cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 4 (2006)" : 12 Documents clear
Gangguan Tidur pada Anak Usia Bawah Tiga Tahun di Lima Kota di Indonesia Rini Sekartini; Nuri Purwito Adi
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.188-93

Abstract

Latar belakang. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk tumbuh kembangoptimal bagi seorang anak. Pola tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktorinternal pada diri anak dan faktor lingkungan fisik. Gangguan tidur dapat menyebabkanmasalah perilaku, emosi, menyebabkan mengantuk pada siang hari, dan dapatmempengaruhi konsentrasi belajar serta daya ingat anak.Tujuan. Mengetahui prevalensi gangguan tidur pada anak usia bawah tiga tahunmenggunakan kuesioner BISQ serta hubungan antara faktor sosiodemografi dengangangguan tidur.Metoda. Penelitian ini dilakukan terhadap 385 anak usia bawah 3 tahun di 5 kota diIndonesia. Sejak Januari – Juni 2005. Sampel diperoleh secara consecutive sampling.Merupakan studi analitik seksi silang, menggunakan metode wawancara terpimpindengan kuesioner yang telah diuji coba dan formulir Brief Infant Sleep Questionnaire(BISQ). Definisi gangguan tidur bila ditemukan satu atau lebih kondisi seperti lamatidur malam kurang dari 9 jam, terbangun pada malam hari lebih dari 3 kali dan lamaterbangun pada malam hari lebih dari 1 jam. Data diolah dan dianalisis dengan programSPSS 11, uji Chi-Square, Fisher’s Exact test dan Mann-Whitney U. Hubungan bermaknasecara statistik bila ditemukan nilai p < 0.005.Hasil. Prevalensi gangguan tidur ditemukan pada 44,2% dari 385 subyek terdiri dari198 anak laki-laki dan 187 anak perempuan. Rata-rata usia anak 12 bulan. Tingkatpendidikan orangtua sebagian besar tingkat pendidikan sedang, dengan 66,5% masukdalam katagori tingkat pendapatan rendah. Sebagian besar anak (43,1%) tidur padaposisi telentang, tidur bersama orangtua di tempat tidur yang sama (bed sharing)ditemukan pada 73,5% dan co-sleeping ditemukan pada 18,7%. Dalam cara menidurkananak 56,1% tertidur ketika disusui, dan dari uji statistik didapatkan hubungan bermaknaantara tertidur ketika disusui dengan gangguan tidur. Ditemukan pula hubunganbermakna antara jumlah waktu tidur siang dan waktu mulai tidur malam dengangangguan tidur. Sedangkan faktor sosiodemografi tidak berhubungan bermakna dengangangguan tidur. Meskipun demikian 42,3% orangtua beranggapan bahwa gangguantidur pada anak bukan merupakan suatu masalah.Kesimpulan. Prevalensi gangguan tidur pada anak bawah 3 tahun ditemukan pada44,2% kasus yang diteliti dengan rata-rata usia anak 12 bulan. Ditemukan hubunganbermakna secara statistik antara tertidur ketika disusui dan jumlah waktu tidur siangserta waktu mulai tidur malam dengan gangguan tidur. Tidak ditemukan hubunganbermakna secara statistik antara faktor sosiodemografi dan gangguan tidur. PerangkatBISQ dapat merupakan salah satu alat untuk skrining gangguan tidur pada anak.Prevalensi gangguan tidur yang tinggi dan perhatian orangtua yang kurang terhadapmasalah ini, perlu dilakukan penyebaran informasi dan penyuluhan kepada orang tuatentang manfaat tidur dan dampak yang ditimbulkan dari gangguan tidur.
Gawat Darurat Neonatus pada Persalinan Preterm M. Sholeh Kosim
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.32 KB) | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.225-31

