cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 203 Documents
EVALUASI UJI COBA PENERAPAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA INTENSIF (TPTII/TPTJ INTENSIF) PADA IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) DI KALIMANTAN Karmilasanti Karmilasanti; Tien Wahyuni
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.83-94

Abstract

Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dengan teknik silvikultur intensif (SILIN) diperkenalkan pada tahun 2005 untuk merehabilitasi dan meningkatkan produktivitas Logged Over Area (LOA) hutan hujan tropis dengan pola penanaman pengkayaan jenis-jenis tanamam hutan bernilai komersil pada jalur tanam. Tulisan ini akan memberikan gambaran uji coba penerapan sistem silvikultur TPTJ dengan teknik SILIN dengan mengevaluasi beberapa kegiatan diantaranya penyiapan lahan, pemanfaatan hasil tebangan dalam jalur tanam, kecenderungan penanaman jenis-jenis yang sama, kegiatan penyiapan bibit dan dampak sosial ekonomi. Metode pengambilan data dilakukan melalui pengamatan atau observasi lapangan, wawancara, studi pustaka dan telaah dokumen. Penelitian dilaksanakan pada dua lokasi Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) Model Uji Coba Penerapan Sistem TPTJ yaitu di PT. Sarminto Parakantja Timber Kalimantan Tengah; PT. Intraca Wood Manufacturing dan PT. ITCI Kayan Hutani di Kalimantan Timur dan PT. Suka Jaya Makmur di Kalimantan Barat. Hasil evaluasi setelah beberapa tahun diterapkan sistem silvikultur TPTJ dengan teknik SILIN bahwa ada 2 (dua) tahapan kegiatan yang menjadi kunci awal keberhasilan kegiatan tersebut adalah pada tahapan penyiapan lahan yang berpengaruh pada efektifitas pemeliharaan serta tahapan penyiapan bibit mulai asal usul bibit, kualitas bibit, pengangkutan bibit sampai pada penanaman bibitnya. Pada tahapan-tahapan tersebut juga akan berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja.
PERTUMBUHAN TANAMAN KETAPANG (Terminalia catappa Linn.) PADA BEBERAPA SISTEM LAHAN DI KALIMANTAN TIMUR DAN PROSFEKNYA SEBAGAI HUTAN TANAMAN DENGAN MODEL AGROFORESTRI Marjenah Marjenah; Ariyanto Ariyanto
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.57-70

Abstract

Konsep sistem lahan didasarkan pada prinsip ekologi dengan menganggap ada hubungan yang erat antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, dan organisme. Di Kalimantan Timur ada 42 sistem lahan yang ditemukan. Ketapang secara luas ditanam di seluruh daerah tropis, terutama di sepanjang tepi laut berpasir, untuk tanaman peneduh, dan tanaman hias. Kayunya  memiliki dekoratif yang  dapat dijadikan furnitur dan kayu bangunan interior.  Produksi buah dimulai ketika ketapang berumur 3 tahun. Perkebunan tanaman energi  dapat dilakukan secara terintegrasi dengan upaya rehabilitasi dan reboisasi hutan. Lahan hutan yang kritis dapat dikonversikan menjadi hutan tanaman energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Ketapang (Terminalia catappa L) di Kalimantan Timur dan sistem lahan yang dapat ditumbuhi ketapang dan untuk mengetahui kemungkinan ketapang sebagai tanaman pokok di kebun energi dan penanaman secara agroforestri. Penelitian dilaksanakan di Balikpapan, Samarinda, dan Kutai Kartanegara. Sebanyak 118 pohon ketapang  dipilih sebagai objek penelitian. Pengambilan titik koordinat objek dilakukan untuk mengetahui letak pohon, selanjutnya dimasukkan ke dalam program peta sistem lahan sehingga diketahui sistem lahan dari setiap objek penelitian. Hasil identifikasi sistem lahan diketahui ketapang tumbuh pada 9 sistem lahan di Kalimantan Timur, yaitu PTG, KJP, KHY, LWW, TWH, TWB, MPT, MTL, dan LHI. Sistem lahan yang memungkinkan untuk dilaksanakan agroforestri adalah LWW, TWH, TWB, dan MTL. Pada sistem lahan LWW dan TWH, penanaman ketapang dapat ditumpangsarikan dengan karet, kelapa, kopi, coklat, cengkeh, lada, tebu, jambu mente, nenas, dan pisang. Pada sistem lahan TWB, penanaman ketapang dapat ditumpangsarikan dengan karet, kelapa, kopi, coklat, cengkeh, dan lada. Sementara itu, pada sistem lahan MTL, penanaman ketapang hanya dapat ditumpangsarikan dengan karet dan coklat. Ketapang sebaiknya ditanam pada sistem lahan dengan kelerengan ≤ 40 % dalam hal ini pada sistem lahan LWW, TWH, dan TWB.
KEHADIRAN DAN KERAGAMAN HERBA-LIANA SEBAGAI SUMBER PAKAN SATWA LIAR DI KAWASAN REKLAMASI PASCATAMBANG BATUBARA PT KIDECO JAYA AGUNG, PASER, KALIMANTAN TIMUR Slamet Rohmadi; Yaya Rayadin; Paulus Matius; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.71-82

Abstract

Kegiatan pemulihan fungsi kawasan ekosistem pascatambang dilakukan melalui kegiatan reklamasi dan revegatasi lahan. Penilaian keberhasilan kegiatan reklamasi dan revegetasi selama ini hanya didasarakan pada pertumbuhan dan keberadaan tanaman pokoknya. Kehadiran dan keragaman jenis tumbuhan bawah herba dan liana dikawasan reklamasi pascatambang belum menjadi indikator dalam penilaian keberhasilan kegiatan reklamasi. Kehadiran jenis herba-liana sendiri sangat penting bagi sumber pakan satwa liar yang ada didalamnya. Oleh karena ini dalam penelitian ini dilakukan perhitungan kehadiran dan keragaman jenis herba-liana pada berbagai variasi umur tanaman reklamasi yang berbeda. Tingkat keragaman dan kehadiran didasarkan pada nilai frekuensi kehadiran pada masing masing subplotnya. Dari tabel 11 variasi umur tanaman yang berbeda menunjukkan bahwa semakin berkembang umur tanaman reklamasi akan diikuti pula oleh penambahan keanekaragaman jenisnya herba dan liana. Frekuensi dari 176 kehadiran menunjukkan bahwa jenis yang paling banyak hadir adalah jenis Zoysia matrella 80,7% (142 dari 176) diikuti oleh jenis Mucuna sp. 75% (132 dari 176) dan Asystasia intrusa 59,1% (104 dari 176). Secara umum kehadiran jenis tumbuhan bawah kategori herba liana sangat penting dalam mempercepat pemulihan ekosistem pascatambang.
STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT KUTAI MENGHADAPI PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS SDA (STUDI KASUS: WILAYAH KEDANG IPIL, KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR) Hermin Efendi; Mustofa Agung Sardjono; Paulus Matius
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.95-108

Abstract

ABSTRAKMasalah utama yang dihadapi oleh masyarakat Kutai di wilayah Kedang Ipil adalah terkait ketergantungan mereka pada penggunaan lahan dan hasil hutan mulai terbatas karena perkembangan pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi adaptasi masyarakat Kutai wilayah Kedang Ipil dalam menghadapi perubahan lingkungan biofisik dan sosial sebagai implikasi dari perkembangan pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pemaparan secara deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara mendalam (indepth-interview), studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan sosial dalam aspek sosial ekonomi masyarakat dan aspek sosial budaya. Dalam perubahan sosial yang dihadapi masyarakat mengadaptasi mata pencaharian diversifikasi melalui pola napkah ganda, mempertahankan sistem berladang berpindah, mengumpulkan/berburu berbagai hasil hutan non-kayu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. Adaptasi proses dilakukan oleh masyarakat adalah proses adaptasi yang adaptif di mana perubahan ini memiliki dampak positif pada keberlanjutan hutan (SDA).Kata kunci: Adaptasi, Strategi
KARAKTERISTIK KIMIA DAN POTENSI DAUN TANAMAN AKAR BULOU (MIKANIA MICRANTHA KUNTH) SEBAGAI OBAT LUKA TRADISIONAL Andrian Fernandes; Rizki Maharani; Sigit Sunarta; Rayan Rayan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.109-116

Abstract

Tanaman Bulou (Mikania micrantha Kunth) merupakan salah satu jenis gulma yang sangat mudah tumbuh dan menyebar. Masyarakat desa Nyapa Indah, Berau, Kalimantan Timur, mengenal tanaman ini dengan sebutan Akar Bulou dan telah menggunakan daunnya sebagai obat luka alami. Pengembangan Daun tanaman Akar Bulou sebagai obat luka tradisional perlu mendapat dukungan uji ilmiah. Oleh karena itu, dalam studi ini dilakukan uji ilmiah beberapa karakteristik kimia meliputi uji fitokimia, uji akti oksidan dan senyawa aktifnya agar memperkuat potensi pemanfaatannya sebagai obat luka alternatif. Hasil uji menunjukkan bahwa daun tanaman Akar Bulou mengandung alkaloid, triterpenoid dan steroid. Pada ekstrak Akar Bulou larut etanol 95% memiliki bioaktifitas antioksidan tertinggi pada konsentrasi 25 ppm sebesar 83,31%. Sedangkan untuk senyawa aktifnya, terdapat senyawa alkaloid yang diduga terdapat dalam daun tanaman Akar Bulou adalah 2-(Dimethylamino)-1,3-dimethyltetrahydro-1,3,2-diazaphosphole 2-oxide. Sedangkan Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trimethyl-8-methylene tergolong dalam terpenoid yang merupakan senyawa metabolit sekunder untuk membantu dalam proses penyembuhan luka.
Stabilisasi Dimensi Kayu Shorea retusa Meijer Dengan Poly Vinil Acetate (PVAc) Andrian Fernandes
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2014.8.1.1-6

Abstract

Peningkatan kebutuhan akan kayu menyebabkan digunakannya kayu-kayu berdiameter lebih kecil dan berasal dari jenis-jenis kayu kurang dikenal, misalnya Shorea retusa Meijer. Kayu berdiameter kecil yang berasal dari pohon yang berumur muda cenderung memiliki sifat yang kurang begitu baik, salah satunya adalah memiliki dimensi yang kurang stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman S. retusa Meijer dalam PVAc untuk proses stabilisasi dimensi dengan konsentrasi larutan PVAc 25,0 g/L, 37,5 g/L dan 50,0 g/L, serta lama perendaman, yaitu 1, 2 dan 3 hari. Parameter yang diukur adalah penyusutan longitudinal, tangensial, radial dan ASE (Anti Shrinkage Efficiency). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu S. retusa Meijer yang direndam dalam larutan PVAc dengan konsentrasi 25 g/L selama 3 hari memberikan nilai scoring tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
PEMANFAATAN WILAYAH TERTENTU OLEH MASYARAKAT DESA LONG BELIU DI KPHP MODEL BERAU BARAT KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Eddy Mangopo Angi; Catur Budi Wiati
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.1.47-62

Abstract

Skema pemanfaatan hutan di Wilayah Tertentu/WT pada KPH diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.47/Menhut-II/2013 Tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu pada KPHL dan KPHP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginformasikan potensi pengembangan dan pemanfaatan WT dalam wilayah KPHP Model Berau Barat untuk pengembangan skema pemberdayaan masyarakat, khususnya diDesa Long Beliu Kecamatan Kelay Kabupaten Berau.Waktu pengambilan data di lapangan dilakukan pada tahun 2013 sedangkan studi literatur pada tahun 2019. Lokasi studi di Desa Long Beliu Kecamatan Kelay Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Metode yang digunakan berupa studi literatur, wawancara mendalam (dept interview) dengan responden kunci (key informants), diskusi terfokus (Focus Group Discussion/FGD) dan, pemetaan partisipatif WT yang dimaksud. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan deskriptif – kualitatif sesuai dengan tujuan studi. Hasil studi menunjukan bahwa WT yang ada di wilayah admnistrasi Desa Long Beliu, dapat dikembangkan merupa pengelolaan Hutan Desa/HD. Skema ini dipilih oleh masyarakat Desa Long Beliu sesuai dengan kondisi dan karakteristik wilayah dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
Analisis Vegetasi Di Taman Nasional Gunung Merapi Anggiyani Fabilah Parwati; Zahra Aptari; Rohmi Dwi Saputri; Ahmad Malik Akbarudin; Arsy Gita Kirana; Seftiana Tri Wahyuni
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.2.107-112

Abstract

Keanekaragaman merupakan kumpulan seluruh penghuni biosfer yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Keanekaragaman jenis tumbuhan sebagian besar terdapat di hutan tropis khususnya pegunungan. Struktur hutan tropis dapat menciptakan keanekaragaman jenis yang tumbuh didalamnya. Analisis vegetasi tumbuhan di Taman Nasional Gunung Merapi ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman hayati dan mengetahui struktur dan komposisi vegetasi hutan tersebut. Analisi Vegetasi ini mendapatkan hasil yaitu ada 4 habitus yang ada, yaitu lumut-lichen, semak, herba, dan tegakan. Indeks Nilai Penting berfungsi sebagai indikator seberapa penting tumbuhan itu ada di sana. Tumbuhan yang memiliki INP paling tinggi pada habitus masing-masing yaitu Pogonatum sp dengan INP sebesar  203,314% pada habitus Lumut-Lichen. Ageratina repair dengan INP 124,761%. pada habitus Herba , Brachiria mutica dengan INP 141,488% pada habitus Semak dan Syzygium oleina dengan INP 111,333% pada habitus Tegakan. Tingginya INP menunjukan bahwa spesies tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar dibandingkan dengan spesies lainnya.
PENGEMBANGAN BONTANG MANGROVE PARK SEBAGAI MODEL PERLINDUNGAN EKOSISTEM MANGROVE DI TAMAN NASIONAL KUTAI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN Eko Harjanto; Yaya Rayadin; Marlon I Aipassa; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.1.21-30

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Taman Nasional Kutai yang diberi nama Bontang Mangrove Park, sebagai kawasan wisata alam yang bertujuan untuk perlindungan terhadap ekosistem mangrove di Kota Bontang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan tutupan lahan pada Kawasan Bontang Mangrove Park dengan menggunakan citra tutupan lahan tahun 2002 sampai dengan tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bontang Mangrove Park seluas 294,78 Ha memiliki tutupan lahan (forest cover) terutama hutan mangrove seluas 203,58 Ha (29,06%) pada tahun 2002, meningkat menjadi 241,75 Ha (82,01%) pada tahun 2009, dan bertambah menjadi 264,61 Ha (89,77%) pada tahun 2018.  Peningkatan tutupan hutan seluas 61,03 Ha (30%) pada tahun 2002-2018 umumnya disebabkan adanya perubahan tutupan tambak menjadi ekosistem hutan mangrove dalam kurun waktu 16 tahun tersebut. Hasil ini setidaknya menunjukkan bahwa pengembangan Bontang Mangrove Park sebagai salah satu model perlindungan ekosistem hutan mangrove berbentuk ekowisata di Taman Nasional Kutai (TNK) mampu memberikan dampak positif  terhadap peningkatan kualitas tutupan hutan mangrove di Kota Bontang.
Stabilitas Lemak Tengkawang (Shorae mecistopteryx) Dalam Krim Pelembab Dengan Emulgator Tween 80 Dan Span 80 Husnul Warnida; Nurlaili Trisuci; Yullia Sukawaty
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.2.97-106

Abstract

Kulit kering ditandai kulit tampak kusam, kasar dan bersisik. Pada kondisi yang lebih parah, kulit menjadi retak dan pecah-pecah, retakan dapat mencapai dermis. Kulit kering dapat dicegah dengan menggunakan krim pelembab.Lemak tengkawang adalah pelembab alami yang baik karena mengandung asam linoleat, asam lemak yang banyak terdapat di epidermis kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula krim pelembab yang memenuhi persayaratan fisik krim dengan bahan aktif lemak tengkawang dan menggunakan emulgator non-ionik tween 80 dan span 80. Pada penelitian ini dibuat krim pelembab dengan variasi konsentrasi lemak tengkawang 1%, 5%, 10%, dan 15%. Berdasarkan analisis statistik pada data viskositas dan daya sebar krim, tidak ada perbedaan bermakna antara konsentrasi 5%, 10%, dan 15%, tetapi terdapat perbedaan bermakna dengan konsentrasi 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim pelembab lemak tengkawang dengan konsentrasi 5% lemak tengkawang memiliki stabilitas fisik yang paling baik. 

Filter by Year

2007 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa More Issue