cover
Contact Name
Kadek Karang Agustina
Contact Email
k.agustina@unud.ac.id
Phone
+6281353306020
Journal Mail Official
bulvet@unud.ac.id
Editorial Address
Faculty of Veterinary Medicine Udayana University. PB Sudirman St campus, Denpasar, Bali Indonesia
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Buletin Veteriner Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : 20852495     EISSN : 24772712     DOI : https://doi.org/10.24843/bulvet.
The Buletin Veteriner is focused on Veterinary Medicine and Animal Sciences study with its various developments
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 5 No. 2 Agustus 2013" : 10 Documents clear
Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Estrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia) dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) yang Diinduksi Aloksan I Ketut Angga Yuda; Made Suma Anthara; Anak Agung Gde Oka Dharmayudha
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.543 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia ekstrak etanol buah pare (M. charantia) sebagai penurun kadar glukosa darah tikus putih jantan (R. novergicus) yang diinduksi aloksan. Sampel penelitian ini adalah 25 ekor tikus putih jantan (R. novergicus) berumur 3 bulan dengan berat rata-rata 150-300 g. Rancangan yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan sebagai berikut, perlakuan I sebagai kontrol yaitu tikus normal tanpa perlakuan, Perlakuan II kontrol diabetes, perlakuan III tikus diabetes dan ekstrak buah pare 100 mg/kg bb, perlakuan IV tikus diabetes dan ekstrak buah pare 50 mg/kg bb, dan perlakuan V tikus diabetes dan glibenklamid 1 mg/kg bb. Hasil penelitan menunjukan buah pare mengandung zat flavonoid, polifenol, dan saponin. Pemberian ekstrak etanol buah pare (M. charantia) dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (R. novergicus) penderita diabetes dengan diinduksi aloksan secara signifikan P<0,05 yang sebanding dengan pemberian glibenklamid. Dengan demikian, ekstrak etanol buah pare dapat digunakan sebagai penurun kadar glukosa darah.
Identifikasi dan Prevalensi Cacing Tipe Strongyle pada Babi di Bali Kadek Karang Agustina
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.377 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghitung prevalensi spesies cacing pada babi di Bali yang memiliki bentuk telur yang sama yaitu bentuk tipe strongyle. Sebanyak 240 sampel feses babi yang berasal dari peternakan babi yang tersebar di seluruh wilayah Bali telah diperiksa menggunakan modifikasi dari metode Roberts dan O’Sullivan yaitu kultur feses yang menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60% babi di Bali terinfeksi cacing type strongyle. Setelah dilakukan kultur feses, teridentifikasi dua jenis cacing yaitu Hyostrongylus rubidus dan Oesophagostomum dentatum dengan prevalensi masing-masing yaitu  41,25% dan 47,5%.
Analisis Faktor Tipe Lahan dengan Kadar Mineral Serum Sapi Bali I Nengah Kerta Besung
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.658 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan analisis faktor tipe lahan pemeliharaan dengan kadar mineral (Mg, K, Na, Ca, Cu, Co, Zn, Fe) serum sapi bali.  Sampel berupa serum diambil masing-masing 15 ekor, berasal dari tipe lahan tegalan, kebun, sawah dan hutan. Analisis mineral menggunakan metode Apriyantono, dkk. (1989) dengan pengabuan basah, dan kadar mineral dibaca dengan alat AAS (Atomic Absorpsion Spectrophotometry). Hasil penelitian menunjukkan rerata mineral  magnesium sapi bali yang dipelihara pada lahan tegalan : 22,36 mg/l sedangkan tembaga : 0,09 mg/l mg/l. Di lahan perkebunan, kalium : 24,84 mg/l dan kobalt : 1,80 mg/l. Serum sapi bali di lahan hutan, kadar natrium : 19,63 mg/l dan seng: 0,33 mg/l.  Kalsium : 6,23 mg/lt, besi : 8,39 mg/lt diperoleh pada sapi bali yang dipelihara pada lahan persawahan. Hasil analisis membuktikan faktor tipe lahan pemeliharaan sangat terkait dengan kadar mineral serum sapi bali. Sapi bali yang dipelihara pada lahan pemeliharaan dengan ketersediaan mineral yang kurang menyebabkan terjadinya defisiensi mineral.
Seroprevalensi Penyakit Avian Influenza Pada Itik Di Kabupaten Klungkung Estry Gusnita Damanik; Gusti Ayu Yuniati Kencana; I Gusti Ngurah Kade Mahardika
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.723 KB)

Abstract

Itik memiliki peran penting dalam penyebaran virus Avian Influenza subtipe  H5N1 karena merupakan reservoir alami virus dan infeksinya bersifat subklinis. Pendistribusian itik terjadi dari pasar unggas ke peternakan itik atau sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat seroprevalensi virus Avian Influenza di Pasar Unggas Galiran dan peternakan itik di kabupaten  Klungkung pada saat yang bersamaan.  Sampel penelitian adalah serum dari itik yang tidak divaksin yang diambil dari pasar dan peternakan di kabupaten Klungkung.  Pengambilan  sampel dilakukan setiap bulan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2012.  Sampel serum selanjutnya  diuji dengan uji Hambatan Hemaglutinasi. Hasil penelitian menunjukkan seroprevalensi AI di Pasar Unggas Galiran dan peternakan itik di Kabupaten Klungkung adalah sebesar 81.4%,  perbedaan yang signifikan terjadi pada Juni dan Agustus tetapi tidak signifikan pada bulan Maret, April, Mei, dan Juli.  Seroprevalensi virus AI di Pasar Unggas Galiran adalah sebesar 76.2% dan di peternakan sebesar 86.7% dan secara statistik berbeda sangat nyata. Monitoring terhadap virus Avian Influenza berkelanjutan perlu dilakukan baik di peternakan maupun  di pasar unggas di Klungkung.
ASSESSMENT OF VIRAL CONTENT IN NEWCASTLE DISEASE VACCINE OBTAINED FROM TWO DIFFERENT POULTRY SHOPS USING PRIMARY CHICKEN FIBROBLAST CELL CULTURE Gusti Ayu Yuniati Kencana
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.658 KB)

Abstract

Newcastle Disease (ND) is still endemic in Indonesia, characterized by its your-round occurrence. Many measures have been adopted by the government to prevent the spread of the disease including vaccination using both active and inactive vaccine. The quality of vaccine is influenced by its viral content which determines the success of ND vaccination in chicken flock. The viral content in ND vaccine can be determined by measuring its eggs lethal dose-50 (ELD50) or Tissue Culture Infective Dose-50 (TCID50) and the minimum viral content considered to be appropriate for active ND vaccine is 66,5/single dose. This study was conducted to find out the viral content of ND vaccine marketed in some poultry shops. ND vaccine of  LaSota strain were obtained from 2 different poultry shops and the viral content was determined in Chicken embryo fibroblast (CEF). The vaccines were reconstituted vaccine diluent and diluted serially in 10-fold diluted. Each dilution was inoculated into 4 wells of confluent CEF cultured in 96 well microplate. The TCID50 was then calculated by Reed and Muench method. The TCID50 of each vaccine was determined 4 times (4 replications). The result showed that the titer of the virus in the vaccine were 66,7and 67 TCID50/per dose which mean that both vaccines were still above the minimum standard of viral content recommended by some workers.
STUDI HISTOPATOLOGI HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI EKSTRAK ETANOL DAUN KEDONDONG (Spondias dulcis G.Forst) SECARA ORAL I Putu Arya Adikara; Ida Bagus Oka Winaya; I Wayan Sudira
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.855 KB)

Abstract

Tanaman kedondong sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat alternatif  untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sedangkan penelitian tentang toksisitas daun kedondong pada hati belum pernah dilakukan. Dalam penelitian ini tikus putih (Rattus norvegicus) dibagi secara acak menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor. Kelompok A sebagai kontrol (placebo) yang diberi aquades peroral; kelompok B diberikan ekstrak daun kedondong 100 mg/kg bb (0,2 ml/ekor); kelompok C diberikan ekstrak daun kedondong 200 mg/kg bb (0,4 ml/ekor); kelompok D diberikan ekstrak daun kedondong 300 mg/kg bb (0,6 ml/ekor); kelompok E diberikan ekstrak daun kedondong 400 mg/kg bb (0,8 ml/ekor). Pemberian ekstrak daun kedondong dilakukan secara oral. Dilanjutkan dengan nekropsi pada hari ke-15 untuk pengambilan organ hati yang nantinya akan dibuat preparat hitopatologi.Hasil pemeriksaan histopatologi pada hati  tikus putih(Rattus norvegicus) yang diberikan ekstrak etanol daun kedondong, tidak ditemukan adanya perubahan seperti adanya infiltrasi sel radang, degenerasi melemak, degenerasi hidrofik dan nekrosis pada kelompok perlakuan K1, K2, K3, tetapididapatkan hasil peradangan ringan pada kelompok perlakuan K4 dan K5 pada 1 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) dari 5 ekor yang diberi perlakuan pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan(Centella asiatica) Peroral Ni Luh Putu Ratna Suhita; I Wayan Sudira; Ida Bagus Oka Winaya
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.202 KB)

Abstract

Pegagan merupakan tanaman herbal  yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penelitian tentang toksisitas tanaman pegagan pada ginjal belum pernah dilakukan.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perubahan histopatotogi pada ginjal tikus putih setelah pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) peroral.Tikus putih (Rattus norvegicus)sebanyak 30 ekordibagi secara acak menjadi lima kelompok, kelompok A sebagai control (placebo) yang diberi aquades peroral; kelompok B yang diberikan ekstrak pegagan 100 mg/kg bb (0,2 ml/ekor); kelompok C yang diberikan ekstrak pegagan dosis 200 mg/kg bb (0,4 ml/ekor); kelompok D yang diberikan 300 mg/kg bb (0,6 ml/ekor); dan kelompok E yang diberikan ekstrak pegagan dosis 400 mg/kg bb (0,8 ml/ekor).Nekropsi untuk pengambilan organ ginjal dilakukan pada hari ke-9.Jaringan ginjal selanjutnya diproses untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Hemaktosilin Eosin (HE).Hasil pemeriksaan histopatologi pada ginjal tikus putih yang diberikan ekstrak pegagan, tidak ditemukan adanya degenerasi melemak, degenerasi hidrofik, dan nekrosis baik pada kontrol (placebo) maupun pemberian dosis 0,2  ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml.Hasil ini menunjukkan bahwapemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) dengan rentang dosis 100 mg/kg bb sampai dengan dosis 400 mg/kg bb selama 9 hari, tidak menyebabkan gangguan histopatologi pada organ ginjal tikus putih (Rattus novegicus).
Efek Toksisitas Ekstrak Daun Sirih Merah Terhadap Gambaran Mikroskopis Ginjal Tikus Putih Diabetik yang Diinduksi Aloksan Ni Made Rina Yulinta; Ketut Tono Pasek Gelgel; I Made Kardena
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.092 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksik dari ekstrak daun sirih merah terhadap gambaran mikroskopis ginjal tikus putih diabetes mellitus yang diinduksi aloksan. Sebanyak 20 ekor tikus putih jantan galur Sprague-dawley umur ± 3 bulan digunakan dalam penelitian ini. Seluruh sampel tersebut dibagi secara acak menjadi lima kelompok perlakuan yaitu: (P0) tikus sehat yang hanya diberikan aquades; (P1) tikus yang diberikan aloksan 120 mg/kg bb/intraperitoneal; (P2) tikus yang diberikan aloksan 120 mg/kg bb/intraperitoneal dan ekstrak daun sirih merah 50 mg/kg bb/peroral; (P3) tikus yang diberikan aloksan 120 mg/kg bb/intraperitoneal dan ekstrak daun sirih merah 100mg/kg bb/peroral; (P4) tikus yang diberikan aloksan 120mg/kg bb/intraperitoneal dan suspensi glibenklamid 1 mg/kgbb/peroral. Perlakuan diberikan selama 30 hari. Pada hari ke-31 semua tikus dieuthanasi dan dinekropsi untuk melihat gambaran mikroskopis ginjal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) dosis 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb tidak menunjukkan perubahan patologi terhadap gambaran mikroskopis ginjal. Hal ini menunjukkan ekstrak daun sirih merah dosis 50 mg/kgbb dan dosis 100 mg/kgbb tidak toksik terhadap jaringan ginjal tikus putih diabetes mellitus.
Kadar Glukosa Darah Anjing Kintamani Anak Agung Sagung Kendran; I Gusti Ngurah Sudisma; I Nyoman Sulabda; I Wayan Gorda; Luh Dewi Anggreni; Bendelin Melda Loekali
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.894 KB)

Abstract

Penentuan kadar glukosa darah anjing kintamani menggunakan Accu-check Active dilakukan di laboratorium Patologi Klinik Veteriner, Fakultas Kedoktern Hewan Universitas Udayana. Sampel darah diambil dari 50 ekor anjing kintamani untuk menentukan kadar glukosa acak dan 10 ekor untuk mengetahui kadar glukosa darah puasa dan dua jam setelah makan. Sampel darah diambil dari vena chepalica. Anjing yang dipilih sebagai sampel adalah anjing kintamani milik penduduk di daerah Denpasar dan Kintamani. Hasil penelitian ini menunjukkan rerataan kadar glukosa normal darah anjing kintamani secara acak sebesar 86,62 mg/dl  19,09, jantan adalah 84,10 mg/dl  19,11  dan betina 89,81 mg/dl  19,01..  Pada keadaan puasa kadar glukosa darah anjing kintamani adalah 73,4 mg/dl  5,98,   jantan 74 mg/dl  2,82 betina 73 mg/dl  7,69. Kadar glukosa darah anjing kintamani dua jam setelah makan sebesar 75,6 mg/dl  6,13, jantan 76,25 mg/dl  2,36 dan  betina 75,76 mg/dl 7,98. Hasil ini masih berada dalam kisaran normal berdasarkan standar acuan Graham. Dengan demikian Accu-check Active dapat dipakai untuk menentukan kadar glukosa darah anjing kintamani.
Pemberian Perasan Bahan Antimikroba Alami dan Lama Penyimpanan pada Suhu Kulkas (5oC) terhadap Jumlah Bakteri Coliform pada Daging Babi Luh Made Destriyana; Ida Bagus Ngurah Swacita; I Nengah Kerta Besung
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No. 2 Agustus 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.094 KB)

Abstract

Pemberian perasan bahan antimikroba alami dan lama penyimpanan pada suhu kulkas (5oC) berpengaruh terhadap jumlah bakteri Coliform pada daging babi karena salah satu cara untuk menjaga kualitas pangan adalah dengan menambahkan bahan aditif berupa zat antimikroba dalam bentuk rempah – rempah dan penyimpanan daging pada suhu dingin dapat menurunkan kemampuan bakteri untuk memperbanyak diri. Sepuluh gram daging direndam dengan perasan antimikroba selanjutnya dihitung jumlah bakteri Coliform dengan metode sebar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 4x4, dengan 4 faktor perlakuan (kontrol, kunyit, jahe, dan bawang putih) dan 4 faktor lama penyimpanan (0, 3, 5, dan 7 hari). Selanjutnya data yang diperoleh diuji dengan  Analisis Ragam (Uji F)  dan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasan alami dari bawang putih sangat nyata (P<0,01) menurunkan jumlah bakteri Coliform dibandingkan perasan dari jahe, kunyit, dan kontrol (direndam dalam NaCl). Lama penyimpanan menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan pada suhu kulkas maka semakin meningkat secara sangat nyata (P<0,01) terhadap pertumbuhan bakteri Coloform. Terdapat interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara pemberian bahan antimikroba alami dengan lama penyimpanan pada suhu kulkas (5oC) terhadap penurunan jumlah bakteri Coliform pada daging babi.

Page 1 of 1 | Total Record : 10