesehatan adalah penggunaan “Kartu Menuju Sehat Gula” dalam program discharge planning. Metode ini dapat memfasilitasi pelaksanaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi antar disiplin ilmu kesehatan di rumah sakit. Diskusi: Seorang discharge planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan, memonitor, memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan. Pelaksanaan Discharge Planning dilaksanakan dengan memperhatikan Interdisciplinary Bedside Rounds untuk membangun komunikasi dan koordinasi yang efektif demi kualitas pelayanan kesehatan. Adanya kesempatan berkoordinasi disiplin ilmu kesehatan berimplikasi terhadap kemampuan dalam melakukan perawatan pada pasien secara holistik dan komprehensif dengan melibatkan keluarga. Keterbukaan terkait keadaan pasien akan membuat keluarga terlibat dalam perawatan post hospitalisasi, sehingga perawatan di rumah akan sejalan dengan perawatan yang dijalani di rumah sakit. Kesimpulan: Discharge planning dapat mengurangi hari perawatan, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan dan menurunkan beban perawatan, meningkatkan kemajuan, menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan, menurunkan angka mortalitas dan morbiditas serta membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum dipulangkan.
Hubungan Antara Self Efficacy Dan Stres Kerja Dengan Burnout Pada Perawat Dalam Melakukan Asuhan Hubungan Antara Self Efficacy Dan Stres Kerja Dengan Burnout Pada Perawat Dalam Melakukan Asuhan Natsir, Muhammad; Hartiti, Tri; Sulisno, Madya
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Profesi kesehatan pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit yang paling rentan mengalami burnout adalah perawat. Faktor individu dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya Burnout. Faktor individu salah satunya adalah self efficacy sedang faktor lingkungan disebabkan stres kerja. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara self efficacy dan stres kerja dengan burnout pada perawat dalam melakukan asuhan keperawatan di RS Pemerintah di Kabupaten Semarang. Jenis penelitian observasional pendekatan cross sectional. Populasi perawat di RS Pemerintah di Kabupaten Semarang dengan sampel sebanyak 111 responden. Teknik sampling dengan stratified random sampling. Instrumen berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis bivariat yang digunakan chi square. Hasil penelitianmenunjukkan55% responden memiliki self efficacy tinggi, 64,9% responden mengalami stres kerja sedang, 89,2% responden mengalami burnout rendah. Tidak ada hubungan antara self efficacy dengan burnout, ada hubungan antara stres kerja dengan burnout. Implikasi utuk peneliti selanjutnya dapatmengembangkan penelitian dengan mempertimbangkan faktor individu, faktor lingkungan, faktor organisasi yang dapatmempengaruhi burnout. Rumah sakit dapatmelakukan kegiatan untuk meningkatkan self efficacy perawat melalui pelatihan kompetensi, menurunkan stres kerja dan burnoutmelaluikegiatan refresing, rotasi kerja. Perawat dapat meningkatkan self efficacy melalui peningkatan kompetensi, melakukan koping yang konstruktif untuk mencegah stres kerja dan burnout.
Strategi Meningkatkan Perilaku Caring Perawat Dalam Mutu Pelayanan Keperawatan Purwaningsih, Diah Fitri
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang mamadai semakin meningkat sehingga memacu Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang paling banyak jumlahnya dan paling banyak berinteraksi dengan klien. Pelayanan keperawatan menjadi salah satu tolok ukur pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena perawat yang melaksanakan tugas perawatan terhadap klien secara langsung. Dengan demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga pelayanan Rumah Sakit akan meningkat juga seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan, sehingga diperlukan sikap professional yang dilandaskan pada kiat keperawatan. Pelayanan keperawatan yang bermutu menuntut perawat untuk bekerja secara professional dan terstandar, dimana pelayanan berfokus pada pasien dan secara komprehensif. Profesionalisme perawat diharapkan perawat mampu bersikap humanis dimana perawat memperlakukan pasien sebagai manusia yang harus diperhatikan, dijaga dan dilayani setulus hati. Perilaku humanis ini dapat dicapai dengan perawat melakukan caring dimana adanya kepedulian terhadap pasien. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan caring adalah dengan meningkatkan kemampuan perawat baik internal atau eksternal melalui pengarahan yang intensif. Peningkatan kemampuan perawat dapat dicapai dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan melakukan in house training. In house training didalam pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara terarah dan berkelanjutan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan perawat adalah dengan melakukan pelatihan profesionalisme perawat, pelatihan caring, pelatihan komunikasi terapiutik, pelatihan supervise keperawatan, pelatihan critical thinking, pelatihan service excellent . Dalam perencanaan in house training diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Interaksi Caring Mahasiswa Keperawatan Tingkat I, II dan III Sulisno, Madya; Ulfa, Isma Halida
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Interaksi caring adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, yang saling mempengaruhi dan saling membantu dengan adanya rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Idealnya setiap tahun mahasiswa mengalami peningkatan interaksi caring. Namun, belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti teori tersebut. Studi pendahuluan sebelumnya menemukan bahwa dari 6 responden mahasiswa tingkat IV, semuanya mengatakan interaksi caring dalam satu angkatan dinilai masih kurang. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan interaksi caring pada mahasiswa tingkat I,II dan III PSIK FK UNDIP. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan studi komparasi. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Jumlah responden sebanyak 187 orang dengan teknik proportionate stratified random sampling. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan metode analisis of varians (anova). Berdasarkan hasil penelitian ini dengan uji anova didapatkan hasil p value 0,003 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat interaksi caring pada mahasiswa Tingkat I,II dan III. Hasil dari uji post hoc menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat 2 dan tingkat 3 (p=0,317 > 0,05), terdapat perbedaan yang signifikan tingkat 2 dengan tingkat 1 (p=0,027 < 0,05) dan tingkat 1 dengan tingkat 3 (p=0,001< 0,05). Perbedaan dikarenakan adanya perkembangan psikologi mahasiswa pada setiap tingkatnya. maka dari itu, setiap mahasiswa dan pihak kampus diharapkan dapat menerapkan iklim caring di dalam kampus sehingga interaksi caring pada mahasiswa dapat meningkat.
Dilema Etik Penolakan Imunisasi, Antara Hak Orang Tua Dan Tanggung Jawab Pemberi Pelayanan Kesehatan Purnamasari, Ika
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mendiskusikan tentang dilema etik yang terjadi pada kasus penolakan imunisasi terhadap anak yang didasarkan pada studi literatur dan studi terhadap kasus nyata yang terjadi di daerah. Berbagai alasan dikemukakan untuk menjadi dalih penolakan terhadap imunisasi anak, mulai dari kecemasan akan bahaya yang ditimbulkan sampai dengan faktor agama dan keyakinan. Metode analisa yang digunakan dengan menggunakan studi literature dan self experience terhadap kasus ditinjau dari aspek dilemma etik, teori etik dan aspek Agama Islam.Perawat harus mampu mengambil keputusan serta memainkan perannya sebagai educator dan konselor dalam menghadapi kasus penolakan imunisasi ini.Pembahasan dan alternative solusi yang dapat dilakukan oleh perawat didiskusikan pada akhir artikel ini.
Caring Dimensions Inventory Dalam Tatanan Pelayanan Keperawatan Triwijayanti, Renny
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan teori-teori keperawatan, salah satunya adalah teori Caring. Menurut Jean Watson meyakini bahwa praktik caring adalah inti dari keperawatan, hal ini merupakan fokus pemersatu dalam keperawatan. Intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia disebut sebagai carrative factors, yakni panduan yang disebut Watson sebagai “Inti Keperawatan”. Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan proporsi terbanyak di rumah sakit dan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan dapat terwujud dengan asuhan keperawatan yang professional meliputi intelektual, tehnikal, dan interpersonal yang mencerminkan perilaku caring. Sebagai pembeda antara perawat dengan profesi lain adalah dalam hal kemampuan caring, sehingga mengubah keperawatan menjadi profesi yang lebih terhormat. Perilaku caring perawat dapat dilihat melalui dimensi caring yang dikembangkan oleh Watson & Lea, dimensi caring yang dikembangkan ini terdiri dari 25 dimensi yang dapat menumbuhkan perilaku caring perawat sehingga meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berorientasi kepada pasien. pencapain pelayanan keperawatan yang profesional mutu dari tenaga perawat lebih diperhatikan sehingga akan mencapai suatu standar dalam pelayanan keperawatan melalui caring. Caring dimensi inventori dapat diterapkan dalam pelayanan keperawatan dan sebagai salah satu indicator dalam pencapain kepuasan pasien dan dapat dipakai sebagai standar recruitment pegawai dimana dalam standar profesi perawat dapat dilaksanakan menggunakan dimensi caring. Sehingga didapatkan perawat professional dalam tatanan pelayanan keperawatan.
Penilaian Prestasi Kerja Perawat Dengan Sistem Komputer Sederhana Purnamawati, Fitria
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kinerja perawat merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral dan etika.Metode penilaian kinerja seorang perawat yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) adalah dengan menggunakan metode penilaian prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja PNS merupakan suatu proses penilaian secara sistematis serta obyektif, terukur, akuntabel, partisipasi dan transparan yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap sasaran kerja pegawai (SKP) dan perilaku kerja PNS dengan bobot penilaian masing-masing unsur SKP sebesar 60% dan perilaku kerja sebesar 40%.Penilaian prestasi kerja PNS dilaksanakan oleh pejabat penilai sekali dalam 1 (satu) tahun. Untuk membantu dalam penilaian prestasi kerja perawat yang berstatus PNS, penulis mengembangkan aplikasi sederhana dengan menggunakan komputer melalui program excel, dengan menyusun SKP sebagai perencanaan awal tahun dan memasukkan realisasi kegiatan yang sudah dilakukan dan tercatat dalam logbook perawat selama 1 (satu) tahun maka secara otomatis pengukuran SKP sekaligus penilaian prestasi kerja pegawai dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan cepat. Penilaian prestasi kerja inidiharapkan mampu menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen yang berkaitan dengan kegiatan manajemen sumber daya manusia (SDM) seperti perencanaan SDM, penarikan dan seleksi, pengembangan SDM, perencanaan dan pengembangan karir, penghargaan, promosi, pensiun serta penghentian SDM.
Discharge Planning Dalam Interdisciplinary Bedside Rounds (Sibr) Pada Perawatan Pasien Dengan Diabetes Melitus Herry Setiawan; Herry Setiawan
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.828 KB)

Abstract

Era moderenisasi yang diikuti perubahan pola makan dan gaya hidup meningkatan kejadian penyakit degenaratif di masyarakat. Salah satu penyakit degeratif yang mengalami peningkatan baik angka mortalitas dan morbiditasnya adalah Diabetes Melitus (DM). Data di Amerika Serikat, jumlah klien DM meningkat tajam dimana terdapat 8 juta orang mengalami NIDDM, dan 1 juta orang mengalami IDDM serta lebih dari 4 juta orang yang belum terdiagnosa. Menurut data dunia, jumlah keseluruhan klien dengan DM adalah 114 juta. Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peran penting dalam pelayanan di rumah sakit, khususnya merencanakan Discharge Planning. Tujuan: Mendesain suatu program discharge planning dalam interdisciplinary bedside rounds (SIBR) pada perawatan pasien dengan diabetes mellitus. Gagasan inovasi: Bentuk nyata dari komunikasi dan koordinasi antar disiplin ilmu kesehatan adalah penggunaan “Kartu Menuju Sehat Gula” dalam program discharge planning. Metode ini dapat memfasilitasi pelaksanaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi antar disiplin ilmu kesehatan di rumah sakit. Diskusi: Seorang discharge planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan, memonitor, memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan. Pelaksanaan Discharge Planning dilaksanakan dengan memperhatikan Interdisciplinary Bedside Rounds untuk membangun komunikasi dan koordinasi yang efektif demi kualitas pelayanan kesehatan. Adanya kesempatan berkoordinasi disiplin ilmu kesehatan berimplikasi terhadap kemampuan dalam melakukan perawatan pada pasien secara holistik dan komprehensif dengan melibatkan keluarga. Keterbukaan terkait keadaan pasien akan membuat keluarga terlibat dalam perawatan post hospitalisasi, sehingga perawatan di rumah akan sejalan dengan perawatan yang dijalani di rumah sakit. Kesimpulan: Discharge planning dapat mengurangi hari perawatan, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan dan menurunkan beban perawatan, meningkatkan kemajuan, menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan, menurunkan angka mortalitas dan morbiditas serta membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum dipulangkan.
Hubungan Antara Self Efficacy Dan Stres Kerja Dengan Burnout Pada Perawat Dalam Melakukan Asuhan Hubungan Antara Self Efficacy Dan Stres Kerja Dengan Burnout Pada Perawat Dalam Melakukan Asuhan Muhammad Natsir; Tri Hartiti; Madya Sulisno
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.425 KB)

Abstract

Profesi kesehatan pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit yang paling rentan mengalami burnout adalah perawat. Faktor individu dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya Burnout. Faktor individu salah satunya adalah self efficacy sedang faktor lingkungan disebabkan stres kerja. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara self efficacy dan stres kerja dengan burnout pada perawat dalam melakukan asuhan keperawatan di RS Pemerintah di Kabupaten Semarang. Jenis penelitian observasional pendekatan cross sectional. Populasi perawat di RS Pemerintah di Kabupaten Semarang dengan sampel sebanyak 111 responden. Teknik sampling dengan stratified random sampling. Instrumen berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis bivariat yang digunakan chi square. Hasil penelitianmenunjukkan55% responden memiliki self efficacy tinggi, 64,9% responden mengalami stres kerja sedang, 89,2% responden mengalami burnout rendah. Tidak ada hubungan antara self efficacy dengan burnout, ada hubungan antara stres kerja dengan burnout. Implikasi utuk peneliti selanjutnya dapatmengembangkan penelitian dengan mempertimbangkan faktor individu, faktor lingkungan, faktor organisasi yang dapatmempengaruhi burnout. Rumah sakit dapatmelakukan kegiatan untuk meningkatkan self efficacy perawat melalui pelatihan kompetensi, menurunkan stres kerja dan burnoutmelaluikegiatan refresing, rotasi kerja. Perawat dapat meningkatkan self efficacy melalui peningkatan kompetensi, melakukan koping yang konstruktif untuk mencegah stres kerja dan burnout.

Page 1 of 2 | Total Record : 16