cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue " Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004" : 11 Documents clear
DAMPAK KEBIJAKAN PENGHAPUSAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KINERJA USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Widowati, RR. Retno; , Hamsudin; K.S. Swastika, Dewa
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Although share of agricultural sector in GRDP of East Kalimantan province is relatively small, but this sectoremploys significant labor. On the other hand, agricultural land resources are less utilized optimally. Results of thestudy showed that 89 percent of sample farmers reduced the dosage of fertilizers due to too expensive. The farmers(55%) did not difficulty in purchasing, but the price was unaffordable. Most of the farmers (96%) deemed that riceprice at farm level was too low. Negative impact of high price of fertilizers led farmers to use less SP-36 and resulted in lower average yields by 0.1 ton/ha. Real income of farmers from rice farming was relatively low due ineffective implementation of floor price policy to compensate increased price of fertilizers. It is essential to maintainfloor price of rice officially established by the government. For example, the government purchases farmers’ ricethrough Dolog. The local government could also intervene through credit program for input purchase at low interestrate.Key words: fertilizer subsidy, rice farming, floor priceWalaupun peran sektor pertanian dalam PDRB di Kalimantan Timur relatif kecil, tetapi cukup banyakmenyerap tenaga kerja. Dipihak lain, sumberdaya lahan masih relatif sedikit dimanfaatkan secara optimal. tercatatcukup luas, yaitu 856.195 ha lahan sawah potensial, sementara yang baru termanfaatkan baru Hasil penelitianmenunjukkan bahwa harga pupuk relatif mahal bagi 89 persen petani sampel sehingga mengurangi aplikasi pupuk danmenurunkan produktivitas. Sekitar 55 persen petani tidak kesulitan memperoleh pupuk di kios sarana produksi,namun harga pupuk terlalu tinggi. Sebanyak 96 persen petani menyatakan bahwa harga gabah antara Rp 900 sampaiRp 1.100 per kg tidak sebanding dengan biaya produksi. Sebagian besar (57%) tidak lagi mengandalkan lahanpertaniannya sebagai mata pencaharian utama. Untuk meningkatkan kemampuan petani membeli sarana produksi,maka pemerintah harus berupaya menyediakan fasilitas kredit murah dengan prosedur administrasi yang mudah.Pencabutan subsidi pupuk secara umum tidak berdampak negatif terhadap tingkat penerapan teknologi, kecualiberkurangnya penggunaan SP36 yang berakibat penurunan produktivitas padi sekitar 1 ku/ha. Dampak negatif yangcukup signifikan dari penghapusan subsidi ini adalah menurunnya pendapatan riil usahatani padi yang terutamadisebabkan oleh tidak efektifnya implementasi kebijakan harga dasar gabah. Untuk melindungi petani dari kerugianakibat kebijakan penghapusan subsidi, maka perlu ada upaya pengamanan kebijakan harga dasar gabah, berupapembelian gabah petani oleh Dolog melalui KUD atau melalui Tim Khusus Dolog. Alternatif lain adalah bantuansubsidi pupuk oleh pemerintah daerah kepada petani di Kalimantan Timur.Kata kunci : subsidi pupuk, usahatani padi, harga dasar gabah 
EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI SAWAH , Endrizal; Bobihoe, Julistia
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study aims at assessing efficiency nitrogen ferilizer and organic fertilizers. The experiment wasconducted on September 1999 – March 2000 in Kambaniru, East Sumba district, East Nusa Tenggara district usingRandomized Completely Block Design consisting of 6 treatments and 4 replications. The treatments are as follows:(A) recommended rate (Urea-SP36-KCl: 150-100-50 kg/ha), (B) standard rate (Urea-SP36-KCl: 50-50-50 kg/ha), (C)standard rate + rice straw 10t/ha + EM-4 (D) standard rate + rice straw 5 t/ha + EM-4 (E) standard rate + Guano 300kg/ha and (F) NPK Plus (Beringin Brand) 300 kg/ha. Recommended rate showed better growth rate than those treatedwith organic fertilizers. Productivity of Memberamo variety treated with recommended rate was the highest (5,25ton/ha), and the lowest productivity (3,75 ton/ha) was that with the standard recommended rate + 50 kg/ha of nitrogen.Nevertheless, productivity of rice treated with standard rate + rice straw 10 ton/ha was not significantly different withthat treated with recommended rate. Costs and benefit analysis revealed that recommended rate got highest profit ofRp 2.525.000 and B/C ratio of 1,93.Key words : nitrogen use efficiency, organic fertizer, guano fertilizerPengkajian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan pupuk nitrogen dan pupuk organik.Pengkajian dilaksanakan pada bulan September 1999 – Maret 2000 di daerah irigasi Kambaniru, Kabupaten SumbaTimur, Nusa Tenggara Timur. Metoda yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan,masing- masing ulangan. Perlakuan yang diberikan, yaitu (A) dosis rekomendasi Urea-SP36-KCl : 150-100-50 kg/ha;(B) dosis standar: Urea-SP36-KCl: 50-50-50 kg/ha; (C) dosis standar + jerami 10 ton/ha + EM-4; (D) dosis standar+ jerami 5 ton/ha + EM-4, dan (E) dosis standar + pupuk alam Guano 300 kg/ha. (F) NPK plus Cap Beringin 300kg/ha. Pada pemberian pupuk dengan dosis rekomendasi semua parameter pengamatan memperlihatkan pertumbuhanyang lebih baik dari pupuk organik lainnya. Produktivitas padi dengan dosis rekomendasi merupakan yang tertinggi,yaitu 5,25 ton/ha. Sementara hasil terendah (3,75 ton/ha) adalah dengan menggunakan dosis standar + 50 kg Urea/ha.Produktivitas dengan perlakuan dosis standar + jerami 10 ton/ha tidak berbeda nyata dengan dosis rekomendasi.Demikian pula, penggunaan pupuk organik (Guano 300 kg/ha dan jerami padi 10 ton/ha) + pupuk anorganik dosisrendah (Urea-SP36 dan KCl: 50-50-50 kg/ha) tetapi tidak berbeda nyata. Dari analisis biaya dan keuntungandiperoleh keuntungan tertinggi pada perlakuan dosis rekomendasi, yaitu Rp 2.525.000/ha dengan B/C ratio 1,93.Kata kunci : efisiensi pupuk nitrogen, pupuk organik, pupuk Guano
PENGKAJIAN KERAGAAN USAHATANI DAN SISTEM DISTRIBUSI BIBIT KENTANG DI JAWA BARAT Bachrein, Saeful
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on potato-seed production performance and distribution system in Pangalengan, Rancabali, andCiwideuy Subdistricts, Bandung district, West Java was conducted in 2002. Objectives of this study are: 1) to identifyand collect some “data’ on distribution system of potato seed (seedling), and 2) to arrange and present some “database” on distribution system potato seed (seedling). Data of the study were collected through desk study(literature/report review), and rapid rural appraisal (RRA) approaches. Results of the study indicated that theproductivity and efficiency of potato/potato-seed production in West Java were relatively low. It is possible enhance low productivity and low efficiency of potato seed yields through intensification program focused onbalanced fertilizer application rates, farm management, pest control, as well as harvesting and post-harvest technologyimprovement. The production of high quality potato-seed in West Java during the period of 2002 satisfied only 1.6percent (560.8 ton) of the province’s need (35,787.6 ton) because of low productivity of potato-seed production farmer level as well as unbalanced distribution of potato-seed production. In 2002, about 60.8% of potato-seedproduction in West Java (1,430.6 ton) was distributed to other provinces, namely Sumatera (32.2%), Central Java(14.3%), East Java (3.6%), and Sulawesi (10.7%). In general, market structure of potato-seed in West Java wasrelatively competitive. Distribution of potato-seed was relatively efficient with margin of 19.2-30.8 percent and theseed growers received about 76.5% of the retail price. To develop sustainable potato seed production in West Java, is necessary to improve productivity and efficiency of farming system as well as to create conducive socio-economicconditions of the growers.Key words : farming system, potato-seed, productivity, efficiency, market margin.Pengkajian terhadap keragaan usahatani pembibitan kentang dan sistem distribusinya dilaksanakan kecamatan Pangalengan, Rancabali, dan Ciwideuy, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada tahun 2002. Tujuanpengkajian ini adalah: mengidentifikasi dan mengumpulkan data sistem distribusi bibit kentang, serta menyusun danmenyajikan “data base” sistem distribusi bibit kentang. Pendekatan yang digunakan berupa desk study (studiliterature/laporan) dan rapid rural appraisal (RRA). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas dan efisiensiusahatani kentang di tingkat petani Jawa Barat masih relatif rendah. Kedua aspek ini berpeluang untuk ditingkatkanmelalui program intensifikasi dengan memberikan prioritas terhadap penerapan pupuk berimbang, perbaikanpengendalian hama dan penyakit, perbaikan manajemen usahatani, dan perbaikan panen serta pasca- panen. Darikebutuhan bibit kentang bermutu sebesar 35.787,6 ton pada tahun 2002, ternyata hanya dapat terpenuhi 1,6% (560,8ton) oleh penangkar bibit. Penyebab utamanya adalah produktivitas bibit di tingkat penangkar bibit relatif rendah.Selain itu, sebagian besar (60,8%) produksi bibit yang mencapai 1.430,6 ton dimanfaatkan oleh provinsi lain, sepertiSumatera (32,2%), Jawa Tengah (14,3%), Jawa Timur (3,6%), dan Sulawesi (10,7%). Struktur pasar kentang dan bibitkentang sangat kompetitif karena banyaknya pelaku pasar yang menampung hasil panen dengan permintaan yangsangat tinggi. Sistem distribusi bibit kentang cukup efisien dengan margin pemasaran moderat (19,2-30,8%) danpetani menerima 76,5 persen dari harga konsumen. Untuk mengembangkan usahatani kentang secara berkelanjutan Jawa Barat, disamping peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani juga perlu diupayakan tindakan strategislainnya terutama dengan menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang kondusif.Kata kunci : usahatani, bibit kentang, produktivitas, efisiensi, margin pemasaran
PENGARUH FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI LADA DI SULAWESI TENGGARA (Kasus Integrasi Lada - Ternak di Kecamatan Landono, Kabupaten Kendari) Sahara, Dewi; , Yusuf; , Sahardi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The assessment was conducted on June – July 2002 in Southeast Sulawesi. Objective of the study was toassess influence of some production factors on pepper yield. Methodology of the study was survey and participatoryappraisal. Structural interviews involved 31 farmers, i.e., 14 farmers implemented integration farming of pepper andgoat, and 17 farmers conducted pepper monoculture farming. Data were analyzed using ordinary least squareregression. Results of the study indicated that pepper yields between integrated farming and monoculture practice forthe first year of production were significantly different. Expanding planted area was the main way of increasing yieldon integrated farming. On the other hand, pepper yield of farmers’ practice could be improved through manureapplication. Labor increase will also expand pepper yield.Key words: production factors, pepper farming system, pepper-livestock integrationPengkajian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pada usahatani lada di Sulawesi Tenggaradilakukan pada bulan Juni – Juli 2002. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa faktorproduksi terhadap produksi lada. Pengkajian menggunakan metode survei dengan pendekatan partisipatif. Wawancaradilakukan secara terstruktur terhadap 31 petani responden yang terdiri dari 14 petani yang mengintegrasikan tanamanlada dengan ternak kambing selama satu tahun dalam usahataninya, dan 17 responden lainnya mengusahakan ladasecara monokultur. Data dianalisa menggunakan regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square(OLS). Untuk membedakan teknologi produksi digunakan dummy variable pada analisa gabungan teknologi,selanjutnya semua teknologi dianalisa secara terpisah. Hasil analisis regresi fungsi produksi memperlihatkan bahwatidak ada perbedaan yang nyata antara teknologi lada secara monokultur dengan teknologi lada yang diintegrasikandengan ternak kambing pada tahun pertama percobaan. Upaya untuk meningkatkan produksi pada teknologi integrasiadalah dengan memperluas areal pertanaman, sedangkan pada teknologi petani dengan menggunakan atau menambahpupuk kandang. Di samping itu penambahan tenaga kerja masih perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas.Kata kunci : faktor produksi, usahatani lada, integrasi lada-ternak
ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PERKEBUNAN BERBASIS KELAPA DI KABUPATEN TABANAN , Suharyanto; , Suprapto; , Rubiyo
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Objective of this study was to assess income, income contribution, and income distribution of plantingpractices of perennial crops, i.e., coconut + cocoa, coconut + cloves, and coconut + cocoa + cloves in Tabananregency. The study was conducted for three months (July to September 2002) using cross-sectional data of 90 samplefarmers and consisting of 30 sample farmers of each planting practice. LSD (Least Significant Difference) test wasused to compare average farmers’ household income, off-farm income, and income contribution. Income distributionwas analyzed using Gini coefficient and Lorenz curve. The result showed that farming income per hectare and incomecontribution of coconut+cocoa+clove were highest than those of coconut+cocoa and coconut+clove planting practices.Income was most evenly distributed in coconut+cocoa planting practice with Gini coefficient of 0,19. Off-farmincome and total household income were most evenly distributed in coconut+cocoa diversification pattern with Ginicoefficients each of 0,20 and 0,23.Key words : income, coconut, cocoa, clove, income distributionPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan, kontribusi pendapatan dan distribusi pendapatan polausahatani perkebunan berbasis kelapa di kabupaten Tabanan. Cara tanam tumpangsari yang digunakan petani adalahkelapa+kakao, kelapa+cengkeh dan kelapa+kakao+cengkeh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September2002 dengan menggunakan data primer sebanyak 90 petani sampel yang terdiri dari 30 petani sampel untuk setiappola diversifikasi. Untuk membandingkan rata-rata pendapatan, pendapatan luar usahatani dan kontribusi pendapatandigunakan uji LSD (Least Significant Difference). Distribusi pendapatan dianalisis menggunakan Koefisien Gini danKurva Lorenz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani per hektar dan kontribusi pendapatanusahatani terhadap pendapatan total rumah tangga tertinggi pada pola diversifikasi kelapa+kakao+cengkeh dengannilai koefisien Gini 0,19. Sedangkan distribusi pendapatan luar usahatani perkebunan yang paling merata adalah poladiversifikasi usahatani kelapa+kakao dengan nilai koefisien Gini 0,20. Secara keseluruhan distribusi pendapatan didaerah ini adalah 0,20 - 0,35.Kata kunci : pendapatan,kelapa,kakao,cengkeh,distribusi pendapatan
KAJIAN SISTEM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KALIMANTAN TENGAH N. Ahmad, Salfina; D, Deddy; , Siswansyah; K.S. Swastika, Dewa
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengkajian Sistem Usaha Ternak Sapi Potong dilaksanakan di Desa Sumber Rejo, Kabupaten Barito Selatan,Kalimantan Tengah pada tahun anggaran 2002. Pengkajian ini bertujuan untuk mengintroduksikan teknologipeningkatan produktivitas sapi potong dan sapi bibit melalui perbaikan pakan dan penanggulangan penyakit ternakserta pengembangan hijauan makanan ternak (HMT). Pengkajian dilaksanakan secara on farm research di lahanpetani dengan melibatkan sebanyak 32 petani yang terdiri dari 16 petani yang menerapkan teknologi introduksi dan 16orang yang menerapkan teknologi yang biasa dilakukan petani (existing technology). Pada pengkajian usahapenggemukan dan pembibitan digunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan, yaitu teknologiintroduksi dan teknologi petani sebagai kontrol. Teknologi yang diintroduksikan terdiri dari beberapa komponen yaitupemberian pakan hijauan; pakan konsentrat dan pakan aditif. Selain perbaikan pakan, juga dilakukan penanggulanganpenyakit parasit cacing dengan pemberian obat cacing nematoda (Monil ®) dan cacing trematoda (Dovenix ®),antibiotika Terramycine® LA dan multivitamin-mineral, disertai dengan perbaikan sanitasi kandang dan ternak.Sedangkan untuk teknologi petani, sapi hanya diberi pakan rumput lokal, tanpa penanggulangan penyakit dan sanitasi.Variabel yang diamati pada usaha penggemukan dan pembibitan selama 5 bulan adalah rata-rata pertambahan bobotbadan harian (PBBH) dan penggunaan input serta perolehan output. Sapi yang digemukkan dengan teknologiintroduksi mengalami peningkatan PBBH secara sangat nyata. Rata-rata PBBH sapi Bali meningkat dari 296 menjadi528 gr/ekor/hari dan sapi PO meningkat dari 381 menjadi 697 gr/ekor/hari. Pada sapi induk bunting 3-4 bulanmenjelang melahirkan yang dikelola dengan teknologi introduksi mengalami peningkatan PBBH secara sangat nyata.Rata-rata PBBH pada sapi Bali meningkat dari 398 menjadi 625 gr/ekor/hari dan sapi PO meningkat dari 525 menjadi801 gr/ekor/hari. Rata-rata berat lahir pedet yang dihasilkan dari induk dengan teknologi introduksi lebih tinggi daripada pedet dari induk kontrol.Kata kunci : penggemukan, pembibitan, sapi Bali, sapi PO, bioplus, lahan kering.The assessment was conducted in Sumber Rejo village, South Barito district, Central Kalimantan in 2002.This assessment was aimed to develop a package of improved technology of beef fattening and cows breeding byimprovement of feed and diseases control. The assessment was conducted collaboratively with farmers, involving 32cooperators and consisting of 16 farmers with introduced technology and the other 16 farmers with existingtechnology. Components of introduced technology were fed with green forage, concentrate and feed supplement. Foranimal diseases control, anthelminthic drugs for nematode worm (Monil ®) and trematode worm (Dovenix ®),antibiotic drug and multivitamin-mineral, and improved the sanitation of housing and cattle. While the farmers’technology was fed with native grass only, without animal diseases control. Parameters observed for 5 months wereaverage daily gain (ADG) of cattle and farmer’s income. Steers with introduced technology was significantly highercompared to that of control. ADG of Bali steers improved from 296 to 528 gr/head/day and PO steers from 381 to 697gr/head/day. ADG of pregnant cows 3-4 months before calves with introduced technology was significantly highercompared to farmers’ technology. ADG of Bali cows improved from 398 to 625 gr/head/day and PO cows from 525to 801 gr/head/day. The average natal body weight of calves with introduced technology was higher than those offarmers’ technology.Key words : fattening, breeding, Bali cattle, Ongole-cross cattle, bioplus, dry land.
KAJIAN KUALITAS DADIH SUSU KERBAU DI DALAM TABUNG BAMBU DAN TABUNG PLASTIK Sisriyenni, Dwi; Zurriyati, Yayu
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on fermented buffalo’s milk (dadih) was conducted in Muaro Jalai Village, Kampar Regency in2001. Objective of the study is to assess influence of storage time period to the dadih quality processed and stored inbamboo and propylene tubes. Completely Randomized Design with 10 replications and two treatments were used inthis assessment: (A) processed in bamboo tube, and (B) processed in propylene tube. Each treatment was stored for 3,6, 9 and 12 days. Data collected through organoleptic test consisting of 10 sample panelists. Data collected were taste,aroma, color, preference and thickness of the dadih. Results showed that the dadih quality processed in the propylenetube is relatively better than that in the bamboo tube. Storage period for the still palatable dadih was 9 daysprocessed and stored in propylene tube and 6 days processed and stored in the bamboo tube. Protein and fat contentsof the dadih were decreasing along with length of storage time period. On the other hand, total of bacteria colony andacidity of the dadih were increasing.Key words : storage, quality, fermented milk, tubeDadih merupakan produk susu fermentasi yang cukup digemari di wilayah Sumatera Barat dan Riau.Pengkajian ini dilaksanakan di Desa Muaro Jalai, Kabupaten Kampar, Riau pada tahun 2001. Tujuan pengkajianadalah untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan dari dadih dalam tabung bambu dan tabung plastik terhadapkualitas dan daya simpannya yang masih layak dikonsumsi. Pengkajian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap(RAL) 2 perlakuan dan 10 ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah (A) pembuatan dadih dalam tabung bambu dan(B) pembuatan dadih dalam tabung plastik, masing-masing dengan masa simpan 3, 6, 9 dan 12 hari. Parameter yangdiamati melalui uji organoleptik terhadap 10 orang panelis meliputi rasa, aroma, warna, kesukaan dan kekentalan.Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kualitas dadih susu kerbau dalam tabung plastik relatif lebih baik dibandingkandadih dalam tabung bambu. Daya simpan dadih dalam tabung plastik yang masih layak dikonsumsi adalah 9 hari,sedangkan dadih dalam tabung bambu hanya 6 hari. Kadar protein dan lemak dari dadih akan menurun sejalandengan lamanya waktu penyimpanan. Sedangkan total koloni bakteri dan tingkat keasaman dari dadih justrumeningkat dengan lamanya waktu penyimpanan.Kata kunci : penyimpanan, kualitas, dadih susu, tabung bambu/plastik 
ANALISIS TANAH TAMBAK SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN TAMBAK Hidayanto, M.; Heru W, Agus Heru W; F., Yossita
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study aimed at assessing fertility condition of soil fishpond in all of study areas. The research wasconducted in Muara Badak, Samboja, Muara Pantuan and Muara Jawa Subdistricts, Kutai District. Soil samples fromtop soil (0-5 cm) and sub soil (5-50 cm) to be analyzed were taken from sites lose and far from the coast (5 km fromcoastal line). Texture, potential redox (Eh), organic-C, N, P, K, Ca and Mg were analyzed. Results of this studyindicated that: (1) Fishpond soil in Muara Badak, Muara Jawa, Muara Pantuan and Samboja (Kutai District) had highcontents of organic-C, K and Na, base saturation, and available of K2O, (2) C/N ratio and available of P2O5 , (3) TotalN was moderate, (4) Effective and potential CEC, Ca, and Mg were very low. Soil fishpond texture had 30 percent ofclay fraction, sand 42 percent, and silt 28 percent. Fishpond soil at Muara Jawa and Muara Pantuan were more fertilethan that in Muara Badak and Samboja. At all of the study sites were suitable for fishpond. However, it is necessaryto improve soil fertility in Muara Badak and Samboja for optimal fishpond productivity. CEC in all of the study siteswere low and fertilizers to improve soil of the fishponds should be properly applied because excessive application rateof fertilitizer will be leached easily.Key words: soil analysis, fertility, fishpond. Untuk mengetahui kesuburan tanah tambak telah dilakukan penelitian di Kecamatan Muara Badak, Samboja,Muara Pantauan dan Muara Jawa Kabupaten Kutai. Sampel tanah top soil(0-5cm) dan sub soil (5-50cm) diambil daridaerah dekat pantai dan jauh dari pantai (5 km ke arah darat), dan dilakukan analisis terhadap tekstur, redoks potensial(Eh), C-organik, N, P, K, Ca dan Mg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tanah tambak di Muara Badak,Muara jawa, Muara Pantauan dan Samboja (Kabupaten Kutai), kandungan C-organik, K dan Na, Kejenuhan Basa(KB) dan K2O sangat tinggi, (2) C/N dan P2O5 tersedia tinggi, (3) N total, sedang dan (4) mempunyai KapasitasTukar Kation (KTK) efektif dan potensial, Ca dan Mg rendah. Tekstur tanah mempunyai kandungan fraksi lempung30 persen, pasir 42 persen dan debu 28 persen. Tanah tambak di Muara Jawa dan Muara Pantauan lebih suburdibandingkan dengan tanah tambak di Muara Badak dan Samboja. Pada semua lokasi penelitian, berdasarkan hasilanalisis tanah cocok untuk usaha pertambakan, namun untuk lokasi Muara Badak dan Samboja agar produktivitastambak optimal, kesuburan tambak perlu ditingkatkan. Selain itu, KTK tanah di semua lokasi tambak rendah, makapenambahan hara/pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah tambak sebaiknya tidak diberikan secara berlebihankarena rentan terhadap pencucian.Kata kunci: analisis tanah, kesuburan, tambak
KAJIAN SISTEM MODULAR PADA USAHATANI IKAN BANDENG (Chanos-Chanos, forskal) DI SULAWESI SELATAN Pasaribu, Ali Musa
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Milk fish (Chanos-Chanos,forskal) is one of important commodities to fulfill protein requirement. The fishis relatively cheap and preferred by costumers in Indonesia, particularly in South Sulawesi. The highest productioncost is feed (pellet) i.e., 60 percent. Therefore it is necessary to conduct assessment of modular system with naturalfeed and besides supplying artificial feed. It is expected to decrease costs and to increase profit. The assessmentmethod is farming system through group approach at homogenous farm land areas. The assessment was conducted atTakalar regency from May to August 2002 aimed at applying technology of milk fish growing through modularsystem to reduce costs. Results of the assessment indicated that average growth of milk fish was 207,60 g and 26,46cm of total-length, survival rate was 88,12 percent, and net profit was Rp 15.713.500 with R/C ratio of 1,94.Key words : modular, milk fish, fanning system, feed Ikan Bandeng (Chanos-Chanos, forskal) merupakan salah satu komoditas yang strategis untuk memenuhikebutuhan protein yang relatif murah dan digemari oleh konsumen di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Biayaproduksi yang terbesar berasal dari pakan (pellet) yaitu 60 persen, maka diperlukan suatu pengkajian dengan sistemmodular dengan pemberian pakan alami yang cukup disamping tetap memberikan pakan buatan relatif kecil(supplement), sehingga dapat menekan biaya dan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan. Metode pengkajian iniadalah sistem usahatani (SUT) dengan pendekatan hamparan secara kelompok petani yang homogen dilaksanakan diKabupaten Takalar, pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2002 dengan tujuan alternative suatu teknologipembesaran Ikan bandeng dengan sistem modular (berpindel) untuk dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi.Hasil pengkajian menunjukkan pertumbuhan rata-rata Ikan 207,60 g dan panjang 26,46 cm dengan sintasan 88,12persen, keuntungan bersih Rp 15.713.500, R/C rasio 1,94.Kata kunci : modular, ikan bandeng, SUT, pakan
AKTIVITAS HARIAN PETANI BERDIMENSI JENDER DAN ETNIS (Kasus Beberapa Desa di Sumatera Utara) , Wasito
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daily activities of farmers can show time, working load of a person and their families. It is useful to analyzeand to compare daily activities of groups or ethnics. Dominant ethnics in Deli Serdang and Langkat are Javanese,Tapanuli/Toba, Mandailing, Malay, and Karo. Assessment pattern was not unique, but completed with other studies(PRA and observation), previous assessment, and secondary data. The study was conducted in the villages of HinaiKiri, Kebun Kelapa, and Sungai Ular (Secanggang) (1999), Sidomulio, Sambirejo, Sendangrejo (Binjai) (2000 -2001), Purwobinangun, Namuterasi Pasar 8 (Sei Bingei) (2000 - 2001) (Langkat Districts); Sumberejo, SukamandiHulu, Sukamandi Hilir (Pagar Merbau) (2000), Tanjung Rejo, Tanjung Selamat (Percut Sei Tuan) (2002) (DeliSerdang Districts). Results showed that settlement segregation were based on ethnics. Job segregation was correlatedwith historical aspect. Productive working women of Tapanuli, Karo and Mandailing ethnics as the main incomefamilies’ earners were found more in their original home villages. It was different with those in Langkat or DeliSerdang where ethnic heterogeneity tended to change their daily activities. Social and cultural factors, patriarchalreligious values, or structure and jender ideology tended to create unequal jender.Key words : daily activity, jender, ethnicAktivitas harian petani akan memperlihatkan waktu, beban kerja seorang dan keluarga, berguna untukanalisis dan perbandingan pola kegiatan rutin keluarga, kelompok atau etnis. Etnis-etnis dominan di Deli Serdang danLangkat adalah Jawa, Tapanuli/Toba, Mandailing, Melayu, dan Karo. Pola kajian tidak khusus, mendampingi kajianlain dengan data primer (PPSP dan pengamatan), hasil kajian sebelumnya dan data sekunder. Kajian dilakukan di desaHinai Kiri, Kebun Kelapa, Sungai Ular (Secang`gang) (1999), Sidomulio, Sambirejo, Sendangrejo (Binjai) (2000 -2001), Purwobinangun, Namuterasi Pasar 8 (Sei Bingei) (2000 - 2001) (Kabupaten Langkat); Sumberejo, SukamandiHulu, Sukamandi Hilir (Pagar Merbau) (2000), Tanjung Rejo, Tanjung Selamat (Percut Sei Tuan) (2002) (KabupatenDeli Serdang). Hasil kajian menunjukkan segregasi pemukiman ditemukan berdasarkan etnis. Adanya segregasipekerjaan tidak terlepas dari aspek historis. Kegiatan produktif perempuan pada etnis Tapanuli, Karo atau Mandailingdi daerah asalnya cukup besar (tulang punggung ekonomi keluarga). Hal ini berbeda dengan yang ada di Langkat atauDeli Serdang, heterogenitas etnis cenderung merubah pola aktivitas harian mereka. Faktor sosial budaya, nilai religiyang cenderung patriarkhi, atau struktur dan ideologi jender yang melekat, cenderung menciptakan ketidaksetaraanjender.Kata kunci : aktivitas harian, jender, etnis

Page 1 of 2 | Total Record : 11


Filter by Year

2004 2004


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue