cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Pengembangan Inovasi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Majalah Pengembangan Inovasi Pertanian diterbitkan empat kali per tahun pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Majalah ini merupakan majalah ilmiah yang memuat naskah ringkas orasi dankebijakan pertanian dalam arti luas. Tulisan dan gambar dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
Arjuna Subject : -
Articles 62 Documents
PEMANFAATAN TEKNIK REKAYASA GENETIK DALAM PERAKITAN VARIETAS TANAMAN TAHAN HAMA DAN PENYAKIT Herman, M.
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 2 (2013): Juni 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n2.2013.74-84

Abstract

Indonesia merupakan negara tropik yang kaya akan keaneka-ragaman hayati, termasuk sumber daya genetik tanaman (SDG) yang sangat bermanfaat dalam perakitan varietas unggul baru. Masalah utama dalam pemanfaatan SDG tanaman adalah gang-guan hama dan penyakit serta kekeringan. Kendala tersebut mendorong pemulia untuk memanfaatkan SDG tanaman untuk perbaikan sifat dalam perakitan varietas-varietas unggul baru. Salah satu kendala dalam perakitan varietas tanaman secara konvensional adalah terbatasnya ketersediaan SDG yang tahan hama dan penyakit. Keterbatasan ini menuntut perlunya peng-gunaan teknologi alternatif dalam perakitan varietas tanaman untuk menghasilkan varietas tahan hama dan penyakit. Peng-gunaan bioteknologi melalui teknik rekayasa genetik dalam perakitan tanaman berperan penting dalam menghasilkan vari-etas unggul yang mampu beradaptasi pada kondisi tertentu. Teknik rekayasa genetik merupakan penguat pemuliaan kon-vensional yang sudah mapan. Penelitian rekayasa genetik untuk perbaikan sifat tanaman telah dilakukan secara global dan menghasilkan tanaman produk rekayasa genetik (PRG). Pemanfaatan teknik rekayasa genetik untuk memperbaiki sifat tanaman yang dilakukan di Badan Litbang Pertanian sejak 2000 sampai 2012 telah menghasilkan tanaman PRG berupa kedelai tahan hama penggerek polong, kentang tahan penyakit hawar daun, tomat tahan penyakit virus TYLCV dan CMV, serta pepaya yang memiliki sifat tunda matang (delay ripening) yang telah teruji pada kondisi fasilitas uji terbatas dan lapangan uji terbatas. Namun, pemanfaatan tanaman PRG mengundang ke-khawatiran sebagian masyarakat karena produk tersebut disi-nyalir akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan hewan. Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, maka tanaman PRG memerlukan pengkajian risiko, pengelolaan risiko, dan komunikasi risiko. Tanaman PRG yang telah mendapat sertifikasi aman lingkungan, aman pangan, dan/ atau aman pakan dapat dilepas dan dikembangkan lebih lanjut.
PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KOPI BERBASIS INOVASI DI LAHAN KERING MASAM Hafif, Bariot; Prastowo, Bambang; Prawiradiputra, Bambang Risdiono
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 4 (2014): Desember 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n4.2014.199-206

Abstract

Sumbangan usaha tani kopi terhadap kegiatan ekonomi penduduk tidak terbatas pada produksi kopi semata, tetapi juga lapangan pekerjaan di sektor perdagangan dan jasa. Kopi umumnya dibudidayakan dalam skala kecil. Namun, lahan untuk usaha komoditas perkebunan umumnya berupa lahan kering masam sehingga produktivitas tanaman rendah. Hal ini karena lahan kering masam mengandung Al tinggi yang dapat meracuni tanaman dan mengganggu penyerapan hara, miskin hara terutama N, P, K, Ca, dan Mg, miskin bahan organik, dan miskin mikroba tanah sehingga kurang subur. Oleh karena itu, penggunaan lahan kering masam untuk usaha pertanian perlu didukung teknologi pengelolaan sumber daya lahan seperti benih unggul toleran tanah masam, pemupukan berimbang, serta konservasi tanah dan air untuk lahan berlereng. Inovasi teknologi untuk komoditas perkebunan di lahan kering masam sudah tersedia. Agar teknologi tersebut dapat diterapkan di lapangan telah disusun suatu model yang terdiri atas empat kegiatan, yaitu (1) konservasi, yaitu pengembangan agribisnis kopi dalam perspektif konservasi lahan dan agroforestri, (2) perbaikan teknik budi daya melalui peremajaan dengan klon-klon unggul yang didukung kebun entres, (3) penanganan pascapanen untuk meningkatkan kualitas biji kopi, dan (4) penguatan kelembagaan petani melalui peningkatan dinamika kelembagaan petani yang berorientasi usaha tani kopi berbasis konservasi.
INOVASI TEKNOLOGI BUDI DAYA TANAMAN DALAM PENERAPAN PRAKTIK PERTANIAN SEHAT (GOOD AGRICULTURAL PRACTICES) PADA LADA Dhalimi, Azmi
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 3 (2014): September 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n3.2014.105-114

Abstract

Permasalahan yang dihadapi oleh perkebunan lada rakyat di Indonesia ialah rendahnya produktivitas karena teknik budi daya masih sederhana serta kehilangan hasil masih tinggi akibat serangan hama dan penyakit. Untuk itu perlu penerapan Praktik Tanaman Sehat (PPS) atau Good Agricultural Practices (GAP). Praktik Tanaman Sehat bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam, dan menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Penerapan PPS dalam usaha tani lada mencakup penggunaan benih unggul, kultur teknis, penggunaan sarana produksi, dan proses produksi. Rendahnya produktivitas dan fluktuasi harga lada dapat diatasi dengan penerapan PPS. Penggunaan peta kesesuaian lahan dan iklim serta penyediaan bahan tanaman dari varietas unggul dan teknologi budi daya dapat mendukung penerapan PPS pada perkebunan lada.
PERANAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN KOMPONEN FUNGSIONAL JAGUNG SEBAGAI LANDASAN INOVASI TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI PANGAN Suarni, Suarni
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n1.2014.11-20

Abstract

Diversifikasi pangan melalui pemanfaatan jagung dapat meningkatkan citra jagung sebagai pangan lokal yang selama ini dinilai kurang bergengsi (inferior food). Oleh karena itu diperlukan inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing, kuantitas, kualitas, dan keamanan produk olahan jagung agar dapat disejajarkan dengan produk pangan impor (superior food).Karakterisasi sifat fisik, fisikokimia, dan fungsional jagung dalam bentuk panen muda, pipilan kering, jagung sosoh, tepung, dan pati dari setiap varietas sangat diperlukan sebagai dasar dalam menentukan produk yang akan dihasilkan. Pemahaman terhadap karakteristik tersebut merupakan kunci utama dalam memanfaatkan jagung sebagai bahan diversifikasi pangan. Arah dan strategi pengembangan inovasi teknologi diversifikasi pangan jagung berdasarkan sifat fisikokimia dan komponen fungsional difokuskan pada peningkatan produksi, ragam varietas, dan aneka produk olahan unggulan untuk mendukung industri pangan skala kecil, menengah, dan besar.
PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA: STRATEGI DAN IMPLEMENTASI Sudaryanto, Bambang
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 3 (2013): September 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n3.2013.130-138

Abstract

Pakan merupakan komponen terbesar dari biaya produksi ternak. Untuk menekan biaya pakan, bahan pakan dari limbah pertanian dan industri pengolahan hasil tanaman pangan dan perkebunan perlu dieksplorasi. Limbah tanaman pangan yang berpotensi sebagai bahan pakan adalah: (1) jerami padi, poten-sinya 6-8 t/ha yang dapat menghidupi sapi dewasa 2-3 ekor/tahun, dedak padi, dan bekatul; (2) jerami, kulit, dan janggel jagung; (3) daun, kulit, dan onggok ubi kayu; (4) brangkasan, kulit, dan bungkil kacang tanah; dan (5) brangkasan, kulit, dan bungkil kedelai serta ampas tahu. Sementara limbah dari tanaman perkebunan meliputi: (1) daun tebu kering dan pucuk, tetes (molases), ampas tebu, blotong, dan abu; (2) daun, bungkil, dan lumpur sawit; (3) bungkil kelapa; (4) kulit kakao; (5) kulit kopi; dan (6) kulit nenas. Namun, limbah pertanian tersebut nilai gizinya rendah, serat kasarnya tinggi, kandungan protein rendah (kecuali bungkil kelapa, kelapa sawit, bungkil kedelai, ampas tahu, jerami kacang tanah, jerami kedelai, jerami kacang panjang, dan daun ubi kayu), mengandung zat antinutrisi (sianida pada limbah ubi kayu), konsumsi dan nilai kecernaannya rendah, dan protein mudah terdegradasi dalam rumen (daun ubi kayu dan ampas tahu). Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan teknologi tepat guna, antara lain: (1) fermentasi bahan pakan berserat tinggi, (2) mencegah degradasi protein dalam rumen dengan pemanasan, penambahan formaldehida, pemberian pakan berulang, dan pemberian garam dan asam amino sintetis, dan (3) pencacahan untuk menghilangkan zat antinutrisi.
DINAMIKA PRODUKSI DAN VOLATILITAS HARGA CABAI: ANTISIPASI STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN S., M. Jawal Anwarudin; Sayekti, Apri L.; K., Aditia Marendra; Hilman, Yusdar
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 8, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v8n1.2015.33-42

Abstract

Cabai merupakan komoditas sayuran yang cukup strategis, baik cabai merah maupun cabai rawit. Pada musim tertentu, kenaikan harga cabai cukup signifikan sehingga memengaruhi tingkat inflasi. Fluktuasi harga ini terjadi hampir setiap tahun dan meresahkan masyarakat, tetapi belum ada solusi konkret dari pemerintah untuk mengendalikan lonjakan harga tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, suatu penelitian telah dilakukan di enam sentra produksi cabai untuk menyusun rekomendasi kebijakan yang tepat agar lonjakan harga cabai dapat dikendalikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada musim hujan produksi cabai biasanya selalu rendah karena sebagian besar sawah ditanami padi, dan di lahan kering banyak petani yang enggan menanam cabai karena risiko gagal panen tinggi, biaya produksi tinggi terutama untuk pestisida, dan produktivitasnya lebih rendah daripada di musim kemarau. Berdasarkan hal tersebut direkomendasikan beberapa kebijakan untuk mengatasi gejolak harga cabai, yaitu peningkatan luas tanam cabai pada musim hujan, pengaturan luas tanam dan produksi cabai pada musim kemarau, stabilisasi harga cabai, dan pengembangan kelembagaan kemitraan yang andal dan berkelanjutan.
Reorientation of Rural Development as a Base for Improving Land Ownership Distribution at Farmer Level Jamal, Erizal
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n1.2013.34-43

Abstract

The problem of unbalanced land distribution at farm level in     Indonesia has hampered many efforts to improve rural livelihoods.    Several development programs that have been implemented by     the government have not been fully benefitted by smallholders     due to various reasons, and in many cases this condition even     further widen inequality, because only  landowners who are able     to take advantage the vast range of opportunities created through     the programs. In the future, a reorientation of rural development     is needed with more emphasis on improving farmers? access to     information, capital, technology, and their capacity to take     advantage of opportunities that are locally available. Reorientation     of rural development will be initiated with changes of the     approaches in the planning and implementation of development,     with emphasis on the development of diverse types of businesses,     as well as capacity building of the community to take advantage     of the growing local opportunities. These efforts need to be     supported by the implementation of rural development with an     integrated approach, through a strong cooperation at the district     level under the coordination of District Development Planning     Agency. Rural development planning should be directed to two     main issues. Firstly, open up new business opportunities, especially     those non-based land activities. Secondly, build the community     capacity to capture the existing business opportunities. The     technologies being developed should be neutral with respect to     farmers land ownership, and the technology dissemination is     supposed to be proportional in order to reach all levels of farmers.    
DINAMIKA KEBIJAKAN HARGA GABAH DAN BERAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL Suryana, Achmad
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 4 (2014): Desember 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n4.2014.155-168

Abstract

Kebijakan harga beras merupakan salah satu instrumen penting untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras. Sesuai dengan perkembangan ekonomi beras nasional, dinamika lingkungan strategis ekonomi global, serta ketersediaan dan penguasaan alat analisis yang cocok pada masanya, bentuk kebijakan harga beras mengalami penyesuaian dari masa ke masa. Kebijakan pembelian gabah dan beras oleh pemerintah dilaksanakan mulai tahun 1973, kebijakan harga dasar dan harga tertinggi gabah dan beras diimplementasikan pada tahun 1980-2000, dan kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras mulai diterapkan pada tahun 2000 sampai sekarang. Tulisan ini menyajikan ulasan kebijakan harga gabah dan beras serta meng-analisis dampaknya terhadap pencapaian stabilisasi pasokan serta harga gabah dan beras di tingkat nasional. Penerapan kebijakan HPP yang disertai kebijakan pendukungnya ber-dampak positif terhadap stabilisasi pasokan dan harga beras di tingkat konsumen. Selama tahun 2000-2014, nilai koefisien variasi (CV) harga beras bulanan setiap tahun rata-rata 4,48, lebih rendah dibanding nilai CV komoditas pangan lain yang tidak mendapat perlindungan harga, seperti gula pasir, daging sapi, dan cabai merah. Perlindungan kepada petani padi melalui HPP gabah juga berdampak positif terhadap perilaku pasar, yang dicirikan oleh tingkat harga gabah yang selalu di atas HPP.
PENGELOLAAN HARA SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM PRODUKSI PADI BERKELANJUTAN Abdulrachman, Sarlan
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n2.2014.61-72

Abstract

Penghematan pemakaian pupuk secara nasional akan meng-hemat energi dan devisa melalui pengurangan impor pupuk. Namun, penggunaan dan pengurangan dosis pupuk yang kurang cermat dapat menurunkan hasil. Pemupukan rasional dan ber-imbang melalui Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) dapat mengatasi ketidakberimbangan hara dalam tanah dan mening-katkan hasil padi. PHSL memaksimalkan penggunaan  hara dalam tanah dengan penambahan hara dari luar sesuai kebutuhan tanaman. Penerapan PHSL dapat meningkatkan hasil gabah 400 kg/ha dan efisiensi penggunaan pupuk sebesar 7%. Pemberian hara dalam jumlah yang tepat dan berimbang juga meningkatkan jumlah gabah bernas, mengurangi beras patah, menghasilkan bulir yang seragam, dan menekan emisi gas rumah kaca. Pemberian pupuk N didasarkan pada bagan warna daun (BWD) atau soil plant analysis development (SPAD) meter, dan penetapan takaran pupuk P dan K didasarkan pada hasil uji Perangkat Uji Tanah Sawah atau hasil panen pada petak omisi. Ke depan, penanganan masalah pupuk diharapkan tidak hanya terkonsentrasi pada hara makro, tetapi juga hara mikro belerang, seng, tembaga, dan silikat yang masih menjadi kendala dalam produksi padi di sejumlah lokasi di Indonesia. Bahan organik merupakan salah satu sumber hara mikro selain kaya hara makro. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik harus menjadi bagian penting dari anjuran pemupukan yang selaras dengan prinsip PHSL.
PEMANFAATAN PARASITOID DAN PREDATOR DALAM PENGENDALIAN HAMA KAPAS SECARA TERPADU Nurindah, Nurindah
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 4 (2013): Desember 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n4.2013.179-186

Abstract

Pengendalian hayati merupakan akar dalam pengelolaan hama secara terpadu. Dalam pengendalian hayati serangga hama, parasitoid dan predator mempunyai peran sangat nyata dalam menjaga perkembangan populasi hama untuk selalu pada tingkat yang tidak merusak tanaman. Serangga hama merupakan salah satu kendala dalam proses produksi serat kapas, sehingga pengendalian hama merupakan kegiatan penting dalam budi daya tanaman kapas. Pemanfaatan parasitoid dan predator dalam program pengendalian hayati hama kapas terbukti dapat mengendalikan populasi hama secara efektif dan ramah lingkungan. Pemanfaatan parasitoid dan predator dilakukan dengan menerapkan tindakan konservasi dan augmentasi musuh alami dalam sistem budi daya kapas sejak awal pertumbuhan tanaman. Konservasi parasitoid dan predator dilakukan melalui peningkatan keanekaragaman vege-tasi dengan menerapkan pola tanam tumpang sari dan konsep ambang kendali dengan mempertimbangkan keberadaan musuh alami. Pemanfaatan parasitoid dan predator dalam pengendalian hama memungkinkan budi daya kapas tanpa insektisida kimia sintetis untuk mendapat hasil yang optimal.