cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 22, No 2 (2020)" : 10 Documents clear
Hubungan Derajat Ketoasidosis Diabetik dengan Kadar Kalium pada Pasien Anak di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Periode Tahun 2014-2019 Faisal Faisal; Aliva Tamara Adelaine; Titing Nurhayati
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.71-5

Abstract

Latar belakang. Ketoasidosis diabetik (KAD) seringkali menjadi komplikasi penyakit DM tipe-1 dan merupakan kondisi gawat darurat yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada anak. Gangguan elektrolit termasuk kadar kalium dapat terjadi pada pasien KAD. Perubahan kadar kalium dapat terjadi karena peningkatan kadar kalium akibat defisiensi insulin, asidosis, dan hiperglikemia. Sementara penurunan kadar kalium berakibat diuresis osmotik, asupan makanan berkurang, dan muntah. Abnormalitas kadar kalium dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Pemeriksaan kadar elektrolit termasuk kalium penting dilakukan dalam diagnosis KAD.Tujuan. Mengetahui hubungan antara derajat KAD dan kadar kalium pada pasien anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin.Metode. Penelitian dilakukan pada September – November 2019 dengan rancangan studi analitik potong lintang menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medis pasien KAD anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama periode Desember 2014 – Oktober 2019. Data karakteristik umum dan klinis pasien dikumpulkan dan dilakukan uji korelasi Spearman untuk melihat hubungan antara derajat KAD dan kadar kalium dengan kemaknaan p<0,05.Hasil. Penelitian ini melibatkan 35 pasien KAD anak dengan total 39 episode. Enam (15,39%) pasien mengalami KAD derajat ringan, 13 (33,33%) sedang, dan 20 (51,28%) berat. Pada pemeriksaan kadar kalium pasien didapatkan 9 (23,08%) dengan hipokalemia, 21 (53,84%) normokalemia, dan 9 (23,08%) hiperkalemia. Dari hasil analisis Spearman didapatkan korelasi yang lemah antara derajat KAD dan kadar kalium (koefisien korelasi Spearman (r)=0,471, nilai p=0,002).Kesimpulan. Derajat KAD dengan kalium belum bisa dihubungkan mengingat sampel yang belum memadai dan hasil uji statistik yang masih lemah.
Gangguan Perilaku pada Anak Perempuan dengan Hiperplasia Adrenal Kongenital: Persepsi Orang Tua Nida Hanifah; Annastasia Ediati; Mahayu Dewi Ariani; Sultana MH Faradz; Agustini Utari
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.65-70

Abstract

Latar belakang. Paparan androgen sejak prenatal diduga berdampak pada banyak aspek perkembangan anak perempuan dengan Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK). Namun, data mengenai gangguan emosi atau gangguan perilaku pada anak dengan HAK di Indonesia masih terbatas.Tujuan. Mengetahui problem emosi/perilaku pada anak dengan HAK.Metode. Penelitian ini menggunakan desain belah lintang. Subyek penelitian diambil dari 11 anak perempuan dengan HAK berumur 6-18 tahun. Kontrol (n=11) diambil dari anak tanpa HAK dengan umur dan jenis kelamin yang sesuai dengan sampel. Data diambil dengan kuesioner CBCL/6-18 yang diisi oleh orang tua. Analisis data menggunakan Uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan skor antara anak dengan HAK dan tanpa HAK.Hasil. Terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara anak dengan HAK dan kontrol (p<0,05) dalam hal problem sosial, problem perhatian, perilaku agresif, dan gangguan perilaku secara keseluruhan (skor total). Ada kecenderungan anak dengan HAK mengalami lebih banyak problem internalisasi daripada anak tanpa HAK, tetapi statistik kurang mendukung (p=0,052). Namun demikian, nilai T-score pada anak dengan HAK masih dalam rentang normal (T<65).Kesimpulan. Asesmen dan pendampingan psikologis bagi anak dengan HAK sangat diperlukan, terutama pada anak perempuan dengan HAK. Penanganan HAK secara dini dapat segera dilakukan untuk mencegah eskalasi problem psikologis pasca pubertas.
Hubungan antara Red Cell Distribution Width dan Kejadian Sepsis Neonatorum Bayi Prematur Raymond Warouw; Susi Susanah; Tetty Yuniati
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.104-8

Abstract

Latar belakang. Sepsis neonatorum merupakan penyebab utama kematian bayi. Perjalanan awal neonatus sepsis sulit dikenali sehingga diperlukan penilaian klinis dan laboratorium menyeluruh. Red cell distribution width (RDW) sebagai parameter karakteristik eritrosit telah digunakan pada pasien dewasa, anak, dan neonatus cukup bulan sepsis. Belum banyak studi dilakukan pada bayi prematur. Tujuan. Mengetahui hubungan antara RDW dan kejadian sepsis neonatorum bayi prematur.Metode. Penelitian observasional potong lintang pada bayi prematur gestasi 28-<37 minggu dengan risiko infeksi yang dirawat di Bagian Neonatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin bulan Desember 2018. Subjek memenuhi kriteria inklusi dilakukan penilaian kejadian sepsis dengan skor modifikasi Tollner dan pemeriksaan RDW. Analisis data menggunakan uji chi-kuadrat dan uji Kruskal-Wallis.Hasil. Dari 39 subjek ditemukan 7 bayi (17,9%) sepsis neonatorum, 11 bayi (28,2%) diduga sepsis dan 21 bayi (53,8%) tidak sepsis. Seluruh subjek memiliki rerata berat badan lahir 1732 gram dan median gestasi 34 minggu. Bayi prematur sepsis memiliki median RDW lebih besar (17,8%) dibandingkan bayi diduga (16,5%) dan tidak sepsis (16,7%). RDW normal didapati pada 55% bayi tidak sepsis, 33% bayi diduga sepsis dan 12% bayi sepsis. Terdapat hubungan bermakna antara peningkatan RDW dan kejadian sepsis neonatorum dengan p=0,006 (p<0,05). Kesimpulan. Peningkatan RDW berhubungan dengan neonatus prematur sepsis.
Evaluasi Kualitatif Antibiotik Metode Gyssens dengan Konsep Regulasi Antimikroba Sistem Prospektif RASPRO pada Pneumonia di Ruang Rawat Intensif Anak Rinna Wamilakusumayanti Sundariningrum; Darmawan Budi Setyanto; Ronald Irwanto Natadidjaja
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.109-14

Abstract

Latar belakang. Pneumonia masih paling sering sebagai infeksi primer maupun infeksi sekunder dalam perawatan anak di ruang rawat intensif. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas, pengobatan lebih mahal, dan resistensi antibiotik.Tujuan. Mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif pada pasien pneumonia menggunakan metode Gyssens dengan konsep RASPRO.Metode. Penelitian deskriprif retrospektif berdasarkan data rekam medis pasien pneumonia di ruang intensif anak RS Hermina Bekasi, periode bulan Mei sampai Oktober 2019. Antibiotik dievaluasi secara kualitatif menggunakan metode Gyssens dengan konsep RASPRO.Hasil. Didapatkan 51 (14,46%) pasien dengan pneumonia berat. Digunakan 119 antibiotik; terdiri dari 90 (75,63%) empiris dan 29 (24,37%) definitif. Ampisilin sulbaktam merupakan antibiotik paling banyak digunakan (15,98%), diikuti sefotaksim (15,12%), meropenem (13,44%), azithromisin (11,78%), dan seftriakson (10,92%). Berdasarkan metode Gyssens dengan konsep RASPRO, penggunaan antibiotik tepat (kategori 0) sebanyak 63,02%, sedangkan tidak tepat, yaitu 1,68% kategori IVa (alternatif lebih efektif), 22,69% kategori IIIa (durasi terlalu panjang) 9,24% kategori IIIb (durasi terlalu singkat), dan 3,36% kategori IIa (tidak tepat dosis).Kesimpulan. Pemakaian antibiotik tepat didapatkan hasil cukup baik, yaitu 63,03%. Konsep RASPRO dapat digunakan untuk mengurangi bias subyektifitas dalam penilaian antibiotik secara kualitatif dengan metode Gyssens pada pneumonia di ruang intensif anak. 
Profil Penyakit Kritis di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Nora Sovira; Jufitriany Ismi; Yunnie Trisnawati; Munar Lubis; Sulaiman Yusuf
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.92-7

Abstract

Latar belakang. Angka morbiditas dan mortalitas pada anak yang disebabkan penyakit kritis masih tinggi, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Hingga saat ini belum ada data mengenai profil pasien anak dengan penyakit kritis yang dirawat di ruang rawat intensif anak RSUD Dr. Zainoel Abidin (RSUDZA), Banda Aceh.Tujuan. Untuk mengetahui bagaimana profil pasien anak dengan penyakit kritis yang dirawat di ruang rawat intensif anak RSUD Zainoel Abidin (RSUDZA), Banda Aceh pada tahun 2019.Metode. Penelitian deskriptif retrospektif di ruang rawat intensif anak RSUDZA, Banda Aceh. Data dari rekam medis usia 1 bulan - 18 tahun sejak Januari 2019 sampai Desember 2019.Hasil. Diperoleh data pasien anak dengan sakit kritis yang dirawat di ruang intensif anak RSUDZA berjumlah 316 subjek. Mayoritas usia di bawah 5 tahun. Penyakit utama terbanyak adalah disfungsi organ respirasi (28,5 %). Jumlah Skor PELOD-2 terbanyak pada studi ini < 7 (69,6%) dengan lama rawat 2-7 hari (64,9%) dan angka mortalitas 21,8%.Kesimpulan. Profil penyakit kritis pada anak di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2019 menunjukkan mayoritas subjek berusia di bawah 5 tahun, skor PELOD-2 < 7 dengan disfungsi organ terbanyak adalah respirasi.
Efektivitas Terapi Akupunktur untuk Tata Laksana Adjuvan Nyeri Kanker Murti Andriastuti; Dini Astuti Mirasanti; Irma Nareswari
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.115-22

Abstract

Latar belakang. Efektivitas terapi akupunktur untuk tatalaksana adjuvan nyeri kanker pada anak masih kontroversial. Tujuan. Melakukan telaah kritis untuk menilai efektivitas terapi akupunktur untuk tatalaksana adjuvan nyeri kanker pada anak. Metode. Penelusuran artikel dilakukan melalui database Pubmed dan Cochrane dengan menggunakan kata kunci yang sesuai pada bulan Desember 2019. Hasil. Terdapat tiga artikel yang berguna berupa satu penelitian kohort prospektif, satu penelitian uji klinis acak, dan satu meta analisis Pasien berusia remaja cenderung lebih dapat menerima terapi akupunktur sebagai tatalaksana adjuvant nyeri kanker. Pada uji klinis acak dan meta analisis, didapati bahwa pasien yang mendapat terapi akupunktur memiliki skor nyeri yang lebih rendah. Meskipun demikian, penelitian uji klinis acak dan meta analisis tersebut tidak mengikutsertakan pasien anak (usia kurang dari 18 tahun). Kesimpulan. Terapi akupunktur merupakan suatu modalitas tatalaksana adjuvan nyeri kanker yang cukup potensial, tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut pada populasi anak guna membuktikan efektivitas terapi tersebut.
Faktor Risiko Prenatal Terhadap Kejadian Penyakit Ginjal Kronik derajat III-V di RSUP Dr. Kariadi Semarang Khotimatun Hasanah; R. Rochmanadji Widajat; Omega Mellyana
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.76-82

Abstract

Latar belakang. Kelainan ginjal kongenital menyebabkan hampir 60% penyakit ginjal kronik (PGK) pada anak. Faktor kesehatan maternal serta kondisi intrauterin akan memengaruhi kesehatan bayi yang dilahirkan dan dapat memprediksi adanya kelainan ginjal. Tujuan. Untuk meneliti faktor risiko prenatal terhadap kejadian PGK derajat III-V pada anak.Metode. Studi kasus kontrol dengan 76 pasien dengan PGK derajat III-V (usia <18 tahun saat diagnosis) dan 76 kontrol di RSUP Dr. Kariadi Semarang antara 2017-2019. Faktor risiko prenatal ditanyakan pada tiap kelompok dengan kuesioner. Hubungan antara faktor risiko prenatal dengan kejadian PGK dianalisis menggunakan analisis regresi logistik.Hasil. Bayi berat lahir rendah (BBLR) (OR7,33; 95%CI (2,387-22,526); p<0,001) dan prematuritas (OR10,56; 95%CI (3,013-37,006); p<0,001) merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian PGK derajat III-V pada anak. Faktor risiko prenatal lainnya, yaitu lingkungan merokok selama kehamilan (OR 1,00;95%CI 0,505-1,982), ibu malnutrisi (OR 1,00;95%CI 0,061-16,285), ibu preeklamsia (OR 1,00;95%CI 0,333-3,003), dan ibu DM (OR 1,00;95%CI 0,061-16,285) bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian PGK. Ibu oligohidramnion (OR 1,74;95%CI 0,395-7,439) merupakan faktor risiko terhadap kejadian PGK derajat III-V pada anak namun tidak signifikan secara statistik.Kesimpulan. Bayi berat lahir rendah dan prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan secara statistik terhadap kejadian PGK derajat III-V pada anak di RSUP Dr. Kariadi. Prematuritas merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian PGK derajat III-V pada anak.
Auxology, Kurva Pertumbuhan, Antropometri, dan Pemantauan Pertumbuhan Aman Bhakti Pulungan
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.123-30

Abstract

Pertumbuhan anak adalah suatu proses dinamis. Untuk mengetahui bagaimana seorang anak bertumbuh dibandingkan dengan anak sebayanya, diperlukan kurva pertumbuhan sebagai alat pembanding. Kurva pertumbuhan telah digunakan dalam pemantauan perkembangan anak sejak abad ke-18. Berbagai kurva pernah dikembangkan, termasuk kurva referensi dan kurva standar, seperti kurva referensi nasional yang dikembangkan di banyak negara dan kurva standar World Health Organization (WHO) yang digunakan secara internasional sejak tahun 2006. Pemantauan pertumbuhan dilakukan dengan melakukan plot hasil pengukuran ke grafik pertumbuhan, selanjutnya dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya. Oleh karena itu, pemantauan pertumbuhan anak secara berkala penting dilakukan. Pengukuran pertumbuhan dengan teknik yang tepat disertai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat mengenali gangguan pertumbuhan sejak dini. Deteksi dini gangguan pertumbuhan menjadi tugas penting orangtua dan tenaga kesehatan. Abnormalitas pertumbuhan juga dapat menandai adanya penyakit dasar yang bersifat kronik serius. Keterlambatan diagnosis dan tata laksana gangguan pertumbuhan menyebabkan potensi genetik anak untuk tinggi tidak tercapai dan anak menjadi pendek.
Gambaran Pertumbuhan Anak dengan Hipotiroid Kongenital Pasca-Terapi Levotiroksin di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada Tahun 2014 sampai dengan 2018 Noviola Ruth Adisty; Faisal Faisal; Basuki Hidayat
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.98-103

Abstract

Pendahuluan. Hipotiroid kongenital merupakan penyebab gangguan tumbuh kembang anak yang dapat dicegah dengan terapi levotiroksin dini. Akan tetapi di Indonesia, diagnosis dini berdasarkan skrining hipotiroid kongenital cakupannya rendah sehingga banyak kasus mengalami gangguan pertumbuhan akibat keterlambatan terapi.Tujuan. Mengetahui gambaran pertumbuhan anak dengan hipotiroid kongenital pasca-terapi levotiroksin.Metode. Penelitian retrospektif potong lintang menggunakan data rekam medis pasien anak dengan hipotiroid kongenital selama kurun waktu 2014-2018 di Poli Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin. Pertumbuhan dipantau berdasarkan laju pertumbuhan linear dan indeks antropometri kurva pertumbuhan WHO 2005.Hasil. Sejumlah 51 pasien memenuhi kriteria, mayoritas subjek didiagnosis hipotiroid kongenital pada usia 0-12 bulan (78,4%), berjenis kelamin laki-laki (60,8%), dan memiliki komorbiditas (66,7%). Rerata laju pertumbuhan linear berdasarkan kelompok usia 0-12 bulan (n=40), 1-2 tahun (n=3), 2-5 tahun (n=1) dan >5 tahun (n=7), berturut-turut 21,77,3 cm/tahun, 10,23,8 cm/tahun, 8,6 cm/tahun, dan 13,55,2 cm/tahun. Komorbiditas tidak ditemukan pada subjek usia 2-5 dan >5 tahun. Pasca-terapi, 9 subjek dengan perawakan sangat pendek/pendek pre-terapi menjadi berperawakan normal, 8/9 subjek usia 0-12 bulan dan sisanya >5 tahun, serta semuanya tidak memiliki komorbiditas.Kesimpulan. Pertumbuhan anak mengalami perbaikan pasca-terapi levotiroksin berdasarkan laju pertumbuhan linear dan indeks antropometri terutama pada anak yang diterapi dini dan tanpa komorbiditas.
Gambaran Masalah Psikososial pada Remaja dengan Thalassemia Mayor dan Diabetes Mellitus Tipe-1 Bernie Endyarni Medise; Naela Fadhila; Tjhin Wiguna; Zakiudin Munasir; Jose R.L Batubara; Pustika Amalia Wahidiyat; H.F. Wulandari; Rosalina Dewi Roeslani
Sari Pediatri Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.2.2020.83-91

Abstract

Latar belakang. Thalassemia dan diabetes mellitus tipe-1 (DM tipe-1) merupakan penyakit kronik yang banyak didapatkan pada anak dan remaja di Indonesia. Adanya penyakit kronik pada remaja dapat berisiko meningkatkan terjadinya masalah psikososial 2-6 kali dibandingkan populasi sehat. Masalah psikososial pada remaja sulit dikenali sehingga perlu dilakukan evaluasi secara rutin. The strengths and difficulties questionnaire (SDQ) adalah instrumen yang praktis dan mudah digunakan untuk mendeteksi masalah tersebut. Tujuan. Mengetahui besaran masalah psikososial pada remaja dengan penyakit kronik di RS. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Metode. Desain potong lintang pada 140 remaja (100 thalassemia mayor dan 40 DM tipe-1), usia 10-18 tahun. Subyek diminta untuk mengisi kuesioner SDQ (laporan mandiri). Hasil. Prevalensi total skor abnormal pada remaja thalassemia mayor adalah 8%, dan DM tipe-1 adalah 15%. Tidak ada skor abnormal pada aspek perilaku pro-sosial kedua penyakit, dan aspek hubungan dengan teman sebaya DM tipe-1. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara diagnosis penyakit, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan subyek pasien DM terhadap luaran hasil SDQ. Kesimpulan. Masalah psikososial lebih banyak didapatkan pada remaja DM tipe-1 dibandingkan thalassemia mayor.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue