cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010" : 16 Documents clear
KAJIAN BUDIDAYA UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) SAMBUNG DI LAMPUNG SELATAN Ernawati, Rr.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assesment on Cassava (Manihot esculenta Crantz) Cultivation using Side Grafting Technologyin South Lampung. The study of cassava oculation technique were conducted on Tegineneng experimentalgarden, South Lampung of June 2007 until Maret 2008. The purpose of this study was to find out thetreatment of cassava occulation technique with plant method (to dam up and maked hole of plant) anddosages fertilizer applied (mixed of Urea,SP36,KCl/2:1:1) i.e. 40, 80, 120, 160 g per plant on growth, yieldsand financial analysis of cassava occulation. Treatments were arranged in Randomized Block Design,three replication.. The result showed that culture technique had no optimum effect on yield tuber of cassavaocculation. Different treatmethode dosages fertilizer applied the same response on percentage of growth,diameter and length of tuber, and tuber yield per plant. But to dam up treatment gave highest tuber yield (5.75kg/plant) than that maked hole of plant (5.12 kg/plant) method. The financial analysis of cassava occulationcultural technique to dam up was more desent (R/C 1.63) than maked hole of plant (R/C 0.71) method.Key words: Assessment, culture technique, cassava, occulation Kajian budidaya ubikayu sambung telah dilakukan di Kebun Percobaan Tegineneng, Lampung Selatanmulai Juni 2007 hingga Maret 2008. Tujuan pengkajian untuk mengetahui pengaruh perlakuan teknik budidayaubikayu sambung dengan cara tanam (menggunakan guludan dan lubang tanam 80 x 80 x 50 cm.), dan dosispemupukan NPK dalam bentuk campuran Urea:SP36:KCl (2:1:1) dengan dosis 40, 80, 120, dan 160 g/tanaman.Parameter yang diamati meliputi komponen pertumbuhan tanaman (presentase tumbuh dan tinggi tanaman),danproduksi umbi (ukuran umbi dan produksi per pohon) pada akhir percobaan (tanaman berumur 9 bulan) sertaanalisis usahataninya. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok, tiga ulangan. Setiap perlakuanterdiri atas 20 tanaman dengan jarak tanam 2 x 2 m. Masing-masing tanaman diberi pupuk kandang 3kg/tanaman.Hasil kajian menunjukkan bahwa budidaya ubikayu sambung belum menghasilkan umbi yang memuaskan.Perbedaan perlakuan dosis pupuk yang diuji memberikan respon yang sama terhadap presentase tumbuh,ukuran umbi (diameter umbi dan panjang umbi), juga produksi per pohon. Namun rata-rata perlakuan guludanmenghasilkan produksi umbi 5,75 kg/pohon, ini lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lubang tanam yanghanya 5,12 kg/pohon. Sebaliknya terhadap tinggi tanaman perlakuan lubang tanam memberikan pertumbuhantanaman lebih tinggi dibandingkan perlakuan guludan. Hasil analisis usahatani budidaya ubikayu sambung yangdigulud (R/C 1,63) lebih layak dibanding dengan perlakuan lubang tanam ( R/C 0,71). Hasil ini lebih rendahdibandingkan dengan usahatani ubikayu biasa (tanpa sambung), untuk itu masih perlu dikaji lebih lanjut.Kata kunci: Kajian, budidaya, ubikayu, sambung
PENGKAJIAN PEMANFAATAN MESIN PERONTOK GABAH (THRESHER) DAN MESIN PENGERING GABAH (DRYER) PADI SAWAH DI JAWA BARAT Ruswandi, Agus; Subarna, Trisna; Bachrein, Saeful
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on Utilization of Grain Threshers and Dryer Machine for Lowland Rice in WestJava. The main problem in rice production is high loss (more than 20%) due to limited implementation ofpost harvest technology, especially during rice trashing. The objectives of study are to evaluate the existingperformance and feasibility of thresher and dryer utilization in lowland rice farming system Assessment onthresher and dryer utilization in lowland rice in West Java. The study was conducted from January to December,2008 in the districts of Karawang, Indramayu, Bandung, Cianjur, Ciamis and Garut. The study was conductedthrough two approaches, namely: Participatery Rural Appraisal and survey. Results of the study showedthat: (1) Rental business of thresher and dryer were relatively profitable as indicated by the value of R/Cof greater than one (1.52 for thresher and 1.9 for dryer), pay back period of 2.42 years for thresher and 5,84years for dryer (less than its economic value of 5 years and 7 years, respectively), and break event point of122,2t/year for thresher and 261,52 t/years (less than its capacity of 50 and 300 t/year, respectively); (2) Thekind of thresher which suitable to be developed in West Java was characterized by not heavy so its very easyto operate under various lowland rice conditions, easily maintenance as well as produced by local industry.Key words: Thresher, dryer, performance, feasibility Salah satu masalah penting dalam produksi padi adalah tingkat kehilangan hasil panen yang masih tinggi, sekitar20%, yang salah satunya disebabkan oleh masih terbatasnya penerapan teknologi pada pascapanen, terutama padaperontokan padi. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan pedal thresher dan power thresherdapat menekan kehilangan hasil dan dapat memperbaiki kualitas gabah. Tujuan pengkajian adalah mengevaluasikeragaan dan kelayakan penggunaan thresher dan dryer pada padi sawah di Jawa Barat. Pengkajian dilaksanakanpada Januari sampai Desember 2008 di enam kabupaten, yaitu: Karawang, Indramayu, Bandung, Cianjur, Ciamis,dan Garut, dilaksanakan dengan dua pendekatan, yaitu Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif dan wawancara.Data dianalisis secara deskriptif dan analisa finansial berupa Net Revenue Cost ratio (Net R/C), Titik Impas, dan PayBack Period (PBP). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa usaha jasa power thresher dan dryer layak diusahakankarena masing-masing memberikan nilai Revenue-Cost Rasio (R/C) 1,52 dan 1,88; nilai Pay Back Period (PBP)2,42 tahun dan 5,84 tahun (lebih rendah dari nilai ekonomisnya yaitu 5 tahun dan 7 tahun), dan Titik Impas 122,2dan 261,5 t/th (lebih rendah dari kapasitasnya yaitu 50 t/th dan 300 t/th). Jenis thresher yang sesuai dikembangkandi Jawa Barat adalah dengan karakteristik yang relatif ringan sehingga mudah melintasi berbagai medan sepertipematang sawah dan petakan kecil, perbaikan dan perawatan mudah, serta mudah diproduksi oleh pengrajin.Kata kunci: Thresher, dryer, keragaan, kelayakan usaha
TOLERANSI TEMBAKAU TRANSGENIK YANG MENGEKSPRESIKAN GEN P5CS TERHADAP STRES KEKERINGAN Riduan, Ahmad; Aswidinnoor, Hajrial; , Sudarsono; Santoso, Djoko; , Endrizal
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tolerance of Transgenic Tobacco Expressing P5CS Gene Against Drought Stress. Drought is majorosmotic stress that dramatically limit plant growth and productivity. Proline accumulation has been correlatedwith tolerance to drought stress in plants. Therefore, overproduction of proline in plants may lead to increasedtolerance against these abiotic stresses. The objectives of this experiment were to determine the effects of droughtstress at the period of 15 – 90 days after planting (DAP) on growth of T1 plants derived from transgenic GStobacco, to evaluate their tolerance against drought stress, and to determine their leaf proline content. One groupof the tobacco plants were grown in plastic pots and subjected to stress condition during the period of 15 – 90DAP. The other group was grown optimally in plastic pot up to harvest period. All tobacco plants were harvestedat 91 DAP. Leaf proline content was determined at 63 DAP (after six periods of stress). The results indicatedreduced plant height, shoot diameter, leaf number, leaf dry weight and leaf area of all tobacco plants. Stresssensitivity index calculated using leaf dry weight character grouped T1 plants derived from P5CS transgenicGS tobacco into tolerance, medium tolerance and sensitive against drought stress while that of non-transgenicGS tobacco were only medium tolerance and sensitive against drought stress. Higher leaf proline content underdrought stress was observed in all T1 plants derived from P5CS transgenic tobacco than that of non-transgenicGS tobacco. These data demonstrated that proline accumulation as an osmoprotectant and that over-expressionP5CS gene results in the increased tolerance to osmotic stress in T1 plants derived from P5CS transgenic tobacco.Key words: Proline biosynthesis, proline accumulation, sensitivity index, biomass yield Stres kekeringan merupakan masalah utama stres osmotik yang dapat menjadi faktor pembataspertumbuhan dan produktivitas tanaman. Akumulasi prolina berkorelasi dengan tingkat toleransi tanamanterhadap stres kekeringan. Oleh karena itu over-produksi prolina diduga dapat meningkatkan toleransi tanamanterhadap stres kekeringan. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengevaluasi pengaruh stres kekeringanmelalui pengurangan air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman TI zuriat dari tembakau GS transgenik P5CSgenerasi TO, (2) menganalisis akumulasi prolina daun tanaman TI zurlat dari tembakau GS transgenik P5CSgenerasi TO kondisi stres dan non-stres, serta (3) menganalisis hubungan antara akumulasi prolina daun padakondisi stres kekeringan dengan pertumbuhan dan hasil tanaman. Percobaan dua faktor (tembakau transgenikstres kekeringan) disusun dengan rancangan acak kelompok. Sebagian tanaman yang diuji disiram setiap hari hingga mencapai kondisi kapasitas lapang dari awal tanam sampai dengan 90 HST dan digunakan sebagaiperlakuan non-stres. Sedangkan kelompok tanaman yang lain dipelihara dalam kondisi kapasitas lapanghingga 14 HST dan diberi perlakuan stres kekeringan dari umur 15 HST hingga panen (90 HST). Kandunganprolina diukur pada umur 63 HST (setelah 6x periode stres). Hasil penelitian menunjukkan semua tanamantembakau yang diuji mempunyai tinggi tanaman, diameter batang, jumlah, berat kering dan luas daun yanglebih rendah akibat perlakuan stres kekeringan yang diberikan dibandingkan dengan kondisi non-stres.Berdasarkan hasil perhitungan indeks sensitivitas terhadap stres kekeringan menggunakan peubah bobotdaun kering per tanaman maka tanaman TI zurlat dari tembakau GS transgenik P5CS generasi TO yang diujibersegregasi untuk kategori toleran, medium toleran dan peka, sedangkan tembakau GS non-transgenikdikategorikan sebagai medium toleran dan peka terhadap stres kekeringan. Tanaman TI zurlat dari tembakau GStransgenik P5CS generasi TO menunjukkan kandungan prolina yang lebih tinggi dalam kondisi stres kekeringandibandingkan dengan tembakau GS non-transgenik. Peningkatan akumulasi prolina yang cukup tinggi akibatover-ekspresi dari gen P5CS diduga berkorelasi dengan peningkatan toleransi tanaman terhadap stres kekeringan.Kata kunci : Biosintesis prolina, akumulasi prolina, indeks sensitivitas terhadap stres, produksi biomasa
ANALISIS ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN BERBASIS PADI DI SUMATERA SELATAN DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI Efendy, Jauhari; Hutapea, Yanter
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analysis of Adoption of Agricultural Technology Innovation Rice-based Farming in Sumatra inthe perspective of communications. Assessment Institute of Agricultural Technology (AIAT) South Sumatrahas produced innovative rice-based farming technology in various agroecosystem. However, adoption ratesare still relatively low. Evaluation of four assessments aimed to identify the factors that predominantly affectthe adoption of technological innovation based local-specific farming rice and to know the level of adoption.This activity is carried out in OKI, East OKU and Banyuasin regencies with 67 respondents interviewedin July-September 2007. The results of this assessment showed that the factors that influence the adoption oftechnological innovations such as the level of selective exposure of technology innovation, cosmopolite,triability, complexity of technology and agricultural extension intensity. The average adoption index for thepacket of rice cultivation technology was 50.32%. As many as 93.02% of respondents have positive perceptionsof the researcher-extension AIAT South Sumatra as the communicator in delivering information technology.Most respondents (80%) expressed a desire to obtain agricultural information generated AIAT South Sumatra.Key words: Adoption, innovation, rice, communication Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan sudah menghasilkan inovasi teknologipertanian berbasis padi di berbagai agroekosistem. Namun tingkat adopsinya masih relatif rendah. Evaluasi terhadapempat pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dominan mempengaruhi proses adopsiinovasi teknologi pertanian spesifik lokasi berbasis padi dan mengetahui tingkat adopsinya. Kegiatan ini dilakukan diKabupaten OKI, OKU Timur dan Banyuasin dengan mewawancarai 67 orang responden pada bulan Juli – September2007. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kualitatif diketahui bahwa (1) adopsi inovasi teknologi budidaya tanamanpadi di Sumatera Selatan dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan petani terhadap inovasi teknologi, sifat kekosmopolitanpetani, triabilitas dan kompleksitas teknologi dan intensitas pembinaan, (2) indeks adopsi inovasi petani terhadappaket teknologi budidaya padi kondisinya beragam tergantung pada jenis kegiatan, (3) petani di Sumatera Selatanumumnya memberikan apresiasi positif terhadap peneliti-penyuluh BPTP Sumatera Selatan, terlihat dari tingginyaminat petani untuk mendapatkan berbagai media informasi pertanian BPTP Sumatera Selatan, dan (4) temuankajian ini mengindikasikan faktor komunikasi memegang peran utama yang dapat mempengaruhi adopsi teknologi.Kata kunci : Adopsi, inovasi, padi, komunikasi
EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN Haryani, Dewi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research was aimed at analyzing the technical efficiency, allocative and economic factors and the factorsthat influence the level of technical efficiency in lowland rice farming in Carenang district, Serang Regency, Bantenprovince. The analysis tool used was the method of Maximum Likelihood Estimation (MLE) due to the capabilityto explain the technical efficiency obtained by farmers as well as the factors affecting inefficiency. Allocativeefficiency and economic efficiency gained from the reduction of production cost of dual function. The number ofrespondent used consists of 120 farmes, 60 farmers of ICM program and 60 farmers are not from the ICM program.The results showed that the farmers of ICM program were more technically efficient (87%) than the farmers fromoutside of ICM program (71%). The technical efficiency of farmers in ICM program was affected by age,education, and planting systems, while the technical efficiency of farmers from non ICM program were influencedby education, the ratio of employment and unemployment persons, the participation in farmers’ groups and plantingsystems. The results of the analysis also showed that the allocative and economic farmers of ICM program weremore efficient than the farmers are non ICM program with 70.2 percent and 61 percent, respectively, for allocativeefficiency and economic efficiency and farmers are non ICM program, with 64.8% and 56.2%, respectively.Key words : ICM ,stochastic frontier,efficiency.Penelitian bertujuan menganalisis efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis serta faktor faktor yangmempengaruhi tingkat efisiensi teknis pada usahatani padi sawah di Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang,Provinsi Banten tahun 2008. Alat analisis yang digunakan adalah metode Maximum Likelihood Estimation(MLE). Jumlah responden 120 orang, terdiri dari 60 petani program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan 60 petani non program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani program PTT lebih efisien secara teknisdibandingkan dengan petani non program dengan rata-rata tingkat efisiensi 87%, sedangkan petani non programhanya 71%. Efisiensi teknis petani program PTT dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan sistem tanam sedangkanpetani non program efisiensi teknisnya dipengaruhi oleh pendidikan, ratio yang tidak bekerja dengan yangbekerja, partisipasi dalam kelompok tani dan sistem tanam. Hasil analisis juga menunjukan bahwa secara alokatifdan ekonomi petani program PTT lebih efisien dibandingkan dengan petani non program yaitu masing-masing70,2% dan 61% untuk petani program PTT, sedangkan petani non program masing-masing 64,8% dan 56,2%.Kata kunci : PTT, efisiensi teknis, efisiensi ekonomis
KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI PADA USAHATANI KOPI ROBUSTA DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN PASURUAN Mahfud, Moh. Cholil; Nurbanah, Siti; , Ismiyati; , Ardiansyah
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on Application of Technology in Farming Production of Robusta Coffee in PrimaTani Location in Pasuruan District. Coffee is main commodity in desa Tutur, Prima Tani location of kabupatenPasuruan, East Java. The low coffee productivity and high leaf rust severity are still coffee farming problems.Accordingly, on Prima Tani activity introduced a technology innovation formulated in an assessment. Theobjective of the assessment was to know the effect of recommended production technology towards leaf rustseverity and coffee productivity. Assessment was conducted since September 2007 till September 2008, usinga separate plot design with two treatments. The treatments assessed were recommended production technology(T1), and farmer’s practices (T2). Each treatment was applied on Five farmer’s Robusta coffee planting (2.5 haand 5-10 years age, 1,000 trees/ha) as a replicate, following 10 farmers participatory. Data of leaf rust severity,production and cost production were collected to be analyzed statistically and economically to identify thefarming profit. The result of the assessment showed that the recommended production technology decrease theleaf rust severity of 60%, increase the coffee productivity of 89,5%, and increase the farming profit of 120%.Key words: Production technology, coffee farming, leaf rust disease, productivityKopi adalah komoditas unggulan di lokasi Prima Tani Desa Tutur Kabupaten Pasuruan, Propinsi JawaTimur. Rendahnya produktivitas dan tingginya penyakit karat daun masih merupakan kendala pada budidaya kopi.Untuk itu pada kegiatan Prima Tani dilakukan introduksi inovasi teknologi dalam bentuk suatu pengkajian. Tujuanpengkajian adalah mengetahui kinerja teknologi produksi rekomendasi terhadap perkembangan penyakit karatdaun dan produktivitas tanaman kopi. Pengkajian dilaksanakan mulai September 2007 sampai dengan September2008, menggunakan rancangan petak terpisah, terdiri dari dua perlakuan yaitu: (1) penerapan teknologi produksisesuai rekomendasi (T1), dan (2) penerapan teknologi petani (T2). Masing-masing perlakuan diterapkan padalima kebun kopi Robusta (sebagai ulangan) seluas 2,5 ha, umur tanaman kopi 5-10 tahun, melibatkan 10 petanisecara partisipatif. Rata-rata populasi tanaman kopi 1.000 pohon/ha. Data yang dikumpulkan meliputi tingkatkerusakan tanaman oleh penyakit karat daun yang didasarkan pada skor kerusakan, produksi, dan biaya produksi.Data dianalisis secara statistik, dan ekonomis untuk mengetahui keuntungan usahatani. Hasil kajian menujukkanbahwa kinerja teknologi produksi rekomendasi menurunkan tingkat kerusakan tanaman oleh penyakit karatdaun rata-rata 60%, serta meningkatkan produktivitas 89,5%, dan meningkatkan pendapatan usahatani 120%.Kata kunci: Teknologi produksi, usahatani kopi, penyakit karat daun, produktivitas
ANALISIS PROSPEK BISNIS PENANGKARAN BENIH KENTANG DI KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT B, Buharman; , Harnel
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analysis of Seed Potato Breeding Prospect in Solok District, West Sumatra. Horticulture agriculturevision of Solok District become potato seedling producer has not appears. Developing of seedling institution,guidance seed producer, and subsidies input have note optimal condition. Analysis of prospect seedling wasconducted identification seedling producer, the farmers whose produce potato seed, the farmer activities,problems, and marketing aspect. The data collected include input, output from potato farm so secondarydata from Agricultural Extension Solok District. The result form BBI high elevation horticulture centre canproduce 9-12 t/yearG3potato seed. However this seed was sold to other province. On other hand local seedlingproducer have to byG3seed from out side region with more expensive. ProduceG3seed is profitable business.Baringin Mudo farmers group produce 9,722 kg potato for consumption and can used for seed about 4,489 kg/ha. However only 75 percent becomeG4about 3,823.2 kg,G4seed consumption is about 1,023-1,535 t/year.On other hand five seed producer can produce only 16 t/year. Potato is more profitable than cabbage but undershallot. If the farmers use good potato seed potato farm can more profitable than others crops. Potato pricemore stable than other horticultural farm gate price with coefficient variation in 2006 and 2007 are 16.5 and15.6 percent. On other hand coefficient variation cabbage, chilly, shallot, and tomato about 17.2-63.9 percent.Optimum and improve function of seed institution can accelerate self sufficient potato seed in Solok District.Key words: Seedling institute, seed potato, produce potato seedVisi pertanian hortikultura Kabupaten Solok menjadi penghasil bibit kentang selama ini belum terwujud.Pembangunan balai benih, pembinaan penangkar, dan bantuan sarana produksi belum optimal. Analisis prospekbisnis penangkaran benih kentang Kabupaten Solok, dilakukan dengan cakupan identifikasi keberadaan balaibenih dan penangkar, upaya yang dilakukan, permasalahan, dan aspek pasar. Data yang dianalisis berupamasukan-hasil usahatani sayuran kegiatan Prima Tani Kabupaten Solok dan data sekunder dari Dinas Pertaniandan Perikanan Kabupaten Solok. Data primer didapatkan dari unit usaha penangkar benih kentang di sentraproduksi utama. Hasil analisis menunjukkan bahwa BBI Hortikultura Dataran Tinggi dengan lahan kebun 6ha yang ditanami secara bergilir mampu menghasilkan 9-12 t benihG3per-tahun, tetapi sebagian besar dijualkeluar daerah. Sebaliknya, penangkar benih lokal cenderung menggunakan benihG3asal luar daerah yanglebih mahal. Usaha penangkaran benih kentangG3merupakan bisnis yang menguntungkan. Kelompok TaniBaringin Mudo sebagai penangkar benih menghasilkan kentang konsumsi 9.772 kg dan kentang calon benihG4sebanyak 4.489 kg/ha. Dengan rendemen pengolahan benih 75%, harga pokok benihG4Rp.3.823,2/kg. Potensi pasar benihG4sebanyak 1.023-1.535 t/th, sementara produksi oleh lima penangkar benih sekitar16 t/th. Daya saing kentang terhadap kubis lebih tinggi, dan berada dibawah bawang merah. Peluang untukAnalisis Prospek Bisnis Penangkaran Benih Kentang di Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Buharman B. dan Harnel)149meningkatkan daya saing kentang terhadap bawang merah dan tomat sangat besar, terutama dalam penggunaanbenih bermutu. Di tingkat produsen, harga kentang relatif stabil, dengan nilai koefisien variasi harga tahun 2006dan 2007 berturut-turut 16,5% dan 15,6%, sementara kubis, cabe merah, bawang merah, dan tomat berkisar17,2-63,9%. Penataan sistem dan fungsionalisasi fasilitas Balai Benih dan penguatan kelembagaan penangkarbenih merupakan faktor pendorong mempercepat terwujudnya swasembada benih kentang di Kabupaten Solok.Kata kunci: Balai benih, penangkar, benih kentang
IMPLEMENTATION OF AN ADEQUATE FEED PRINCIPLE IN THE DIET FORMULATION FOR FATTENING BEEF CATTLE Prawirodigdo, S.; Nuschati, Ulin; E.M., Herwinarni
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Implementasi Prinsip Kecukupan Zat Gizi Dalam Formulasi Pakan Penggemukan Sapi Pedaging. Suatupercobaan dilakukan untuk menguji implementasi prinsip kecukupan zat gizi dalam formulasi pakan penggemukansapi pedaging menggunakan bahan lokal. Penelitian menggunakan 18 ekor sapi jantan Peranakan Ongole berbobotawal 294.997 + 4.833 kg, milik Kelompok Tani Mekar Sari di Desa Ngadirejo, Kecamatan Eromoko, KabupatenWonogiri. Ternak dipelihara dalam satu kandang bersekat individual dan dialokasikan secara acak ke dalam salahsatu di antara perlakuan pakan kecukupan zat gizi formula 1 dan 2 (AFB1& AFB2)atau pakan tradisional formulapetani (Tradisional). Bahan pakan percobaan terdiri dari ubi singkong kering, dedak padi, ampas tahu, jeramipadi, tetes tebu, dan rumput gajah. Pakan diransumkan 2 kali/hari, dan air tersedia ad libitum. Hasil penelitianmenunjukkan perbedaan konsumsi yang bermakna (P<0,05) di antara ketiga pakan percobaan (5908 g: 5595 g: 7324g masing-masing untuk AFB1: AFB2:Tradisional). Ditemukan bahwa rataan pertambahan bobot hidup harian sapijantan yang menerima AFB1(785 g/h) lebih tinggi (P<0,05) daripada yang mengkonsumsi AFB2:(629 g/h) maupunTradisional (547 g/h). Secara konsisten konversi pakanAFB1 (7.5) juga lebih baik (P<0,05) dari padaAFB2(8,9)maupun Tradisional (13,4). Hasil penelitian mengkonfirmasikan bahwa formulasi pakan untuk penggemukansapi pedaging berpedoman pada prinsip pakan kecukupan zat gizi lebih efisien dari pada pakan tradisional.Kesimpulannya, bahan pakan lokal yang terdiri dari produk dan limbah pertanian berguna untuk pakan penggemukansapi pedaging. Meskipun demikian, untuk formulasinya diperlukan implementasi prinsip pakan kecukupan zat gizi.Kata kunci: Pakan, penggemukan sapi pedaging, formulasi pakanAn experiment was performed to examine the implementation of an adequate feed principle for formulatingbeef cattle fattening diet using the local feedstuffs. The experiment employed 18 Ongole Cross Bull of about294.997 + 4.833 kg of average initial live weight which were provided by the Mekar Sari Farmers Group atNgadirejo Village of Eromoko Sub-District in Wonogiri District. The experimental animals were pennedindividually and allotted to receive either one of Adequate Feed forBull1(AFB1),Adequate Feed forBull2(AFB2),or the Traditional feed. The experimental diets were consisted of local dry cassava tuber, rice bran,soybean curt by products, rice straw, molasses, and elephant grass. Diets were offered in 2 meals/d, and waterwas available ad libitum. Results showed that there were significant (P<0.05) difference between daily feedconsumption (5908 g: 5595 g: 7324 g forAFB1: AFB2:Traditional diets, respectively). The daily weight gainof bulls consuming theAFB1diet (785 g) was significantly (P<0.05) higher than in the bulls fedAFB2diet (629g) or the Traditional diet (547 g). Consistently, feed conversion ratio ofAFB1diet (7.5) was better (P<0.05)thanAFB2or (8.9) or the Traditional diets (13.4). The experimental results confirmed that the formulated dietfor fattening beef cattle based on the adequate feed principle is more efficient than the Traditional diet. Inconclusion, the local feedstuffs consist of the agricultural product and by product were useful for performingbeef cattle fattening. However, implementation of the adequate feed principle for diet formulation is necessary.Key words: Feed, fattening beef cattle, diet formulation 
ANALISIS ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN BERBASIS PADI DI SUMATERA SELATAN DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI Jauhari Efendy; Yanter Hutapea
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v13n2.2010.p%p

Abstract

Analysis of Adoption of Agricultural Technology Innovation Rice-based Farming in Sumatra inthe perspective of communications. Assessment Institute of Agricultural Technology (AIAT) South Sumatrahas produced innovative rice-based farming technology in various agroecosystem. However, adoption ratesare still relatively low. Evaluation of four assessments aimed to identify the factors that predominantly affectthe adoption of technological innovation based local-specific farming rice and to know the level of adoption.This activity is carried out in OKI, East OKU and Banyuasin regencies with 67 respondents interviewedin July-September 2007. The results of this assessment showed that the factors that influence the adoption oftechnological innovations such as the level of selective exposure of technology innovation, cosmopolite,triability, complexity of technology and agricultural extension intensity. The average adoption index for thepacket of rice cultivation technology was 50.32%. As many as 93.02% of respondents have positive perceptionsof the researcher-extension AIAT South Sumatra as the communicator in delivering information technology.Most respondents (80%) expressed a desire to obtain agricultural information generated AIAT South Sumatra.Key words: Adoption, innovation, rice, communication Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan sudah menghasilkan inovasi teknologipertanian berbasis padi di berbagai agroekosistem. Namun tingkat adopsinya masih relatif rendah. Evaluasi terhadapempat pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dominan mempengaruhi proses adopsiinovasi teknologi pertanian spesifik lokasi berbasis padi dan mengetahui tingkat adopsinya. Kegiatan ini dilakukan diKabupaten OKI, OKU Timur dan Banyuasin dengan mewawancarai 67 orang responden pada bulan Juli – September2007. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kualitatif diketahui bahwa (1) adopsi inovasi teknologi budidaya tanamanpadi di Sumatera Selatan dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan petani terhadap inovasi teknologi, sifat kekosmopolitanpetani, triabilitas dan kompleksitas teknologi dan intensitas pembinaan, (2) indeks adopsi inovasi petani terhadappaket teknologi budidaya padi kondisinya beragam tergantung pada jenis kegiatan, (3) petani di Sumatera Selatanumumnya memberikan apresiasi positif terhadap peneliti-penyuluh BPTP Sumatera Selatan, terlihat dari tingginyaminat petani untuk mendapatkan berbagai media informasi pertanian BPTP Sumatera Selatan, dan (4) temuankajian ini mengindikasikan faktor komunikasi memegang peran utama yang dapat mempengaruhi adopsi teknologi.Kata kunci : Adopsi, inovasi, padi, komunikasi
EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN Dewi Haryani
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v13n2.2010.p%p

Abstract

The research was aimed at analyzing the technical efficiency, allocative and economic factors and the factorsthat influence the level of technical efficiency in lowland rice farming in Carenang district, Serang Regency, Bantenprovince. The analysis tool used was the method of Maximum Likelihood Estimation (MLE) due to the capabilityto explain the technical efficiency obtained by farmers as well as the factors affecting inefficiency. Allocativeefficiency and economic efficiency gained from the reduction of production cost of dual function. The number ofrespondent used consists of 120 farmes, 60 farmers of ICM program and 60 farmers are not from the ICM program.The results showed that the farmers of ICM program were more technically efficient (87%) than the farmers fromoutside of ICM program (71%). The technical efficiency of farmers in ICM program was affected by age,education, and planting systems, while the technical efficiency of farmers from non ICM program were influencedby education, the ratio of employment and unemployment persons, the participation in farmers’ groups and plantingsystems. The results of the analysis also showed that the allocative and economic farmers of ICM program weremore efficient than the farmers are non ICM program with 70.2 percent and 61 percent, respectively, for allocativeefficiency and economic efficiency and farmers are non ICM program, with 64.8% and 56.2%, respectively.Key words : ICM ,stochastic frontier,efficiency.Penelitian bertujuan menganalisis efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis serta faktor faktor yangmempengaruhi tingkat efisiensi teknis pada usahatani padi sawah di Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang,Provinsi Banten tahun 2008. Alat analisis yang digunakan adalah metode Maximum Likelihood Estimation(MLE). Jumlah responden 120 orang, terdiri dari 60 petani program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan 60 petani non program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani program PTT lebih efisien secara teknisdibandingkan dengan petani non program dengan rata-rata tingkat efisiensi 87%, sedangkan petani non programhanya 71%. Efisiensi teknis petani program PTT dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan sistem tanam sedangkanpetani non program efisiensi teknisnya dipengaruhi oleh pendidikan, ratio yang tidak bekerja dengan yangbekerja, partisipasi dalam kelompok tani dan sistem tanam. Hasil analisis juga menunjukan bahwa secara alokatifdan ekonomi petani program PTT lebih efisien dibandingkan dengan petani non program yaitu masing-masing70,2% dan 61% untuk petani program PTT, sedangkan petani non program masing-masing 64,8% dan 56,2%.Kata kunci : PTT, efisiensi teknis, efisiensi ekonomis

Page 1 of 2 | Total Record : 16


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue