cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 4 (2007)" : 12 Documents clear
Status Gizi, Eosinofilia dan Kepadatan Parasit Malaria Anak Sekolah Dasar di Daerah Endemis Malaria M. Mexitalia; IGK Oka Nurjaya; Agus Saptanto; Moedrik Tamam; I. Hartantyo; Ag. Soemantri
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.274-80

Abstract

Latar belakang. Interaksi antara infeksi, status gizi dan imunitas telah lama diketahui, tetapi penelitiantentang interaksi ini di daerah endemis malaria masih terbatas.Tujuan. Bertujuan untuk mengetahui hubungan kepadatan parasit malaria dengan status gizi, kadarhemoglobin dan respon eosinofilia pada anak sekolah dasar di daerah endemis malaria.Metode. Penelitian belah lintang pada anak SD yang dipilih secara cluster random sampling di KabupatenSumba Timur Nusa Tenggara Timur pada tahun 2003. Diambil data status gizi, kadar hemoglobin,kepadatan parasit malaria dan jumlah eosinofilia dari darah subjek.Hasil. Dari 137 anak (57 laki-laki dan 83 perempuan) dengan rerata umur (11,5 ± 1,37) tahun, didapatkangizi kurang 63,6%. Tiga belas persen anak terdapat parasit malaria pada sediaan darah, eosinofilia pada32,9% anak. Kepadatan parasit malaria tinggi 7,9%. Kepadatan parasit malaria tidak berhubungan denganjenis kelamin, suku bangsa dan status gizi, tetapi kepadatan parasit malaria tinggi meningkatkan risikoanemia 2,1 kali (RP 2,1; 95% KI 1,6-2,8 ; p=0,006) dan tidak terjadinya respon eosinofilia 2,9 kali (RP2,9; 95% KI 1,9-4,2 ; p=0,001) .Kesimpulan. Sebagian besar anak mempunyai status gizi kurang. Kepadatan parasit malaria tidakberhubungan dengan jenis kelamin, suku bangsa dan status gizi. Tetapi kepadatan parasit malaria yangtinggi akan meningkatkan risiko anemia 2,1 kali dan tidak adanya respon eosinofilia 2,9 kali. 
Valvuloplasti Balon Transkateter Perkutan pada Neonatus dengan Stenosis Pulmonal Kritis Herlina Dimiati; Mulyadi M. Djer; Maswin Masyhur
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.246-51

Abstract

Valvuloplasti balon transkateter perkutan/percutaneous transcatheter balloon valvuloplasty (PTBV) padastenosis pulmonal adalah tindakan non bedah untuk mengatasi obstruksi jalan keluar dan mengurangibeban sistolik ventrikel kanan akibat stenosis katup pulmonal dengan menggunakan balon. Metode inimerupakan kardiologi intervensi yang telah berkembang pesat menggantikan peran bedah dalam penangananpenyakit jantung bawaan dengan menawarkan beberapa keuntungan, antara lain: berkurangnya waktuperawatan dan biaya perawatan, alasan kosmetik (tidak menimbulkan jaringan parut di dada) serta kuranginvasif. Dilaporkan seorang bayi laki-laki berumur 2 hari, dirawat di Pelayanan Jantung Terpadu RumahSakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan stenosis pulmonal kritis (SPK), defek septum atrium(DSA) sekundum sedang dengan pirau kanan ke kiri dan duktus arteriosus persisten (DAP) sedang yangpanjang. Tindakan percutaneus transcatheter balloon valvuloplasty (PTBV) harus dilakukan secepatnyauntuk menyelamatkan jiwa pasien
Peran The Early Language Milestone Scale sebagai Uji Tapis terhadap Anak dengan Keterlambatan Bicara yang Diduga Disebabkan oleh Gangguan Pendengaran Sensorineural Nia Niasari; Hartono Gunardi; Ronny Suwento; Sudigdo Sastroasmoro
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.515 KB) | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.281-4

Abstract

Latar belakang. Salah satu penyebab keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran. Brain evokedresponse audiometry (BERA) memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi gangguanpendengaran, namun alat dan biaya pemeriksaan cukup mahal, dan tidak tersedia di pusat pelayanankesehatan primer di daerah terpencil. The early language milestone scale (ELMS) diharapkan mempunyaisensitivitas dan spesifisitas yang baik sebagai uji tapis keterlambatan bicara yang disebabkan oleh gangguanpendengaran, karena mengandung unsur auditory receptive dan auditory expressive.Tujuan. Membandingkan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN),rasio kemungkinan positif (RKP), dan rasio kemungkinan negatif (RKN) ELMS dalam mendeteksi gangguanpendengaran dengan baku emas BERA.Metode. Penelitian uji diagnostik ELMS dengan baku emas BERA di Departemen IKA dan Pusat KesehatanTelinga dan Gangguan Komunikasi (PKTGK) Departemen THT FKUI-RSCM. Pengambilan sampel secarakonsekutif dari bulan Februari sampai Agustus 2006, terkumpul 42 subjek dengan usia 12 sampai 47 bulan.Hasil. Sensitivitas 93% (IK95%:92 sampai 94), spesifisitas 15% (IK95%:5 sampai 26), NDP 71%(IK95%:57 sampai 85), dan NDN 50% (IK95%:35 sampai 65). Hasil RKP 1 dan RKN 0,5.Kesimpulan. Mengingat spesifisitas yang rendah, ELMS tidak dapat digunakan sebagai uji tapis keterlambatanbicara yang diduga disebabkan gangguan pendengaran sensorineural.
Toksisitas Kemoterapi Leukemia Limfoblastik Akut pada Fase Induksi dan Profilaksis Susunan Saraf Pusat dengan Metotreksat 1 gram Ketut Ariawati; Endang Windiastuti; Djajadiman Gatot
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.252-8

Abstract

Latar belakang. Toksisitas kemoterapi dipengaruhi oleh sifat antiproliferasi obat sitostatik dan akanmerusak sel yang mempunyai aktivitas proliferasi yang tinggi. Oleh sebab itu pemberian kemoterapi dapatmenimbulkan efek samping.Tujuan. Mengetahui efek samping kemoterapi leukemia limfoblastik akut (LLA) pada fase induksi danfase profilaksis susunan saraf pusat secara klinis maupun laboratoriumMetode. Penelitian retrospektif deskriptif terhadap semua pasien leukemia limfoblastik akut baru dalamperiode Januari 2005 – Desember 2006 di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM JakartaHasil. Didapatkan 41 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dari 126 kasus baru LLA, terdiri dari pasienrisiko tinggi (12 orang), dan risiko biasa (29 orang). Median usia 5,5 tahun, median lama pengamatan 39minggu. Remisi setelah fase induksi didapatkan 86,2% pada risiko biasa, 75% pada risiko tinggi. Pada faseinduksi penurunan terendah terjadi setelah pemberian kemoterapi yang pertama dan kedua. Pada faseprofilaksis penurunan kadar hemoglobin, leukosit, ANC, trombosit yang terendah terjadi bervariasi yaitusetelah pemberian metotreksat (MTX) 1 g/m2 yang pertama, kedua, dan ketiga. Peningkatan kadar SGOT/SGPT yang tertinggi yaitu 7 – 12 kali normal terjadi pada fase induksi minggu kedua, sedangkan pada faseprofilaksis peningkatan tertinggi yaitu 8,5 – 10 kali normal terjadi setelah pemberian (MTX) 1 g/m2 yangpertama. Didapatkan 7 orang dengan neuropati perifer setelah pemberian vinkristin yang kedua.Kesimpulan. Toksitas kemoterapi LLA pada fase induksi terjadi setelah pemberian kemoterapi yang pertamadan kedua, sedangkan pada fase profilaksis SSP dengan MTX 1gram/m2 terjadi setelah pemberian pertama,kedua, dan ketiga.
Ketebalan Tunika Intima-Media Arteri Karotis dan Fungsi Ventrikel serta Profil Lipid pada Anak dengan Sindrom Nefrotik Relaps Frekuen dan Dependen Steroid Sri Lilijanti Widjaja; Najib Advani; Taralan Tambunan
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.746 KB) | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.285-92

