cover
Contact Name
Fardan Mahmudatul Imamah
Contact Email
imamah2012@gmail.com
Phone
+6281345602487
Journal Mail Official
jurnalkontemplasi@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Jl. Mayor Sujadi Timur No. 46 Tulungaung 66221
Location
Kab. tulungagung,
Jawa timur
INDONESIA
KONTEMPLASI: JURNAL ILMU-ILMU USHULUDDIN
ISSN : 23386169     EISSN : 25806866     DOI : -
Focus The focus of this paper is an attempt to actualize a better understanding of the Islamic theology, hermeneutic, sociology, philosophy, communication, hadith, and else, both locally and internationally through the publication of articles, research reports, and book reviews. Scope Its principal concern includes research development and knowledge dissemination on issues related to Islamic theology.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi" : 10 Documents clear
HOMOSEKSUAL DALAM PERSPEKTIF TAFSIR MODERN Muhammad Abdi Rahim; Mirdad Maulana
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.447-464

Abstract

Lately, there was an uproar with issues about moving the lesbian, gay, bisexual and transgender community. They not only ask for their rights but also so that such marriages can be legalized. In this article we will only discuss same-sex relationships or campaigns and how the Qur'an views their behavior. In writing using the Mawdhu'i Tafsir method, namely by taking a verse based on the theme of a particular verse. Then asked by modern commentators such as M. Quraish Shihab, Sheikh Muhammad Ali Al-Shabuni and Wahbah Az-Zuhaili. Most of the verses of the discussion are about the Prophet Lut against his people who practice disputes. Keyword: homosexuals, Prophet Lut, Sodomites, modern commentators. Belakangan heboh dengan isu-isu tentang munculnya komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender. Mereka tidak hanya menuntut hak-hak mereka tetapi juga agar pernikahan sejenis dapat dilegalkan. Dalam artikel hanya akan membahas tentang hubungan sesama jenis atau homoseksual serta bagaimana pandangan al-Qur’an terhadap perilaku mereka. Dalam tulisan menggunakan metode Tafsir Mawdhu’i, yaitu dengan mengambil ayat yang berdasarkan tema ayat tertentu. Kemudian ditafsirkan melalui pendapat dari mufassir modern seperti M. Quraish Shihab, Syekh Muhammad Ali Al-Shabuni dan Wahbah Az-Zuhaili. Ayat-ayat homoseksual memang kebanyakan menceritakan Nabi Luth menghadapi kaumnya yang melakukan praktik homoseksual. Kata Kunci: homoseksual, Nabi Luth, kaum Sodom, mufassir modern.
LOCAL WISDOM DALAM TAFSIR NUSANTARA: Studi Atas Kitab Tafsīr Al-Ibrīz Karya KH. Bisri Mustofa Mohammad Zamzami 'Urif
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.336-374

Abstract

 The study of the work of the Nusantara Ulama in Indonesia shows significant dynamics. The discovery of elements of locality (local wisdom) aspects in each of the works of Nusantara Ulama shows that the aspects of the archipelago affect their intellectual work. The book Tafsīr with the title al-Ibrīz Lima’rifati Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīz is the work of KH. Bisri Mustofa. The tafsīr was written using the Javanese Arabic-Pegon script language in the early 20th century, and his work clearly shows the very prominent elements of the locality (local wisdom) of this region. In interpretation and language, KH. Bisri Mustofa used the Javanese Arabic-Pegon text, a form of literacy that was very commonly used by traditional Muslim communities and Islamic boarding school in particular, especially in the Java region at that time. Meanwhile, KH. Bisri Mustofa also often commented on the problem of the cultural tradition of blossoming or awliyā ziyārah tombs' which also shows the locality of the tafsīr al-Ibrīz. Furthermore, concerning the mysticism of Javanese culture (karāmah), believe in things that have magical powers. Then information about medicinal herbs or herbs that adopt local wisdom in the Javanese community. Keyword: Local Wisdom, KH. Bisri Mustofa, Tafsīr al-Ibrīz, Pegon.     تظهر دراسة أعمال العلماء الإندونيسيين في إندونيسيا ديناميات مهمة. يُظهر اكتشاف عناصر محلية (حكمة محلية) في كل عمل من أعمال نوسانتارا أولاما أن جوانب الأرخبيل تؤثر على عملهم الفكري. كتاب تفسير بعنوان الإبراز ليما معريفتي تفسير القرآن الكريم هو من أعمال بشرى مصطفى. كتب التفسير باستخدام لغة الجابون العربية-بيجون النصي في أوائل القرن العشرين ، ويوضح عمله بوضوح العناصر البارزة للغاية في المنطقة (الحكمة المحلية) في هذه المنطقة. في التفسير واللغة ، استخدم بيسري موستوفا النص الجاوي - بيجون - اللغة العربية ، وهو شكل من أشكال الإلمام بالقراءة والكتابة التي كانت تستخدم بشكل شائع من قبل المجتمعات الإسلامية التقليدية والبيزنترين على وجه الخصوص ، وخاصة في منطقة جافا في ذلك الوقت. وفي الوقت نفسه ، علق بشرى مصطفى أيضًا في كثير من الأحيان على مشكلة التقليد الثقافي المتمثل في ازدهار أو قبر أولياء الزيتية الذي يُظهر أيضًا موقع تفسير الإبراز. علاوة على ذلك ، فيما يتعلق بتصوف الثقافة الجاوية (الكرامة) ، نعتقد في الأشياء التي لديها قوى سحرية. ثم معلومات عن الأعشاب الطبية أو الأعشاب التي تعتمد الحكمة المحلية في المجتمع الجاوي. الكلمات المفتاحية: الحكمة المحلية ، بيسري مصطفى ، تفسير الإبراز ، بيغون     Studi karya para Ulama Nusantara di Indonesia menunjukkan dinamika yang signifikan. Penemuan unsur aspek lokalitas (kearifan lokal) di masing-masing karya Ulama Nusantara menunjukkan bahwa aspek kepulauan Nusantara mempengaruhi karya intelektualnya. Buku Tafsīr dengan judul al-Ibrīz Lima’rifati Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīz adalah karya KH. Bisri Mustofa. Kitab tafsīr tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa aksara Arab-Pegon Jawa pada awal abad 20, dan karyanya jelas menunjukkan elemen aspek lokalitasnya (kearifan lokal) yang sangat menonjol dari wilayah ini. Dalam penafsiran dan bahasa, KH. Bisri Mustofa menggunakan naskah Arab-Pegon Jawa, sebuah bentuk keaksaraan yang sangat umum digunakan oleh masyarakat Muslim tradisional dan pesantren pada khususnya, terutama di wilayah Jawa saat itu. Sementara itu, KH. Bisri Mustofa juga sering mengomentari tentang problematika tradisi budaya nyekar atau ziyārah makam awliyā’ yang juga menunjukkan lokalitas tafsīr al-Ibrīz. Selanjutnya mengenai tentang budaya Jawa yang bersifat mistisisme (karāmah), percaya terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib. Kemudian keterangan tentang ramuan obat-obatan atau jamu yang mengadopsi dari kearifan lokal pada masyarakat Jawa. Kata Kunci: Local Wisdom, KH. Bisri Mustofa, Tafsīr al-Ibrīz, Pegon.
MENJAWAB KONTROVERSI TAFSIR MURAH LABIB KE-NUSANTARA; Analisis Kritis Kitab Magnumopus Syaikh Nawawi al-Bantani Robby Zidni Ilman
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.299-336

Abstract

Qur'an will never be completed. Dialectics that occur also have ups and downs in conjunction with the openness, skill, and ability of an interpreter. In Indonesia, the study of Tafseer is also interesting for us to study and follow. Lots of interpreters are popping up, just a matter of Prof. Dr. Quraish Shihab with his book Tafsir al-Misbah, Prof. Dr. Hasbi Ashiddiqi with his work Tafsir an-Nur, and Sheikh Nawawi al-Bantani with his work Tafsir Marah Labid. Tafsir Angah Labid results from the thought of Sheikh Nawawi has its own uniqueness to be studied as an ingredient in the academic insight . The interpretation of the Quran is an effort to understand, to explain the intent, and to figure out the content of the verses. As a result of man’s work which is different from the Quran, the interpretation develops through several periods from classical, medieval to the modern and even contemporary ones. The diversity in the method (manhaj/tariqah), style (nau’), as well as approaches (alwan) is unavoidable in a work of interpretation. Although the commentaries appear in modern period, its interpretation still follows the pattern of classical and medieval period as confirmed by Nawawi al Bantani in the Muqaddimah of the commentary (Iqtida lil ‘bi al Salaf fi Tadwin’ ilm). Therefore, it is acceptable that Tafsir alMunir or Marah Labid is  regarded as the interpretation bridging the traditional and modern periods. Keyword: Metodologi, Geografis, Tafsir Marah Labid Nawawi al Bantani. Al-Qur'an adalah firman Allah yang mengandung banyak unsur, dimulai dengan hal-hal yang berkaitan dengan ubudiyyah mahdlah atau ghairu mahdlah. Untuk mengeksplorasi apa yang dimaksud dan diinginkan oleh Al-Qur'an, itu adalah alat yang diperlukan untuk membedahnya, yaitu ilmu penafsiran. Dengan ilmu interpretasi, kita diharapkan sebagai peninjau dan pengamat Al-Qur'an dapat memahami ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya, baik sifat khass atau mujmal. Kegiatan pemahaman dan interpretasi Alquran tidak akan pernah selesai. Dialektika yang terjadi juga mengalami pasang surut dalam hubungannya dengan keterbukaan, keterampilan, dan kemampuan seorang juru bahasa. Di Indonesia, penelitian Tafseer juga menarik untuk kita pelajari dan ikuti. Banyak penerjemah bermunculan, hanya soal Prof. Dr. Quraish Shihab dengan bukunya Tafsir al-Misbah, Prof. Dr. Hasbi Ashiddiqi dengan karyanya Tafsir an-Nur, dan Sheikh Nawawi al-Bantani dengan karyanya Tafsir Marah Labid. Tafsir Angah Labid hasil dari pemikiran Sheikh Nawawi memiliki keunikan tersendiri untuk dipelajari sebagai bahan dalam wawasan akademik. Penafsiran Al-Quran adalah upaya untuk memahami, menjelaskan maksud, dan untuk mencari tahu isi ayat-ayat tersebut. Sebagai hasil dari karya manusia yang berbeda dari Quran, interpretasi berkembang melalui beberapa periode dari klasik, abad pertengahan hingga yang modern dan bahkan kontemporer. Keragaman dalam metode (manhaj / tariqah), gaya (nau '), serta pendekatan (alwan) tidak dapat dihindari dalam karya interpretasi. Meskipun komentar muncul dalam periode modern, penafsirannya masih mengikuti pola periode klasik dan abad pertengahan sebagaimana dikonfirmasi oleh Nawawi al Bantani dalam Muqaddimah dari komentar (Iqtida lil ‘bi al Salaf fi Tadwin ilm). Oleh karena itu, dapat diterima bahwa Tafsir alunir atau Marah Labid dianggap sebagai interpretasi yang menjembatani periode tradisional dan modern. Kata Kunci: Metodologi, Geografis, Tafsir Marah Labid Nawawi al Bantani.
ASWAJA AN-NAHDLIYAH SEBAGAI REPRESENTATIF TEOLOGI ISLAM NUSANTARA PERSPEKTIF KIAI SAID AQIL SIROJ Budi Harianto; Nurul Syalafiyah
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.252-281

Abstract

Kiai Said Aqil Siroj said that the Nahdlatul Ulama (NU) is a perfect representation of Islam Nusantara in terms of both its organizational culture and movement. NU steps at jama'ah and jam'iyah levels has become a complete reference in harmonizing religion, ideology, and nationalism. NU has three ukhuwah, namely ukhuwah basariyah, islamiyah, and wathaniyah that are in line with the national interest of the Republic of Indonesia. As a sturdy fortress of the national, Islam Nusantara develops knowledge, strengthens networks and forms a national strategy regarding the “Unity in Diversity” principle of the Republic of Indonesia. NU adheres to the theology of Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah and makes it a manhaj al-fikr. Thus of Kiai Said Aqil Siroj, Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah that is constructed by NU, then which is then often called as Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah an-Nahdliyah, can be one of theological representations of Islam Nusantara. This article is intended to put Kiai Said Aqil Siroj's view properly on Ahl al-Sunnah Wa al-Jama'ah, that is constructed by Nahdlatul Ulama correlation with the concept of Islam Nusantara in the framework of scientific dynamics of Islamic studies, and its contribution to the earthing of friendly, peacefully, and blessed Islam for all Indonesians in particular, and for the world in general. From a scientific point of view, an expression by Kiai Said Aqil Siroj is a new nuance in the study and insight of Islamic thought.Keywords : Kiai Said Aqil Siroj, Nahdlatul Ulama, Aswaja An-Nahdliyah, Islam Nusantara.Kiai Said Aqil Siroj menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) merupakan representasi paripurna dari Islam Nusantara dalam kultur organisasi maupun gerakannya. Gerak langkah NU pada level jama’ah maupun jam’iyah menjadi referensi utuh dalam menyelaraskan agama, ideologi, dan rasa kebangsaan. Dalam NU terdapat tiga ukhuwah yaitu ukhuwah basariyah, islamiyah, dan wathaniyah yang selaras dengan kepentingan NKRI. Sebagai benteng kokoh Islam Nusantara bergerak mengembangkan pengetahuan dan menguatkan jaringan serta membentuk strategi kebangsaan sesuai kebhinekaan NKRI. NU yang menganut teologi Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dan menjadikanya sebagai manhaj al-fikr. Maka dengan melihat pernyataan Kiai Said Aqil Siroj diatas maka Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah yang dikonstruk oleh NU yang dalam perkembanganya sering disebut dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah an-Nahdliyah bisa menjadi salah satu representasi Teologi Islam Nusantara. Dari paparan tersebut artikel ini dimaksudkan untuk mendudukan secara tepat pandangan Kiai Said Aqil Siroj tentang Ahl al-Sunnah Wa al- Jama’ah yang dikontruks oleh Nahdlatul Ulama’ dalam korelasinya dengan konsep Islam Nusantara dalam bingkai dinamika keilmuan studi Islam, serta kontribusinya bagi pembumian Islam yang ramah, damai, dan menjadi rahmah bagi seluruh bangsa Indonesia khususnya bagi dunia umumnya. Pada sisi keilmuan pengungkapan pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tersebut nuansa baru dalam kajian dan wawasan pemikiran Islam.Kata Kunci : Kiai Said Aqil Siroj, Nahdlatul Ulama, Aswaja An-Nahdliyah, Islam Nusantara.   
LOGIKA PENEMUAN ILMIAH TEORI (POSSITIVISME LOGIS) AUGUST COMTE Wely Dozan; Rohimi Rohimi
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.190-211

Abstract

The term philosophy is often used as a tool for scientific thinking in science. The development of philosophical thought in ancient Greece had two models of rationality namely, First, concrete philosophy. Second, philosophy in the form of metaphysics. However, this thought is not in line with the thinking of modern philosophy, namely Agus Comte in his theory "Logical Possitivism" states that everything that is rationalized that is metaphysical is considered wrong, it cannot be verified because metaphysical philosophy cannot be reached by the five senses. It can be concluded that, logical toeori possitivism only functions on what can be rationalized by the five senses. Thus, this paper exists to examine and trace the direction of the ideas of the Comte in his theory known as possitivism. Keywords: Theory, Possitivism, Agus Comte. Istilah filsafat sering digunakan sebagai alat metode berpikir ilmiah dalam keilmuan. Perkembangan pemikiran filsafat pada yunani kuno memiliki dua model rasionalitas  yaitu, Pertama, filsafat yang berbentuk konkret. Kedua, filsafat yang berbentuk metafisika. Namun pemikiran tersebut tidak sejalan dengan pemikiran filsafat moderen yaitu Agus Comte dalam teorinya “Possitivisme Logis” menyatakan bahwa, segala yang dirasionalitaskan yang bersifat metafisika dianggap salah,  hal itu tidak dapat diverifikasi karena filsafat metafisika tidak dapat dijangkau oleh panca indera. Dapat disimpulkan bahwa, toeori possitivisme logis hanya berfungsi pada apa yang bisa dirasionalitaskan oleh panca indra. Dengan demikian, tulisan ini hadir untuk mengkaji dan menelusuri arah pemikiran agus comte dalam teorinya dikenal dengan istilah possitivisme. Kata Kunci: Teori, Possitivisme, Agus Comte.
GHIBAH DALAM ENTERTAINMENT PERSPEKTIF HADIS (APLIKASI TEORI DOUBLE MOVEMENT FAZLUR RAHMAN) Layyinatus Sifa
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.282-298

Abstract

Citizen life in modern society wich have many activities makes them need some entertainment. Either from social media, recreation or televison show. Every show arranged as creative as can for interest the audience and get the high rate. One of them is rality show wich give any informations about entertainment called infotainment. In this show, there are many information about many things, such as the life of entertainer, privacy live and disgrace of household. And there are many information that contain of bringing into conflict one to another. And in along time this show containing of “ghibah”in a modern version without releazied from the audience. How is the rules of “ghibah” in this modern context and how we will apply the Sunnah of Muhammad about avoiding ghibah in millenial era using the teory of double movement from Fazlur Rahman. Keyword: ghibah, Infotainment, Hadis, Fazlur Rahman Kehidupan masyarakat modern yang disibukkan dengan bermacam aktifitas membuat masyarakat haus akan berbagai jenis hiburan. Mulai dari media sosial, tempat rekreasi sampai acara televisi. Berbagai acara disusun sekreatif mungkin untuk menarik penonton dan mendapatkan rating yang tinggi. Termasuk salah satunya acara inforamsi tentang dunia entertainment atau yang dikenal dengan istilah infotainment. Dalam acara tersebut sering diberitakan kehidupan tentang pemain dunia entertainment, mulai kehidupan pribadi, keluarga sampai aib rumah tangga. Tak sedikit juga berita yang terkesan mengadu domba antar tokoh publik tersebut. Semakin lama acara ini terkesan seperti “ghibah” dalam versi modern tanpa disadari oleh masyarakat yang menikmatinya. Bagaimana sebenarnya hukum “ghibah” dalam acara tersebut, dan bagaimana kita mengaplikasikan hadis nabi tentang larangan ghibah dalam era millenial sekarang dengan teori doble movemnet Fazlur Rahman. Kata kunci: Ghibah, Infotainment, Hadis, Fazlur Rahman
LIVING QUR’AN: KOMBINASI KALIMAT LAILAHA ILLALLAH DENGAN SURAH AL-KAHFI: 10 DAN AL-ISRA’: 82 DALAM ILMU PERNAFASAN AL-MUSLIMUN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal Blitar) M. Imam Sanusi Al-Khanafi
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.375-405

Abstract

The analysis used in this study was the sociological theory of Karl Mannheim, especially in three aspects of meaning: Objective meaning, expressive meaning, and documentary meaning. The results of this study were: 1) Objective Meaning, all of students (santri) believed that tradition outwardly and spiritually participates in carrying out government programs to exercise and train the santri, and to accommodate the santri so that they were filled with religious learning that breathe Islam with the aim of amar ma'ruf nahi munkar. 2) Expression Meaning, they believed that the sentence of laa ila hailaha illallah was a fortress, while the combination of surah al Kahfi: 10 and al Isra': 82 it is convinced as a provisions for helping others. They believe that this combination produces a big power. Qolbu containing la ilaha illallahfilters impurity of body and spiritual. So it makes body more clean and healthy. They believed, a heart which was filled with la ilaha illallahwill filter out physical and spiritual impurities of the body, this making both their bodies healthier and cleaner. 3) Documentary Meaning, they were not aware of the implicit meaning in that tradition, so what thing that be done by the doers without realizing indicates the full form of expression. Keyword: la ilaha illallah, surah al-kahfi: 10 dan al-isra’: 82, respiratory science, Al-Kamal Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim, terutama pada tiga aspek makna: Makna Objektif, makna ekspresif dan makna dokumenter. Hasil penelitian ini adalah: Makna Objektif, Makna Ekspresif, dan Makna Dokumenter. Hasil penelitian ini adalah: 1) Makna Objektif, semua santri meyakini bahwa tradisi tersebut secara lahiriah dan rohaniah ikut melaksanakan program pemerintah untuk berolahraga dan mengolahragakan santri, serta menampung para santri agar terisi ilmu-ilmu Agama yang bernafaskan Islam dengan tujuan amar ma’ruf nahi munkar. 2) Makna Ekspresi, mereka meyakini jika kalimat la ilaha illallahmerupakan hisnun (benteng), sedangkan kombinasi antara kalimat la ilaha illallahdengan surah al Kahfi: 10 dan al Isra’: 82 diyakini menghasilkan power untuk menolong diri sendiri maupun orang lain. Mereka meyakini, qalbu yang terisi kalimat la ilaha illallahakan memfilter kotoran jasmani dan rohani dalam tubuh, sehingga menjadikan tubuh keduanya semakin sehat dan bersih. 3) Makna Dokumenter, mereka tidak menyadari makna yang tersirat dalam tradisi tersebut, sehingga apa yang dilakukan para pelaku tanpa sadar menunjukkan bentuk ekspresi secara keseluruhan. Diyakini sebagai bekal untuk diri-sendiri maupun untuk menolong orang lain. Mereka meyakini, kombinasi tersebut menghasilkan energi (power) yang besar, dan qalbu yang terisi kalimat la ilaha illallahmemfilter kotoran jasmani dan rohani dalam tubuh, sehingga menjadikan tubuh keduanya semakin sehat dan bersih. Kata Kunci: la ilaha illallah, surah al-kahfi: 10 dan al-isra’: 82, ilmu pernafasan, Al-Kamal 
STRATEGI KEBUDAYAAN QUR’ANI HASYIM ASY’ARI YANG RAHMATAN LIL ALAMIN Muhamad Sholeh
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.406-446

Abstract

The article in the hands of this reader is none other than a reflection of our Islam in Indonesia. This reflection aims to arouse the spirit that surges in the body of the Nahdliyin (NU) people. Which is actually written in it is a mixture of Qanun Asasi (Al-Qur'an and Hadith) KH. Hasyim Asy'ari with a country full of culture. In fact, it is used to formulate the Culture Strategy of Qur'ani in order to save the Unitary Republic of Indonesia (Unitary State of the Republic of Indonesia) is also a syifa ’(medicine) for all people. That the true Cultural Strategy is always used from time to time in order to solve different problems with one main foundation, namely the Qur'an and the Hadith. Because Al-Qur'an is final at the same time Hadith has also been given. So as a Muslim, he should make it as a benchmark that needs to be re-learned in the arena of modern Muslims. So that in Islam we are not rude, angry, liberal, radical, and so on. In conclusion, a true Islam must truly blend with culture, by taking the core of health (the verse of God) combined with real reality. So the concept of rahmatan lil alamin is truly soothing for all humans. Keyword: Cultural Strategy, Al-Qur'an, KH. Hasyim Ash'ari. Artikel yang ada ditangan pembaca ini bukan lain dan tidak bukan merupakan refleksi dari kita ber-Islam di Indonesia. Refleksi ini bertujuan untuk membangkitkan semangat yang menggelora dalam tubuh umat Nahdliyin (NU). Yang sejatinya tulisan didalamnya merupakan percampuran antara Qanun Asasi (Al-Qur’an dan Hadits) KH. Hasyim Asy’ari dengan realias negara yang penuh dengan budaya. Notabene dipakai untuk merumuskan Strategi KebudayaanQur’ani demi untuk menyelamatkan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) juga merupakan syifa’ (obat) bagi semua umat. Bahwa sejatinya Strategi Kebudayaanmemang selalu dipakai dari masa-ke masa demi menyelesaikan masalah yang berbeda dengan satu landasan utama yakni Al-Qur’an dan Hadits. Dikarenakan Al-Qur’an sudah final sekaligus Hadits juga sudah diberikan. Maka sebagi seorang Muslim hendaknya menjadikan ia sebagai patokan yang perlu dirasakan ulang kehikmahannya dalam kancah Muslim modern. Sehingga dalam kita ber-Islam tidak ada sebutan kasar, marah, liberal, radikal, dan lain sebaginya. Kesimpulannya Islam yang benar-benar Islam sejatinya harus berbaur dengan kebudayaan, dengan mengambil inti kemanfatan (ayat Allah) berpadu dengan realitas yang nyata. Sehingga konsep rahmatan lil alamin memang benar –benar menyejukkan bagi semua manusia. Kata Kunci: Strategi Kebudayaan, Al-Qur’an, KH. Hasyim Asy’ari. 
RELASI TRADISI MUSLIM JAWA DAN MUSLIM BERBER (Tinjauan Atas Kemiripan pada Penamaan Bulan-Bulan Islam Jawa Dan Berber Dalam Kaitannya Dengan Perayaan Hari-Hari Besar Islam) Ahmad Musonif
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.228-251

Abstract

The relation between Javanese and Berber Islamic traditions can be seen from several Berber traditions such as religious holidays such as Mawlid, Eid al-Fitr and Eid al-Adha. The influence of Berbers is also seen in the names of Javanese Islamic months which have similar meanings to the names of Berber Islamic months. This relation can be traced to its historical roots from the pre-colonial period, precisely in the time of Wali Songo. There are some Islamic preachers in the past who came from the Maghrib (morocco) which is the residence of the Berbers. In addition Sultan Agung as the originator of the Javanese Islamic calendar based on his pedigree is also a descendant of the Maghrib. Keywords: Javanese Islamic Traditions, Berber Islamic Traditions, Islamic Month Relasi tradisi Islam Jawa dan Islam Berber dapat dilihat dari beberapa tradisi Berber Seperti perayaan hari besar agama misalnya Mawlid, Idul Fitri, dan Idul Adha. Pengaruh Berber juga tampak pada nama-nama bulan Islam Jawa yang secara makna memiliki kemiripan dengan nama-nama bulan Islam Berber. Relasi ini dapat dilacak akar sejarahnya dari masa pra kolonial, tepatnya pada masa wali songo. Ada beberapa tokoh juru dakwah Islam pada masa lalu berasal dari Maghrib (maroko) yang merupakan tempat tinggal orang-orang Berber. Selain itu Sultan Agung sebagai pencetus kalender Islam Jawa berdasarkan silsilahnya juga merupakan keturunan orang-Maghrib. Kata Kunci: Tradisi Islam Jawa, Tradisi Islam Berber, Bulan Islam  
KONSTRUKSI AGAMA DAN KESAKRALAN MASYARAKAT SEBAGAI MANISFESTASI TOTEM: STUDI TERHADAP PEMIKIRAN EMILE DURKHEIM Ismail Ismail
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2019.7.2.212-227

Abstract

This article tries to explain how the important role of the dotem or totem in building a sense of unity both in the social sphere and the religious side. Based on the results of research conducted by Durkheim, we can conclude that totems have been deeply involved in the pulse of Aboriginal life in Australia. Totems are not just names used by various clans, totems have also been transformed into something sacred. With this sacredness, the totem has become the initial foothold for the formation of social solidarity and is able to encourage the community to construct life ethics and even become the strongest factor in which religion arises. Keywords: Totems, religion, society. Artikel ini berusaha menjelaskan bagaimana peran penting dotem atau totem dalam membangun rasa persatuan baik di ranah sosial maupun sisi agama. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Durkheim, kita bisa menyimpulkan bahwa totem telah terlibat jauh ke dalam nadi kehidupan suku Aborigin di Australia. Totem bukan hanya sekedar nama yang digunakan oleh berbagai macam klan, totem juga telah menjelma menjadi sesuatu yang sakral. Dengan kesakralan tersebut, totem telah menjadi pijakan awal terbentuknya solidaritas sosial serta mampu mendorong masyarakat untuk mengkonstruksi etika hidup bahkan menjadi satu faktor terkuat dimana agama itu muncul. Kata Kunci: Totem, agama, masyarakat.

Page 1 of 1 | Total Record : 10