cover
Contact Name
I G. Made Krisna Erawan
Contact Email
krisnaerawan@unud.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Animal Hospital, Faculty of Veterinary Medecine Building, Udayana University, 2nd Floor, Jalan Raya Sesetan, Gang Markisa No 6, Banjar Gaduh, Sesetan, Denpasar, Bali, Indonesia
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Veteriner
Published by Universitas Udayana
ISSN : 14118327     EISSN : 24775665     DOI : https://doi.org/10.19087/jveteriner
Core Subject : Health,
Jurnal Veteriner memuat naskah ilmiah dalam bidang kedokteran hewan. Naskah dapat berupa: hasil penelitian, artikel ulas balik (review), dan laporan kasus. Naskah harus asli (belum pernah dipublikasikan) dan ditulis menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah ilmiah yang telah diseminarkan dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional, hendaknya disertai dengan catatan kaki
Arjuna Subject : -
Articles 18 Documents
Search results for , issue "Vol 24 No 4 (2023)" : 18 Documents clear
Syok Indeks sebagai Penduga Tingkat Syok Hewan Model Kelinci New Zealand White pada Kejadian Syok Hemoragi Dwi Utari Rahmiati; Gunanti Gunanti; Deni Noviana; Eva Harlina
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.422

Abstract

Syok hemoragi didefinisikan sebagai kondisi jaringan perifer dan organ tidak mampu melakukan perfusi akibat kehilangan darah dalam volume tertentu. Prediksi tingkat keparahan syok hewan pada fase prehospital masih belum banyak dilaporkan. Kendala keterbatasan alat untuk deteksi tekanan darah, membuat nilai syok indeks (SI) sulit untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk menduga nilai SI berdasarkan volume darah yang dikeluarkan, dengan kondisi syok yang dikonfirmasi dengan gambaran klinis. Penelitian ini menggunakan lima ekor kelinci jenis New Zealand White yang diinduksi syok hemoragi sebanyak 10% dengan cara evakuasi darah melalui arteri carotis. Parameter fisiologi yang teramati yaitu; heart rate (HR), respiration rate (RR), mean arterial pressure (MAP), tekanan sistol dan diastol, dan saturasi oksigen (SPO2 ). Nilai syok indeks (SI) pada penelitian ini yaitu 1,6 ± 0,4 atau dalam level sedang-berat. Level SI berbeda dengan parameter fisiologis, yang menunjukkan perbaikan menuju nilai baseline hampir pada seluruh parameter (HR, RR, MAP, sistol, SPO2 ) pada menit ke-15 pascasyok. Gambaran klinis dan SI, tidak menunjukkan relevansi, sehingga nilai SI belum dapat digunakan sebagai penduga tingkat keparahan syok, karena membutuhkan cut-off point syok atau mempertimbangkan penggunaan modified shock index (MSI) atau simple Shock Index (sSI) sebagai metode untuk penduga/prediksi syok. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuat klasifikasi syok khusus hewan kelinci.
Pengimbuhan Serbuk Sari Lebah Meningkakan Kadar Follicle Stimulating Hormone dan Sedikit Mengganggu Hati Tikus yang Dipapar Asap Rokok Kamaliya Alawiyah Yahya; Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi; Ni Luh Eka Setiasih
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.470

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk sari lebah/bee pollen terhadap gambaran histologi hati dan kadar hormon FSH tikus putih betina (Rattus norvegicus) yang dipapar asap rokok. Penelitian ini menggunakan 24 sampel yang dikelompokan secara acak menjadi empat kelompok yakni kelompok kontrol negatif yaitu tikus tanpa diberikan paparan asap rokok, kelompok kontrol positif yaitu tikus yang diberikan paparan asap rokok tanpa bee pollen, kelompok perlakuan yang pertama yaitu tikus diberikan paparan asap rokok dan diberikan bee pollen sebanyak 9 mg/ekor satu kali sehari dan kelompok perlakuan yang kedua yaitu tikus diberikan paparan asap rokok dan diberikan bee pollen sebanyak 9 mg/ekor dua kali sehari yaitu pagi dan malam hari secara peroral. Perlakuan yang sama dilakukan dalam jangka waktu 14 hari. Pengamatan terhadap histologi hati dilakukan dengan melihat perubahan secara deskriptif menggunakan mikroskop cahaya binokuler pada lima lapang pandang secara mikroskopik denganpembesaran 40, 100 dan 400 kali. Pengukuran kadar hormon FSH menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Pada gambaran histologi hati menunjukkan adanya kongesti, degenerasi, dan nekrosis pada semua kelompok perlakuan kecuali, kelompok kontrol yang menunjukkan gambaran hepatosit normal. Hasil pengukuran kadar hormon FSH menunjukkan peningkatan, kadar FSH berturut-turut dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi yaitu didapatkan pada semua kelompok perlakuan dan kontrol. Berdasarkan hasil gambaran histologi dan kadar FSH pemberian bee pollen tidak berpengaruh signifikan terhadap gambaran histologi hati, akan tetapi pemberian bee pollen meningkatkan kadar FSH tikus putih betina (R. norvegicus) yang dipapar asap rokok.
Laporan Kasus: Studi Morfopatologi Demam Babi Afrika pada Babi di Bogor, Jawa Barat Rahayu Woro Wiranti; Dwi Utari Rahmiati; Aldo Yanuar Wuriyantara; Okti Nadia Poetri; Ekowati Handharyani
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.564

Abstract

Demam Babi Afrika atau African swine fever (ASF) adalah penyakit menular yang dapat terjadi pada ternak babi dan babi liar. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus ASF. Gejala klinis sangat bervariasi dari kasus yang terjadi perakut, akut, subakut dan kronis tergantung pada virulensi virus. Kejadian ASF dapat menyebabkan angka kematian tinggi pada babi, penurunan kondisi sosial, dan ekonomi termasuk kontaminasi lingkungan. Berdasar beberapa pertimbangan masalah tersebut, maka akan sangat bermakna bila dilakukan studi morfopatologi dan klarifikasi terhadap kejadian ASF pada babi (Sus scrofa domesticus). Kajian saat ini dilaksanakan dengan melakukan prosedur nekropsi terhadap dua ekor babi umur empat bulan, yaitu dengan melakukan pemeriksaan kondisi tubuh dan organ-organ interna. Sampel organ diambil untuk pemeriksaan histopatologi yang selanjutnya diwarnai dengan hematoksilin-eosin (HE). Pemeriksaan lanjut dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR) menggunakan primer universal (p72 dan p54). Hasil pemeriksaan makroskopik menunjukkan bahwa beberapa bagian kulit mengalami erythema, terjadi splenitis hemoragi, enteritis hemoragi disertai dengan lymphadenopathy pada limfonodus mesenterika dan terjadi hemoragi pada meningen dan pembuluh darah di otak. Hasil pemeriksaan histopatologimenunjukkan lesi pada organ limforetikuler seperti limpa dan limfonodus mesenterika, yaitu radang limfositik disertai hemoragi. Pemeriksaan pada otak menunjukkan lesi radang limfositik disertai hemoragi pada selaput meningen. Hasil pemeriksaan molekuler dengan metode PCR memberikan konfirmasi bahwa penyakit disebabkan oleh virus ASF. Berdasarkan hasil pemeriksaan komprehensif secara makroskopik, mikroskopik dan evaluasi PCR dapat disimpulkan bahwa kedua ekor babi tersebut menderita infeksi ASF tipe akut.
Penentuan Lama Simpan Semen Ayam Onagadori dengan Pengencer Kuning Telur dan Air Kelapa Wulung pada Suhu Ruang I Made Krisna Wiranata; I Wayan Bebas; I Wayan Sukernayasa
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.543

Abstract

Ayam onagadori atau ayam ekor panjang merupakan ayam yang berasal dari negara Jepang. Ayam ini termasuk ayam hias terancam punah dengan memiliki karakter pada ekornya yang dapat mencapai 10 meter. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama simpan semen dengan pengenceran air kelapa wulung (Cocos rubecens) dan kuning telur yang disimpan pada suhuruang terhadap motilitas, abnormalitas, dan viabilitas spermatozoa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tujuh kelompok perlakuan yakni lama penyimpanan yaitu, 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit dan 180 menit. Teknik penampungan semen ayam dengan memijat punggung ayam (massage). Pemeriksaan semen yang dilakukan dengan mikroskopis dan makroskopis. Selanjutnya untuk pemeriksaan viabilitas dan abnormalitas spermatozoa dilakukan dengan metode pewarnaan eosin negrosin. Sejalan dengan lamanya penyimpanan semen ayam onagadori mengalami penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa tapi terjadi peningkatan abnormalitas. Semen ayam onagadori ini dengan pengenceran air kelapa wulung dan kuning telur hingga menit ke-120 layak digunakan untuk inseminasi buatan.
Evaluation of Dairy Cows Farm Management and Health in Several Regencies in East Java Province Himmatul Khasanah; Faisal Syaifudin; Desy Cahya Widianingrum
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.431

Abstract

The demand for cow milk in Indonesia increases every year, but optimal production is not met. This study aimed to assess dairy cattle production management and health in East Java Province to construct improvement strategies and increase milk production. The research method was conducted through interviews with 63 dairy farmers from Sidoarjo, Mojoketo, Malang, Pasuruan, Probolinggo, Jember, and Banyuwangi regencies. This study indicates that 81% of farmers joined to livestock groups and sold fresh milk products to cooperatives or KUD (Koperasi Unit Desa). The average livestock ownership is 6.7 heads, with an average number of lactating cows of 4.5. The average price of milk sold to cooperatives or KUD was 5810 IDR/L and if it sold independently the price was 9769 IDR/L. Breeders provide forage feed as much as 34.67 kg/head/day and concentrate as much as 4.8 kg/head/day. The forage and concentrate feeding frequencies were 2.7 and 1 times a day. As many as 44% of farmers did not experience any problems or obstacles in the cultivation process carried out. A total of 66% faced obstacles that were dominated by feed factors (19.05%) and disease (17.46%). Diseases that infect (besides mastitis) are bloat (29%), hypocalsemia (18%), and diarrhea (7%). As an effort to prevent and increase production, farmers carry out preventive actions through the application of good farming practices (40%), maintaining the cleanliness of housing and livestock (24%), not making any effort (18%), applying feed management (10%), giving supplements and feed additives (8%). In conclusion, dairy farming management in East Java Province needs to be improved, and good husbandry practices need to be carried out by all farmers to increase cow’s milk production.
Ekokardiografi Transthoraks pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) Andhani Widya Hartanti; Muhammad Agil; Setyo Widodo; Zulfi Arsan; Ni Made Ferawati; Vindo Rossy Pertiwi; Aprilia Eva Widyawati; Ganis Mustikawati; Henny Endah Anggreani; Deni Noviana
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.477

Abstract

Badak sumatera berada di ambang kepunahan akibat perburuan dan kehilangan habitat. Badak sumatera yang keluar dari habitatnya (doomed) dan terisolasi diselamatkan dan ditranslokasi ke Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas Lampung dalam rangka melindungi dan membiakkan mereka untuk konservasi. Salah satu penyebab kematian badak sumatera dewasa adalah gangguan jantung (kardiomiopati, miokarditis, infark jantung) dan kegagalan kardiovaskuler akibat penyakit paru-paru maupun gastrointestinal. Tujuan dari studi ini adalah menentukan teknik pemeriksaan ekokardiografi transthoraks pada badak sumatera, melihat struktur internal jantung dan mengetahui dimensi ukuran jantung badak sumatera. Ekokardiografi transthoraks dilakukan pada badak sumatera di Suaka Rhino Sumatera menggunakan transduser phased-array dengan frekuensi 3.5 MHz yang diletakkan di sela iga/intercostae parasternal thoraks sisi kiri (left parasternal) dan kanan (right parasternal). Pada pemeriksaan ekokardiografi, seluruh badak sumatera pada posisi berdiri dalam kondisi sadar tanpa anestesi. Gambaran ekokardiografi Brightness-mode pada badak sumatera paling jelas didapatkan dari sudut pandang left parasternal pada intercostae ke-3 dan ke-4 baik gambaran long axis maupun short axis. Gambaran ekokardiografi yang didapatkan dari sudut pandang left parasternal long axis dan right parasternal long axis berupa four chamber (atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, ventrikel kiri), sedangkan five chamber (empat ruang jantung dan aorta) didapatkan dari sudut pandang right apical dan left apical. Dimensi jantung berdasarkan pengukuran dengan Motion-mode adalah IVSd 2,12 ± 0,25 cm; LVIDd 9,70 ± 0,82 cm; LVPWd 1,82 ± 0,12 cm; IVSd/LVPWd 1,20 ± 0,21 cm; bobot ventrikel kiri 1723,90 ± 311,45 g; RWT 0,38 ± 0,05; IVSs 2,83 ± 0,30 cm; LVIDs 5,41 ± 0,96 cm; LVPWs 3,28 ± 0,3 cm; EDV 952,69 ± 231,36 mL; ESV 185,38 ± 90,93 mL; SV 767,31 ± 150,92 mL; CO 38769,19 ± 8222,88 mL/menit; EF 81,95 ± 5,55%; FS 41,96 ± 8,24%.
Laporan Kasus: Penanganan Pyometra Tertutup Disertai Kalkuli Vesika Urinaria pada Anjing Pomeranian Berusia Tujuh Tahun Bravanasta Glory Rahmadyasti Utomo; I Gusti Agung Gde Putra Pemayun; I Wayan Wirata; I Gusti Made Krisna Erawan; I Wayan Batan
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.573

Abstract

Pyometra adalah kondisi peradangan pada endometrium mengakibatkan akumulasi nanah di dalam rahim. Pyometra dapat terjadi secara kronis (pyometra terbuka) dan secara akut (pyometra tertutup). Pyometra tersebut harus segera mendapatkan penanganan karena sifatnya gawat darurat. Masalah kesehatan pada sistem perkencingan juga banyak ditemukan pada anjing, salah satunya adalah kalkuli vesika urinaria (VU). Kalkuli adalah kondisi terbentuknya urolith pada saluran perkencingan terutama di VU. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengungkap kejadian pyometra yang berlangsung secara bersamaan dengan kalkuli VU pada anjing. Anjing ras pomeranian, berusia tujuh tahun, jenis kelamin betina, dengan bobot 2,3 kg, dibawa oleh pemiliknya ke Laboratorium Ilmu Bedah Veteriner FKH Unud dengan keluhan terjadi pembesaran pada bagian perut. Berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yaitu pembesaran abdomen serta keluarnya leleran berwarna putih dan berbau dari vagina. Pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan hematologi rutin, pemeriksaan biokimia darah, menunjukkan leukositosis dan trombositopenia yang parah. Pemeriksaan radiografi rongga abdomen, dan pemeriksaan ultrasonografi, menunjukkan hasil adanya penebalan dinding dan pembesaran uterus serta gambaran hipoekoik di dalam uterus, serta hasil radiografi memperlihatkan adanya massa radiopaque bulat pada VU, anjing menderita pyometra tertutup disertai dengan adanya kalkuli pada VU. Penanganan yang diberikan berupa tindakan pembedahan ovariohysterectomy untuk mengangkat rahim dan sistotomi untuk mengeluarkan batu dari dalam VU. Premedikasi yang diberikan adalah Atropine Sulfate dengan dosis 0,02 mg/kg BB secara subkutan dan kemudian diinduksi menggunakan kombinasi Xylazine 0,87 mg/kg BB dan Ketamin 4,35 mg/kg BB secara intravena. Selama operasi diberikan tambahan anestesi dengan dosis yang sama dengan dosis awal pemberian. Pada hari kedua setelah operasi kondisi anjing menurun dan akhirnya mati.
Sistem Pemeliharaan Babi dan Pemahaman Peternak Terhadap Demam Babi Afrika di Bangka Kenda, Manggarai, Nusa Tenggara Timur Elisabeth Yulia Nugraha; Hendrikus Demon Tukan; Nautus Stivano Dalle; Hilarius Yosef Sikone; Wigbertus Gaut Utama
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.442

Abstract

Demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus DNA, family Asfarviridae dari genus Asfivirus. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pemeliharaan ternak babi dan tingkat pemahaman masyarakat peternak babi berserta faktor-faktor yang memengaruhi penyebaran penyakit ASF. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yakni pada bulan Februari-April 2023 di Desa Bangka Kenda, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah purposive random sampling yakni survei lapangan dan wawancara responden, dalam hal ini para peternak dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu. Data dianalisis mengggunakan analisis statistika deskriptif dan analisis regresi linear berganda menggunakan aplikasi Jeffrey’s Amazing Statistics Program (JASP). Hasil penelitian sistem peneliharaan ternak babi dan tingkat pemahaman masyarakat peternak babi terhadap penyakit ASF di Desa Bangka Kenda, Kecamatan Wae Ri’i dapat dikemukakan bahwa: (1) Presentase sistem pemeliharan ternak babi, memelihara satu ekor babi (46,7%), sistem usaha penggemukan 64,4% dan tingkat pengetahuan memilih bibit ternak babi yang masih tergololong rendah yakni 28,9%; (2) Presentase tingkat pengetahuan peternak mengenai penyakit ASF masih tergolong rendah yakni sebesar 22,2%; (3) faktor umur dan faktor sumber informasi pengenai penyakit ASF sebesar 11.313 dan 1.452. Persentase pemahaman peternak babi terkait informasi penyakit ASF ini masih cukup rendah yakni sebesar 4,52%. Simpuiannya adalah dalam sistem pemeliharaan babi, kebanyakan peternak memelihara satu ekor, kurang mampu memilih bibit dan umumnya untuk digemukkan di samping itu pengetahuan mereka tentang ASF masih sangat rendah. Umur peternak dan sumber informasi sangat memengaruhi system peternakan babi dan tingkat pengetahuan mereka terhadap ASF. Untuk itu diperlukan peningkatan edukasi terkait penyakit ASF.

Page 2 of 2 | Total Record : 18


Filter by Year

2023 2023