Abstract

Latar belakang. Sindrom nefrotik adalah penyakit ginjal kronik yang dapat mengakibatkanhiperkolesterolemia dan trombositosis. Keduanya merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis. Belumjelas apakah sudah terjadi penebalan pada tunika intima-media arteri karotis dan perubahan fungsi ventrikel.Tujuan. Untuk menilai ketebalan tunika intima-media dinding arteri karotis dan fungsi ventrikel sertahubungan antara gambaran profil lemak (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, kolesterol VLDL,Lipoprotein (a)), jumlah trombosit, tekanan darah, dan lama sakit dengan ketebalan tunika intima-mediaarteri karotis pada anak sindrom nefrotik relaps frekuen dan dependen steroid.Metode. Dilakukan penelitian observasional cross sectional. Pemeriksaan ketebalan tunika intima-mediadinding arteri karotis dan fungsi ventrikel dilakukan dengan ultrasonografi Sonos 4500, profil lemak,kadar Hb, jumlah trombosit, dan tekanan darah. Data diolah dengan SPSS versi 13. Dilakukan uji T,analisis regresi linier dan analisis multivariat dengan regresi multipel.Hasil. Subjek 52 anak (26 kasus dan 26 kontrol) ikut serta dalam penelitian. Rerata ketebalan tunika intimamediaarteri karotis 0,54 (0,09) vs 0,37 (0,04); p<0,0001. Rerata E/A 1,43 (SB 0,5) vs 1,75 (SB 0,3); p < 0,012.Rerata IMP RV 0,39 (SB 0,06) vs 0,34 (SB 0,03) ; p < 0,001. IMP LV 0,47(SB 0,07) vs 0,36 (SB 0,05); p < 0,001.Analisis regresi linier multivariat menunjukkan hanya kadar Lp(a) yang mempunyai hubungan cukup kuat denganketebalan tunika intima-media arteri karotis (r = 0,724 dan p= 0,037) dengan koefisien determinasi (R2=0,716 ).Kesimpulan. Terdapat penebalan tunika intima-media dinding arteri karotis dan terjadi disfungsi ventrikel.Lipoprotein-a merupakan faktor determinan dan mempunyai korelasi cukup kuat dengan ketebalan tunikaintima-media arteri karotis pada anak sindrom nefrotik relaps frekuen dan dependen steroid.
Penyakit Alergi lain yang Dialami Anak dengan Asma Lily Irsa; Arwin A.P. Akib; Syawitri P Siregar; Zakiudin Munasir
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.108 KB) | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.259-63

Abstract

Latar belakang. Perjalanan penyakit alergi memperlihatkan bahwa penyakit alergi saling berhubungandan tampilannya dapat berubah menurut umur sesuai dengan allergic march. Kondisi alergi pada umumnyaberupa rinitis alergi, asma, dan dermatitis atopi yang mempunyai jalur imunopatologi sama.Tujuan. Untuk mengetahui penyakit alergi yang pernah dialami anak dengan asma.Metode. Penelitian retrospektif terhadap anak dengan asma di Divisi Alergi Imunologi, DepartemenIlmu Kesehatan Anak FKUI/ RSCM dari Januari 2000 sampai dengan April 2003. Data dicatat darirekam medik dan dikeluarkan dari penelitian bila data tidak lengkap.Hasil. Didapatkan 148 pasien asma selama kurun waktu penelitian, terdiri dari 83 laki-laki dan 65perempuan. Riwayat atopi keluarga terdapat pada 103 anak. Penyakit alergi yang pernah dialami adalahrinitis alergi 39 (26,3%), dermatitis atopi 34 (23%), urtikaria 13(8,8%), dan konjungtivitis 2(1,4%).Kesimpulan. Dari penelitian ini didapatkan bahwa penyakit alergi lain yang pernah dialami anak asmaadalah rinitis alergi, dermatitis atopi, urtikaria, dan konjungtivitis.
Usia Awitan Pubertas dan Beberapa Faktor yang Berhubungan pada Murid SD di Kota Padang Eka Agustia Rini; Elza Desdamona
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.639 KB) | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.227-32

Abstract

Latar belakang. Beberapa penelitian mendapatkan kecenderungan usia awitan pubertas akhir-akhir inimenjadi lebih cepat dari beberapa tahun yang lalu. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain ras,indeks massa tubuh (IMT), tingkat sosial ekonomi, penyakit kronis dan sebagainya.Tujuan. Mengetahui rerata usia awitan pubertas anak laki-laki dan perempuan di daerah urban dan sub-urbankota Padang, mengetahui apakah IMT dan tingkat sosial ekonomi berhubungan dengan usia awitan pubertas.Metode. Penelitian cross sectional study dilakukan terhadap 400 murid SD di kota Padang yang dipilihsecara multistage random sampling meliputi daerah urban dan sub-urban. Tingkat maturasi pubertasditentukan berdasarkan skala Tanner, IMT berdasarkan BB/TB2.Hasil. Rerata usia awitan pubertas anak laki-laki di daerah urban 132,50 ± 10,65 bulan (11,04 tahun),sub-urban 133,25 ± 9,13 bulan (11,1 tahun), anak perempuan di daerah urban 129,13 ± 11,71 bulan(10,76 tahun), sub-urban 134,41 ± 9,08 bulan (11,2 tahun). Secara statistik tidak ada perbedaan bermaknausia awitan pubertas anak laki-laki dan perempuan di daerah urban dan sub-urban. Tidak ada hubunganyang bermakna antara IMT dan tingkat sosial ekonomi dengan usia awitan pubertas, meskipun didapatkananak dengan IMT yang lebih tinggi dan tingkat sosial ekonomi cukup lebih cepat memasuki usia awitanpubertas dibandingkan dengan IMT yang lebih rendah dan tingkat sosial ekonomi kurang.Kesimpulan. Rerata usia awitan pubertas anak laki-laki 11,06 tahun, rerata usia awitan pubertas anakperempuan 10,95 tahun. Tidak terdapat perbedaan bermakna usia awitan pubertas anak laki-laki danperempuan antara daerah urban dan sub-urban. Tidak ditemukan hubungan antara usia awitan pubertasdengan IMT dan tingkat sosial ekonomi.
Uji Tuberkulin pada Bayi BBLR yang Mendapat BCG Segera Setelah Lahir dan yang Menunggu Berat Badan > 2500 Gram Darfioes Basir; Finny Fitry Yani; Triyanto Triyanto
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.293-8

Abstract

Latar belakang. Vaksinasi BCG pada bayi BBLR (berat badan lahir rendah) belum menjadi kesepakatandalam program imunisasi nasional di Indonesia. Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan efektifitasBCG pada bayi BBLR/preterm dengan menggunakan uji tuberkulin 27% sampai 83%.Tujuan. Menilai efektifitas BCG pada bayi BBLR dengan uji tuberkulin di RS.Dr. M. Djamil PadangMetode. Penelitian bersifat randomized clinical trial pada bayi BBLR 2000gram-<2500gram yang lahirdan/atau dirawat di Sub Bagian Perinatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak, dari bulan Juni sampaiNovember 2006. Setiap subjek yang masuk penelitian, diberikan informed concent, dikelompokkan dalam2 kelompok dengan simple random sampling. Kelompok 1 diberikan BCG segera setelah lahir, maksimal3 hari. Sedangkan kelompok 2 ditunda pemberian BCG sampai berat badan >2500 gram. Kedua kelompokdi dilakukan uji tuberkulin dan pemeriksaan parut 12 minggu setelah vaksinasi BCG serta mengisi kuisioner.Data penelitian diolah dengan SPSS 13.0 for Windows dan di analisis dengan t-test, X2 test (kai-kuadrat)dan uji mutlak Fischer dengan α= 0,05.Hasil. Selama 6 bulan, telah lahir dan/atau dirawat 107 bayi BBLR berat 2000gram - <2500gram. 60 bayimemenuhi kriteria inklusi dan 44 bayi menyelesaikan penelitian. Rerata diameter indurasi tuberkulinpada kelompok 1 4,91 ± 2884 mm dan kelompok 2 5,41 ± 2,085 mm yang secara statistik tidak berbedabermakna dengan p=0,510. Nilai konversi uji tuberkulin pada kelompok 1 sebesar 63,6% dan kelompok 281,8% tidak menunjukan perbedaan p=0,310.Kesimpulan. Vaksinasi BCG bayi BBLR berat 2000gram-<2500gram segera setelah lahir memberikanefektifitas sama dengan yang ditunda.
Gangguan Perilaku Pasien Diabetes Melitus tipe-1 di Poliklinik Endokrinologi Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Lily Rahmawati; Soedjatmiko Soedjatmiko; Hartono Gunardi; Rini Sekartini; Jose RL. Batubara; Aman B. Pulungan
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.243 KB) | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.264-9

Abstract

Latar belakang. Diabetes melitus tipe-1 (DM tipe-1) merupakan penyakit kronis yang dapat mempengaruhiemosi dan perilaku anak dan remaja. Pasien mengalami tekanan yang berhubungan dengan bagaimanamengontrol metabolik dan tumbuh kembang yang sedang berlangsung.Tujuan. Mengetahui gangguan perilaku pasien DM tipe-1 dan faktor-faktor yang berhubungan dengangangguan perilaku.Metode. Penelitian dilakukan secara potong lintang pada bulan Agustus 2006 di poliklinik EndokrinologiDepartemen IKA FKUI RSCM. Subjek penelitian adalah pasien DM tipe-1 umur 4-18 tahun yang diambilsecara purposive sampling. Sumber data diperoleh dari orangtua/ wali responden dengan wawancaraterpimpin, menggunakan Pediatric Symptom Check List-17 (PSC-17) dan Kuesioner Masalah MentalEmosional (KMME).Hasil. Prevalensi gangguan perilaku pasien DM tipe-1 dijumpai kemungkinan gangguan psikososial 45,8%,paling banyak adalah gangguan internalisasi (33,3%). Kemungkinan gangguan mental emosional 41,7%.Lama sakit lebih dari 5 tahun dan pernah mengalami komplikasi memiliki risiko lebih besar mengalamigangguan mental emosional.Kesimpulan. Kemungkinan gangguan perilaku pada diabetes tipe-1 45,8%. Skrining gangguan perilakupada pasien DM tipe-1 perlu dilakukan secara rutin di pusat pelayanan kesehatan sehingga dapat segeradievaluasi lebih lanjut. 
Trakeomalasia pada Anak I G. A. P. Eka Pratiwi; Putu Siadi Purniti; I. B. Subanada
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.704 KB) | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.233-8

Abstract

Trakeomalasia merupakan suatu keadaan kelemahan trakea yang disebabkan karena kurang dan atau atrofiserat elastis longitudinal pars membranasea, atau gangguan integritas kartilago sehingga jalan napas menjadilebih lemah dan mudah kolaps. Trakeomalasia pada anak dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitutrakeomalasia primer (penyakit kongenital) dan sekunder (penyakit didapat). Untuk menegakkan diagnosistrakeomalasia dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pencitraan.Manifestasi klinis trakeomalasia antara lain riwayat stridor ekspirasi, kesulitan minum, suara parau, afonia,riwayat breath holding, riwayat intubasi berkepanjangan, trakeostomi, trauma dada, trakeobronkitisberulang, penyakit kartilago (polikondritis relaps), dan reseksi paru. Sebagian besar anak dengantrakeomalasia tidak memerlukan intervensi. Terapi bedah diperlukan jika terapi konservatif tidak mencukupiatau jika terjadi refleks apne, mengalami kesulitan peningkatan berat badan dan perkembangan, mengalamipneumonia atau apne berulang, menunjukkan obstruksi jalan napas yang memerlukan dukungan jalannapas kronik. Gejala kinis akan menghilang secara spontan pada usia 18-24 bulan.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2007 2007


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue