cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 1,509 Documents
Leukositosis pada Ibu Sebagai Salah Satu Faktor Risiko Infeksi Neonatal Awitan Dini: Telaah Klinis di RSAB Harapan Kita Toto Wisnu Hendrarto
Sari Pediatri Vol 13, No 1 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.1.2011.33-40

Abstract

Latar belakang. Infeksi awitan dini neonatal masih menjadi masalah karena tingginya angka kesakitan,kematian, biaya perawatan, dan akan menimbulkan komplikasi tumbuh kembang di kemudian harikhususnya bayi prematur. Di sisi lain diagnosis cepat sangat diperlukan terutama untuk menentukan saatpemberian antibiotik.Tujuan. Mengetahui hubungan faktor risiko maternal sebagai prediktor terjadinya infeksi neonatal awitandini (INAD).Metode. Studi kasus kontrol, retrospektif terhadap pasien neonatus yang dirawat di Unit Perawatan IntensifNeonatal, Rumah Sakit Anak dan Bunda ”Harapan Kita” sejak Desember 2008 sampai dengan November2010. Data dianalisis secara multivariat regresi logistik dengan menggunakan program SPSS 16.0.Hasil. Subyek penelitian 566 bayi baru lahir dari 5094 kelahiran selama periode dua tahun; ditemukan179 neonatus (35,17 per 1000 kelahiran) didiagnosis tersangka INAD, 12 (6,7%) terbukti berdasarkanpemeriksaan biakan darah. Jenis kuman adalah Staphylococcus epidermidis (6), candida sp (2), Staphylococcusaureus (1), Streptococcus B hemoliticus (1), Streptococcus maltophilia (1), serratia sp (1). Faktor risikoleukositosis (􀂕15.000 sel/mm3) pada ibu dan adanya leukosit (􀂕5/LPB) dalam cairan lambung bayi yangdiaspirasi segera setelah lahir memiliki probabilitas sebagai prediktor kemungkinan neonatus menderitainfeksi awitan dini sebesar 67.7%.Kesimpulan. Peningkatan jumlah leukosit darah ibu dan peningkatan jumlah leukosit dalam cairan lambungbayi yang diaspirasi segera setelah lahir merupakan prediktor kemungkinan neonatus menderita infeksiawitan dini
Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika: laporan kasus Marissa Tania Stephanie Pudjiadi; Sri Rezeki S. Hadinegoro
Sari Pediatri Vol 11, No 1 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2359.296 KB) | DOI: 10.14238/sp11.1.2009.47-51

Abstract

Sebelum ditemukan vaksin parotitis pada tahun 1967, parotitis epidemika merupakan penyakit yang sangat sering ditemukan pada anak. Insidens pada umur <15 tahun 85% dengan puncak insidens kelompok umur 5-9 tahun. Setelah ditemukan vaksin parotitis, kejadian parotitis epidemika menjadi sangat jarang. Di negara barat seperti Amerika dan Inggris, rata-rata didapat kurang dari 1.000 kasus per tahun. Demikian pula insidens parotitis bergeser pada anak besar dan dewasa muda serta menyebabkan kejadian luar biasa di tempat kuliah atau tempat kerja. Di Indonesia, tidak didapatkan adanya data mengenai insidens terjadinya parotitis epidemika. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejak tahun 1997-2008 terdapat 105 kasus parotitis epidemika. Jumlah kasus tersebut semakin berkurang tiap tahunnya, dengan jumlah 11-15 kasus/tahun sebelum tahun 2000 dan 1-5 kasus/tahun setelah tahun 2000. Selama tahun 2008 hanya didapatkan satu kasus parotitis epidemika. Tidak ada data mengenai jumlah kasus orkitis pada parotitis epidemika di RSCM. Orkitis terjadi sebagai perjalanan parotitis epidemika berlangsung selama kurang lebih 4 hari. Orkitis pada parotitis epidemika tidak menular namun dapat menyebabkan atrofi pada testis dan menyebabkan infertilitas. Tujuan laporan kasus untuk membahas diagnosis serta tata laksana parotis epidemika.
Efektivitas Fototerapi Ganda dan Fototerapi Tunggal dengan Tirai Pemantul Sinar pada Neonatus yang Mengalami Jaundice Emil Azlin
Sari Pediatri Vol 13, No 2 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.545 KB) | DOI: 10.14238/sp13.2.2011.111-6

Abstract

Latar belakang. Fototerapi telah dilakukan selama hampir 40 tahun, namun masih ada hal yang diperdebatkan tentang bukti bagaimana fototerapi paling efektif. Fototerapi dengan menggunakan tirai putih pemantul sinar yang diletakkan di sisi-sisi unit fototerapi akan meningkatkan intensitas sinar dan meningkatkan respon penurunan konsentrasi bilirubin serum. Fototerapi ganda lebih efektif daripada fototerapi tunggal pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan lebih berguna untuk menurunkan kadar bilirubin serum yang meningkat cepat jika dibandingkan fototerapi tunggal. Tujuan. Membandingkan efektifitas fototerapi tunggal yang menggunakan tirai putih pemantul sinar dengan fototerapi ganda dalam menurunkan kadar bilirubin.Metode. Uji klinis acak terbuka, terhadap neonatus cukup bulan yang menderita jaundicepada minggu pertama kehidupan dilakukan di RS. H. Adam Malik dan RS. Dr. Pirngadi Medan pada Mei sampai dengan Desember 2099. Hasil. Fototerapi dengan menggunakan tirai putih pemantul sinar di sisi-sisi unit fototerapi (kelompok studi, n=30) dibandingkan dengan fototerapi ganda (kelompok kontrol, n=30). Pengukuran utama adalah nilai rata- rata perbedaan penurunan kadar total bilirubin serum dan intensitas sinar pada pengukuran awal sebelum fototerapi, dan 24 jam fototerapi. Selama waktu studi, intensitas sinar pada fototerapi ganda lebih tinggi secara bermakna dibandingkan fototerapi dengan mengggunakan tirai putih pemantul sinar di sekeliling fototerapi (p<0,05). Rerata penurunan kadar total bilirubin serum setelah 24 jam fototerapi lebih tinggi (p<0,05) pada kelompok fototerapi ganda (10,0 mg/dl) dari pada kelompok fototerapi dengan tirai (7,4 mg/dL).Kesimpulan. Penggunakan fototerapi ganda lebih efektif dalam menurunkan kadar bilirubin dibandingkan dengan fototerapi tunggal dengan menggunakan tirai putih di sekeliling unit fototerapi.
Penelitian Awal: Faktor Risiko pada Sepsis Neonatorum Awitan Dini Rosalina D Roeslani; Idham Amir; M. Hafiz Nasrulloh; Suryani Suryani
Sari Pediatri Vol 14, No 6 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.6.2013.363-8

Abstract

Latar belakang. Sepsis neonatorum merupakan masalah besar di negara berkembang seperti Indonesia.Selain itu, sepsis menyebabkan kematian serta kesakitan, sukar ditegakkan diagnosis pasti, dan tata laksana yang memerlukan biaya mahal.Tujuan. Mengetahui faktor risiko pada ibu dan bayi yang berhubungan dengan sepsis neonatorum awitan dini (SNAD).Metode. Retrospektif kasus kontrol menggunakan analisis bivariat dan multivariat diruang perawatan bayi baru lahir Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta periode Januari-Juni 2012.Populasi penelitian adalah data rekam medik bayi baru lahir dengan diagnosis SNAD. Besar sampel berdasarkan rule of thumb,sehingga diperlukan 90 sampel dari 9 faktor risiko.Hasil.Diperoleh 90 kasus sepsis dan 100 kontrol. Satu dari 90 kasus kontrol diperoleh hasil biakan positif bakteri Gram positif. Penelitian menunjukkan 4 faktor yang berhubungan erat dengan terjadinya sepsis berdasarkan analisis bivariat dengan p<0,05, yaitu ketuban pecah lebih dari 24 jam, demam dengan suhu lebih dari 38 oC, usia gestasi <37 minggu, dan nilai APGAR rendah. Hasil analisis multivariat didapatkan usia gestasi <37 minggu OR 55,13 (15,98-190,17) dan nilai APGAR rendah OR 4,102 (1,04-16,140) berhubungan erat dengan terjadinya sepsis pada bayi baru lahir.Kesimpulan.Pada neonatus yang lahir di RSCM Jakarta apabila terdapat faktor risiko prematur (usia gestasi <37 minggu), dan atau nilai APGAR rendah maka harus dilakukan skrining sepsis, pemantauan ketat terhadap timbulnya SNAD, bila melakukan tindakan intervensif maka harus dengan tindakan septik-antiseptik yang ideal,serta pemberian antibiotik empiris dapat dipertimbangkan.
Kebiasaan Sarapan di Kalangan Anak Usia Sekolah Dasar di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Soepardi Soedibyo; Henry Gunawan
Sari Pediatri Vol 11, No 1 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp11.1.2009.66-70

Abstract

Latar belakang. Sarapan yang tidak memadai dapat menjadi faktor yang berpengaruh pada ketidakcukupan gizi. Hasil penelitian menunjukkan sarapan memiliki dampak positif terhadap kewaspadaan, kemampuan kognitif, kualitas belajar, performa akademik, juga status nutrisi. Di Indonesia belum banyak data atau laporan mengenai pola kebiasaan sarapan di kalangan anak dan remaja usia sekolah.Tujuan. Mengetahui pola kebiasaan sarapan di kalangan anak usia sekolah dasar.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM periode tanggal 18- 29 Mei 2009 pada anak usia sekolah dasar beserta orangtuanya. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif melalui kuesioner. Data diolah dengan SPSS 17.0.Hasil. Dari 58 subjek penelitian, 91,4% orangtua menganggap sarapan penting. Proporsi anak yang memiliki kebiasaan sarapan setiap hari 77,6%, sedangkan yang memiliki kebiasaan tidak sarapan sebesar 22,4%. Alasan yang melatar-belakangi kebiasaan sarapan sebagian besar adalah keinginan untuk membantu kecerdasan anak (77,2%) sedangkan alasan tidak sarapan sebagian besar (52,4%) adalah faktor selera makan anak (anak tidak mau makan). Pola menu sarapan pada subjek penelitian terutama adalah nasi dan lauk-pauk (52,6%).Kesimpulan. Sebagian besar orangtua menganggap sarapan penting. Proporsi anak yang biasa sarapan lebih dari tiga kali dibanding yang tidak. Kebiasaan sarapan sebagian besar adalah untuk membantu kecerdasan anak sedangkan alasan tidak sarapan sebagian besar karena anak tidak mau makan. Pola menu sarapan terutama adalah nasi dan lauk-pauk, dan secara keseluruhan adalah makanan yang kaya karbohidrat.
Perbandingan Pediatric Logistic Organ Dysfunction dan Pediatric Risk of Mortality III Sebagai Prediktor Kematian Sindrom Syok Dengue di Ruang Rawat Intensif Anak Henny Rosita Iskandar; Dharma Mulyo; Antonius Pudjiadi; Agnes Pratiwi; Yuliatmoko Suryatin
Sari Pediatri Vol 12, No 6 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.6.2011.440-6

Abstract

Latar belakang. Sindrom syok dengue (SSD) merupakan bentuk demam berdarah dengue (DBD) berat.Mortalitas SSD pada Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita (RSAB HK) cukup tinggi ( 13,2% ).Tujuan. Menilai perbandingan pediatric logistic organ dysfunction (PELOD) dan pediatric risk of mortality(PRISM) III sebagai prediktor kematian SSD pada anak yang dirawat di ruang perawatan intensif anak.Metode. Penelitian prospektif, 41 anak dengan SSD yang dirawat di ruang perawatan intensif dari bulanJanuari - Desember 2006 di RSAB HK dilibatkan dalam penelitian. Diagnosis SSD ditegakkan berdasarkankriteria WHO tahun 1997 dan dikonfirmasi dengan serologi positif Dengue Blot yang dilakukan pada harikelima demam. Perhitungan skor PELOD and PRISM III dilakukan dari hasil pemeriksaan pada haripertama masuk ruang rawat intensif.Hasil. Terdapat 41 subyek yang diteliti, umur dari 8 sampai 180 bulan. Kematian terjadi pada 5 anak(12,1%). Rerata skor PELOD anak yang meninggal 22,2 dan yang hidup 7,7 sedangkan rerata skor PRISMIII anak yang meninggal 22 dan yang hidup 9,4. Analisa skor PELOD dan PRISM III menurut Mann-Whitney U test terdapat perbedaan bermakna antara anak yang meninggal dan hidup dengan p = 0,001untuk PELOD dan p=0,005 untuk PRISM III. Kurva receiver operating characteristic (ROC) dengan CI95% 0,953 untuk PELOD dan 0,889 untuk PRISM III.Kesimpulan. Skor PELOD dan PRISM III merupakan alat yang baik untuk memprediksi kematian pasienanak SSD yang dirawat di ruang intensif anak. Skor PELOD sedikit lebih baik dari skor PRISM III.
Manfaat Oseltamivir Terhadap Perbaikan Klinis Kasus Pandemi Influenza Baru A (H1N1) 2009 Anak Dewi Murniati; Sardikin Giriputro
Sari Pediatri Vol 14, No 5 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.5.2013.309-15

Abstract

Latar belakang. Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut mengalami pandemi influenza baru A(H1N1)2009 (selanjutnya disebut p(H1N1)2009).Sampai saat ini belum banyak laporan kasus atau penelitian tentang p(H1N1)2009anak di Indonesia.Tujuan. Mengetahui manfaat pemberian oseltamivir pada kasus p(H1N1)2009 anak.Metode. Studi retrospektif dari kasus konfirmasi p(H1N1)2009anakyang dirawatdi RS Penyakit Infeksi Prof DR Sulianti Saroso, Jakartaberdasarkan data konfirmasi Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. Data disajikan secara deskriptif.Hasil. Diperoleh 67 (53,17%) anak kasus konfirmasi p(H1N1)2009dari 126 kasus dewasa dan anak, 19 kasus rawat di antaranya disertakan dalam penelitian. Kasus terbanyak pada kelompok umur 12 sampai 18 tahun, dengan ratio laki-laki dan perempuan sebanding (1,1:1). Mayoritas kasus (11/19 kasus) memiliki riwayat paparan dengan sumber infeksi, 5 kasus di antaranya bepergian keluar negeri. Gejala klinis dominan adalah batuk (19) dan demam (16). Manfaat oseltamivir segera terlihat dengan demam mereda secara cepat diikuti dengan gejala lain, tetapi gejala batuk paling lambat mereda. Pada pemeriksaan darah tepi terutama dengan limfofenia (15 ), leukopeni (6 ) dan monositosis (5) kasus. Mayoritas kasus sembuh (18) tanpa komplikasi, baik pada kelompok dengan jarak awitan sampai dosis pertama oseltamivir kurang atau lebih dari 2 hari. Satu kasus meninggal karena penyakit telah lanjut dengan berbagai komplikasi serta terlambat mendapat oseltamivir. Kesimpulan.Pandemi virus p(H1N1)2009 pada anak berlangsung ringan dengan angka kematian yang rendah. Oseltamivir bermanfaat pada perbaikan klinis, mencegah komplikasi berat dan kematian serta tetap bermanfaat walaupun diberikan pada kasus dengan jarakawitan dengan dosis pertama oseltamivir >2 hari.
Risiko Gangguan Pendengaran pada Neonatus Hiperbilirubinemia Gatot Irawan Sarosa; Alifiani Hikmah Putranti
Sari Pediatri Vol 12, No 4 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.4.2010.222-7

Abstract

Latar belakang. Menurut data WHO tahun 2007, diperkirakan prevalensi gangguan pendengaran padapopulasi penduduk Indonesia 4,2%, salah satu penyebab gangguan pendengaran adalah hiperbilirubinemiapada neonatus. Identifikasi dini gangguan pendengaran dan intervensi optimal pada usia enam bulanpertama dapat mencegah gangguan bicara dan bahasa, prestasi akademik, hubungan personal sosial, danemosional pada anak.Tujuan. Membuktikan dan menganalisis risiko hiperbilirubinemia terhadap terjadinya gangguanpendengaran pada neonatus.Metode. Dilakukan penelitian kohort pada 36 neonatus dengan hiperbilirubinemia di RS Dr. Kariadi,Maret 2009 – Maret 2010, terdiri dari 18 kelompok kasus dengan kadar bilirubin indirek >12 mg/dl dan18 kelompok kontrol dengan kadar bilirubin indirek <12 mg/dl. Subyek penelitian dipilih menggunakanmetode consecutive sampling. Dicatat data klinis, laboratorium, dilakukan tymphanometri, OtoAcusticEmission (OAE) dan Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) pertama serta OAE dan BERA tigabulan kemudian. Analisis dilakukan dengan uji Chi-square, uji Mc Nemar dan uji t tidak berpasangan.Hasil. Kejadian gangguan pendengaran pada pemeriksaan BERA awal sebanyak 9 kasus (25%) dan 3 kasus(8,3%) pada pemeriksaan BERA kedua, secara statistik tidak bermakna (p>0,05). Pada pemeriksaan BERAawal, rerata kadar bilirubin indirek tidak berbeda bermakna (p>0,05) antara neonatus dengan gangguanpendengaran 14,1 8+6,289 mg/dl dan neonatus tanpa gangguan pendengaran (11,29+2,995) mg/dl. Nilairisiko relatif (RR) 2,0 (p>0,05; 95% CI 0,6-6,8), namun secara statistik tidak bermakna.Kesimpulan. Kejadian gangguan pendengaran pada neonatus dengan hiperbilirubinemia adalah 25%.Kadar bilirubin indirek >12 mg/dl belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko gangguan pendengaranpada neonatus dengan hiperbilirubinemia.
Kejadian Acute Kidney Injury dengan Kriteria pRIFLE pada Unit Perawatan Intensif Anak Rumah Sakit Sanglah Denpasar GAP Nilawati
Sari Pediatri Vol 14, No 3 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.3.2012.158-61

Abstract

Latar belakang.Acute kidney injury(AKI) merupakan merupakan suatu keadaan yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pada anak yang dirawat di rumah sakit terutama dengan perawatan intensif.Tujuan.Mengetahui kejadian AKI pada anak yang mendapat perawatan di Unit Perawatan Intensif Anak.Metode.Penelitian deskriptif retrospektif dengan mengambil data dari rekam medis dan register perawatan ruang intensif selama tahun 2010Hasil.Dari 411 pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak, 149 (36,25%) dilakukan pemeriksaan blood urea nitrogen(BUN) dan serum kreatinin (SC). Terdapat 25 kasus (6,1%) merupakan kasus AKI. Sebagian besar subyek berusia di bawah 1 tahun (10/25) dan berjenis kelamin laki-laki 15/25. Berdasarkan kriteria pRIFLE, 3 termasuk dalam kriteria risk (R),12 injury (I),dan 10 dimasukkan failure (F).8 orang meninggal.Kesimpulan.Acute kidney injuryterbanyak dijumpai pada laki-laki dengan kasus terbanyak termasuk kriteria injury(I).
Sensitifitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Procalcitonin, C-Reactive Protein (CRP), dan Hitung Leukosit untuk Memprediksi Infeksi Bakterial pada Sindrom Syok Dengue di Pediatric Intensive Care Unit Henny Rosita Iskandar; Antonius Pudjiadi; Dharma Mulyo; A. Pratiwi; Y. Suryatin
Sari Pediatri Vol 12, No 4 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.768 KB) | DOI: 10.14238/sp12.4.2010.233-40

Abstract

Latar belakang. Pada sindrom syok dengue (SSD) dapat terjadi iskemia usus yang dapat menyebabkangangguan gut barrier sehingga terjadi translokasi bakteri dan produknya (endotoksin) ke dalam sirkulasisistemik. Di Indonesia, terdapat beberapa pemeriksaan laboratorium yang tersedia untuk mendeteksi infeksibakteri antara lain procalcitonin (PCT), CRP, hitung leukosit, dan biakan bakteri, sedangkan pemeriksaanneoptrin dan endotoksin belum tersedia secara komersial. Biakan darah memerlukan waktu yang lama dandapat memperburuk prognosis bila pemberian antibiotik harus menunggu hasil pemeriksaan.Tujuan. Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan PCT, CRP, dan hitung leukosit untuk memprediksiinfeksi bakteri pada pasien SSD yang dirawat di pediatic intensive care unit (PICU).Metode. Studi prospektif kasus SSD yang dirawat di PICU RSAB Harapan Kita Jakarta dari Januari sampaidengan Desember 2006. Diagnosis SSD sesuai dengan kriteria WHO 1997 dikonfirmasi dengan pemeriksaanserologi Dengue blot pada hari kelima demam. Pemeriksaan PCT, CRP, biakan darah, dan hitung leukositpada hari pertama masuk PICU. Data dianalisis dengan program SPSS versi 17.Hasil. Subyek penelitian didapatkan 28 pasien dengan umur 12 bulan sampai 180 bulan (rerata 86 bulan,SD 39 bulan). Seluruh kasus merupakan infeksi dengue sekunder. Kematian terjadi pada 3 dari 28 pasien(10,7%). PCT (cut of point >0,5 ng/ml), CRP (cut of point >6mg/l) dan hitung leukosit (cut of point >11.000/IU) tidak berkorelasi secara bermakna dengan hasil biakan. Receiver operating characteristic curves (ROC)PCT 0.400 dengan p=0.490 dan CRP 0,422 dengan p=0,549, hitung leukosit 0,500 dengan p=1,000.Perbandingan sensitifitas dan spesifisitas PCT ,CRP, dan hitung leukosit masing-masng 20% dan 30,4 %CRP 60% dan 69,6 % sedangkan leukosit 20% dan 21,7%Kesimpulan. Pemeriksaan PCT, CRP, dan hitung leukosit tidak dapat digunakan untuk memprediksi infeksibakterial pada pasien SSD di PICU.

Page 3 of 151 | Total Record : 1509


Filter by Year

2000 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue