cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 4 (2014)" : 12 Documents clear
Perbandingan Uji Tuberkulin dengan Kadar Interferon Gamma pada Kultur Sel Limfosit Anak Tersangka TB Lita Farlina; Finny Fitry Yani; Darfioes Basir; Hafni Bachtiar
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.260-5

Abstract

Latar belakang. Tuberkulosis (TB) pada anak masih merupakan penyakit utama yang menyebabkan kesakitandan kematian. Sampai saat ini, diagnosis TB anak masih menjadi masalah. Uji tuberkulin atau tuberculinskin test (TST) merupakan metode yang masih dijadikan pedoman, tetapi mempunyai sensitivitas yangrendah. Uji interferon-􀁊 (IFN-􀁊) merupakan pemeriksaan yang lebih spesifik untuk mendukung diagnosisinfeksi TB anak.Tujuan. Mengetahui kesesuaian TST dengan IFN-􀁊 pada kultur sel limfosit anak tersangka TB.Metode. Penelitian cross sectional pada anak berusia 3 bulan-14 tahun tersangka TB atau memiliki kontakerat dengan penderita TB paru BTA(+) dewasa yang datang ke poliklinik anak RS dr. M. Djamil Padangpada bulan Februari-November 2012. Semua sampel dilakukan pemeriksaan TST dan IFN-􀁊 kemudiandilakukan uji kesesuaian (kappa=K).Hasil. didapatkan 34 9 (26,5%) sampel memiliki TST positif dan 16 (47,1%) memiliki uji IFN-􀁊 positif.Didapatkan uji kesesuaian 38,2%(􀁎=0,27).Kesimpulan. Pemeriksaan uji IFN-􀁊 memiliki angka kesesuaian cukup dibandingkan TST sehingga belumperlu digunakan sebagai uji diagnostik infeksi TB pada anak tersangka TB.
Pemberian Nutrisi pada Pasien dengan Penyakit Kritis di Ruang Perawatan Intensif Anak RS. Cipto Mangunkusumo Irene Yuniar; Abdul Latief; Yoga Devaera; Suci Fitrianti
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.254-9

Abstract

Latar belakang. Anak yang dirawat di PICU (pediatric intensive care unit) Anak cenderung untuk mengalamimalnutrisi sejak masuk atau selama perawatan. Hal ini akan memperberat penyakit dasar dan komplikasinya,memperpanjang lama rawat, serta meningkatkan mortalitas. Perhitungan kebutuhan kalori yang tepat sertapemberian nutrisi yang adekuat dan sesuai merupakan target perawatan anak di PICU. Baik underfeedingataupun overfeeding dapat terjadi di PICU Anak selama perawatan.Tujuan. Mengetahui status gizi awal pasien masuk PICU Anak, pola pemberian nutrisi, serta faktor yangmemengaruhi pemberian nutrisi pada anak yang di PICU.Metode. Penelitian potong lintang dengan menggunakan data rekam medis pasien yang dirawat di PICUAnak dalam kurun waktu 3 bulan. Didapatkan 45 subjek ikut serta. Dari 45 data pasien didapatkan 127peresepan untuk menilai keseuaian peresepan dengan pemberian nutrisi pada pasien.Hasil. Penelitian ini mendapatkan 47,8% pasien malnutrisi saat awal masuk PICU Anak, 8,7% mengalamiobesitas. Pada hari kedua perawatan, 41,3% pasien mulai mendapat nutrisi. Underfeeding terjadi padapemberian kalori, protein, dan lemak. Selain itu, 44,9% underfeeding terjadi karena perdarahan salurancerna.Kesimpulan. Pemberian nutrisi pada pasien yang dirawat di PICU Anak merupakan hal yang sangat penting.Perlu perhitungan kebutuhan nutrisi yang cermat, pemberian nutrisi tepat yang sesuai kebutuhan pasienagar tidak terjadi malnutrisi yang lebih berat lagi.
Pengaruh Suplementasi Seng Terhadap Kejadian Pneumonia pada Penyakit Jantung Bawaan Pirau Kiri ke Kanan Elvi Suryati; Agus Priyatno; Noor Wijayahadi
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.075 KB) | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.221-8

Abstract

Latar belakang. Anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) pirau kiri ke kanan lebih mudah menderitapneumonia. Seng merupakan trace element yang berperan dalam sistem imunitas tubuh.Tujuan. Membuktikan pengaruh suplementasi seng dalam mencegah kejadian pneumonia pada anak PJBpirau kiri ke kanan.Metode. Dilakukan double blind randomized controlled trial pada anak PJB pirau kiri ke kanan usia 12–60bulan di Poliklinik Kardiologi Anak RS dr Kariadi. Subjek penelitian dibagi 2 kelompok yang mendapatsuplementasi seng 20 mg/hari dan plasebo, pemberian selama 2 minggu, selanjutnya dipantau selama 3bulan. Data kejadian pneumonia dikumpulkan melalui wawancara saat kontrol atau melalui telepon setiap2 minggu selama 3 bulan. Pemeriksaan antropometri dan laboratorium dilakukan sebelum dan sesudahsuplementasi. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi-square dan Mann-Whitney.Hasil. Subjek 40 anak dengan PJB pirau kiri ke kanan didapatkan kejadian pneumonia pada kelompok seng(5%) lebih rendah dibanding plasebo (30%), perbedaan ini tidak berbeda bermakna. Episode pneumonialebih rendah pada kelompok seng 1 kali dibandingkan plasebo 1-2 kali selama 3 bulan pengamatan, tidakberbeda bermakna. Terdapat peningkatan kadar seng secara bermakna pada kelompok perlakuan dari median57,55 menjadi 72,42 mcg/dL dibandingkan plasebo 42,40 menjadi 52,85 mcg/dL (p=0,002). Terdapatperbedaan bermakna selisih peningkatan kadar seng pada kelompok seng 20 mcg/dL dibanding plasebo7,25 mcg/dL (p=0,004). Didapatkan manfaat suplementasi seng terhadap pencegahan pneumonia denganrelative risk reduction (RRR) 83%.Kesimpulan. Suplementasi seng menurunkan kejadian pneumonia pada anak PJB pirau kiri ke kanan.
Penilaian Aktivitas Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik dengan Skor SLEDAI di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Anisah M. Saleh; Nia Kurniati; Badriul Hegar Syarif
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.292-8

Abstract

Latar belakang. Keberhasilan tata laksana penyakit lupus eritematosus sistemik (LES) memerlukanpemantauan tertentu. Skor systemic lupus erythematosus disease activity index (SLEDAI) adalah alat ukuryang dapat digunakan untuk tata laksana sehari-hari. Saat ini belum ada data mengenai pemantauan aktivitaspenyakit LES anak menggunakan skor SLEDAI dengan rentang waktu tertentu.Tujuan. Memantau aktivitas penyakit LES anak dengan skor SLEDAI setiap 3 bulan selama satu tahunpengamatan.Metode. Studi deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medik dari 01 Juli 2005 sampai dengan31 Juli 2013.Hasil. Tigapuluh rekam medik memenuhi kriteria penelitian. Manifestasi awal tersering berdasarkan skorSLEDAI adalah artritis, rash, demam, peningkatan dsDNA, dan komplemen darah rendah. Perubahan skorSLEDAI terutama terlihat pada pengamatan antara bulan ke-0 dengan bulan ke-3. Pada awal pengamatan,mayoritas pasien termasuk high activity, tetapi pada akhir pengamatan menjadi no activity.Kesimpulan. Penilaian skor SLEDAI setiap 3 bulan dapat digunakan untuk memantau aktivitas penyakitLES anak.
Etiologi Demam Neutropenia pada Anak dengan Keganasan dan Penggunaan Skor Klasifikasi Rondinelli Adrieanta Adrieanta; Endang Windiastuti; Setyo Handryastuti
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.229-35

Abstract

Latar belakang. Pasien anak dengan keganasan dapat mengalami episode demam neutropenia. Pada demamneutropenia, di tiap pusat pelayanan kesehatan, etiologi bakterimia berbeda dan berubah secara periodik.Antibiotik empiris diberikan pada pasien demam neutropenia berdasarkan klasifikasinya. Skor Rondinelliuntuk menentukan klasifikasi pasien demam neutropenia menjadi risiko rendah dan risiko tinggi.Tujuan. Mengetahui karakteristik etiologi dan perjalanan klinis demam neutropenia pada anak dengankeganasan yang dirawat inap di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM.Metode. Penelitian ini adalah deskriptif retrospektif. Sampel diambil dari data sekunder berupa rekam medispasien anak dengan keganasan yang mengalami demam neutropenia yang menjalani rawat inap di bangsalDepartemen IKA FKUI/RSCM mulai bulan Januari 2010 sampai dengan September 2013.Hasil. Penelitian dilakukan pada 86 pasien anak yang mengalami 96 episode demam neutropenia yangmemenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Prevalensi bakterimia pada episode demam neutropenia dengankeganasan 17%. Proporsi kuman penyebab terbanyak bakterimia adalah Staphylococcus sp (25%),Pseudomonas aeruginosa (25%), Klebsiella pneumonia (19%), dan Escherichia coli (13%). Penelitian inimendapatkan 40% luaran sembuh, 49% luaran tidak sembuh, dan 6% meninggal dunia. Berdasarkanskor Rondinelli, episode demam neutropenia risiko rendah yang memiliki luaran sembuh didapatkan 30(61%) dan risiko tinggi 13 (28%).Kesimpulan. Sebagian besar hasil kultur darah pada demam neutropenia adalah steril. Penyebab terbanyakbakterimia adalah kuman Gram negatif. Demam neutropenia memiliki morbiditas yang tinggi. SkorRondinelli dapat digunakan untuk melakukan klasifikasi demam neutropenia pada anak dengan keganasan.
Kesepakatan Hasil antara Kuesioner Pra Skrining Perkembangan, Parent’s Evaluation of Developmental Status, dan Tes Denver-II untuk Skrining Perkembangan Anak Balita Nur M. Artha; Retno Sutomo; Indria L. Gamayanti
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.266-70

Abstract

Latar belakang. Masalah perkembangan anak cenderung meningkat. Deteksi dini secara periodik merupakanhal yang penting. Kuesioner praskrining perkembangan (KPSP), Parent’s evaluation developmental status(PEDS) dan tes Denver II adalah perangkat yang sering digunakan dalam skrining perkembangan anak.Seyogyanya ketiga instrumen tersebut memiliki kesepakatan yang baik dalam menilai perkembangananak.Tujuan. Menilai kesepakatan hasil antara PEDS dengan Denver II dan KPSPMetode. Penelitian rancangan potong lintang dilakukan pada balita usia 6-60 bulan dari Posyandu diKabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Kodya Yogyakarta dari bulan September-Oktober 2012.Kuesioner PEDS diisi oleh orangtua dengan panduan petugas, sedangkan KPSP dan tes Denver II dilakukanoleh dokter terlatih. Hasil ketiga pemeriksaan tersebut dianalisis dengan menghitung koefisien kesepakatankappaHasil. Prevalensi gangguan perkembangan menurut KPSP, PEDS, dan tes Denver II masing-masing 6%,24%, dan 10,5%. Nilai kappa antara KPSP dan PEDS 0,17, KPSP dan tes Denver II 0,6, serta PEDS dantes Denver 0,29.Kesimpulan. Kesepakatan antara hasil pemeriksaan KPSP dan tes Denver II cukup baik, sementara antaraKPSP dan PEDS dan antara PEDS dan tes Denver II rendah
Hubungan Kadar Interleukin-6 dengan Luaran Infeksi Pascabedah Albert Daniel Solang; Antonius Pudjiadi; Abdul Latief; Yusrina Istanti; Sri Martuti; Moh. Supriatna; Pudjiastuti Pudjiastuti
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.236-40

Abstract

Latar belakang. Pembedahan merupakan stresor yang memicu respons metabolik sehingga berpengaruhterhadap luaran termasuk status nutrisi dan infeksi. Berbagai parameter respons fase akut, status nutrisi, usia,lama pembedahan, serta skor ASA merupakan faktor risiko terjadinya infeksi luka operasi yang merupakankomplikasi pembedahan.Tujuan. Mengetahui hubungan antara IL-6 sebagai parameter respons fase akut dengan luaran infeksipascabedah.Metode. Penelitian observasional analitik dilakukan di ICU anak tiga rumah sakit, yaitu RS Dr. CiptoMangunkusumo, RS Dr. Kariadi, dan RSUD Dr. Muwardi. Dilakukan pemeriksaan kadar IL-6, kortisol,dan CRP pada hari ke-5 pascabedah. Lama dan jenis pembedahan, skor ASA, dan usia dicatat dari rekammedis. Dilakukan uji korelasi Spearman untuk melihat hubungan antara kadar IL-6 dengan kadar kortisol,CRP dan RBP, serta Fisher’s exact test untuk melihat hubungan antara usia, lama pembedahan, skor ASA,dan IL-6 dengan luaran infeksi.Hasil. Selama kurun waktu 6 bulan, terdapat 30 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan korelasiantara kadar IL-6 dengan CRP, kortisol, dan RBP [r=0,8 (p=0,00); r=0,4 (p=0,02); r=-0,5 (p=0,03)]. Tidakterdapat hubungan antara usia, lama pembedahan, dan skor ASA dengan luaran infeksi (p>0,05), tetapiterdapat hubungan yang bermakna antara kadar IL-6 dengan luaran infeksi (p=0,04).Kesimpulan. Terdapat korelasi antara kadar IL-6 pada hari ke-5 pascabedah dengan CRP, kortisol, dan RBP.Kadar IL-6 di atas 11 pg/mL pada hari ke-5 pascabedah merupakan prediktor luaran infeksi.
Retinol Binding Protein dan Luaran Pascabedah Sri Martuti; Antonius Pudjiadi; Abdul Latief; Yusrina Istanti; Pudjiastuti Pudjiastuti; Moh. Supriatna
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.632 KB) | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.271-7

Abstract

Latar belakang. Malnutrisi sering ditemukan pada pascabedah dan berhubungan dengan luaran yang tidakbaik, seperti sepsis atau infeksi luka operasi. Retinol binding protein (RBP) merupakan parameter biokimiayang cukup reliabel untuk menilai malnutrisi.Tujuan. Mengetahui pengaruh malnutrisi berdasarkan penurunan RBP terhadap luaran pasienpascabedahMetode. Penelitian observasional analitik dilakukan di ICU Anak tiga rumah sakit yakni RS CiptoMangunkusumo, RSUP Dr. Kariadi, dan RSUD Dr. Moewardi. Dilakukan pengukuran RBP, kortisol,CRP pada hari pertama dan kelima pascabedah. Luaran infeksi dinilai berdasarkan skor ASEPSIS. Analisisbivariat dilakukan terhadap beberapa faktor risiko dengan kejadian infeksi luka operasi dan sepsis. Analisisdata menggunakan program SPSS versi 17.00.Hasil. Selama kurun waktu 6 bulan, 39 subjek memenuhi kriteria inklusi, tetapi 4 tidak melanjutkanpenelitian. Penurunan kadar RBP hari kelima pascabedah 34,3% kasus. Penurunan RBP, CRP, usia <1tahun, dan skor ASA 􀁴3 berisiko mendapatkan infeksi luka operasi berturut-turut 4,4; 3,3;1,2; dan 1,3 kalidengan nilai p>0,05 dan 95% IK masing-masing (0,35-54,4; 0,3 – 40,8;0,1-15,8; dan 0,97-1,6). Faktorlain-status nutrisi prabedah, lama pembedahan, kategori luka operasi dan kortisol-juga didapatkan hasilyang tidak signifikan. Penelitian ini tidak mendapatkan luaran sepsis.Kesimpulan. Terdapat risiko terjadi infeksi luka operasi 4,4 kali apabila kadar RBP menurun, 3,3 kaliapabila CRP meningkat, 1,2 kali apabila usia <1 tahun, dan 1,3 kali apabila skor ASA 􀁴3, tetapi secarastatistik tidak ada perbedaan bermakna.
Perbandingan Efektivitas Kombinasi Ceftazidime + Amikasin dan Ceftazidime sebagai Antibiotik Empiris Demam Neutropenia pada Keganasan Agustinus William; Rini Purnamasari; Yulia Iriani; Theodorus Theodorus
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.488 KB) | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.241-7

Abstract

Latar belakang. Terapi antibiotik empiris spektrum luas merupakan standar pengobatan demam neutropeniapada keganasan karena morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan sepsis bakterial. Pilihanantibiotik empiris awal, tetapi tetap kontroversial.Tujuan. Membandingkan efektivitas kombinasi ceftazidim + amikasin dan ceftazidime dalam mengatasidemam neutropenia pada keganasan di RSMH Palembang.Metode. Uji klinis acak buta ganda dilakukan sejak Desember 2012 hingga Juli 2013 di Bangsal HematologiAnak RSMH Palembang. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat ceftazidime+ amikacin dan ceftazidime. Pada anak dengan keganasan yang mengalami suhu aksila >38,00C disertaiabsolute neutrophil count <1000/μL, periode bebas demam dalam 3 x 24 jam setelah pemberian regimenantibiotik awal dievaluasi untuk menilai efektivitas terapi. Data dianalisis dengan uji kai kuadrat dan Fisherexact, serta program SPSS 18.0.Hasil. Tigapuluh satu anak berusia 1-15 tahun dengan keganasan yang mengalami 46 episode demamneutropenia terdistribusi homogen pada setiap kelompok (masing-masing 23 episode). Microbiologicallydocumented infection, clinically documented infection dan unexplained fever ditemukan pada 29, 6, dan 11episode demam neutropenia. Proporsi keberhasilan pemberian ceftazidime + amikacin dalam mengatasidemam hingga hari ketiga pemantauan adalah 82,6%, sedangkan ceftazidime 56,5% (p=0,055; IK 95%:0,975-2,190).Kesimpulan. Pemberian kombinasi ceftazidime + amikacin memiliki angka keberhasilan yang lebih baikdibandingkan ceftazidim dalam menurunkan demam hingga hari ketiga, meskipun secara statistik tidak berbedabermakna.
High Sensitivity C-Reactive Protein sebagai Parameter Diagnostik dan Prediktor Luaran Sepsis pada Anak yang Menderita Systemic Inflammatory Response Syndrome Sofni Sarmen; Mayetti Mayetti; Hafni Bachtiar
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.383 KB) | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.278-83

Abstract

Latar belakang. Sepsis merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak. Diagnosissepsis ditegakkan berdasarkan gejala Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan penemuan bakteripada kultur darah. Kultur bakteri darah memiliki sensitifitas yang rendah dan membutuhkan waktu yanglama sehingga sering menyebabkan terjadinya overdiagnosis dan overtreatment. C-reactive protein adalahreaktan fase akut yang kadarnya meningkat pada keadaan infeksi. High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) adalah metode yang lebih sensitif untuk mengukur kadar CRP dalam jumlah kecil.Tujuan. Mengetahui peran hs-CRP sebagai parameter diagnostik dan prediktor luaran sepsis pada anakyang menderita SIRS.Metode. Penelitian uji diagnostik dengan desain potong lintang terhadap 85 anak dengan gejala SIRS berusia1 bulan sampai dengan 15 tahun dan dirawat di bangsal anak RS.Dr.M.Djamil Padang sejak Juni sampaiNovember 2012. Pemeriksaan hs-CRP dilakukan dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).Data dianalisis dengan SPSS serta dilakukan uji diagnostik. Baku emas sepsis adalah biakan darah.Hasil. Cut off point hs-CRP untuk menentukan sepsis adalah 15,55 ng/ml, (sensitivitas 90,9% dan spesivisitas53,8%). Kadar rata-rata hs-CRP meningkat sesuai dengan beratnya penyakit.Kesimpulan. High sensitivity C-reactive protein dapat dijadikan sebagai parameter diagnostik sepsis padapasien SIRS dengan cut off point 15,55 ng/ml, serta dapat dipakai sebagai prediktor luaran sepsis.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue