cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Pengembangan Inovasi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Majalah Pengembangan Inovasi Pertanian diterbitkan empat kali per tahun pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Majalah ini merupakan majalah ilmiah yang memuat naskah ringkas orasi dankebijakan pertanian dalam arti luas. Tulisan dan gambar dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
Arjuna Subject : -
Articles 62 Documents
INOVASI VARIETAS UNGGUL KENAF UNTUK PEMBERDAYAAN LAHAN SUBOPTIMAL DI INDONESIA Sudjindro, Sudjindro
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 2 (2013): Juni 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n2.2013.85-93

Abstract

Perakitan varietas unggul kenaf dimulai pada tahun 1985 melalui persilangan konvensional. Hasil persilangan Hc 48 x Hc G 4 memiliki nilai daya gabung khusus dan heterosis tinggi. Dengan menggunakan metode seleksi pedigree mulai generasi F2 dan seterusnya, diperoleh galur-galur potensial dan seragam pada generasi F8. Uji multilokasi galur-galur kenaf pada lahan gambut Kalimantan Barat dan lahan Podsolik Merah Kuning Kalimantan Timur memperoleh lima galur yang adaptif dan hasilnya stabil, yaitu galur 85-9-40-1, 85-9-66-1, 85-9-75, 85-9-66-2, dan 85-9-66-1BB. Galur-galur tersebut telah dilepas sebagai varietas unggul baru dengan nama berturut-turut KR 9, KR 11, KR 12, KR 14, dan KR 15. Pemanfaatan varietas unggul kenaf terus berkembang. Beberapa investor sudah mengem-bangkan kenaf untuk keperluan industri. Satu perusahaan otomotif terbesar di Jepang telah menjalin kerja sama dengan Badan Litbang Pertanian untuk dua periode (2008-2011 dan 2012-2015) untuk menghasilkan varietas unggul toleran ke-keringan dan umur genjah, dan teknik retting yang efisien, dan mengembangkannya secara luas di Indonesia. Kenaf memiliki diversifikasi produk yang luas. Daun kenaf untuk industri pakan ternak dan pupuk organik, biji kenaf untuk industri minyak goreng, kayu kenaf untuk papan partikel, dan serat kenaf untuk bahan baku industri pulp dan kertas, papan serat, geo-tekstil, tekstil, kemasan, karpet, kerajinan, bio-remediasi, dan oil-biosorb. Pulp kenaf memiliki mutu yang setara pulp dari pinus atau akasia. Varietas unggul kenaf KR 9, KR 11, KR 12, KR 14, dan KR 15 sesuai untuk lahan suboptimal di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Papua, dan Maluku. Pengembangan kenaf pada lahan suboptimal di Jawa diarahkan pada lahan kering atau lahan yang tiap tahun tergenang banjir. Pemanfaatan kenaf untuk pemberdayaan lahan suboptimal perlu didukung dengan ketersediaan sumber daya genetik kenaf, sumber daya lahan, dan teknologi yang sesuai.
PENGEMBANGAN PERTANIAN WILAYAH PERBATASAN NUSA TENGGARA TIMUR DAN REPUBLIK DEMOKRASI TIMOR LESTE Priyanto, Dwi; Diwyanto, Kusuma
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 4 (2014): Desember 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n4.2014.207-220

Abstract

Wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Republik Demokrasi Timor Leste (RDTL) merupakan salah satu wilayah perbatasan yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang rendah, termasuk sektor pertanian. Guna mempercepat proses pembangunan pertanian diperlukan pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif, meliputi aspek teknis biofisik dan teknologi, ekonomi, sosial budaya, dan politik. Masalah yang dihadapi wilayah perbatasan antara lain adalah keterisolasian, ketertinggalan, kemiskinan, serta keterbatasan prasarana dan sarana pelayanan publik, terutama infrastruktur fisik dan kelembagaan. Selain itu, persebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas sumber daya manusia yang rendah juga menghambat pembangunan wilayah secara terintegrasi. Pengembangan pertanian di wilayah perbatasan NKRI-RDTL (Kabupaten Belu) difokuskan pada pengembangan pertanian lahan kering dengan komoditas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar, serta peternakan untuk membangun kemandirian pangan. Rekomendasi alternatif model pengembangan difokuskan pada: (1) pengembangan bibit unggul tanaman pangan lahan kering, (2) pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) secara terarah dan berkelanjutan, (3) introduksi inovasi teknologi usaha tani, serta (4) pengembangan peternakan terintegrasi dengan pola crop livestock system (CLS). Guna mencapai tujuan tersebut diperlukan dukungan berupa: (1) traktor pengolah lahan, (2) pompa air untuk pengembangan kawasan DAS, (3) peningkatan sarana dan kegiatan penyuluhan teknologi usaha tani, dan (4) pengaktifan dan pembukaan pasar untuk mendukung perdagangan masyarakat lokal.
INOVASI PEMULIAAN TANAMAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TEMBAKAU MADURA BERKADAR NIKOTIN RENDAH Suwarso, Suwarso
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 3 (2014): September 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n3.2014.115-124

Abstract

Tembakau memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai sumber penda-patan petani, bahan baku industri rokok, dan devisa negara. Nilai ekspor tembakau pada tahun 2011 mencapai USD 595,61 juta. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, tembakau dan rokok sering diperdebatkan karena adanya kandungan nikotin yang dikaitkan dengan kesehatan. Industri rokok telah mencoba meningkatkan produksi rokok ringan sampai 40% pada tahun 2013, tetapi biayanya mahal sehingga dibutuhkan bahan baku tembakau dengan nikotin rendah. Penurunan kadar nikotin tembakau madura dilakukan melalui pemuliaan secara konven-sional. Seleksi individu dilakukan pada 137 galur. Setelah diskrining, diperoleh 44 galur dan akhirnya tinggal sembilan galur yang memiliki indeks tanaman tinggi dan kadar nikotin rendah. Uji multilokasi menghasilkan dua galur yang kemudian dilepas pada tahun 2004 dengan nama Prancak N-1 dan Prancak N-2. Melalui sosialisasi, pada tahun 2012 kedua varietas telah dikembangkan pada area 3.000 ha di Kabupaten Sumenep dengan produktivitas masing-masing 700 dan 900 kg/ha. Kebijakan yang diusulkan agar petani tetap dapat membudidayakan tembakau ialah (1) peningkatan produktivitas tembakau berkadar nikotin rendah dengan memanfaatkan teknologi maju seperti genetika molekuler; (2) perimbangan alokasi dana pusat dan daerah, dan (3) penelitian pemanfaatan tembakau untuk produk lain.
INOVASI TEKNOLOGI PANGAN FUNGSIONAL BERBASIS KARBOHIDRAT UNTUK DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN Widowati, Sri
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n1.2014.21-30

Abstract

Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia tergolong tinggi, oleh karena itu, pemerintah menargetkan penurunan konsumsi beras rata-rata 1,5%/kapita/tahun melalui Program Percepatan Diversifikasi Pangan. Untuk mendukung program tersebut telah dihasilkan inovasi teknologi pangan fungsional, meliputi penurunan indeks glikemik (IG) beras dan pangan sumber karbohidrat lainnya melalui teknologi proses pratanak maupun instanisasi, penghilangan rasa pahit (reduksi tanin dan asam sianida), peningkatan cita rasa, dan fortifikasi untuk meningkatkan mutu gizi produk pangan. Teknologi proses pratanak dapat meningkatkan kadar serat pangan, amilosa, vitamin, dan mineral pada beras, sedangkan daya cerna pati dan IG menurun. Proses instanisasi menghasilkan produk cepat saji, awet, dan siap dikonsumsi dalam waktu singkat (diseduh 3-5 menit). Pangan dengan IG rendah sesuai bagi penderita diabetes melitus dan obesitas. Proses fortifikasi dapat memperbaiki kualitas produk pangan. Teknologi ini lebih efektif diaplikasikan pada produk pangan olahan atau instan. Produk pangan fortifikasi bermanfaat bagi masyarakat yang kekurangan gizi. Pengembangan teknologi pangan fungsional diharapkan dapat menyediakan bahan pangan berbasis karbohidrat selain beras untuk mendukung program diversifikasi pangan dan memperbaiki gizi dan kesehatan masyarakat. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan pangan sumber karbohidrat lokal, aplikasi teknologi pangan modern yang dipadukan dengan teknologi tradisional dapat menghasilkan produk yang efisien, aman, enak, dan ramah lingkungan.
TEKNOLOGI VAKSIN MUTAN MGTS-11: SOLUSI TEPAT UNTUK PEMBERANTASAN PENYAKIT PERNAPASAN MENAHUN PADA AYAM Soeripto, Soeripto
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 3 (2013): September 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n3.2013.139-147

Abstract

Industri perunggasan di Indonesia dihadapkan pada masalah penyakit infeksius patogen yang sulit ditanggulangi, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi baik dari segi populasi maupun produktivitas. Pengendalian virus patogen seperti avian influ-enza (AI), newcastle disease (ND), infectious bronchitis (IB), dan infectious bursal disease (IBD) umumnya dilakukan melalui vaksinasi, biosekuriti, dan sanitasi, sedangkan pengendalian pe-nyakit bakterial umumnya menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik secara terus-menerus tanpa terkendali menyebabkan resistensi dan residu antibiotik dalam produk unggas. Penyakit bakterial yang sangat merugikan pada unggas antara lain chronic respiratory disease (CRD) atau penyakit pernapasan menahun (PPM), kolera unggas, salmonelosis, kolibasilosis, dan snot. PPM merusak sistem pernapasan dan reproduksi. Penyakit ini menye-bar di seluruh dunia dan sangat merugikan industri perunggasan. Kerugian ekonomi akibat PPM di Indonesia pada tahun 2001 mencapai Rp305 miliar, sementara di Amerika Serikat Rp140 juta dolar per tahun. Penanggulangan PPM dengan antibiotik dan vaksin mati atau vaksin yang dilemahkan sudah sering dilakukan, tetapi kasus PPM masih sering terjadi di seluruh dunia. Di Indonesia, kasus PPM pada unggas lebih tinggi dibanding kasus penyakit bakterial patogen lainnya. Tulisan ini membahas pengembangan teknologi vaksin Mycoplasma gallisepticum temperature sensitive mutant-11 (MGTS-11) sebagai vaksin generasi ketiga dan efektivitasnya untuk mencegah kasus PPM pada unggas. Lebih dari 50 negara di dunia telah menggunakan vaksin TS-11 ini, termasuk Indonesia, untuk mencegah PPM.
MEMBANGUN INDUSTRI BUNGA KRISAN YANG BERDAYA SAING MELALUI PEMULIAAN MUTASI Sanjaya, Lia; Marwoto, Budi; Soehendi, Rudy
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 8, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v8n1.2015.43-54

Abstract

Industri bunga krisan berkembang pesat sejak dua dekade terakhir yang ditandai dengan peningkatan luas area tanam, produksi, produktivitas, nilai ekspor, dan jumlah petani. Dalam rangka menghadapi persaingan global, khususnya memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN, perlu upaya peningkatan daya saing agar industri krisan di dalam negeri tetap berkembang. Kegiatan pemuliaan merupakan langkah strategis untuk me-ningkatkan daya saing dengan menciptakan varietas unggul krisan yang adaptif terhadap perubahan iklim, tahan terhadap hama/penyakit, dan sesuai dengan preferensi konsumen. Pemu-liaan mutasi yang dikombinasikan dengan teknologi kultur jaringan dapat diandalkan untuk menghasilkan varietas unggul krisan, mengingat teknik ini dapat memperbaiki satu atau lebih karakter tanpa mengubah karakter dasar varietas asal. Pera-kitan varietas melalui induksi mutasi terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu induksi keragaman melalui aplikasi mutagen dan seleksi secara sistematis terhadap populasi hasil induksi mutasi untuk mendapatkan individu dengan karakter yang diinginkan. Pengembangan varietas krisan mutan perlu dilaksanakan secara berkelanjutan yang diikuti pengembangan industri benihnya. Benih pemulia (BS) berupa planlet diaklimatisasi pada media sekam bakar dengan kondisi lingkungan yang optimal (cahaya rendah dan lembap). Hasil aklimatisasi digunakan sebagai tanaman induk yang akan menghasilkan setek pucuk sebagai benih dasar (FS). Benih dasar (FS) diturunkan menjadi benih pokok (SS) dan benih sebar (ES) untuk dimanfaatkan petani guna mendukung pengembangan agribisnis krisan.
Institutional Innovation of Integrated Cropping Calendar Information System to Support Climate Change Adaptation for National Food Security Runtunuwu, Eleonora; syahbuddin, haris; Ramadhani, Fadhlullah; Setyorini, Diah; Sari, Kharmila; Apriyana, Yayan; Susanti, Erni; Haryono, Haryono
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n1.2013.44-52

Abstract

Government of Indonesia has set the rice surplus target of 10 million tons in 2014. This program requires integrated and comprehensive efforts of all stakeholders in central and local levels. The policy was set forth in form of Permentan No. 45/2011 and then implemented by the Director General of Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD) through a decree No. 178.1/Kpts/OT.160/I/7/2012 about For- mation of Integrated Cropping Calendar and Climate Change Task Force in each Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT) for whole Indonesia. Additionally, IAARD has developed an Integrated Cropping Calendar Information System as a reference for policy makers in planning food crop management. The information system contains the next planting season estimation at sub-district level, which includes the initial time of planting, disaster-prone areas (flood, drought, and pests/diseases), as well as technology recommendation (varieties, seed, and fertilizer). In order to make an operational standard for AIAT Task Force, the Technical Guideline of Integrated Cropping Calendar and Climate Change is imperative. This article contains the summary of the technical guideline for AIAT Task Force in support of Permentan No. 45/2011 and climate change adaptation for food security. An implication of implementation of the AIAT Task Force is an important part in improving the content of Integrated Cropping Calendar Information System that fits the needs of farmers and extension workers in the field in order to achieve the rice surplus target.    
PENGEMBANGAN INOVASI PERTANIAN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN Arsyad, Darman M.
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 4 (2014): Desember 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n4.2014.169-176

Abstract

Dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Indonesia, pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan kedaulatan pangan di dalam negeri. Strategi utama untuk mencapai tujuan tersebut ialah peningkatan produktivitas dan perluasan area tanam terutama ke lahan rawa pasang surut yang tersedia cukup luas di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk mendukung program tersebut memiliki peluang yang cukup besar karena sudah tersedia berbagai inovasi teknologi, seperti teknologi pengelolaan air dan tanah (tata air mikro, penataan lahan, ameliorasi dan pemupukan), varietas baru yang adaptif dan produktif, serta alat dan mesin pertanian. Untuk optimalisasi pemanfaatan dan keberlanjutan sistem usaha tani di lahan rawa pasang surut, Badan Litbang Pertanian telah menyusun model pengembangan lahan rawa pasang surut, yang implementasinya dilaksanakan bersama dengan pemerintah daerah. Beberapa tantangan yang dihadapi ialah keterbatasan infra-struktur pertanian, lemahnya penguasaan teknologi oleh petani, keterbatasan modal petani, kelembagaan penunjang belum berkembang, dan belum optimalnya komitmen berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah yang kondusif dan relevan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut.
INOVASI TEKNOLOGI PUPUK HAYATI MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN BIOINDUSTRI Saraswati, Rasti
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 7, No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v7n2.2014.73-82

Abstract

Perkembangan ilmu pengetahuan bioscience yang sangat pesat telah menghasilkan teknologi pupuk hayati tunggal dan majemuk yang memiliki multifungsi, yaitu sebagai penyedia hara, perombak bahan organik, pemacu pertumbuhan tanaman, pengendali hama dan penyakit tanaman, dan bioremediator logam berat. Inovasi teknologi pupuk hayati berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah, melindungi tanaman dari hama dan penyakit, menghasilkan produk berkualitas dan aman dikonsumsi, serta energi terbarukan. Aplikasi pupuk hayati mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik, menjaga kelestarian lingkungan, memperbaiki produktivitas lahan, dan menyelamatkan ekosistem. Pengayaan inovasi tek-nologi dan perbaikan sistem produksi pupuk hayati, sosialisasi keunggulan, perbaikan sistem pemasaran dan promosi teknologi pupuk hayati, serta refocusing penelitian dan pengembangan akan mampu menunjang keberlanjutan sistem produksi pertanian dalam pengembangan pertanian bioindustri. Penyuluhan dan promosi teknologi pupuk hayati memerlukan dukungan kebijakan dari pemerintah agar petani, penyuluh, dan masyarakat pertanian memahami manfaat pupuk hayati dalam perta-nian bioindustri. Peredaran pupuk hayati memerlukan regulasi dan lembaga independen yang mengelola sertifikasi kelayakan dan keamanan pupuk hayati serta memberikan timbangan ilmiah bagi kebijakan yang akan diambil agar tepat sasaran.
TEKNOLOGI INOVATIF PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL GAMBUT DAN SULFAT MASAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN Masganti, Masganti
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 6, No 4 (2013): Desember 2013
Publisher : +622518321746

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/pip.v6n4.2013.187-197

Abstract

Upaya peningkatan produksi pangan bersifat mutlak mengingat kebutuhan pangan terus meningkat sejalan dengan pertam-bahan jumlah penduduk. Masalah utama peningkatan produksi pangan di Indonesia adalah penurunan kapasitas produksi akibat alih fungsi lahan subur, degradasi kesuburan dan produktivitas lahan, serta ancaman variabilitas dan perubahan iklim. Sebagian besar lahan yang tersedia untuk perluasan area tanaman pangan adalah lahan suboptimal, seperti lahan gambut dan lahan sulfat masam. Upaya peningkatan produksi pangan pada lahan gambut dan lahan sulfat masam memerlukan pende-katan dan teknologi spesifik dan inovatif, yang dicirikan oleh peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi serta perbaikan lingkungan dan sosial budaya. Pemanfaatan lahan gambut dan lahan sulfat masam berpotensi besar mendukung peningkatan produksi pangan nasional. Arah pemanfaatannya adalah opti-malisasi lahan yang ada (eksisting) sebagai prioritas pertama serta lahan terdegradasi dan yang belum dimanfaatkan sebagai prioritas berikutnya, yang dikelola dalam sistem pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan berbasis inovasi. Peman-faatan lahan terdegradasi dapat melalui tiga alternatif, yakni dihutankan, ditanami tanaman hutan industri, dan digunakan untuk perkebunan atau tanaman pangan. Strategi pemanfaatan-nya meliputi redesain pengembangan dan kebutuhan teknologi, pemetaan kinerja kelembagaan pertanian dan aksesibilitas, percepatan mekanisasi pertanian dan model perencanaan pem-bangunan pertanian ramah lingkungan (m-P3RL), serta refo-kusing penelitian, pengkajian, pengembangan, dan penerapan.