Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Laporan Kasus: Hemangioma pada Anjing Golden Retriever Marliani, Ni Kadek; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra; Sudisma, I Gusti Ngurah
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (6) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.318 KB)

Abstract

Hemangioma adalah tumor jinak sel-sel endotel pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada kulit, yaitu pada bagian dermis atau lapisan subkutan sebagai akibat dari sel endotel pembuluh darah yang bermutasi. Hemangioma dapat terjadi karena paparan sinar matahari dan sering terjadi pada anjing dengan usia di atas lima tahun. Seekor anjing ras Golden Retriever berumur delapan tahun, bobot badan 35,4 kg dan berjenis kelamin betina diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan adanya benjolan pada pangkal ekor. Secara klinis, anjing sehat dengan nafsu makan, minum, defekasi dan urinasi normal. Menurut hasil pemeriksaan histopatologi yang dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar, dimana terlihat adanya banyak peluasan dan hemoragi pembuluh darah, anjing didiagnosis menderita hemangioma dengan prognosis fausta. Tumor ditangani dengan melakukan pembedahan (eksisi). Sebelum dilakukan tindakan operasi, hewan diberikan premedikasi berupa atropine sulfate melalui injeksi subkutan, lima belas menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian xylazine dan ketamine secara injeksi intramuskular. Insisi dilakukan pada bagian tengah tumor kemudian dilakukan preparasi untuk membuka bagian kulit dan eksisi jaringan tumor secara menyeluruh. Bekas insisi pada subkutan dijahit dengan pola jahitan continous suture dan pada kulit dengan pola jahitan interrupted suture. Anjing diberi antibiotik amoxicillin trihydrate 500 mg (Amoxan®) peroral dengan dosis pemberian tiga kali sehari satu tablet selama lima hari dan mefenamic acid 500 mg (Bernofarm®) peroral dosis pemberian dua kali sehari satu tablet selama tiga hari. Hari kedelapan pascaoperasi anjing dinyatakan sembuh dengan luka yang sudah mengering dan menyatu dengan baik.
Laporan Kasus : Prolapsus Bola Mata yang Disertai Miasis pada Anjing Shih-Tzu Dada, I Ketut Anom; Erika, Erika; Sudisma, I Gusti Ngurah
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (3) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.687 KB)

Abstract

Prolapsus bola mata adalah keluarnya bola mata dari rongga mata. Prolapsus bola mata yang tidak mendapatkan penanganan segera dapat mengakibatkan komplikasi. Hewan kasus adalah seekor anjing rescue ras Shih-Tzu berjenis kelamin jantan, berumur kurang lebih dua tahun, berat badan 2,7 kg. Hewan kasus menujukkan adanya kelainan pada bagian mata dengan kondisi mata bagian kiri mengalami prolapsus disertai miasis yang parah. Hematologi rutin menunjukkan adanya anemia, leukositosis, limfositosis, dan trombositopenia. Anjing diperiksa dalam keadaan lemas, tidak mau makan dan minum, urinasi normal, tetapi terjadi konstipasi. Penanganan dilakukan dengan debridement dan penjahitan pada bagian palpebrae. Perawatan pascaoperasi dilakukan dengan pemberian antibiotika injeksi amoxicilin dan salep neomycin sulphate dan placental extract, pemberian multivitamin dan meloxicam per oral. Setelah empat hari penanganan, anjing kasus mati.
Laporan Kasus: Penanganan Bedah untuk Nekrotik Miositis pada Anjing Kintamani Sultan, Nurul Fadillah; Gorda, I Wayan; Sudisma, I Gusti Ngurah
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (4) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.98 KB)

Abstract

ABSTRAK Nekrotik miositis merupakan suatu keadaan dimana otot mengalami infeksi trauma yang terjadi dalam waktu cukup lama dan menyebabkan infeksi sangat parah. Penanganan pembedahan sangat perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya sepsis. Seekor anjing kintamani jantan berumur tujuh tahun, berat badan 19 kg, diperiksa dengan keluhan adanya benjolan pada otot bagian lateral os scapula sinister. Hasil pemeriksaan fisik dan klinis anjing sehat dengan nafsu makan dan minum baik, namun ditemukan adanya massa dengan konsistensi padat dan mengeluarkan eksudat serta berbau sejak lima bulan terakhir. Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan adanya kenaikan limfosit, namun total eritrosit, hemoglobin, dan platelet normal. Gambaran histopatologi dari massa tersebut menunjukkan adanya nekrosis pada sel otot disertai dengan infiltrasi sel radang, sel neutrofil, dan sel plasma sehingga hewan kasus didiagnosis mengalami nekrotik miositis. Anjing ditangani dengan tindakan pengangkatan massa secara keseluruhan untuk menghindari sepsis dan meminimalisir kematian. Ciprofloxacin, asam mefenamat, dan salep betason-N diberikan sebagai perawatan pascaoperasi. Hari kedelapan pascaoperasi, anjing dinyatakan sembuh dengan luka yang sudah mengering dan menyatu dengan baik.
Laporan Kasus: Mukosil Sublingualis pada Anjing Lokal Putra, I Gede Putu Alit Anggara; Sudisma, I Gusti Ngurah
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (6) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.249 KB)

Abstract

Mukosil sublingualis merupakan akumulasi saliva dengan komposisi mukus sepanjang dasar lidah. Mukosil sublingual disebabkan karena kelainan pada kelenjar saliva ataupun salurannya. Kelainan tersebut secara pasti tidak diketahui penyebabnya, namun dapat diakibatkan oleh trauma benda tumpul, benda asing ataupun neoplasia. Komposisi dari mukus pada mukosil dapat berupa campuran darah dengan saliva. Penanganan operasi dapat dilakukan dengan cara pembersihan mukosil, drainase atau marsupialisasi serta cara yang paling efektif dengan pengangkatan kelenjar saliva. Seekor anjing lokal jantan dengan bobot badan 12 kg dan umur 1 tahun mengalami pembengkakan dibawah lidah setelah dilakukan pembedahan ditemukan komposisi saliva dengan bercampur darah. Hal tersebut mengarahkan diagnosa pada mukosil sublingualis. Pada kasus ini hanya dilakukan pembersihan mukosil. Pada pengamatan pasca operasi luka operasi sudah menutup dengan baik pada hari ke 5, namun belum ada tanda-tanda kekambuhan. Pada hari ke 10 terlihat terjadi kekambuhan pada bagian berbeda dibawah lidah.
Studi Kasus: Hernia Abdominalis pada Kucing Domestik Sasmita, Debbie Aprillia Yona; Sudisma, I Gusti Ngurah; Wirata, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (5) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.918 KB)

Abstract

Hernia abdominalis adalah penonjolan isi abdomen melewati suatu cincin atau lubang yang abnormal pada rongga abdomen tubuh. Seekor kucing betina ras lokal, berumur 6 tahun, bobot badan 2,7 kg, dengan keluhan adanya adanya benjolan pada area abdomen disertai cincin dengan massa yang dapat didorong ke dalam. Bedasarkan anamnesa penonjolan tersebut mulai terlihat sejak tiga bulan yang lalu dan diduga disebabkan oleh trauma. Hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan eritrosit menurun sedangkan hemoglobin berada pada rentang normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis, kucing didiagnosa mengalami hernia abdominalis dengan prognosa fausta. Penanganan kasus dilakukan dengan reposisi usus ke dalam rongga abdomen dengan pembedahan (insisi). Pascaoperasi diberikan antibiotik cefotaxime injeksi kemudian dilanjutkan dengan amoxicilline (20 mg/kg BB; q 12h; selama 5 hari) dan antiradang nonsteroid meloxicam (0,1 mg/kg BB; q 24h; selama 5 hari). Hasil operasi menunjukkan kesembuhan luka pada hari ke-7 pascaoperasi luka sudah mengering dan menyatu
Respon Analgesia, Sedasia dan Relaksasi Tikus Putih Yang Diberi Ekstrak Biji Kecubung (Datura Metel L.) Intraperitoneal Samuel, Josia; Sudisma, I Gusti Ngurah; Dada, I Ketut Anom
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (1) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.211 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.1.16

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon analgesia, sedasia dan relaksasi tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi ekstrak biji kecubung (Datura metel L.). Penelitian dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Bedah Veteriner dengan pemberian ekstrak biji kecubung dosis 100 mg/kg BB (P1), 150 mg/kg BB (P2), 200 mg/kg BB (P3), 250 mg/kg BB (P4) dan kelompok kontrol (P5) masing-masing diulang sebanyak enam kali untuk observasi adanya respon analgesia dengan penjepitan pada telinga, ekor dan interdigiti tikus putih. Untuk respon sedasia hilangnya koordinasi dan mengantuk/kelincahan menurun. Untuk respon relaksasi hilangnya tonus otot rahang, lidah dan spinkter ani. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan jumlah sampel 30 ekor tikus putih. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji kecubung berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap respon analgesia dan sedasia namun tidak memberikan respon relaksasi. Waktu rata-rata untuk induksi analgesia antara 5 menit sampai 10 menit dan waktu rata-rata durasi analgesia antara 98,33 menit sampai 179,17 menit. Untuk efek sedasia waktu rata-rata induksi 5 menit dan 20 menit dan durasi antara 14,16 menit dan 176,66 menit.
Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Bunga Kecubung (Datura metel l.) di Bali yang Berpotensi sebagai Anestetik Rozalina, Irma; Sudisma, I Gusti Ngurah; Dharmayudha, Anak Agung Gde Oka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (2) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.987 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dengan beragam hayati yang ada di dalamnya. Tumbuh beragam tanaman dengan beragam manfaat. Diantaranya sebagai tanaman obat, seperti kecubung. Kecubung merupakan tanaman yang beracun namun sering dimanfaatkan sebagai obat bius, antitusif, bronkodilator, halusinogen, hingga pestisida alami. Bali, sebagai salah satu sentra penanam tanaman obat, memiliki dua variasi bunga kecubung yaitu ungu dan putih. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstraksi etanol bunga kecubung (Datura metel L.) di Bali yang berpotensi sebagai anestetik dilakukan penelitian dengan menggunakan sampel bunga kecubung yang diperoleh dari Desa Serangan, Denpasar Selatan, Bali. Bunga tersebut diekstraksi dengan etanol 96%, kemudian dilakukan uji fitokimia, hasilnya menunjukkan bahwa bunga kecubung positif mengandung triterpenoid/ steroid, flavonoid, fenolat, tanin, saponin dan alkaloid. Senyawa kimia yang berpotensi sebagai anestetik adalah saponin dan alkaloid.
Efek Trias Anestesi Ekstrak Daun Kecubung (Dhatura metel L.) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Sholichah, Sholichah; Sudisma, I Gusti Ngurah; Wardhita, Anak Agung Gde Jaya
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (5) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.259 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek Trias anestesi ekstrak daun kecubung (Dhatura metel) pada tikus putih (Rattus norvegicus). Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan dengan menggunakan penelitian eksperimental. Sampel penelitian dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dosis ekstrak daun kecubung yakni 0 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, 150 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 250 mg/kgBB. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang dilanjutkan dengan metode Anova. Hasil penelitian memperlihatkan dari semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Dosis 0 mg/kg BB tidak menunjukkan respon 100 mg/kg BB menunjukkan respon analgesia rata-rata durasi 22 menit, sedasi rata-rata 22 menit, 150 mg/kg BB respon analgesia rata-rata 57 menit, sedasi rata-rata 56 menit, 200 mg/kg BB respon analgesia rata-rata 56 menit, sedasi rata-rata 53 menit, dan 250 mg/kg BB respon analgesia rata-rata 72 menit, sedasi rata-rata 73 menit. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kecubung dapat memberikan efek analgesia dan sedasi pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Laporan Kasus: Penanganan Hernia Umbilikalis pada Anjing Jantan Keturunan Shih-Tzu Umur Satu Tahun Sukma, Ni Ketut Ayu Mega; Sudisma, I Gusti Ngurah; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (5) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.085 KB)

Abstract

ABSTRAK Hernia umbilikalis merupakan tonjolan dari lapisan perut, lemak perut atau sebagian dari organ perut melalui daerah sekitar umbilikalis (pusar). Secara umum disebabkan karena faktor kongenital akibat dari penutupan cincin umbilical yang tidak lengkap setelah lahir. Seekor anjing persilangan Shih-Tzu berumur 1 tahun, dengan berat badan 5,8 kg berjenis kelamin jantan, didiagnosis menderita hernia umbilikalis yang didalamnya terdapat lemak. Anjing ditangani dengan tindakan pembedahan untuk mengembalikan isi hernia kedalam rongga abdomen. Premedikasi yang digunakan yaitu atropine sulfate secara subkutan dan anestesi yang digunakan yaitu kombinasi ketamine dan xylazine secara intravena dan anestesi inhalasi sebagai pemelihara anestesi. Anjing diinsisi pada kulit searah dengan garis tubuh (horizontal). Perawatan pascaoperasi dengan pemberian antibiotik cefotaxime 500 mg tablet selama 5 hari dengan jumlah pemberian 2 kali perhari ¼ tablet, pemberian analgesik asam mefenamat 500mg dengan jumlah pemberian 2 kali ¼ tablet diberikan selama 5 hari, dan pengobatan suportif berupa vitamin Livron B-Plex 2 kali ½ tablet selama 5 hari. Pada hari ke-1 sampai hari ke-3 luka daerah sayatan mengalami radang, pada hari ke-7 luka daerah sayatan sudah mengering dan hari ke-10 luka sudah sembuh.
Studi Kasus : Eksisi Unilateral Folicular Ophthalmitis pada Anjing Shitzu Rahmiati, Nur Ilmi; Sudisma, I Gusti Ngurah; Wandia, I Nengah
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (6) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.751 KB)

Abstract

Tindakan pembedahan telah dilakukan terhadap seekor anjing shitzu yang didiagnosis mengalami cherry eye. Cherry eye adalah suatu keadaan yang ditandai dengan eksposisi membran nictitan yang berlokasi di sudut mata bagian ventral. Seekor anjing shitzu berjenis kelamin betina berumur empat bulan dengan bobot badan 4,2 kg diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, dengan keluhan terdapat benjolan pada mata kiri yang menghalangi sebagian bola mata anjing. Hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan menunjukkan adanya kelainan berupa prolapsus membran nictitan. Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan anjing mengalami anemia dengan jumlah RBC 4,25 x 1012/mm6, sehingga sebelum dilakukan pembedahan anjing diberikan vitamin penambah darah. Zat aktif premedikasi yang diberikan adalah atropine sulfat 0,5 ml dan anastesi ketamine dan xylazine masing-masing 0,5 ml. Metode operasi yang digunakan yaitu dengan eksisi atau pengangkatan membran nictitan dan pendarahan dihentikan tanpa diligasi dan hanya menggunakan klem dan ephinephrine. Hasil pengangkatan membran nictitan menyebabkan radang berupa kemerahan pada mata di hari pertama pasca operasi, dengan pemberian terapi chlorampenicol 1% salep mata tiga kali sehari selama lima hari dapat memperbaiki kondisi mata dan menghindari mata dari infeksi sekunder. Hari ke-4 pascaterapi sudah tidak terlihat peradangan pada mata dan mata kiri sudah terlihat normal tanpa prolaps membran nictitan.