cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 203 Documents
KERAGAMAN JENIS DIPTEROKARPA DI KABUPATEN BERAU, KALIMANTAN TIMUR Amiril Saridan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2009.3.1.9-20

Abstract

Hutan di Kalimantan lebih dikenal dengan nama hutan campuran Dipterocarpaceae dataran rendah, sebab pada hutan ini penyebaran dan potensi jenis Dipterocarpaceae sangat dominan dibandingkan jenis pohon dari suku lainnya. Banyaknya jenis yang terdapat dalam suku Dipterocarpaceae sangat menyulitkan dalam identifIkasi, khususnya untuk tingkat jenis. Dari ciri vegetatif, beberapa jenis bahkan cenderung sangat sulit dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Data vegetatif berperan penting dalam identifIkasi jenis mengingat banyak sekali kegiatan yang berkaitan dengan inventarisasi hutan atau pemberian nama pohon dalam hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Dipterocarpaceae di Kabupaten Berau. Penelitian dilaksanakan melalui eksplorasi  dan identifikasi dengan mengumpulkan selengkap-lengkapnya spesimen herbarium dari jenis yang termasuk dalam suku Dipterocarpaceae. Dengan cara tersebut diharapkan dapat diperoleh jumlah jenis yang sebanyak-banyaknya. Informasi yang diperoleh merupakan sumber informasi penting dalam pengelolaan kawasan untuk rnewujudkan kelestarian hutan dimasa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwajenis Dipterocarpaceae yang terdapat di Kabupaten Berau mempunyai jumlah jenis Dipterocarpaceae yang tinggi yaitu 99 jenis. Total seluruh jenis yang ada di wilayah Kalimantan (termasuk Brunei, Sarawak dan Sabah) sebanyak 267 jenis yang berarti sekitar 37% jenis tersebut di temukan di Kabupaten Berau.
MODEL HUBUNGAN TINGGI DAN DIAMETER TAJUK DENGAN DIAMETER SETINGGI DADA PADA TEGAKAN TENGKAWANG TUNGKUL PUTIH ( Shorea macrophylla ( de Vriese ) P.S. Ashton ) DAN TUNGKUL MERAH ( Shorea stenoptera Burck.) DI SEMBOJA, KABUPATEN SANGGAU Asep Kurniyawan Hardjana
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.1.7-18

Abstract

Pengukuran diameter merupakan pekerjaan yang relatif mudah, murah dan dapat menghasilkan ukuran yang akurat, sedangkan pengukuran tinggi dan tajuk pohon merupakan pekerjaan yang relatif sulit dan membutuhkan banyak tenaga. Penyusunan model hubungan antara tinggi pohon dan tajuk pohon dengan diameter pohon merupakan salah satu alternatif teknis yang dapat mengurangi pekerjaan pihak pengguna dalam mengukur tinggi dan diameter tajuk pohon, sehingga dapat memberikan data yang cukup mendekati dari hasil pengukuran yang sebenarnya. Dari hasil inventarisasi dan identifikasi diketahui bahwa jenis tengkawang tungkul mendominasi jenis tengkawang di lokasi penelitian dengan kerapatan tegakan berkisar 63 – 166 pohon/ha, yang terdiri dari jenis tungkul putih sebanyak 128 pohon (79,48%), dan tungkul merah sebanyak 47 pohon (20,52%). Selanjutnya model regresi hubungan tinggi pohon dengan diameter batang (dbh) yang dapat terbangun adalah Ttp = -2,2697 + 1,2711d - 0,0162d2 (n= 128; R2= 0,8177; SE= 2,1271) untuk tungkul putih, sedangkan model regresi untuk tungkul merah adalah Ttm = -0,0803 + 0,9334d - 0,0072d2 (n= 47; R2=0,8759; SE= 1,3891). Persamaan hubungan diameter tajuk dengan diameter batang (dbh) tidak berbeda nyata, sehingga dapat disusun pula model persamaan regresi untuk tungkul putih yaitu DTtp = 0,7174 + 0,4360d – 0,0045d2 (n= 128; R2= 0,5172;  SE= 1,7739 ) dan tungkul merah yaitu DT tm = 3,3287d0,2327 (n= 47; R2=0,0658; SE= 0,322).
PEMANGSA BIJI DIPTEROCARPACEAE Ngatiman Ngatiman; Adi Susilo
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2009.3.1.51-62

Abstract

Penelitian bama biji Dipterocarpaceae dilakukan di butan Penelitian Wanariset Samboja. Dari inventarisasi pohon dewasa diperoleh sembilan spesies yang sedang berbuah dan diteliti hama yang merusak biji. Di bawah tajuk dari sembilan spesies dipasang sejumlah perangkap biji. Biji Shorea pauciflora King, S leprosula Miq., S faguetiana Heirn, S parvifolia Dyer, Dipterocarpus cornutus Dyer, S. johorensis Foxw., S. smithiana Sym., S. ovalis Blume dan Cotylelobium sp. di kumpulkan dan diteliti serangga perusaknya. Persentase kerusakan biji akibat serangan perusak biji serangga adalab sebagai berikut: S. smithiana Sym. (6,83%), S. pauciflora King (0,08%), S. leprosula Miq. (12,30%), S. parvifolia Dyer (3,60%) dan S. faguetiana Heim (0,75%). Untuk S. johorensis, D. cornutus dan Cotylelobium sp. tidak ditemukan serangan dati serangga perusak biji. Kerusakan biji pra-pencar (predispersal) disebabkan oleb Nanophyes sp. dan Alcidodes sp. Berdasarkan type kerusakan di duga tupai memiliki andil dalam perusakan biji pra-pencar. Babi butan (Sus barbatus) teramati sebagai perusak biji pasea-penear di lantai hutan (post-dispersal seed predation).
PENGARUH PEMULSAAN TERHADAP PERTUMBUHAN MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula Miq) DI SEMOI, PENAJAM PASER UTARA, KALIMANTAN TIMUR Abdurachman Abdurachman; Hartati Apriani; Massofian Noor
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.2.93-100

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan  mulsa yang efektif untuk meningkatkan pertumbuhan merantitembaga (Shorea leprosula Miq) semoi Kabupaten Penajam Paser Utara. Pengukuran dilaksanakan pada 16 plot, dimana masing-masing plot seluas 0,25 ha, ada empat perlakuan mulsa yaitu tanpa mulsa sebagai control, dengan mulsa seresah dan ranting tanaman, mulsa plastic perak hitam (mpph) ukuran 50 cm x 60 cm, dan mpph ukuran 100 cm x 120 cm. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berblok Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antar perlakuan untuk pertumbuhan diameter dan tinggi yang ditunjukkan dengan hasil nilai  F dari analisa keragaman. Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan serasah berbeda signifikan terhadap perlakuan lainnya dengan rataan diameter pertahun 1,18 cm/tahun dan rataan tinggi pertahun 1.01 m/tahun.
PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea pauciflora KING) UMUR 36 BULAN DENGAN METODE RUMPANG Di HUTAN PENELITIAN KINTAP, KALIMANTAN SELATAN Sudin Panjaitan; Rusmanandan Rusmanandan; M. Sukma Alamsyah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2010.4.1.73-84

Abstract

Tujuan pcnelitian ini adalah untuk : 1) mengetahui ukuran luas rumpang optimal yang memberikan pertumbuhan terbaik jenis meranti merah (Shorea pauciflora) pada areal belukar mahang, dan 2) didapatkannya paket teknologi silvikultur jenis meranti merah (Shorea pauciflora). Perlakuan yang diberikan terdiri 4 taraf ukuran rumpang (gap), yaitu 1) tanpa rumpang (Ao), 2) rumpang ukuran diameter 6 m (A1), 3) rumpang ukran diameter 9 m (A2), dan 4) rumpang ukuran diameter 12 m (A3). Diulang sebanyak 6 kali. Penelitian ini didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Penelitian ini dilakukan di Hutan Penelitian Kintap. Hasil pengukuran tanaman meranti merah (Shorea pauciflora) umur 36 bulan pada ukuran rumpang diameter 9 m (Iuas = 245 m2) dan ukuran rumpang diameter 12 m (Iuas = 542 m2) berpengaruh nyata dan Positif terhadap pertumbuhan meranti merah (Shorea pauciflora) dan berbeda sangat nyata dibanding ukuran rumpang diameter 6 m (Iuas = 113 m2) dan kontrol.
KONDISI LINGKUNGAN TEMPAT TUMBUH Shorea johorensis Foxw. DI AREAL HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, KALIMANTAN SELATAN Sudin Panjaitan; Reni S. Wahyuningtyas; Rabiatul Adawiyah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2012.6.1.11-22

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa kondisi lingkungan tempat tumbuh Shorea johorensis Foxw., seperti: persentase intensitas cahaya matahari yang masuk, pH tanah dan ketinggian tempat di areal HPH PT. Aya Yayang Indonesia (PT. AYI). Inventarisasi permudaan S. johorensis dilakukan pada plot pengamatan berukuran 50 m x 50 m yang dibagi menjadi 5 blok/ ulangan (10 m x 50 m) dan di dalamnya terdapat 5 petak (10 m x 10 m). Pada masing-masing petak dibuat petak-petak yang lebih kecil untuk pengamatan permudaan tingkat tiang (10 m x 10 m), pancang (5 m x 5 m) dan semai (2 m x 2 m). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi pengamatan (PT. AYI), jumlah semai S. johorensis cukup banyak yaitu 28 batang (2.800 anakan/ha), sedangkan pancang 29 batang (464 ha) dan tiang 19 batang (76 batang/ha) atau tergolong sangat miskin. Intensitas cahaya di sekitar permudaan tingkat semai, pancang dan tiang berturut-turut antara 22%-30%, 22%-31% dan 29%-36%. Perbedaan yang tidak jauh antara intensitas cahaya di sekitar semai, pancang dan tiang menunjukkan bahwa penutupan tajuk bagian atas cukup rapat sehingga sedikit sekali sinar matahari yang masuk, baik pada lapisan tengah sampai lapisan bawah hutan. Kondisi tersebut diduga menjadi penghambat pertumbuhan permudaan S. johorensis, yang ditunjukkan jumlah semai yang berlimpah ternyata tidak diimbangi dengan stok permudaan tingkat tiang dan pancang. Diduga keterbatasan intensitas cahaya yang masuk menghambat pertumbuhan pancang dan tiang sehingga menjadi stagnan dan mati. pH tanah di lokasi penelitian berkisar antara 4,18 - 4,2 (sangat asam). Pada kondisi demikian S. johorensis masih dapat tumbuh. Permudaan S. johorensis pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 300 m dpl. 
Studi Tata Guna Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto Suryadi Suryadi; Aipassa Aipassa; Ruchaemi Ruchaemi; Matius Matius
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2017.3.1.43-48

Abstract

Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan bukan asli yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dengan mempunyai manfaat untuk keperluan : penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, prawisata alam dan rekreasi, pelestarian budaya. Sementara kondisi terakhir menunjukkan bahwa fungsi tata guna kawasan hutan ini sudah sangat terganggu, terdegradasi, rapuh dan terancam karena berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Oleh karena itu, studi tata guna kawasan Tahura Bukit Suharto sangat diperlukan untuk menghitung luasan penggunaan kawasan yang sesuai dengan fungsi dan yang tidak sesuai (terganggu karena aktivitas manusia) dengan fungsi kawasan Tahura Bukit Soeharto. Metode yang digunakan adalah survei wilayah dikombinasikan dengan citra satelit dan selanjutnya dilakukan pengukuran luas dengan program ArcView 3.3 dan GIS 3.3. Hasil studi menunjukkan bahwa kawasan yang sesuai dengan fungsi kawasan yaitu belukar, rawa dan air  berjumlah 53.340,95 Ha atau 78,71% dari luas kawasan. Sementara itu, pengunaan kawasan Tahura yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan adalah pertambangan, pertanian lahan kering campuran, pertanian lahan kering, tanah terbuka/kosong, pemukiman, tambak/perikanan dan perkebunan berjumlah 14.425,05 Ha atau 21,29% dari luas kawasan.
PERBANDINGAN SEMAI EMPAT PROVENANS Shorea Gysbertsiana BURCK DI PERSEMAIAN Deddy Dwi Nur Cahyono; Rayan Rayan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2012.6.1.67-73

Abstract

Studi pertumbuhan tingkat semai Shorea gysbertsiana Burck dilakukan terhadap empat provenans yaitu Bukit Baka, Gunung Bunga, Haurbentes dan Sungai Runtin. Variasi pertumbuhan yang diamati adalah tinggi dan diamater bibit. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan dengan provenans sebagai perlakuan. Dua puluh lima bibit diseleksi dari tiap provenans dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur 12 bulan di persemaian, perbedaan pertumbuhan tinggi dan diameter bibit diantara provenans sangat signifikan. Provenan Sungai Runtin menunjukkan pertumbuhan terbesar baik untuk tinggi (123,28 cm)dan diameter (9,70 mm) dibandingkan dengan provenans lainnya. 
RIAP DIAMETER HUTAN BEKAS TEBANGAN SETELAH 20 TAHUN PERLAKUAN PERBAIKAN TEGAKAN TINGGAL DI LABANAN BERAU, KALIMANTAN TIMUR Abdurachman Abdurachman
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2012.6.2.121-130

Abstract

Prinsip dasar pengelolaan hutan yang lestari adalah panen hutan sama dengan riap hutan itu sendiri, sehingga informasi riap ini menjadi sangat penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi riap diameter hutan bekas tebangan setelah 20 tahun perlakuan penjarangan di Labanan Berau, Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan di Labanan, Berau. Pengukuran dilaksanakan pada 6 plot, dengan masing-masing plot seluas 4 ha. Terdapat tiga perlakuan yaitu Pembebasan, Penjarangan selektif dan perlakuan kontrol. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berblok. Hasil penelitian menunjukkan rataan diameter pertahun untuk grup dipterocarpaceae adalah 0,53 cm/thn (kontrol), 0,84 cm/thn (Pembebasan) dan 0,55 cm/thn (Penjarangan selektif), sedangkan non dipterocarpaceae adalah 0,29 cm/thn (kontrol), 0,36 cm/thn (Pembebasan) dan 0,33 cm/thn (Penjarangan selektif). Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan penjarangan 20 tahun yang lalu yang ditunjukkan dengan hasil nilai F dari analisa keragaman. 
Kajian Tempat Tumbuh Jenis Shorea Smithiana, S. Johorensis dan S. Leprosula di PT ITCI Hutani Manunggal, Kalimantan Timur Nilam Sari; Karmilasanti karmilasanti
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2015.1.1.15-28

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji tempat tumbuh dari family Dipterokarpa, yaitu jenis Shorea smithiana, S. johorensis dan S. leprosula. Pembuatan 3 plot penelitian di dalam 1 hektar berbentuk bujur sangkar dengan jalur-jalur inventarisasi selebar 20 meter jarak datar. Dari hasil penelitian pada ketiga plot pengamatan menunjukkan jenis S. smithiana, S. johorensis dan S. leprosula memiliki Indeks Nilai Penting (INP) yang cukup dominan dari jenis-jenis lainnya dan mampu tumbuh pada kelas kelerengan yang ekstrim. Ketiga jenis tersebut hidupnya lebih cenderung kearah individualis atau tidak berkelompok dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Dari hasil analisa tanah tempat tumbuh, memperlihatkan sifat fisik tanah yang baik terutama bulk density, pori total, kadar air tanah dan tekstur tanahnya. Sifat kimia juga terlihat cukup subur. Tipe iklim mikro seperti suhu udara dan kelembaban termasuk kategori sedang, dengan intensitas cahaya dan curah hujan tahunan yang tinggi.

Filter by Year

2007 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa More Issue