cover
Contact Name
Saiful Mustofa
Contact Email
sayfulmuztofa@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
sayfulmuztofa@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. tulungagung,
Jawa timur
INDONESIA
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman
ISSN : 19077491     EISSN : 25023705     DOI : -
Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman merupakan jurnal akademik multidisipliner yang diterbitkan oleh Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung. Epistemé terbit dua nomor setiap tahunnya, pada bulan Juni dan Desember. Artikel yang diterbitkan meliputi kajian Islam yang ditinjau dari berbagai perspektif, mulai dari komunikasi, antropologi, pendidikan, ekonomi, sosiologi, filologi, pendidikan, filsafat dan lain sebagainya. Jurnal ini didedikasikan kepada akademisi, dan pemerhati bidang kajian studi Islam. Artikel yang diterbitkan harus berupa karya orisinal dan tidak harus sejalan dengan pandangan redaksi.
Arjuna Subject : -
Articles 342 Documents
MASA DEPAN PERGURUAN TINGGI ISLAM: Membangun Visi Kelembagaan Bereputasi Internasional Fitri, Agus Zaenul
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tantangan dan problem mendasar pendidikan saat ini terletak pada aspek peningkatan mutu dan perbaikan kualitas di perguruan tinggi termasuk perguruan tinggi Islam. Sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Indonesia mempunyai visi menjadi universitas kelas dunia. Menurut The Times Higher Education Supplement, beberapa perguruan tinggi Indonesia memang telah mencapai peringkat atas di antara ribuan kampus di seluruh dunia. Walau demikian, secara umum masih terdapat banyak hal yang perlu di perbaiki. Bukan sekadar untuk meningkatkan peringkat, namun lebih untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi Islam. Kualitas dalam hal apa? Tentunya kualitas dalam Tri Dharma: Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Namun untuk meningkatkan kualitas dalam tiga hal tersebut, juga perlu meningkatkan mutu sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pendanaan, serta kualitas para pelakunya, yakni para dosen dan tenaga pendukung, yang berdampak pada kualitas lulusannya. Jika saat ini yang masuk dalam rangking 100 perguruan tinggi terbaik di Asia adalah perguruan tinggi umum maka kapan perguruan tinggi Islam dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain merupakan hal yang harus dijawab di masa datang. The fundamental problem faced by university institution, especially Islamic university is related to the aspect of improving its quality in education. Some exemplary universities in Indonesia have visions to be world class universities. The Times Higher Education Supplement reporting that some of universities in Indonesia have reached the level in between two hundreds among thousands of universities in the world. However, in general, they still need some efforts to improve not only their levels but their qualities as well. The intended improvement is in the domain of Tri Dharma (three obligations), covering education, research, and society service. To improve the quality of these domains, it should be supported by the quality of improvement of other aspects, such as structure and infrastructure, management, funding, lecturer, and staff. The availability of these components give positive effect toward the quality of the graduations. Nowadays the best universities that reach the level in between a hundred in Asia are those belong to public universities. The fact stimulates Islamic universities to compete to other universities. This is a case needed to be solved in the future.
PENDIDIKAN ISLAM DALAM ARUS GLOBALISASI: Sebuah Kajian Deskriptif Analitis Mahsun, Ali
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan upaya normatif untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam mengembangkan pandangan hidup islami. Globalisasi selain menghadirkan peluang positif untuk hidup mewah, nyaman, murah, indah, dan maju juga dapat menghadirkan peluang negatif, yaitu menimbulkan keresahan, penyesalan, dan penderitaan. Globalisasi bekerja selama 24 jam dengan menawarkan banyak pilihan dan kebebasan yang bersifat pribadi. Pendek kata dewasa ini telah terjadi “banjir pilihan dan peluang”, terserah kemampuan seseorang memilikinya. Demikian juga, bahwa pendidikan Islam berada dalam atmosfer modernisasi dan globalisasi dituntut untuk mampu memainkan peranannya secara dinamis dan produktif. Keberadaannya diharapkan mampu memberikan kontribusi dan perubahan positif yang berarti bagi perbaikan dan kemajuan peradaban umat Islam, baik pada dataran intelektual teoritis maupun praktis. Islamic education basically is a normative effort to assist the learners to apply Islamic values in their life. Globalization, in one side, presents a ‘positive’ opportunity to live more prosperous, comfortable, and cheap. But, globalization also presents a ‘negative’ effect such as worry, and restlessness. Globalization works 24 hours, offering various choices and private freedom. In short, nowadays we are offered ‘plenty choices and opportunites’. Therefore, the Islamic education, which is in the middle stream of globalization, is demanded to play important role dynamically and productively. The existence of Islamic education is expected to give positive contribution and changes to improve and develop Moslem civilization intellectually and practically.
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBN SINA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MODERN Rohman, Miftaku
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsep pendidikan menurut Ibnu Sina bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu, tujuan pendidikan harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya. Sedangkan konsep pendidikan modern, yaitu pendidikan yang menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah. Pendidikan disyaratkan oleh kemampuan dan minat peserta didik, juga tepat tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar. The concept of education according to Ibnu Sina is directed at developing a man’s potential to its perfect development, both physically, intellectually, and spiritually. Besides, education must also be directed to prepare the learners to live together in the society, and their professional development based on their preference, talent, and potential. According to the modern concept of education, education must involve each aspect of learners’ life, reflect the long life learning, is influenced by the individual condition and experience at school or out of school. In addition, education also requires the learners’ ability, interest and the learning situation.
PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL: Telaah Pemikiran Muhammad Amin Abdullah Rois, Achmad
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di era multikultural seperti sekarang, pendidikan sudah seharusnya menjadi media dalam membentuk sikap-sikap yang positif terhadap realitas sosial yang beragam. Sikap tersebut berawal dari pemahaman untuk menerima, mengakui dan menghargai orang lain dengan berbagai latar belakang yang ada. Karena orang lain, apa pun aliran dan agamanya, adalah umat Tuhan yang memiliki hak yang sama untuk hidup di bumi Tuhan. Penanaman sikap dan nilai-nilai inklusif inilah yang nantinya menjadi daya tawar utama dalam sistem pendidikan multikultural, terutama dalam pendidikan Islam. Pemikiran Amin Abdullah dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia, cukup menonjol mulai dari gagasan integratif-interkonektif yang kemudian diaplikasikannya dalam pengembangan IAIN menjadi UIN Sunan Kalijaga dan pendidikan Islam multikulturalnya ikut memberi sumbangan wacana yang signifikan dalam menciptakan konsep-konsep pendidikan Islam yang toleran, demokratis, serta menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan keadilan. In this multicultural era, education is expected to be a means to form positive attitudes toward varieties of social realities. These attitudes are initiated by having attitude to accept, admit, and respect other people with their different backgrounds. Whatever the religion embraced, every individual is God’s creation and he or she has the same right to live on God’s earth. The planting of attitude and these inclusive values become the main requirements of the implementation of the system of multicultural education, especially Islamic education. Amin Abdullah’s thinking about Islamic education in Indonesia is salient enough reflected in his integrative-inter connective ideas. These ideas, then, are applied to develop IAIN becomes UIN Sunan Kalijogo. In it’s development, his ideas about Islamic multicultural education gives positive contributions to create the concepts of Islamic education which are tolerant, democratic, and they uphold the values of unity and justice.
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KACAMATA AL-GHAZALI DAN FAZLUR RAHMAN Syaifudin, Roziq
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Epistemologi juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia. Dari sini dapat dilihat apakah seseorang itu menggunakan cara berpikir deduktif atau induktif. Pada bagian lain dikatakan, bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris. Pendidikan Islam merupakan bangunan sangat lengkap dalam mengubah tatanan kehidupan manusia, yang tidak hanya menitik beratkan pada nilai-nilai agama Islam, tetapi juga profesional dalam hal keilmuan. Imam al-Ghazali merupakan seorang pemikir besar, sufi dan praktisi pendidikan di dunia Muslim. Dalam falsafah hidup dan pandangan dunia intelektualnya, pendidikan mempunyai kepentingan yang paling utama dan peran yang sangat besar terhadap perubahan umat manusia. Fazlur Rahman dapat dikategorikan sebagai salah seorang pemikir neo-modernis yang paling serius dan produktif juga sebagai seorang tokoh intelektual Muslim yang memiliki latar belakang yang menarik. Epistemology determines the way and the purpose of human thinking. This can be viewed whether a particular person uses deductive and inductive way of thinking. It is also stated that epistemology of science basically represents a combination of thinking both rationally and empirically. Islamic education provides complete wise ways to govern human life which not only emphasize on Islamic values but also science. Imam al-Ghazali is a great thinker, mystical, and an education practitioner in the moslem world. In his philosophy of life and his intellectual view, education has important roles toward the change of ummah. Meanwhile, Fazlur Rahman is categorized as one of neo- modernistic thinkers who are serious and productive. He is also well known as a figure of Moslem intellectual whose background is interesting.
PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPAYA MENINGKATKAN SPIRITUALITAS ANAK Masrur, Imam
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketika anak lahir ke dunia dengan fitrahnya, orang tualah yang akan mengisi lembaran putih yang masih suci tersebut. Keluarga menjadi peran utama dan sangat penting dalam menjaga keberadaan anak dan sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan secara mutlak. Dalam pendidikan terdapat nilai-nilai yang dapat dijadikan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Nilai-nilai ideal yang ingin dicapai tujuan pendidikan dapat mempengaruhi dan mewarnai pola kehidupan manusia sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Spiritual anak sebagaimana terdapat dalam surat Luqman mengenai konsep mendidik anak dengan hal-hal yang baik dan memiliki budi pekerti baik sesama manusia atau pada Tuhannya melalui peningkatan ibadah berupa salat lima waktu serta amal-amal yang lain. A born child is equipped with natural tendency which is believed still clean. It is his or her parents who fill in it. A family becomes the main character which plays important roles to sustain the growing of children physically and mentally. It also takes a role as a dominant education institution. In education there must be some values used as the aims of the education itself. The intended ideal values of the purpose of education, practically, influence human life both as an individual and as a member of society. Children’s spiritual as stated in the Surrah Luqman in the form of a concept to educate children to have good attitude in their daily life to other people and to God reflected in doing good deeds and to pray five times a day.
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF ABUDDIN NATA Mabrur, M. Ali Hamdan
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses yang dilakukan oleh manusia membimbing proses pertumbuhan jasmani dan rohani. Hal tersebut dilaksanakan dengan membimbing keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia tersebut melalui latihan-latihan kejiwaan, akal, pikiran, kecerdasan serta panca indra. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengubah tingkah laku individu dalam kehidupannya bermasyarakat. Perubahan dan proses pendidikan tersebut berdasarkan nilai-nilai dan ukuran-ukuran dalam ajaran Islam. Menurut Abuddin Nata, pendidikan dalam konteks Islam dan dalam bahasa al-Qur’an, mempunyai beberapa istilah, yaitu al-Ta’lim, al-Tarbiyah, al-Ta’dib, al-Tazkiyah, al-Tadris, al-Tafaqquh, al-Ta’aqqul, al-Tadabbur, al-Tazkirah, dan al-Mauizah. Islamic education can be understood as a process done by human being to guide the physical and spiritual development. It can be done by balancing those development through exercising the spirit, rational, thinking, intelligence, and five senses. Those effort is conducted to change the individual’s behavior in living in the society. The changing and the process are based on the Islamic values and norms. According to Abuddin Nata, Islamic education in The Holy Qur’an is called and defined into some terms:al-Ta’lim, al-Tarbiyah, al-Ta’dib, al-Tazkiyah, al-Tadris, al-Tafaqquh, al-Ta’aqqul, al-Tadabbur, al-Tazkirah, dan al-Mauizah.
TELAAH KEPRIBADIAN MANUSIA DAN KORELASINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM Mukholiq, M
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sudah menjadi ketentuan Allah bahwa salah satu pembeda manusia dengan manusia yang lain adalah mengenai kepribadiannya. Kualitas kepribadian manusia dapat diukur dalam bersikap dan bertindak (perbuatan baik dan buruk) yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap perbuatan yang dilakukan manusia akan mencerminkan kepribadian seseorang dalam kehidupannya. Kepribadian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal sudah dibawa sejak manusia lahir dari rahim ibunya, berwujud benih, bibit, gen atau yang dalam Islam disebut potensi-potensi fitrah. Sedangkan faktor eksternal ialah faktor lingkungan atau geografis atau disebut juga dengan milieu. Kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan dan pembentukan kepribadian manusia. Dari kepribadian itulah yang lambat laun akan membimbing proses pertumbuhan jasmani dan rohani agar mencapai kepribadian sebagaimana yang di contohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Human personality is God decision and it is a distinctive characteristic among individual. The quality of human being can be measured in the way how they conduct (good and bad) in their daily life. What is done by individual in his or her life reflects his or her personality. As it is stated in Islamic teaching, human personality can be affected by both internal and external factors. The internal factor is inheritance the so called basic capacity or in Islamic term it is called natural tendency potentials. Meanwhile, the external factor is environmental or geographical factor called as a milieu factor. The two factors give significant influence toward the formation and the development of human personality such as prophet Muhammad Saw.
MANAJEMEN MADRASAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM Arif, Moh.
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lembaga pendidikan Islam memiliki peranan yang sangat besar dalam pendidikan nasional. Hal ini disebabkan lantaran pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai agama. Nilai-nilai ilahiah telah dijadikan basis dalam pelaksanaan setiap proses pembelajaran di dalam lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan Islam selain mendorong siswa dalam aspek keagamaan yang kuat juga membubuhkan pembelajaran dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak kalah bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum sederajat. Hal itu disebabkan oleh pengaruh dari ide-ide pembaruan yang berkembang di dunia Islam dan kebangkitan bangsa Indonesia sehingga sedikit demi sedikit pelajaran umum masuk ke dalam kurikulum madrasah. Buku-buku pelajaran agama mulai disusun khusus sesuai dengan tingkatan madrasah, seperti halnya buku pengetahuan yang belaku di sekolah-sekolah umum. Dari hal tersebut, pengelolaan lembaga madrasah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, harus memuat lima hal penting: aspek manajemen, pemanfaatan komputer dan internet dalam pembelajaran, budaya kerja tim (team work), pemanfaatan alat bantu pembelajaran dan keterlibatan guru, siswa, orang tua dan stakeholder. Islamic institution education has important roles in national education. Because, national education cannot be separated from religion values. The values from God are used as basis to do teaching and learning activities in Islamic education. In Islamic education, the students are equipped not only religion knowledge but also science and technology. The development of ideas renewal in Islamic world as it is felt in Indonesia, general science little by little is included in the curriculum of madrasah. The course books of religion are specifically arranged based on the level of the madrasah as it is done for general science books used in non madrasah school. For those, in the effort to improve the quality of education there must be at least five aspects covered, they are management, utility of computer and internet during the process of teaching and learning, team work culture, utility of assisted tools and involvement of teacher, student, parents, and stakeholder.
IMPLEMENTASI PEMIKIRAN KH. HASYIM ASY’ARI TENTANG ETIKA PENDIDIK Haryanti, Nik
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Etika merupakan salah satu aspek penting dalam dunia pendidikan Islam. Keberadaannya selalu dibutuhkan karena mempunyai peranan penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan Islam. Pemikiran KH. Hasyim As’ari tentang etika pendidik dimulai dari dirinya sendiri agar berperilaku baik. Kemudian, diajarkan pada peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Menurutnya, tujuan pendidikan pada setiap manusia adalah untuk menjadi insan purna agar semakin dekat dengan Sang Pencipta dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam kitab Adab al-Alim wa al-Muta’alim, Hasyim Asy’ari menyebutkan nilai etis moral harus menjadi desain besar orang hidup di dunia. Sehingga seorang pencari ilmu mengejawantahkan ilmunya dalam kehidupan keseharian dengan perilaku hidup tawakkal, wara’, beramal dengan mengharap ridha Allah semata, bersyukur dan sebagainya. Ethic is important aspect in Islamic education. It’s existence is needed because it plays significant role to achieve the Islamic education goals. KH. Hasyim As’ari thinking about ethics educator starting from himself so well behaved. Then, taught the students when learning takes place. According of them, the educational purpose in every human being is to be a full human being in order to get closer to the Creator and get the happiness of the world and the hereafter. In the book Adab al-Alim wa al-Muta’alim, Hasyim Ashari mention moralethical values should be the design of the people living in the world. So that a seeker of knowledge embody knowledge in everyday life with the behavior of resignation, wara’, the charity would please Allah, grateful and so on.

Page 3 of 35 | Total Record : 342