cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 203 Documents
Keanekaragaman Jenis Jamur Ektomikoriza Pada Ekosistem Hutan Dipterokarpa di KHDTK Labanan, Berau, Kalimantan Timur Karmilasanti Karmilasanti; Rizki Maharani
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2016.2.2.57-66

Abstract

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Labanan merupakan miniatur hutan hujan tropis dataran rendah dengan keanekaragaman biodiversitas yang sangat tinggi dan memiliki potensi mikoriza yang tinggi tetapi belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis jamur ektomikoriza dan potensinya, baik yang bersimbiosis mutualismetis dengan inang kelompok jenis Dipterocarpaceae maupun Non Dipterocarpaceae di hutan alam KHDTK Labanan, Berau, Kalimantan Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah mengidentifikasi karakteristik jamur ektomikoriza yang masih segar di lapangan, pengambilan foto secara langsung dan identifikasi lanjutan menggunakan beberapa literatur bergambar sebagai pembanding. Hasil yang diperoleh adalah jumlah jenis jamur ektomikoriza di KHDTK Labanan ditemukan sebanyak 31 jenis yang terdiri atas 15 marga, sedangkan 13 suku memiliki jumlah jenis yang sama. Suku yang memiliki jumlah jenis paling banyak adalah Russulaceae (7 jenis) dan suku yang memiliki jumlah jenis paling sedikit adalah Hydnaceae, Strophariaceae, Boletaceae, Marasmiaceae, Gomphaceae dan Agaricaceae masing-masing 1 jenis. Ada 22 jenis jamur ektomikoriza (79,22%) bersimbiosis dengan inang kelompok jenis Dipterocarpaceae dan 9 jenis (20,78%) bersimbiosis dengan inang kelompok jenis Non Dipterocarpaceae. 
TEKNIK PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN SHOREA LEPROSULA Miq DI KHDTK LABANAN, BERAU, KALIMANTAN TIMUR Ngatiman Ngatiman; Muhammad Fajri
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.1.35-48

Abstract

Shorea leprosula adalah salah satu jenis pohon utama di KHDTK Labanan, Berau , Kalimantan Timur. Pertumbuhannya di alam seringkali terganggu dengan kehadiran gulma. Pengendalian gulma sangat diperlukan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik pengendalian gulma yang terbaik dan jenis-jenis gulma pada tanaman S. leprosula.  Variabel respon dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi dan diameter per enam bulan dan variabel penduga adalah teknik pengendalian gulma pola lajur (P1), pola lajur + mulsa (P2), pola melingkar setempat (P3), pola melingkar setempat + mulsa (P4) dan kontrol (P0), kelas sinar rumpang dan naung, dan komponen geomorfik lembah, lereng dan punggung. Analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pengendalian gulma dengan perlakuan P1 memberikan nilai riap yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya pada tanaman S. leprosula setiap enam bulan. Sementara itu, untuk perlakuan P3 memberikan hasil yang paling baik terhadap nilai riap S. leprosula setiap enam bulan. Pada  tanaman S. leprosula  ditemukan 93 jenis gulma, dimana yang menyebabkan dampak kerusakan dan invasi suatu lahan secara nyata adalah gulma jenis Mikania micrantha.
ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS PENYARADAN DENGAN MENGGUNAKAN PANCANG TARIK (MONOCABLE WINCH) DI PT. BELAYAN RIVER TIMBER Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2011.5.1.59-72

Abstract

Penerapan sistem Pancang Tarik (monocable winch) didalam kegiatan pemanenan ramah lingkungan (RIL) merupakan upaya untuk mengurangi biaya produksi dan mengurangi kerusakan lingkungan jika dibandingkan penyaradan dengan menggunakan sistem bulldoser. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa penyaradan dengan menggunakan Pancang Tarik akan lebih efisien dan lebih produktif. Terdapat hanya sedikit perbedaan biaya penyaradan dan produktivitas penyaradan pada kelerengan < 26% dan kelerengan ≥ 26%. Biaya operasional penyaradan pada kelerengan tersebut   juga menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata yaitu sebesar Rp. 31.000,- pada kelerengan < 26% dan Rp. 32.000,- pada kelerengan  ≥ 26%.  Hal tersebut menggambarkan bahwa penyaradan dengan menggunakan Pancang Tarik akan lebih murah jika dibandingkan penyaradan dengan menggunakan bulldoser yaitu sebesar Rp. 175.000,- /m3. Penerapan sistem Pancang Tarik ini akan menghasilkan biaya penyaradan yang lebih efektif, ramah lingkungan dan mengurangi emisi karbon.
PENGARUH PENYIAPAN LAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN Shorea leprosula Miq. DAN Shorea balangeran (Korth.) Burck PADA LAHAN ALANG-ALANG DI SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR Ishak Yassir; Yuniar Mitikauji
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2007.1.1.23-35

Abstract

Penelitian pengaruh penyiapan lahan terhadap pertumbuhan tanaman Shorea leprosula Miq. dan Shorea balangeran (Korth.) Burck telah dilakukan di areal rehabilitasi lahan Samboja Lestari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi pengaruh teknik penyiapan lahan terhadap pertumbuhan S. leprosula Miq. dan S. balangeran (Korth.) Burck yang ditanam pada lahan kritis yang ditumbuhi alang-alang. Empat perlakuan penyiapan lahan yang dicoba dalam penelitian ini adalah sistem cemplongan, jalur, jalur herbisida dan  herbisida total. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap. Setiap perlakuan penyiapan lahan pada masing-masing jenis ditanam sebanyak 25 tanaman dengan jarak tanam 5 m x 5 m, jumlah kelompok 3 buah, sehingga total jumlah tanaman yang diamati sebanyak 600 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penyiapan lahan tidak memberikan perbedaan yang nyata baik terhadap persen hidup, pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan diameter. Hasil penelitian ini memberikan input bahwa pemilihan teknik penyiapan lahan termurah berupa cemplongan dan jalur merupakan alternatif terbaik, sedangkan pengaturan cahaya atau kebutuhan naungan pada tahap awal pertumbuhan S. leprosula Miq., diperlukan, lain halnya dengan Shorea balangeran (Korth.) Burck  yang dapat tumbuh dengan baik pada lahan alang-alang tanpa diberi naungan.
Keragaman Genetik Meranti (Shorea leprosula Miq.) Asal Kalimantan Dengan Analisis Isozim Tri Maria Hasnah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2014.8.1.35-46

Abstract

Shorea leprosula Miq. merupakan salah satu jenis kayu dari famili Dipterocarpaceae yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kerusakan hutan alam karena illegal logging dan konversi lahan diduga telah mengurangi keragaman genetik dan mempersempit basis genetik jenis tersebut. Sebagai penanda genetik molekuler, isozim dapat digunakan untuk menduga tingkat keragaman genetik. Pengetahuan mengenai kergaman genetik akan memberikan peranan yang penting dalam program pemuliaan dan konservasi genetik jenis S. leprosula di Indonesia. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun S. leprosula yang masih juvenile dari populasi Kalimantan pada lima pertanaman konsevai ex-situ yang terletak di Carita (Banten), Semaras - Pulau Laut (Kalimantan Selatan), Gunung Kencana (Jawa Barat), Batu Ampar (Kalimantan Timur), dan Kotawaringin Timur (Kalimantan Tengah). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gunung Bunga (Kalimantan Barat), Kenangan (Kalimantan Timur), Melak (Kalimantan Timur), Bengalun (Kalimantan Timur), Labanan (Kalimantan Timur), Meraang (Kalimantan Timur), Sambarata (Kalimantan Timur), dan Bukit Baka (Kalimantan Tengah). Empat sistem enzim tersebut dikendalikan oleh lima lokus (6Pg, Got, Est-1, Est-2, dan Shd) dengan 22 alel. Keragaman genetik S. leprosula di Kalimantan tergolong tinggi (HT =0,329) dengan 61,2% keragaman genetik berasal dari keragaman antar populasi. Peningkatan proporsi individu homozigot dijumpai pada hampir semua lokus pada semua populasi S. leprosula di Kalimantan ditandai dengan indeks fiksasi yang bernilai positif (F-ix = 0,312).
PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN Rayan Rayan; Deddy Dwi Nur Cahyono
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2011.5.2.11-20

Abstract

Bibit berkualitas baik, jumlah yang cukup dan tepat waktu merupakan faktor yang dapat menentukan keberhasilan penanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran benih terhadap pertumbuhan bibit S. leprosula di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda. Benih diperoleh dari populasi hutan alam Gunung Bunga Kalimantan Barat dari 6 pohon induk. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan ukuran benih. Setiap pohon induk terdiri dari tiga perlakuan, diulang tiga kali dan masing-masing ulangan terdiri dari 50 benih. Dari pengamatan diperoleh hasil rata-rata daya kecambah sebesar 64,22% untuk benih berukuran kecil, 77% untuk ukuran sedang dan 83,56% ukuran besar. Rata-rata tinggi sebesar 26,24 cm untuk benih berukuran kecil 28,13 cm ukuran sedang dan 34,18 cm ukuran besar. Sementara itu rata-rata diameter untuk benih berukuran kecil sebesar 0,26 cm, ukuran sedang sebesar 0,28 cm dan benih berukuran besar sebesar 0,31 cm. Benih yang berukuran lebih besar menghasilkan daya kecambah, pertumbuhan tinggi dan diameter bibit lebih besar dibandingkan dengan biji yang berukuran lebih kecil. Setelah dianalisis secara statistik parameter daya kecambah, pertumbuhan tinggi dan diameter menunjukkan hasil berbeda nyata.
Pengaruh Perlakuan Penebangan Limit Diameter Terhadap Riap Diameter Pohon Hutan 16 Tahun Setelah Penebangan di Sangai, Kalimantan Tengah Abdurachman Abdurachman; Farida Herry Susanty
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2014.8.2.81-88

Abstract

Pengaruh perlakuan penebangan limit diameter pada riap diameter pohon di hutan 16 tahun setelah penebangan telah diteliti. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan informasi pengaruh sistem tebang pilih terhadap riap diameter pohon di hutan. Lokasi penelitian berada di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di Sangai, Kalimantan Tengah. Pengukuran dilaksanakan pada 8 plot, dimana masing-masing plot seluas 1 ha (100 x 100 m), ada empat perlakuan yaitu Penebangan dengan diameter >40 cm, >50 cm dan >70 cm serta perlakuan kontrol. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berblok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter rata-rata pertahun untuk grup Dipterocarpaceae adalah 0.62 cm/tahun akibat kontrol, 0.66 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >40 cm, 0.64 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >50 cm dan 0.65 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >70 cm), sedangkan Non Dipterocarpaceae diperoleh hasil 0.47 cm/tahun akibat kontrol, 0.48 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >40 cm, 0.49 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >50 cm dan 0.49 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >70 cm. Tidak terdapat perbedaan riap yang nyata antara perlakuan penebangan batas diameter, dalam 16 tahun pasca penebangan.
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PROSES EKOFISIOLOGI DAN PERTUMBUHAN SEMAI Shorea selanica (DC.) Blume DI PERSEMAIAN Sudin Panjaitan; Reni S. Wahyuningtyas; Dewi Ambarwati
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2011.5.2.73-82

Abstract

Shorea selanica merupakan jenis meranti yang cukup menjanjikan untuk program penanaman komersial, rehabilitasi hutan, serta reforestasi lahan konservasi. Mengingat sampai saat ini belum diketahui besarnya intensitas cahaya yang optimal untuk pertumbuhan semai S. selanica di persemaian, maka perlu dilakukan pengujian pengaruh beberapa persentase naungan terhadap pertumbuhan semai S. selanica. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan: N0 = tanpa naungan (0%), N1= naungan 55%, N2 = naungan 65%, N3 = naungan 75%. Dua semai S. selanica ditanam pada petak-petak percobaan berukuran 60 cm x 100 cm yang di atasnya diberikan sarlon net dengan intensitas naungan yang berbeda-beda. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Parameter yang diamati meliputi: tinggi dan diameter semai, jumlah daun, laju fotosintesis, berat segar dan berat kering semai. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu setelah tanam, kecuali berat segar dan berat kering oven yang diamati pada akhir penelitian (6 minggu setelah tanam). Hasil penelitian menunjukkan pemberian naungan sebesar 65% memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan semai S. selanica dan pengaruhnya sangat nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter batang, berat segar dan berat kering semai dengan nilai rata-rata berturut-turut 10,85 cm; 1,113 mm; 12,558 g dan 3,463 g. Pemberian naungan yang terlalu berat (75%) pada penelitian ini terbukti memberikan pengaruh yang jelek terhadap pertumbuhan semai, bahkan lebih jelek dibandingkan tanpa pemberian naungan atau pemberian naungan 55%. Semai S. selanica diduga toleran terhadap naungan dengan IC cahaya sekitar 35%, tetapi IC matahari <35% mulai menghambat pertumbuhannya.
KEANEKARAGAMAN FUNGI MAKRO PADA TEGAKAN BENIH DIPTEROCARPACEAE DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING DAN TAMAN NASIONAL SEBANGAU KALIMANTAN TENGAH Massofian Noor; Amiril Saridan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.1.53-62

Abstract

Penelitian keanekaragaman fungi makro dilaksanakan pada tegakan benih Dipterocarpaceae di Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan, yaitu bulan Maret - Desember 2012. Latar belakang flora fungi makro pada suatu daerah tertentu yang belum pernah diketahui potensi dan keanekaragaman fungi makro sangat diperlukan eksplorasi dan tujuan  untuk mengidentifikasikani jenis dan manfaat fungi makro untuk kepentingan manusia. Metode yang dipergunakan adalah metode jalur dengan lebar 20 meter (10 meter dari kiri dan kanan dari garis sumbu sepanjang 1000 meter) dengan jarak antar jalur 200 meter, pengumpulan fungi makro dilakukan sensus 100 %. Identifikasi fungi makro mempergunakan kunci determinasi. Hasil penelitian yang diperoleh pada tegakan benih Dipterocarpaceae di Hutan Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau diperoleh rata-rata sebanyak 18 genus 44 jenis dan 335 individu., yang terdiri dari fungi makro  penghancur kayu  (71,91 %), penghancur serasah (4,13 %), sebagai sembion pada jenis Dipterocarpaceae (10,41 % ), sebagai ramuan obat (0,96 %) , dan dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan (9,46 %). Iklim makro pada kedua lokasi  relatif sama. Hasil Uji- t tingkat keanekaragaman fungi makro dari dua lokasi yang berbeda menunjukan tidak berbeda nyata, nilai kesamaan Morisita Horn (CmH) diperoleh 1,31 atau 1 lebih, menunjukkan bahwa distribusi fungi makro pada kedua areal penelitian menyebar.
PENGARUH SUNGKUP SETENGAH LINGKARAN DAN SUNGKUP KOTAK TERHADAP PERSENTASE HIDUP CABUTAN ANAKAN ALAM JENIS DIPTEROCARPACEAE DI PERSEMAIAN Rayan Rayan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.49-58

Abstract

Penyiapan  bibit  adalah hal penting dalam pembangunan hutan tanaman  Dipterokarpa. Pendekatan umum yang telah diaplikasikan secara luas adalah mengkondisikan cabutan anakan alam ke dalam kondisi persemaian. Ada dua jenis sungkup yang biasa digunakan di persemaian, yaitu setengah lingkaran dan kotak. Penelitian ini menguji 2 jenis sungkup terhadap tingkat hidup Shorea agamii P. S. Asthon, Shorea macroptera Dyer, Shorea baccariana Burck dan Shorea sp.  Percobaan ini dilaksanakan di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Samarinda dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan masing-masing 50 cabutan anakan.  Secara umum (rata-rata  4 species tersebut) sungkup setengah lingkaran memberikan tingkat hidup bibit  yang jauh lebih tinggi  (93.96%), bila dibandingkan dengan sungkup kotak (61.25%).  Secara statistik hanya tingkat hidup  Shorea agamii P.S. Asthon dalam dua jenis sungkup tidak memberikan hasil yang berbeda nyata (berturut-turut 96,96 dan 85,65%).  Species lainnya perbedaannya nyata atau sangat nyata yaitu Shorea macroptera Dyer (93,03% dan 59,60%), Shorea baccariana Burck (89,71% dan 24,75%) dan Shorea sp (93,5 dan 59,60%).  Persentas hidup bibit yang lebih tinggi pada sungkup setengah lingkaran berhubungan dengan kelembaban dalam sungkup yang lebih tinggi.  Sungkup setengah lingkaran juga lebih praktis dan lebih ekonomis.

Filter by Year

2007 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa More Issue