I Gusti Ngurah Sanjaya Putra
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah, Denpasar

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

TYPE IC CHOLEDOCHAL CYST PRESENTING AN EXTRAHEPATAL CHOLESTASIS IN A 3 YEAR OLD BOY Reza, Muhammad; Nesa, Nyoman Metriani; Putra, I Gusti Ngurah Sanjaya; Karyana, I Putu Gede; Darmajaya, Made
Medicina Vol 46 No 1 (2015): Januari 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.928 KB)

Abstract

Choledochal cyst is a rare congenital dilatation of the bile ducts, mostly diagnosed in childhood. Whenappropriate resection is not performed, cholangiocarcinoma may occur in a high incidence within thesecond decade of life. This report aims to present a rare case in experience of diagnosis and managementtype IC choledochal cyst in children. We present case of a 3-year-old boy who came with jaundice anditchy skin, abdominal pain, brownish urine, pales colored of stool. Abdominal ultrasonography andcomputed tomography scan revealed type IC choledochal cyst. Patient underwent complete cyst removalsurgery and bilioenteric anastomosis through Roux-en-y hepaticojejunostomy. Excision biopsy confirmedthe diagnosis of type IC choledochal cyst. Post surgical follow up shown good physical and laboratorycondition  and  there was no  recurrence  of  symptoms. Early  surgical  procedure  through Roux-en-yhepatojejunostomy, has been performed. Long  term  follow up also  facilities good prognostic  to  thepatient. [MEDICINA 2015;46:56-60].Kista  koledokus  adalah merupakan  penyakit  saluran  empedu  bawaan  yang  jarang  dijumpai  danbanyak terdiagnosis pada saat usia anak-anak. Tindakan berupa reseksi kista adalah yang terpentingdilakukan,  jika  tidak  segera  dilakukan  maka  dapat  meningkatkan  resiko  terjadinyacholangiocarcinoma dalam usia dekade kedua penderita dalam kehidupan. Tujuan kasus ini dilaporkanuntuk menggambarkan pengalaman dalam mendiagnosis dan tata  laksana kista koledokal tipe ICyang jarang pada anak-anak. Laporan kasus ini pada anak laki-laki berumur 3 tahun dengan keluhankulit tampak kuning dan gatal, nyeri perut, urin berwarna kecoklatan, tinja yang pucat. Ultrasonografidan CT  scan abdomen memperlihatkan adanya kista koledokus. Tindakan bedah  eksisi kista dananastomosis bilioenterik dengan menggunakan tehnik hepatojejunostomi Roux-en-y. Diagnosa kistakoledokus  tipe  IC  terkonfirmasi  saat  tindakan  eksisi biopsi. Evaluasi  setelah dilakukan  tindakanbedah memperlihatkan hasil yang bagus, baik dari pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjangdan hilangnya keluhan yang ada sebelumnya. Walaupun prosedur tindakan hepatojejunustomi Roux-en-y secara dini telah dilakukan, penderita masih membutuhkan evaluasi dalam jangka waktu yanglama. [MEDICINA 2015;46:56-60].
FAKTOR RISIKO KEJADIAN LUAR BIASA HEPATITIS A DI SEKOLAH DASAR NEGERI SELULUNG DAN BLANTIH, KINTAMANI Aryana, I Gede Ketut; Sanjaya Putra, I Gusti Ngurah; Karyana, I Putu Gede
Medicina Vol 45 No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.668 KB)

Abstract

Hepatitis A terjadi secara sporadis dan epidemik di seluruh dunia, dengan kecenderungan untuk kambuh secara siklik. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli tahun 2012 dan awal 2013 terjadi kejadian luar biasa hepatitis A di Kintamani, Bangli. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian luar biasa hepatitis A pada anak-anak sekolah dasar di Kintamani. Penelitian ini merupakan penelitian kasus-kontrol. Data kasus diambil dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) Selulung dan Blantih, sedangkan kontrol dari SDN Sekaan, Kintamani. Penelitian dilaksanakan bulan April sampai Mei 2013. Analisis data dengan uji Kai-kuadrat, analisis bivariat dengan tingkat kemaknaan á=0,05, interval kepercayaan (IK) 95%, dilanjutkan analisis multivariat. Pemanfaatan jamban yang tidak baik bermakna secara statistik berhubungan dengan kejadian luar biasa hepatitis A dengan rasio odds 18,0 (IK95% 4,38 sampai 74,01), P<0,001. Pemanfaatan jamban yang tidak baik bermakna secara statistik sebagai faktor risiko kejadian luar biasa hepatitis A pada anak-anak sekolah dasar di Kintamani. [MEDICINA 2014;45:79-83]    
PREVALENSI KONSTIPASI DAN GAMBARAN ASUPAN SERAT MAKANAN DAN CAIRAN PADA ANAK REMAJA I Made Pramana Dharmatika; Ni Nyoman Metriani Nesa; I Nyoman Budi Hartawan; I Gusti Ngurah Sanjaya Putra; I Putu Gede Karyana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 7 (2019): Vol 8 No 7 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.322 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi konstipasi serta mempelajari asupan serat makanan dan cairan pada anak remaja. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang yangdilakukan pada Mei hingga September 2017. Jumlah sampel sebesar 63 anak remaja di SMP Negeri 1Denpasar yang berusia 13-15 tahun. Penelitian ini menggunakan kuisioner yang diisi secara langsungoleh sampel. Konstipasi ditegakkan berdasarkan kriteria Rome III. Asupan serat makanan diketahuimelalui food record yang telah diisi selama tiga hari.Prevalensi konstipasi pada anak remajaditemukan sebesar 11,1%. Rerata asupan serat makanan pada anak remaja ditemukan sebesar 8,75 ±3,01 gram. Kelompok konstipasi memiliki rerata asupan serat makanan sebesar 5,7 gram (SB ± 2,2)dan kelompok tanpa konstipasi sebesar 9,1 gram (SB ± 2,1). Asupan cairan sebanyak ?7 gelasditemukan pada 66,7% anak remaja. Penelitian ini menunjukkan bahwa konstipasi masih ditemukanpada beberapa anak remaja. Mayoritas anak remaja memiliki asupan serat makanan yang rendah.Asupan serat makanan pada anak remaja perlu ditingkatkan sesuai dengan rekomendasi harian untukmenjaga kesehatan anak remaja.Kata kunci: Konstipasi, serat makanan, cairan, food record, anak remaja
KARAKTERISTIK ASUPAN ZINC PADA ANAK USIA BALITA DI DESA SUKAWANA DAN DESA DAUH PURI KAJA DI PROVINSI BALI: STUDI PENDAHULUAN Luh Putu Diah Virayanti; Dyah Kanya Wati; IGN Sanjaya Putra; IB Suparyatha
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 4 (2020): Vol 9 No 04(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.56 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i4.P10

Abstract

ABSTRAK Zinc telah diketahui merupakan zat yang esensial bagi kehidupan, namun tidak banyak orang yangmengetahui peranan dari zat ini. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa zinc adalah micronutrient yang berperan penting dalam proses sintesis dan repair pada DNA, RNA dan protein, reaksi biokimia dalampertumbuhan sel, pembelahan sel, diferensiasi sel, pematangan jaringan, proses tumbuh kembang, prosespenuaan dan metabolisme pada tumbuhan tingkat tinggi dan hewan. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui karakteristik asupan zinc pada anak usia balita di Desa Sukawana dan Desa Dauh Puri Kaja diProvinsi Bali. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan metode potong lintang.Teknik pengumpulan sampel adalah dengan non probability sampling yaitu metode consecutive sampling,dengan jumlah total sampel yang diperoleh adalah sebanyak 224 sampel, dengan 117 sampel dari DesaSukawana dan 107 sampel dari Desa Dauh Puri Kaja. Metode pengambilan sampel denga menggunakanfood recall 3 x 24 jam yang diolah dengan aplikasi NutriSurvey2007 dan SPSS versi 20. Desa Sukawana,memiliki rerata asupan zinc 2,39 ±1,169 mg/hari. Desa Dauh Puri Kaja memiliki rerata asupan zinc 3,76±2,554 mg/hari. Persentase defisiensi asupan zinc pada Desa Sukawana sebanyak 68,4% dan pada DesaDauh Puri Kaja sebanyak 37,4%. Kata Kunci: Asupan, zinc, balita, rural, urban, defisiensi.
Hernia Bochdalek IGN Sanjaya Putra; Abdul Hamid; IN Semadi
Sari Pediatri Vol 7, No 4 (2006)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.131 KB) | DOI: 10.14238/sp7.4.2006.232-6

Abstract

Hernia diafragmatika adalah masuknya organ-organ abdomen melalui defek (lubang) padadiafragma ke dalam rongga toraks. Secara umum terdapat tiga tipe dasar herniadiafragmatika yaitu hernia Bochdalek (melalui defek posterolateral), hernia Morgagni(melalui defek anterio retrosternal) dan hiatus hernia. Diagnosis ditegakkan berdasarkananamnesis, gejala klinik, pemeriksaan radiologik, dan laboratorium. Insiden pasti herniadiafragma sulit diperkirakan karena separuhnya meninggal dalam kandungan ataumeninggal saat neonatus belum dibawa ke pusat rujukan atau sebelum diagnosis ditegakkan.Insiden hernia Bochdalek dilaporkan 1 : 2000-4000 kelahiran hidup dengan perbandinganjenis kelamin laki-laki : perempuan adalah 1,5 : 1. Hernia Bochdalek memberikan gejalakardiopulmonal yang berat, seperti sesak nafas segera setelah lahir dengan mortalitas yangtinggi, 40-50% sebelum pemakaian dan 30 %, setelah pemakaian Extracorporeal MembraneOxygenation (ECMO). Pembedahan dilaksanakan setelah kondisi bayi stabil.
Kolestasis pada Sepsis Neonatorum di RSUP Sanglah, Denpasar I Putu Gede Karyana; I GN Sanjaya Putra; Ni Putu Veny Kartika Yanti
Sari Pediatri Vol 14, No 4 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.4.2012.211-7

Abstract

Latar belakang. Kolestasis neonatal masih merupakan permasalahan dibidang ilmu kesehatan anak. Angka kejadian kolestasis intrahepatal yang disebabkan oleh sepsis sebesar 65,9% dengan angka kematian pada neonatus 52,8%.Tujuan.Mengetahui prevalensi dan luaran, faktor berhubungan dengan kejadian kolestasis pada sepsis neonatorum.Metode.Desain potong lintang analitik pada neonatus terbukti sepsis, pengambilan data rekam medik dari Januari 2008 sampai dengan September 2010.Hasil. Prevalensi kolestasis 38,9% dengan penyebab terbanyak bakteri Gram negatif yaitu Serratia Marcescens (19,2%). Lama rawat t15 hari kolestasis dengan RR 1,57 (IK 95% 0,029-0,116), rerata lama puasa 8,8 hari ±6,81), p=0,001, rerata lama pemberian nutrisi parenteral 14,2 hari (SD=8,26), p=0,001 merupakan faktor yang signifikan untuk terjadi kolestasis. Kadar rerata CRP 97,51 (74,94), kadar IT ratio 0,07 (0,05), kadar trombosit 60.250 (60,950) bermakna berhubungan dengan kolestasis. Mortalitas pada sepsis neonatorum dengan kolestasis 23,3%. Kesimpulan.Prevalensi kolestasis pada sepsis neonatorum di RSUP Sanglah Denpasar didapatkan 38,9%. Faktor lama rawat t15 hari, lama puasa serta pemberian nutrisi parenteral dan rerata kadar CRP, IT ratio, serta kadar trombosit bermakna untuk terjadi kolestasis, dan angka kematian sepsis neonatorum dengan kolestasis 9%.
Korelasi antara Kadar Seng Serum dengan Kadar Interleukin-6 dan Skor PELOD-2 pada Sepsis Defranky Theodorus; Dyah Kanya Wati; I Gusti Ngurah Sanjaya Putra; Ida Bagus Subanada; Eka Gunawijaya; Komang Ayu Witarini; Wayan Gustawan
Sari Pediatri Vol 23, No 4 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.4.2021.262-9

Abstract

Latar belakang. Sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak dengan penyakit kritis yang dirawat di unit perawatan intensif anak (UPIA). Pada 24 jam sepsis, terjadi penurunan kadar seng serum dan secara bersamaan terjadi peningkatan kadar interleukin-6 (IL-6) dan skor PELOD-2. Hasil sebaliknya terjadi pada 72 jam sepsis.Tujuan. Untuk membuktikan korelasi negatif antara kadar seng serum dengan IL-6 dan skor PELOD-2 pada sepsis.Metode. Penelitian dengan rancangan potong lintang dua kali pengukuran dari Januari - Desember 2019 di UPIA RSUP Sanglah Denpasar. Subjek penelitian adalah anak berusia 29 hari sampai 18 tahun dengan sepsis berdasarkan skor PELOD-2 > 7 menggunakan metode consecutive sampling. Uji korelasi Pearson untuk menilai korelasi bivariat dan uji multivariat menggunakan uji korelasi parsial.Hasil. Empatpuluh subjek memenuhi kriteria inklusi. Rerata kadar seng serum pada 24 dan 72 jam adalah 59,5 µg/dl versus 64,2 µg/dl. Median IL-6 pada 24 dan 72 jam adalah 8,6 pg/dL versus 4,4 pg/dL, rerata skor PELOD-2 24 dan 72 jam adalah 11,2 versus 11,0. Korelasi Pearson kadar seng serum dengan kadar IL-6 pada 24 dan 72 jam adalah r= -0,078, p= 0,632 versus r= -0,218, p= 0,178. Korelasi Pearson kadar seng serum dengan skor PELOD-2 pada 24 dan 72 jam adalah r= -0,513, p= 0,001 versus r= 0,242, p= 0,132. Analisis korelasi parsial kadar seng serum dengan PELOD-2 pada 24 jam adalah r= -0,493, p= 0,002.Kesimpulan. Terdapat korelasi negatif sedang bermakna pada 24 jam sepsis antara kadar seng serum dengan skor PELOD-2 setelah mengontrol variabel kendali.
Pengaruh Formula Bebas Laktosa Terhadap Lama Diare dan Elektrolit Serum pada Anak dengan Diare Rotavirus I Putu Gede Karyana; Nyoman Budihartawan; I GN Sanjaya Putra
Sari Pediatri Vol 14, No 2 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.2.2012.137-42

Abstract

Latar belakang.Diare akut rotavirus menyebabkan kerusakan mukosa, vili usus menjadi tumpul dan pendek, serta kematian sel. Proses tersebut juga mengurangi sekresi enzim laktosa yang bertanggung jawab dalam penyerapan laktosa. Laktosa yang tidak terserap menyebabkan berkembangnya diare osmotik yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit. Formula bebas laktosa dapat diserap tanpa membutuhkan enzim laktose, sehingga lama dari episode diare dapat dipersingkat.Tujuan.Untuk membandingkan lama diare dan elektrolit serum pada bayi dan anak dengan diare rotavirus setelah pemberian nutrisi formula bebas laktosa dibandingkan dengan formula standar.Metode.Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda desain pararel, pada anak usia t6-d59 bulan dengan diare akut, dibagi 2 kelompok dengan besar sampel masing-masing 30 (kelompok A formula bebas laktosa; B formula standar). Latex agglutination testdigunakan untuk mendeteksi rotavirus. Setelah dilakukan rehidrasi, diberikan intervensi. Observasi dilakukan tiap 6 jam untuk mengetahui durasi diare, berat badan, dan frekuensi defekasi. Analisis statistik dengan paireddanindependent t-testdan analisis multivariat (cox regression).Hasil. Rerata lama diare pada kelompok bebas laktosa 57,59 jam (SB 9,40) dan formula standar 85,97 (SB 13,94) jam, dengan beda rerata 28,38 (SE 3,09) jam (IK95% 22,19;34,56; p=0,001). Penurunan frekuensi defekasi bermakna pada kelompok bebas laktosa, tetapi tidak bermakna pada peningkatan berat badan. Analisis multivariat menunjukkan hanya intervensi yang diberikan berpengaruh secara bermakna terhadap lama diare diare. Rerata peningkatan serum elektrolit hanya bermakna pada serum natrium, yaitu pada kelompok formula bebas laktosa dengan rerata 1,62 (SB4,20) mEq/L (IK95% -2,83;0,41; p=0,01).Kesimpulan. Formula bebas laktosa dapat mempersingkat lama diare dan meningkatkan kadar serum natrium pada diare rotavirus.
Faktor Risiko Diare Persisten pada Pasien yang Dirawat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta IGN Sanjaya Putra; Agus Firmansyah; Badriul Hegar; Aswitha D Boediarso; Muzal Kadim; Fatima Safira Alatas
Sari Pediatri Vol 10, No 1 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.1.2008.42-46

Abstract

Latar belakang. Program pengobatan rehidrasi oral telah berhasil mengontrol kematian akibat diare akut.Sekitar 3%-20% kasus diare akut pada anak akan berkembang menjadi diare persisten. Kematian akibatdiare persisten cukup tinggi ± 65% dari seluruh kematian akibat diare.Tujuan. Menentukan faktor risiko terjadinya diare persisten dan mengukur besar pengaruh tiap faktorrisiko tersebut terhadap terjadinya diare persisten pada anak yang dirawat di ruang rawat inap bagian anakRS Dr. Cipto Mangukusumo Jakarta.Metode. Rancang penelitian retrospektif, kasus-kontrol. Data penelitian diperoleh dari catatan medikpasien, semua pasien (54 pasien) diare persisten yang dirawat mulai 1 Januari 2004-30 Juni 2007 yangmemenuhi kriteria inklusi dipilih sebagai kasus dan 108 pasien diare akut dipilih secara consecutive samplingsebagai kontrol.Hasil. Pada analisis univariat didapatkan perbedaan bermakna antara 54 pasien dengan diare persisten(kasus) dan 108 pasien dengan diare akut (kontrol) dalam hubungan melanjutnya diare akut menjadi diarepersisten pada faktor risiko: pemberian antibiotik (p=0,042, RO :1,984, IK : 0,021-3,854), anemia (p=0,005,RO :2,568, IK : 1,313-5,024 ) dan malnutrisi (p= 0,001, RO : 10,974, IK :3,442-34,814). Pada regresilogistik multivariat, dua faktor risiko memperlihatkan hubungan yang bermakna yaitu anemia (p=0,025,RO :2,374, IK : 1,117-5,047) dan malnutrisi (p= 0,001, RO : 12,621, IK :3,580-44,814).Kesimpulan. Anemia dan malnutrisi pada diare akut merupakan faktor risiko untuk melanjutnya diare akutmenjadi diare persisten. 
Effect of probiotics supplementation on acute diarrhea in infants: a randomized double blind clinical trial I Gusti Ngurah Sanjaya Putra; Sudaryat Suraatmaja; I Ketut Nomor Aryasa
Paediatrica Indonesiana Vol 47 No 4 (2007): July 2007
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.985 KB) | DOI: 10.14238/pi47.4.2007.172-8

Abstract

Background Probiotics has advantages as a supplement formanagement of infants with acute diarrhea. It influences theduration of diarrhea by enhancing immune responses, elaboratesantimicrobial substances and occupies intestinal mucosal sites,inhibits the attachment and the growth of pathogenic organismsby achieving competitive exclusion and microbial balance.Objective To assess the clinical effects of probiotics supplementationon acute diarrhea in infants.Methods This was a double blind, randomized clinical controlledtrial performed on infants aged 1-12 months old with acutediarrhea, hospitalized in Sanglah Hospital, Denpasar. Subjectswere divided into two groups; the treatment group had standardmanagement with adjuvant probiotics, while the control groupreceived standard management with placebo.Results From 70 infants enrolled in this study, the mean durationof diarrhea in treatment group was significantly shorter than thatin the placebo group, 49.03 hours (SE 3.09) (95%CI 42.98;55.08)vs 73.03 hours (SE 3.28) (95%CI 66.61;79.45); P=0.001.Regarding failure of the treatment, probiotics supplementationhad relative risk reduction (RRR) of 67% and absolute riskreduction (ARR) of 57%. In multivariate cox regression analysisit was found that only probiotics supplementation influenced theduration of acute diarrhea in infants.Conclusion Probiotics can shorten the duration of acute diarrhea,and is safe as an adjuvant to standard management for infantswith acute diarrhea.