cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Pengembangan Inovasi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Majalah Pengembangan Inovasi Pertanian diterbitkan empat kali per tahun pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Majalah ini merupakan majalah ilmiah yang memuat naskah ringkas orasi dankebijakan pertanian dalam arti luas. Tulisan dan gambar dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
Arjuna Subject : -
Articles 62 Documents
PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN ASAL TERNAK MELALUI PENDEKATAN TEKNOLOGI MOLEKULER Margawati, Endang Tri
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 2 (2013): Juni 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n2.2013.94-103

Abstract

Seleksi ternak secara konvensional telah memberikan kontribusi nyata terhadap penemuan bangsa-bangsa baru ternak dengan sifat-sifat unggul yang ada saat ini. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi molekuler, penemuan sifat-sifat unggul pada sapi, domba, kambing, dan kerbau dapat dipercepat dengan tersedianya peta keterpautan genetik. Kebutuhan sumber pangan asal ternak sapi secara nasional belum terpenuhi, sehingga Indonesia harus mengimpornya dari negara lain. Sapi potong lokal belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya perhatian terhadap produktivitas ternak lokal. Hal ini berkaitan dengan belum diusahakannya ternak secara komersial, kelang-kaan bakalan, dan tidak terjaminnya keberlanjutan usaha ternak, selain rentan terhadap persaingan pasar global. Dua dari lima bangsa sapi lokal Indonesia, yaitu sapi Bali dan PO (peranakan Ongole) berpotensi sebagai penghasil daging. Kedua bangsa sapi ini mampu beradaptasi pada lahan kering dan iklim panas. Oleh karena itu, sifat penting yang bernilai ekonomi seperti produk-tivitas (sifat pertumbuhan), reproduksi (sifat kembar, jarak beranak), dan kualitas daging (lean meat, karkas, marbling) perlu diteliti secara molekuler guna mempercepat kemandirian pangan asal ternak. Percepatan kemandirian pangan asal ternak juga dapat dicapai melalui kelahiran pedet kembar. Kelahiran kembar dua pada sapi dapat dipicu dengan hormon PMSG dosis 750 IU. Sifat kelahiran kembar dapat dianalisis dengan marka single nucleotide polymorphism (SNP) pada kromosom 5. Upaya peningkatan produksi daging juga dapat ditempuh dengan memanfaatkan ternak ruminansia kecil, seperti domba. Sifat pertumbuhan pada domba Garut dengan quantitative trait loci (QTL) telah terpetakan pada kromosom 18
INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPT RAMAH LINGKUNGAN PADA CABAI: UPAYA ALTERNATIF MENUJU EKOSISTEM HARMONIS Hasyim, Ahsol; Setiawati, Wiwin; Lukman, Liferdi
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 8, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v8n1.2015.1-10

Abstract

Cabai merupakan salah satu komoditas pilihan bagi petani karena mempunyai nilai jual yang tinggi. Pengusahaan cabai dilakukan secara intensif tanpa mempertimbangkan prinsip pertanian berkelanjutan sehingga mengakibatkan timbulnya ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT), penurunan kesuburan tanah, dan pencemaran lingkungan. Selain itu, introduksi sistem pertanaman monokultur dan varietas modern menyebabkan hilangnya keragaman genetik, sebagai contoh 70% spesies burung dan 49% spesies tanaman kini terancam. Hal ini diperparah oleh perubahan iklim yang meningkatkan serangan OPT dan menurunkan produksi cabai antara 25-100%. Pengendalian OPT ramah lingkungan akhir-akhir ini dikembangkan dalam usaha tani cabai untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi yang dapat mengatasi dampak variabilitas iklim dan kejadian cuaca ekstrem. Indikator keberhasilan pengendalian OPT ramah ling-kungan ialah (1) keseimbangan ekosistem tetap terjaga; (2) biodiversitas tetap lestari; (3) residu pestisida minimal; dan (4) biaya produksi menurun. Teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan dapat diterapkan bila pemerintah berfungsi sebagai fasilitator melalui kebijakan dengan memberikan insentif kepada produsen untuk mengadopsi cara pengendalian OPT ramah lingkungan dan insentif bagi konsumen yang mengonsumsi produk bersih. Dukungan terhadap kegiatan penelitian pengendalian OPT ramah lingkungan perlu pula ditingkatkan. Peraturan perundangan dalam diseminasi dan implementasi pertanian berwawasan lingkungan perlu pula diperkuat.
ROLE AND MANAGEMENT OF POTASSIUM NUTRIENT FOR FOOD PRODUCTION IN INDONESIA Subandi, Subandi
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n1.2013.1-10

Abstract

The big number of as well as the increase in Indonesian population offers challenges in supplying foods in terms of quantity, variety, and quality. This situation requires increasingly attention because at present the country is still importing rice, maize, and soybean in a significant amount. In Indonesia, efforts to increase food production highly depend on supplying nutrients of crops, among of them is potassium (K). Potassium is essentially required in a high amount by crops to grow normally and to produce yield optimally. Potassium is one of the determining factor in obtaining quantity and quality of agricultural products due to the important roles in: (1) photosynthetic process and translocation of its     products; (2) protein syntheses; and (3) increasing crop tolerance to biotic (pests/diseases) and abiotic (drought and Fe toxicity) stresses, as well as determining physical and chemical properties of agricultural products. Therefore, K in the soil and fertilizers, and agricultural resources should be managed properly through several ways, i.e.: (1) preparing map of soil K status as a guidance in implementing specific recommendation of K fertilizer application; (2) using agricultural by-products containing K such as rice straw, maize and soybean stove, and animal manure; (3) decreasing  erosion and K leaching, and (4) optimizing aeration and water holding capacity of soil.    
TEKNOLOGI MULTIPLIKASI BIBIT BERMUTU UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU HASIL TANAMAN KAKAO Limbongan, Jermia
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 3 (2014): September 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n3.2014.125-134

Abstract

Kakao memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 1,71 juta kepala keluarga petani dan penghasil devisa USD 1,053 miliar pada tahun 2012. Produktivitas kakao baru mencapai 625 kg/ha/tahun, padahal potensinya lebih dari 2.000 kg/ha/tahun. Revitalisasi kakao memerlukan tambahan bibit 18 juta per tahun. Perbanyakan vegetatif dengan setek, okulasi, cangkok, penyambungan, dan somatik embriogenesis (SE) dapat digunakan dalam pengadaan bibit kakao. Teknik ini memiliki keunggulan, antara lain tanaman lebih cepat berkembang, dapat diaplikasikan untuk perbanyakan tanaman yang sulit menghasilkan bunga dan biji, tanaman cepat berbuah, menghemat biaya persemaian, buah yang dihasilkan batang bawah dapat dipanen sambil menunggu batang atas berbuah, serta homogenitas bibit tinggi. Tingkat keberhasilan penyam-bungan oleh petani berkisar antara 73% dan 97%. Aplikasi teknologi pengemasan entres dapat meningkatkan ketahanan entres dari 1 hari menjadi 5 hari dengan sambungan jadi meningkat dari 50% menjadi 90%. Beberapa klon introduksi maupun lokal dapat digunakan sebagai sumber entres. Teknologi sambung pucuk dan sambung samping yang didukung teknologi penyimpanan entres dan peningkatan daya gabung mampu menghasilkan bibit kakao berkualitas tinggi. Teknologi SE dapat diterapkan secara bertahap dan terbatas pada perkebunan besar yang memiliki modal, fasilitas, dan SDM profesional.
TEKNOLOGI BIOPROSES JAGUNG DAN UBI KAYU MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI Richana, Nur
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n1.2014.31-40

Abstract

Tingkat konsumsi beras yang tinggi dan melonjaknya impor terigu dan gula merupakan masalah utama dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Teknologi bioproses dengancara enzimatis maupun mikrobiologis untuk beras nonpadi ataupun tepung-tepungan dari bahan lokal mampu meningkatkan mutu produk sehingga dapat bersaing dengan beras dan terigu. Demikian juga gula cair dapat dibuat dengan cara enzimatis dan mempunyai prospek yang menjanjikan untuk mengurangi impor gula. Pengembangan teknologi bioproses dapat meningkatkan cita rasa, citra, dan daya saing produk pangan dari jagung dan ubikayu sebagai pengganti beras, terigu, dan gula tebu. Untuk mengurangi kompetisi pemanfaatan produk pertanian untuk pangan dan energi, pencarian sumber energi alternatif menjadi sangat penting. Limbah hasil pertanian merupakan sumber bahan bakar yang menjanjikan. Dengan teknologi bioproses, limbah jagung dan ubi kayu dapat diolah menjadi bioetanol sebagai bahan bakar nabati. Pengadaan energi dari limbah pertanian tidak mengganggu pengadaan pangan sehingga mendukung ketahanan pangan.
INOVASI TEKNOLOGI PASCAPANEN DAN PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT DALAM PENINGKATAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN KARKAS AYAM Abubakar, Abubakar
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 3 (2013): September 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n3.2013.148-155

Abstract

Di Indonesia, proses penyediaan karkas ayam segar mulai dari pemotongan di rumah potong ayam hingga distribusinya belum mengikuti norma dan kaidah-kaidah kesehatan. Akibatnya, mutu dan keamanan pangan karkas ayam menjadi rendah, bahkan tingkat kehalalannya masih diragukan sehingga menurunkan harga dan peluang pasar. Ketersediaan karkas ayam yang aman dan bebas dari bahan berbahaya merupakan salah satu kunci untuk memperoleh produk yang halal dan thayib. Peningkatan mutu dan keamanan karkas ayam dapat diupayakan melalui penerapan inovasi teknologi pascapanen dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) mulai dari pemotongan hingga distribusi. Hal ini dapat ditempuh melalui penerapan secara luas sistem produksi karkas ayam yang baik dan HACCP melalui sosialisasi dan advokasi, pemantauan dan pengawasan, pene-rapan peraturan perundangan, dan standardisasi karkas ayam.
PEMBENTUKAN GALUR UNGGUL TANAMAN MELALUI PENINGKATAN KERAGAMAN GENETIK DENGAN METODE VARIASI SOMAKLONAL Lestari, Endang Gati
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 2 (2013): Juni 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n2.2013.53-61

Abstract

Peningkatan kebutuhan bahan tanaman unggul, baik kualitas maupun kuantitas, memerlukan terobosan teknologi, di antara-nya mempercepat perakitan varietas unggul yang adaptif pada lingkungan suboptimal. Tersedianya varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan cekaman abiotik dan biotik merupakan kebutuhan utama dalam meningkatkan produksi tanaman. Oleh karena itu, perakitan varietas unggul secara konvensional yang didukung oleh bioteknologi memegang peran yang sangat penting. Dalam pemuliaan tanaman, keragaman genetik yang luas sangat diperlukan sebagai materi dasar untuk seleksi dan bahan untuk persilangan. Bioteknologi kultur in vitro telah berkembang pesat dan telah diperoleh berbagai inovasi baru. Melalui keragaman somaklonal telah didapatkan varietas baru yang telah dikembangkan secara komersial oleh perusahaan dan petani. Berbagai varietas baru hasil induksi mutasi telah pula berkembang luas, seperti tanaman kapas, padi, tanaman hias, pisang, apel, dan kentang. Berbagai karakter unggul yang dimiliki varietas baru antara lain tahan penyakit fusarium, kualitas buah lebih baik, bentuk dan warna bunga lebih menarik, ukuran sesuai dengan selera konsumen, dan tidak cepat layu sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Kombinasi kultur in vitro dan induksi mutasi telah dikembangkan dan efektif untuk menghasilkan mutan baru dengan berbagai sifat unggul.
MODEL PERCEPATAN PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN RAWA LEBAK BERBASIS INOVASI Effendi, Dedi Soleh; Abidin, Zainal; Prastowo, Bambang
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 4 (2014): Desember 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n4.2014.177-186

Abstract

Pembangunan pertanian menghadapi tantangan yang semakin kompleks terkait dengan perubahan iklim, keterbatasan dan degradasi sumber daya alam, serta isu perdagangan global. Ketersediaan lahan subur makin berkurang akibat alih fungsi lahan, di sisi lain permintaan komoditas pangan terutama beras makin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pen-duduk. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi pangan ke depan diarahkan pada lahan suboptimal termasuk lahan rawa lebak. Pengembangan lahan rawa lebak untuk pertanian memer-lukan teknologi pengelolaan lahan dan air serta teknologi budi daya yang sesuai untuk memperoleh hasil yang optimal, selain kondisi sosial ekonomi masyarakat, kelembagan, dan prasarana yang memadai. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan teknologi spesifik lokasi yang layak dikembangkan di lahan rawa dengan sasaran akhir konservasi dan peningkatan produksi komoditas pertanian. Pengembangan lahan rawa lebak dila-kukan melalui empat subsistem, yaitu subsistem pengembangan lahan, budi daya, mekanisasi dan pascapanen, serta kelemba-gaan. Inovasi pertanian bisa dijadikan landasan bagi pengem-bangan model-model percepatan pembangunan pertanian di lahan rawa lebak. Peran aktif institusi terkait diperlukan sejak awal untuk mempermudah perencanaan dan pelaksanaannya.
PERAN TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN USAHA TANI KONSERVASI DALAM OPTIMALISASI LAHAN KERING Hermawan, Agus
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n2.2014.83-94

Abstract

Peran lahan kering sebagai pemasok produk pertanian akan makin meningkat pada masa mendatang seiring meningkatnya permintaan produk pangan dan alih fungsi lahan sawah. Keperluan tambahan lahan baru seluas 7,3 juta ha pada 2025 dan 14,8 juta ha pada 2045 dapat dipenuhi oleh lahan kering potensial cadangan seluas 25,8 juta ha. Lahan kering yang umumnya rapuh, baik karena faktor internal (bahan induk, sifat fisik, kimia, biologi tanah) maupun faktor eksternal (curah hujan, suhu ekstrem) perlu dikelola secara hati-hati dengan menerapkan teknologi. Pembelajaran dari penelitian dan pelaksanaan ber-bagai proyek di lahan kering masam, lahan kering iklim kering, dan lahan kering berlereng di daerah aliran sungai (DAS) menunjukkan pentingnya integrasi usaha tani dan konservasi tanah yang didukung kelembagaan yang memadai. Ternak dapat menjadi pintu masuk bagi pengembangan usaha tani konservasi karena dapat menggabungkan orientasi jangka pendek petani dan orientasi jangka panjang konservasi. Integrasi ternak-tanaman dapat menjadi cikal bakal pengembangan biosiklus terpadu sebagai bagian dari pertanian bioindustri berkelanjutan. Ke depan, diperlukan kebijakan dan komitmen pemerintah dalam alokasi sumber daya dan anggaran untuk pemutakhiran teknologi usaha tani konservasi dan diseminasinya, kebijakan tata ruang, perizinan, dan ekstensifikasi pertanian di lahan kering potensial, serta kebijakan transfer insentif dari masyarakat hilir DAS yang mendapat manfaat dari penerapan usaha tani konservasi di hulu DAS. Insentif dapat digunakan untuk membiayai rehabilitasi dan konservasi lahan serta meningkatkan infrastruktur di hulu yang masih lemah.
IMPLEMENTASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI INDONESIA S.E, Baehaki; Jana Mejaya, I Made; Sembiring, Hasil
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 4 (2013): Desember 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n4.2013.198-209

Abstract

Pengembangan program pengelolaan hama terpadu (PHT) nasional sejak 1989 mampu meningkatkan produksi padi di Indonesia. Namun produksi padi tahun 2001-2006 mengalami pelandaian, berada di sekitar 54 juta ton per tahun. Pada tahun 2007 pemerintah melaksanakan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan target meningkatkan produksi 5% per tahun (2 juta ton/tahun). Salah satu upaya mencapai target produksi tersebut adalah dengan melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) melalui 60.000 unit sekolah lapang PTT (SL-PTT). Hasil evaluasi pada 2008 dan 2009 menunjukkan, produksi padi melonjak dari 54,45 juta ton pada tahun 2006 menjadi 57,16 juta ton pada 2007, dan pada tahun 2008 dan 2009 produksi masing-masing mencapai 60,33 dan 64,4 juta ton. PHT bertujuan untuk mencapai stabilitas produksi, sedangkan PTT untuk meningkatkan produksi, efisiensi penggunaan input, dan nilai ekonomi tanaman. PTT terdiri atas beberapa komponen, yaitu pengelolaan varietas padi terpadu, pengelolaan nutrisi tanaman terpadu, pengelolaan hama terpadu, pengendalian gulma terpadu, pengelolaan air terpadu, pengelolaan pestisida terpadu, sosial ekonomi, mesin pertanian, dan pascapanen. Dalam era pembangunan pertanian tangguh pada koridor otonomi daerah, diperlukan sinkronisasi antara pusat dan daerah dalam implementasi Permentan No. 45/2011 dan sinergisme antardisiplin ilmu dalam upaya meningkatan produksi dan kesejahteraan petani.