Abstract

Persalinan preterm atau kurang bulan akan membawa konsekuensi bayi yang lahirmenjadi bayi preterm atau bayi kurang bulan (BKB) . Bila terjadi kegagalan adaptasipada kehidupan ekstra uterin maka akan terjadi gawat neonatus yang dapat berdampakkematian atau kecacatan. Bayi cukup bulan (BKB) mempunyai banyak risiko ataumasalah akibat kurang matangnya fungsi organ antara lain Penyakit membran hialin,asfiksia, perdarahan intrakranial, gangguan neurologik, hipotermia, gangguan metabolikdan kecenderungan untuk terjadinya infeksi neonatal. Sedangkan komplikasi jangkapanjang antara lain akan mengakibatkan terjadinya retardasi mental, gangguan sensori(gangguan pendengaran dan penglihatan, kelainan retina ROP (retinopathy ofprematurity). Upaya yang paling penting adalah mencegah terjadinya persalinan pretermsemaksimal mungkin dengan pemeriksaan antenatal yang baik, meningkatkan statusgizi ibu, mencegah kawin muda dan mencegah serta mengobati infeksi intra uterin.Apabila sudah terjadi ancaman persalinan, maka pemberian steroid antenatal ternyatamenunjukkan bukti medis yang bermakna dalam mematangkan fungsi paru. Apabilabayi terpaksa lahir sebagai BKB, maka manajemen yang cepat tepat dan terpadu harussudah mulai dilaksanakan pada saat antepartum, intrapartum dan postpartum ataupasca natal. Manajemen intrapartum dengan menerapkan pelayananan neonatal esensial,manajemen pasca natal dengan strategi neuroprotektif, pencegahan sepsis neonatorum,pemberian nutrisi adekuat dan perawatan pasca natal lain nya untuk bayi baru lahir.
Eosinofil Mukosa Hidung Sebagai Uji Diagnostik Rinitis Alergi pada Anak Johnny Sugiarto; D Takumansang S; M. Pelealu T
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.194-9

Abstract

Latar belakang. Diagnosis dini rinitis alergi (RA) pada anak merupakan hal yang penting.Tujuan. Untuk mengetahui nilai diagnostik eosinofil mukosa hidung sebagai ujidiagnostik RA pada anak.Metoda. Penelitian potong lintang dari Maret –Juni 2005. Populasi anak berusia 6 -15 tahun. Sampel yang memenuhi kriteria dilakukan pengambilan kerokan mukosahidung dan tes tusuk kulit (TTK) terhadap alergen inhalan. Diagnosis RA bila dijumpaigejala dan tanda rinitis berupa bersin, hidung gatal, rinore dan hidung tersumbat denganTTK positif terhadap minimal satu alergen inhalan.Hasil. Tujuh puluh lima sampel yang memenuhi kriteria, 66 (88%) anak dengan RA.Hasil analisis statistik ROC menunjukkan bahwa pada titik potong =2,15, eosinofilmukosa hidung mempunyai akurasi paling tinggi untuk mendiagnosa RA dengansensitivitas 97%, spesifisitas 88,9%, nilai duga positif 98,5% serta nilai duga negatif80,0%.Kesimpulan. Dengan menggunakan titik potong =2,15 eosinofil mukosa hidung dapatdigunakan sebagai salah satu alat bantu uji diagnostik RA pada anak dengan akurasidiagnostik yang cukup baik.
Hernia Bochdalek IGN Sanjaya Putra; Abdul Hamid; IN Semadi
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.131 KB) | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.232-6

Abstract

Hernia diafragmatika adalah masuknya organ-organ abdomen melalui defek (lubang) padadiafragma ke dalam rongga toraks. Secara umum terdapat tiga tipe dasar herniadiafragmatika yaitu hernia Bochdalek (melalui defek posterolateral), hernia Morgagni(melalui defek anterio retrosternal) dan hiatus hernia. Diagnosis ditegakkan berdasarkananamnesis, gejala klinik, pemeriksaan radiologik, dan laboratorium. Insiden pasti herniadiafragma sulit diperkirakan karena separuhnya meninggal dalam kandungan ataumeninggal saat neonatus belum dibawa ke pusat rujukan atau sebelum diagnosis ditegakkan.Insiden hernia Bochdalek dilaporkan 1 : 2000-4000 kelahiran hidup dengan perbandinganjenis kelamin laki-laki : perempuan adalah 1,5 : 1. Hernia Bochdalek memberikan gejalakardiopulmonal yang berat, seperti sesak nafas segera setelah lahir dengan mortalitas yangtinggi, 40-50% sebelum pemakaian dan 30 %, setelah pemakaian Extracorporeal MembraneOxygenation (ECMO). Pembedahan dilaksanakan setelah kondisi bayi stabil.
Profil klinis Infeksi Saluran Kemih pada Anak di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Miesien Miesien; Taralan Tambunan; Zakiudin Munasir
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.032 KB) | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.200-6

Abstract

Latar belakang. Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi pada bayi dan anak kecil.Gejala ISK tergantung usia, intensitas reaksi inflamasi dan lokasi infeksi pada salurankemih.Tujuan. Mengetahui profil klinis ISK pada anak di RS Dr. Cipto Mangunkusumo.Metode dan subyek. Desain penelitian ini adalah deskriptif potong lintang. Subyekberusia lebih dari 2 bulan sampai 13 tahun, berobat ke Departemen IKA RSCM dalamkurun waktu Februari sampai dengan Agustus 2004. Diagnosis ISK ditegakkanberdasarkan hasil biakan urin bila pertumbuhan kuman ³ 105 koloni/ml urin.Hasil. Dalam kurun waktu 7 bulan ditemukan 50 subyek (28 laki-laki dan 22perempuan), usia rerata dua tahun (SD±2,4). Terbanyak usia 2 bulan – 2 tahun (32/50). Lima gejala klinis terbanyak adalah demam, nafsu makan menurun, diare, kencingtidak lancar dan muntah. Tiga tanda klinis terbanyak dianatarnya adalah demam, balanitisdan ikterus. Pemeriksaan penunjang sebagian besar normal.Kesimpulan. Infeksi saluran kemih (ISK) terbanyak pada usia 2 bulan – 2 tahun. Gejalaklinis ISK terutama demam. Tanda klinis ISK terbanyak demam, balanitis dan ikterus.Hasil urinalisis normal tidak menyingkirkan diagnosis ISK, sehingga anak demam padausia 2 bulan – 2 tahun dengan penyebab tidak jelas perlu dipikirkan ISK.
Pentingnya Pencegahan Dini dan Tata laksana Alergi Susu Sapi Sjawitri P Siregar; Zakiudin Munasir
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.237-43

Abstract

Alergi susu sapi (ASS) merupakan penyakit atopik pertama pada seorang anak, karenamekanisme pertahananspesifik dan non-spesifik saluran cerna bayi belum sempurna.Diagnosis ASS harus ditegakkan sedini mungkin karena memberikan gejala klinisberaneka ragam seperti dermatitis atopik, urtikaria, muntah, kolik, diare, batuk kronikberulang, asma sampai anafilaksis. Pemeriksaan baku emas untuk ASS adalah doubleblind placebo controlled food challange (DBPCFC) selain anamnesis, tanda-tanda atopipada pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan imunoglobulin E total dan spesifik susu sapi.Penghindaran susu sapi harus dikerjakan sampai terjadi toleransi sekitar usia 2-3 tahunsehingga harus diberikan susu pengganti formula soya atau susu sapi hidrolisat sempurnadan makanan padat bebas susu sapi dan produk susu sapi. Pencegahan alergi harusdikerjakan sedini mungkin pada anak berisiko atopik, dikenal tiga jenis pencegahanyaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Hepatoblastoma di Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta: peran kemoterapi preoperatif Ringoringo HP; Endang Windiastuti; Djajadiman Gatot
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.984 KB) | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.207-13

Abstract

Latar belakang: hepatoblastoma adalah tumor yang jarang ditemukan, namunmerupakan tumor ganas primer hati yang paling banyak pada masa kanak-kanak. Sejakdiperkenalkan rejimen kemoterapi untuk penanganan hepatoblastoma, angkakelangsungan hidup pasien meningkat.Tujuan penelitian: untuk mengetahui profil hepatoblastoma anak di DepartemenIlmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dan menilai efektifitaskemoterapi preoperatifBahan dan Cara: sampel penelitian adalah semua pasien hepatoblastoma baru yangdirawat di Divisi Hematologi Onkologi Departemen IKA FKUI RSCM, Pebruari 1999sampai dengan Pebruari 2005. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran histopatologijaringan tumor. Sebelum mendapatkan kemoterapi, dilakukan pemeriksaan kadar alfafeto protein serum (AFP) dan pemeriksaan radiologis untuk menentukan stadiumpenyakit. Semua pasien mendapat kemoterapi menurut protokol PLADO yang terdiridari sisplatin (80 mg/kgBB/hari) dan doksorubisin (30 mg/kgBB/hari). Evaluasi responspengobatan dilakukan setelah pasien mendapat kemoterapi minimal sebanyak 2 siklus,berupa pemantauan klinis, pemeriksaan kadar AFP, dan pemeriksaan USG / CT scanabdomen. Operasi pengangkatan tumor dilakukan bila setelah pemberian kemoterapimassa tumor dianggap dapat direseksi.Hasil: selama kurun waktu 6 tahun terdapat 14 pasien hepatoblastoma rentang usiaantara 3 bulan sampai 54 bulan, dengan median 7 bulan. Enam pasien laki-laki dan 8pasien perempuan. Semua pasien datang dengan keluhan utama perut yang semakinmembesar. Kadar AFP meningkat pada semua pasien dengan median 323 ng/ml.Pemeriksaan USG, CT scan dan MRI abdomen menunjukkan massa tumor ditemukanpada kedua lobus hati pada 7 pasien, sedang pada 7 pasien lainnya massa tumor hanyapada 1 lobus. Semua pasien datang pada stadium III. Biopsi hati yang dilakukan,menunjukkan gambaran histopatologi jenis epitelial fetal (9), epitelial mesenkimal (2),epitelial fetal-embrional (1), dan 1 jenis mesenkimal. Pada 1 pasien konfirmasi diagnosishanya berdasarkan pemeriksan CT scan abdomen dan kadar AFP. Pemberian kemoterapipreoperatif (protokol PLADO) pada 8 pasien menunjukkan respons yang cukup baik,yang ditandai oleh pengecilan massa tumor dan penurunan kadar AFP.Kesimpulan: Umumnya pasien hepatoblastoma datang dalam stadium lanjut danpemberian kemoterapi preoperatif menunjukkan respons yang baik untuk selanjutnyadapat dilakukan tindakan pembedahan.
Hubungan antara Anemia dengan Perkembangan Neurologi Anak Usia 12-24 bulan Nurhayati Masloman; Stefanus Gunawan
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.401 KB) | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.178-82

Abstract

Latar belakang. Kejadian anemia selama periode kritis perkembangan otak anak dapatmengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak secara umum.Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan perkembangan neurologipada anak usia 12-24 bulan.Metoda. Penelitian analitik dengan desain potong lintang dilakukan di PosyanduPuskesmas Kecamatan Wawonasa mulai bulan September-Oktober 2004. Subjekpenelitian adalah anak berusia 12-24 bulan yang memenuhi kriteria inklusi. Penentuananemia sesuai kriteria WHO (kadar hemoglobin usia 6 bulan – 5 tahun < 11 g/dl).Perkembangan anak dinilai menggunakan Bayley Infant Neurodevelopmental Screener(BINS). Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam 3 kategori yaitu risiko rendah, risiko sedangdan risiko tinggi. Data dianalisis dengan korelasi Spearman rank.Hasil. Subjek penelitian 49 anak terdiri dari 31 (63,3%) laki-laki dan 18 (36,7%)perempuan; didapat proporsi anak anemia 16 (32,7%). Pada kelompok anemiadidapatkan 7 (43,8%) anak kategori risiko tinggi dan 7 (43,8%) risiko sedang. Terdapathubungan yang lemah antara kadar hemoglobin dengan perkembangan neurologi anakusia 12-24 bulan (rs = 0,429;p = 0,001).Kesimpulan. Anak usia 12-24 bulan dengan anemia mempunyai risiko tinggi terhambatdalam perkembangan neurologi.
Sinusitis pada Anak Rinaldi Rinaldi; Helmi M. Lubis; Ridwan M. Daulay; Gabriel Panggabean
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.244-8

Abstract

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan kasus yang sering ditemukan padaanak. Diperkirakan 0,5%-10% ISPA mengakibatkan komplikasi sinusitis. Sinusitis adalahinfeksi sinus paranasal dengan gejala ISPA yang menetap atau makin berat dalam kurunwaktu tertentu. Tiga faktor yang berperan dalam terjadinya sinusitis adalah ostium yangtertutup, penurunan jumlah atau fungsi silia serta berubahnya viskositas sekret. Dengananamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti dapat ditegakkan diagnosis sinusitis akutpada anak. Pada sinusitis kronis, CT scan merupakan alat bantu diagnosis yang dapatdipercaya. Diagnosis banding antara lain cystic fibrosis dan inverted papilloma. Padaumumnya sinusitis dapat sembuh dengan terapi medikamentosa. Amoksisilin merupakanantibiotik utama disertai dengan pemberian antihistamin, nasal dekongestan dan steroid.Anak yang tidak memberikan respon dengan terapi medikamentosa yang maksimal ataudengan komplikasi dapat dilakukan tindakan pembedahan.
Profil Parameter Hematologik dan Anemia Defisiensi Zat Besi Bayi Berumur 0-6 Bulan di RSUD Banjarbaru Ringoringo HP; Endang Windiastuti
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.214-8

Abstract

Latar belakang. Anemia defisiensi besi (Fe) masih merupakan salah satu masalah utama didunia, terutama di negara-negara berkembang. Prevalensi anemia yang tinggi akan berdampakterhadap tumbuh kembang anak. Diperkirakan 20%-25% bayi di dunia menderita anemiadefisiensi besi, data Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia tahun 1995 menunjukkanbahwa 50% wanita hamil dan 40,5% balita menderita anemia defisiensi Fe.Tujuan. Untuk mengetahui profil parameter hematologik dan prevalens anemia defisiensiFe pada bayi berusia 0-6 bulan di RSUD Banjarbaru Kalimantan Selatan.Metoda. Sampel penelitian ini adalah semua bayi yang lahir di RSUD Banjarbaru danbayi datang untuk diimunisasi di Poliklinik Imunisasi RSUD Banjarbaru, berumur 0-6bulan, sejak tanggal Juli 2005 sampai dengan September 2005. Definisi anemia defisiensiFe apabila kadar Hb < 11 g/dl disertai 1 atau 2 kriteria ini terpenuhi, yaitu RDW = 15% atau index Mentzer >13.Hasil. Jumlah bayi yang memenuhi kriteria inklusi terdapat 104 bayi terdiri dari 53 bayilaki-laki (51%) dan 51 bayi perempuan (49%) dengan rentang umur 1 hari sampai dengan6 bulan. Semua bayi lahir cukup bulan dengan berat lahir rata-rata 3150 gram ± 486,7 gram.Profil parameter hematologik menunjukkan nilai normal, kecuali Hb dan MCHC. Prevalensanemia defisiensi Fe terdapat pada 38,5% bayi. Faktor risiko berat lahir dan jenis kelaminuntuk terjadinya anemia defisiensi Fe pada penelitian ini tidak bermakna (p>0,05).Kesimpulan. Profil hematologik menunjukkan nilai normal kecuali Hb dan MCHCdan prevalens anemia defisiensi Fe adalah 38,5%.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2006 2006


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue