cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Pengembangan Inovasi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Majalah Pengembangan Inovasi Pertanian diterbitkan empat kali per tahun pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Majalah ini merupakan majalah ilmiah yang memuat naskah ringkas orasi dankebijakan pertanian dalam arti luas. Tulisan dan gambar dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
Arjuna Subject : -
Articles 62 Documents
PERAN RUMPUN DOMBA LOKAL SEBAGAI SUMBER DAYA GENETIK DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL Subandriyo, Subandriyo
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 3 (2013): September 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n3.2013.119-129

Abstract

Populasi domba mencapai 10,2 juta ekor, dan 92,3% terdapat di Pulau Jawa dan Madura. Populasi domba terbanyak terdapat di Jawa Barat, yaitu sekitar 57% dari populasi domba nasional. Domba di Indonesia terdiri atas domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG), dengan subpopulasi terbanyak adalah DET yakni 67%. Di antara DET, domba garut mempunyai karakteristik inklusif untuk tipe ekor dan telinganya dan telah ditetapkan menjadi rumpun lokal berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 2914/2011. Populasinya diperkirakan sekitar 9% dari populasi domba di Jawa Barat. Peran domba lokal dalam produksi daging di Indonesia menempati urutan kelima setelah unggas, sapi dan kerbau, babi, dan kambing. Pangsa daging domba secara nasional adalah 2,5%. Jawa Barat mempunyai pangsa tertinggi di antara provinsi lainnya. Pangsa daging domba di Jawa Barat menempati urutan ketiga setelah daging unggas serta daging sapi dan kerbau. Berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian, peran daging domba dalam ketahanan pangan nasional dalam hal jumlah, mutu, keamanan, keterjangkauan, dan pemerataan tidak diragukan lagi.
PENYAKIT HUANGLONGBING TANAMAN JERUK (Candidatus Liberibacter asiaticus): ANCAMAN DAN STRATEGI PENGENDALIAN Nurhadi, Nurhadi
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 8, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v8n1.2015.21-32

Abstract

Huanglongbing (HLB), di Indonesia dikenal sebagai citrus vein phloem degeneration (CVPD), adalah penyakit paling penting pada tanaman jeruk sejak awal 1960-an. Upaya pengendalian penyakit telah dilakukan melalui eradikasi total maupun selektif dan infus antibiotik, namun belum berhasil. Selanjutnya, pada tahun 1985-1990 diimplementasikan program nasional melalui (1) produksi bibit jeruk bebas penyakit, (2) manajemen kebun yang baik, dan (3) pengendalian penyakit yang efisien untuk melindungi tanaman baru dari infeksi ulang. Program tersebut berhasil mewujudkan industri jeruk modern dan meningkatkan produktivitas dari 10 t/ha pada tahun 1970-1993 menjadi 35 t/ha pada 1994-2012. Namun, luas panen menurun dari 65 menjadi 45 ribu ha terutama akibat serangan HLB. Hasil penelitian HLB selama satu dekade terakhir memberikan pema-haman yang komprehensif tentang karakteristik epidemi HLB. Pengembangan pengendalian HLB diarahkan untuk memfor-mulasikan strategi pengendalian yang logis, realistis, dan efektif guna mendukung program pengembangan kawasan jeruk di 22 provinsi. Strategi pengendalian HLB meliputi: (1) penyusunan peta kesesuaian agroekologi dan endemisitas HLB untuk lokasi pengembangan jeruk, (2) pengembangan point of care sebagai pusat pemantauan dan penanganan dini HLB, (3) pengembangan sistem pemantauan HLB dan vektor D. citri berbasis komputer untuk memfasilitasi tindakan eliminasi, sanitasi, dan pengelolaan sumber inokulum, (4) pembangunan jaringan antara point of care dan petani/kelompok tani dalam sosialisasi pengendalian penyakit; dan (5) sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian No. 39 Tahun 2006 tentang Produksi, Sertifikasi, dan Distribusi Benih Bina. Strategi terakhir dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan bibit jeruk bebas penyakit tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat varietas.