cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jap.anestesi@gmail.com
Editorial Address
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Jalan Pasteur No. 38 Bandung 40161, Indonesia
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Anestesi Perioperatif
ISSN : 23377909     EISSN : 23388463     DOI : 10.15851/jap
Core Subject : Health, Education,
Jurnal Anestesi Perioperatif (JAP)/Perioperative Anesthesia Journal is to publish peer-reviewed original articles in clinical research relevant to anesthesia, critical care, case report, and others. This journal is published every 4 months with 9 articles (April, August, and December) by Department of Anesthesiology and Intensive Care Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran/Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 1 (2024)" : 9 Documents clear
Tatalaksana Pasien Syok Sepsis dengan Peritonitis Diffusa ec. Abses Hepar Post Laparatomi Eksplorasi Faisal Rachman; Tinni T. Maskoen
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3491

Abstract

Abses hepar didefinisikan sebagai benjolan yang berisi pus pada hepar yang dapat berkembang dari cedera pada hepar atau infeksi intra-abdominal yang menyebar dari sirkulasi portal. Tingkat kejadian tahunan abses hepar adalah sekitar 2,3 kasus per 100.000 orang. Abses hepar dapat pecah yang menyebar sehingga menyebabkan peritonitis dan syok. Komplikasi penularan ke organ lain termasuk endoftalmitis atau emboli septik sistem saraf pusat yang berakibat fatal pada pasien yang dapat menyebabkan kematian. Laporan kasus ini menjelaskan pasien laki-laki 18 tahun dengan syok sepsis dan abses hepar. Prinsip tata laksana pasien abses hepar adalah insisi dan debridement. Pada kasus ini pasien sudah mengalami syok septik tata laksananya meliputi resusitasi cairan, optimalisasi penggunaan vasopresor-inotropik, pengendalian sumber infeksi (source control), dan pemberian antibiotik intravena dini, sebaiknya dalam waktu satu jam setelah diagnosis sepsis dan syok septik ditegakkan. Selain itu, perawatan pasien kritis di ICU juga merupakan tantangan tersendiri terutama pasien dengan syok septik. Manajemen cairan, nutrisi, serta pemberian analgesia dan sedasi sesuai dengan kebutuhan. Penatalaksanaan tepat pasien dengan syok sepsis karena abses hepar, luaran pasien yang baik dengan length of stay (LOS) yang singkat di ruangan ICU merupakan target dokter anestesi dan intensivis. Penatalaksanaan yang tepat akan memberikan prognosis pasien yang lebih baik; pada kasus ini pasien ditatalaksana dengan baik sehingga pasien mendapatkan perbaikan keadaan umum dan kesadaran pasien kompos mentis setelah diterapi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanjangan Lama Rawat Intensif Pasien Atresia Bilier Pediatrik yang Menjalani Operasi Kasai di RSUP Dr Sardjito Muhammad Brian Ristianto; Yunita Widyastuti; Djayanti Sari
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3411

Abstract

Atresia bilier merupakan kelainan pada neonatus yang menyebabkan gagal hepar progresif dan kematian bila tidak ditangani. Operasi Kasai merupakan penanganan atresia bilier melalui pembuatan anastomosis untuk drainase empedu. Pemanjangan lama rawat pascaoperasi Kasai meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan menemukan faktor-faktor yang memengaruhi pemanjangan lama rawat intensif pascaoperasi Kasai. Penelitian ini merupakan studi observasional kohort retrospektif pada pemanjangan lama rawat intensif pasien atresia bilier pediatrik yang menjalani operasi Kasai di RSUP Dr. Sardjito dari 1 Januari 2017 hingga 31 Desember 2021. Terdapat 33 dari 52 sampel (64%) mengalami pemanjangan lama rawat intensif. Uji statistik dilakukan dengan uji regresi logistik univariat dan uji regresi logistik multivariat bagi parameter yang signifikan pada uji sebelumnya (p<0,25). Didapatkan sepsis (OR=39,2) dan malnutrisi (OR=7,55) signifikan memengaruhi pemanjangan lama rawat intensif pascaoperasi Kasai. Simpulan, Sepsis dan malnutrisi signifikan memengaruhi pemanjangan lama rawat intensif pasien atresia bilier pediatrik yang menjalani operasi Kasai masing-masing sebanyak 39 dan 7,5 kali. 
Terapi Substitusi Ginjal pada Sindrom HELLP ( Hemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Platelets) dan Cedera Ginjal Akut Dedi Tanto; Nurita Dian Kestriani
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3631

Abstract

Renal replacement therapy (RRT)/terapi substitusi ginjal untuk pasien cedera ginjal akut di unit perawatan intensif menghadirkan masalah unik dalam menyediakan pembuangan biokimia dan cairan pada pasien dengan instabilitas sirkulasi, inotropik, dan peningkatan permeabilitas kapiler. Pasien pre-eklamsia dengan insufisiensi ginjal dapat ditegakkan diagnosisnya jika kadar kreatinin serum lebih atau sama dengan 1,1 mg/dL. Pasien hamil dengan pre-eklamsia berat (PEB) dan sindrom hemolysis, elevated liver enzymes levels and low platelet levels (HELLP) merupakan salah satu faktor risiko cedera ginjal akut pada kehamilan. Peningkatan kreatinin juga dilaporkan meningkatkan progresivitas terjadi strok iskemik Seorang perempuan berusia 21 tahun dengan pascaoperasi sectio caesaria dengan indikasi gawat janin pada pre-eklamsia berat disertai cerebrovascular disease infarct, acute kidney injury dd/acute on chronic kidney disease, asidosis metabolik, elektrolit imbalans, masuk di rawat di ruang rawat intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung. Pascaoperasi pasien masih dalam keadaan tersedasi dan terintubasi, untuk kemudian dikontrol pernapasannya. Karena terjadi peningkatan kadar kreatinin dan terjadi hiperkalemia refrakter maka pada pasien dilakukan continuous renal replacement therapy. (CRRT). Tujuan CRRT pada pasien ini adalah menekan progresivitas cedera ginjal akut serta hiperkalemia, menghindari fluktuasi hemodinamika, serta menghindari progresivitas cerebrovascular disease (CVD) iskemik.
HUBUNGAN ANTARA SKOR APACHE II, SOFA, EWS TERHADAP KEJADIAN PROLONGED MECHANICAL VENTILATOR DI ICU RSUP H. ADAM MALIK MEDAN T. Abdurrahman Johan; Tasrif Hamdi; Rr. Sinta Irina
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3676

Abstract

Pasien yang dirawat di ICU sekitar 30−60% membutuhkan ventilasi mekanik. Penelitian sebelumnya memperkirakan bahwa 3−7% pasien dengan ventilasi mekanis memerlukan prolonged mechanical ventilator (PMV). Prevalensi individu yang membutuhkan ventilator assisted individuals (VAI) berkisar 6,6 hingga 23 per 100.000 pasien. Individu dengan VAI meningkat mengindikasikan peningkatan kebutuhan ventilasi mekanik yang lama/prolonged mechanical ventilation (PMV) dan prognosis yang lebih buruk. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah penilaian skor APACHE II, SOFA, dan NEWS memiliki hubungan dengan penggunaan ventilator mekanik yang memanjang selama Januari–Desember 2022 di ICU RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian ini menggunakan uji analitik retrospektif dengan rancangan cohort. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi dipilih dengan metode total sampling. Jumlah sampel 96 pasien yang dinilai skor APACHE, SOFA, NEWS, dan apakah pasien mengalami PMV. Hasil penelitian ini pasien dengan PMV didapatkan skor APACHE dengan nilai median 18, pada skor SOFA 7 dan pada skor NEWS 12, dengan nilai p=0,001 pada ketiga penilaian ditemukan hubungan yang signifikan. Simpulan penelitian ini didapatkan hubungan skor APACHE II, SOFA, dan NEWS dengan kejadian PMV.
Lama Penggunaan Ventilator, ICU-LOS dan Mortalitas Pasien Ventilated Hospital Acquired Pneumonia dan Ventilated Community Acquired Pneumonia di GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Periode Januari–Desember 2021 Sugianto Parulian Simanjuntak; Erwin Pradian; Ruli Herman Sitanggang
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3551

Abstract

Ventilated hospital-acquired pneumonia (V-HAP) dan ventilated community-acquired pneumonia (V-CAP) merupakan subtipe klinis penyakit hospital-acquired pneumonia dan community-acquired pneumonia yang ditatalaksana dengan ventilasi mekanik di ICU. Penelitian yang mengeksplorasi karakteristik umum dan luaran kedua kategori pasien tersebut masih sangat terbatas. Penelitian observasional retrospektif ini menganalisis rekam medis pasien V-HAP dan V-CAP berusia 18 tahun ke atas yang dirawat di GICU Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin, Bandung antara Januari–Desember 2021. Terdapat 23 pasien V-HAP dan 21 pasien V-CAP. Ditemukan bahwa pasien V-HAP lebih lama menggunakan ventilator (rerata: 16,33±9,88 hari) dibanding dengan V-CAP (rerata: 8,25±4,92 hari). Pasien V-HAP juga lebih lama dirawat di ICU (rerata ICU-LOS: 19,33±13,42 hari) dibanding dengan V-CAP (rerata ICU LOS: 9±4,74 hari). Mortalitas yang tinggi pada kelompok V-HAP (87%) dan V-CAP (81%) dipengaruhi oleh komorbiditas dan kondisi dasar pasien. Pada biakan sputum juga ditemukan lebih banyak kuman gram negatif yang didominasi multi drug resistant organism (MDRO), yaitu sebanyak 93% pada V-HAP dan 78% pada V-CAP. Pasien V-HAP di ICU memiliki durasi penggunaan ventilator dan perawatan ICU yang lebih lama serta tingkat mortalitas yang tinggi dibanding dengan pasien V-CAP dan dengan prevalensi kuman gram negatif resisten obat yang lebih dominan.
CORRELATION OF PAIN AND AGITATION IN INTUBATED PATIENTS IN HAJI ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL ICU Muhammad Syakur; Tasrif Hamdi; Andriamuri Primaputra Lubis
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3702

Abstract

Agitasi umum terjadi pada pasien ICU dan dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti lingkungan baru, paparan obat, kondisi medis, dan kondisi kesehatan mental. Nyeri juga banyak dialami oleh pasien yang diintubasi di ICU yang menerima perawatan medis seperti suctioning ETT, pemasangan kateter urin, nasogastrik, dan tindakan perawatan pasien rutin sehari-hari dapat memperburuk agitasi. Dalam perawatan ICU, penting mempertimbangkan hubungan antara agitasi, nyeri, delirium, dan faktor-faktor lain untuk mengelola dan mengatasi kondisi pasien secara efektif. Penelitian ini bertujuan menganalisis korelasi antara nyeri menggunakan critical-care pain observation tool (CPOT) dan agitasi menggunakan RASS pada pasien intubasi di ICU Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik. Desain penelitian adalah analitik observasional dengan studi cross sectional menggunakan skala CPOT dan Richmond agitation sedation scale (RASS) sebagai alat ukur selama periode Oktober 2023. Didapatkan perbedaan yang signifikan antara pengukuran pagi dan malam di semua penilaian hemodinamik. Diketahui ada korelasi positif yang signifikan antara CPOT dan RASS pada pagi hari dengan tingkat korelasi sedang dan arah korelasi positif. Perbedaan nilai CPOT pagi dan RASS pagi dengan sore hari signifikan secara statistik. Simpulan, didapatkan korelasi antara nyeri dan agitasi pada pasien yang diintubasi di ICU RSUP Adam Malik dengan tingkat korelasi sedang. CPOT dianggap memiliki manfaat untuk digunakan di ICU.
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Bedah Anak pada Persiapan Perioperatif di RSD dr. Soebandi Jember Supangat Supangat; Elly Nurus Sakinah; Muhammad Yuda Nugraha; Achmad Haykal Baswedan; Prisma Atha Haritsah
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3126

Abstract

Pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan umumnya akan mengalami cemas, khususnya pasien anak. Kecemasan yang dirasakan dapat berhubungan dengan prosedur pembedahan maupun anestesi yang akan dilakukan. Kecemasan yang terjadi akan berdampak pada proses penyembuhan luka pascaoperasi. Beberapa penelitian menemukan bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman operasi dapat memengaruhi tingkat kecemasan pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis gambaran tingkat kecemasan pasien yang akan mengalami prosedur pembedahan dan dikaitkan dengan usia pasien. Desain penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional pada bulan September–Oktober 2022 di RSD dr. Soebandi Jember pada pasien anak berusia 1–18 tahun yang akan menjalani operasi. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner Modified Yale Preoperative Anxiety Scale sebagai alat ukur tingkat kecemasan pasien. Selanjutnya, tingkat kecemasan dianalisis berdasarkan data demografi pasien. Pada penelitian ini didapatkan data responden sebanyak 48 pasien. Hasil penelitian terdapat 48% pasien mengalami kecemasan. Tingkat kecemasan pasien ini berhubungan dengan usia (p=0,000). Sebagian besar pasien yang mengalami kecemasan usia kurang dari 10 tahun. Simpulan, tingkat kecemasan berhubungan dengan usia terutama usia <10 tahun. 
Hubungan Platelet Lymphocyte Ratio (PLR) dengan Status Mortalitas H-28 pada Pasien Sepsis Associated Acute Kidney Injury Franz Josef Tarigan; Tinni T. Maskoen; Dhany Budipratama
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3626

Abstract

Inflamasi merupakan proses yang berperan penting dalam perkembangan Sepsis-associated acute kidney injury (S-AKI). Rasio platelet-limfosit (PLR) merupakan penanda inflamasi baru yang mulai sering digunakan untuk memperkirakan mortalitas. Pada fase inflamasi terjadi peningkatan produksi platelet akibat cedera endotel disertai dengan peningkatan rekrutmen limfosit ke ginjal sehingga dapat tergambar pada nilai PLR. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan PLR dengan mortalitas pada pasien S-AKI di ICU RSUP Dr. Hasan Sadikin. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah case-control secara retrospektif dengan menggunakan rekam medis 136 pasien S-AKI di ICU RSUP Dr. Hasan Sadikin pada tahun 2021–2022 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan dibagi menjadi kelompok bertahan hidup 68 orang dan kelompok mortal 68 orang. Penelitian dilakukan mulai dari Maret 2022 sampai Februari 2023. Pengambilan sampel dilakukan secara vkonsekutif, kemudian dilakukan analisis statistik chi-square untuk melihat hubungan nilai PLR dengan status mortalitas h-28. Didapatkan rasio odd pada PLR sebesar 165 dan nilai cut-off PLR penelitian ini adalah 120. Terdapat hubungan antara nilai PLR dan mortalitas h-28 pada pasien S-AKI. Pasien dengan nilai PLR≥120 memiliki risiko mortalitas h-28 lebih tinggi. Peningkatan nilai rasio platelet dan limfosit pada pasien cedera ginjal akut akibat sepsis yang mortal terjadi karena peningkatan penggunaan leukosit ke ginjal dan peningkatan produksi platelet akibat inflamasi yang berat.
Perbandingan Nilai rSO2 Pra dan Pasca Pembedahan Bedah Kraniotomi Tumor Removal Di RSUP Haji Adam Malik Medan Veronica Simamora; Rr. Sinta Irina; Andriamuri Primaputra Lubis
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n1.3390

Abstract

Pengukuran regional oxygen saturation (rSO2) menggunakan near- infrared spectroscopy (NIRS) berkorelasi dengan saturasi vena sentral. Oksigen serebral sangat dipengaruhi oleh autoregulasi serebri yang dapat mengatur aliran darah ke otak sehingga menyebabkan oksigen dapat bertambah maupun berkurang. Penelitian ini bertujuan melihat perbandingan nilai rSO2 pre dengan pascabedah kraniotomi tumor removal di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian cohort prospective. Penelitian ini dilakukan pada 12 pasien yang menjalani prosedur pembedahan kraniotomi tumor removal selama 14 April–19 Mei 2023 Sampel dipilih menggunakan metode consecutive sampling. Analisis data menggunakan uji t berpasangan. Sebanyak 12 pasien diteliti rSO2 sebelum operasi kraniotomi didapatkan rerata sebesar 64,50±2,98 pada kanan dan kiri didapatkan rerata sebesar 62,58±3,17. Pada rSO2 setelah operasi kraniotomi didapatkan rerata sebesar 71,58±2,31 pada kanan dan kiri didapatkan rerata sebesar 70,25±3,52. Pada rSO2 kanan rerata sebesar 64,50±1,90 dan rSO2 kanan sesudah penelitian ini didapatkan rerata sebesar 71,58±1,71 dengan nilai p<0,05 secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara rSO2 kanan sebelum dan sesudah operasi. Simpulan, terdapat perbedaan antara rSO2 sebelum dan sesudah pembedahan kraniotomi tumor removal di RSUP Haji Adam Malik, Medan. 

Page 1 of 1 | Total Record : 9