cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 1,509 Documents
Validitas Skala Nyeri Non Verbal Pain Scale RevisedSebagai Penilai Nyeri di Ruang Perawatan Intensif Anak Dyah Kanya Wati; Antonius Pudjiadi; Abdul Latief
Sari Pediatri Vol 14, No 1 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.1.2012.8-13

Abstract

Latar belakang. Berdasarkan berbagai penelitian, diperlukan skala nyeri yang divalidasi untuk menilai nyeri di ruang perawatan intensif anak dari aspek respon otonom dan evaluasi bentuk intervensi tata laksana nyeri yang diberikan.Tujuan. Mengetahui validitas alat pengukur skala nyeri non verbal pain scale (NVPS) yang dapat dipakai di ruang perawatan intensif anak.Metode. Subyek penelitian yang diberikan intervensi nyeri melalui berbagai prosedur pemeriksaan atau terapi, dinilai respon nyeri melalui perekaman video. Respon dinilai selama 2-10 menit sebelum, selama, dan setelah intervensi nyeri diberikan. Sebagai baku emas digunakan skala nyeri Wong Baker pain scale(WBPS)Hasil. Dari 38 sampel yang dinilai didapatkan sensitifitas NVPSR 85%, spesifisitas 66%, nilai prediksi positif 96%%, negatif prediksi negatif 50%. Nilai korelasi antara skala NVPSR dan WBPS adalah 0,95 (p<0,05).Kesimpulan. Non verbal pain scale revised(NVPSR) memiliki korelasi yang kuat dengan WBPS dalam menilai nyeri pada anak. Sensitifitas yang cukup tinggi sebagai alat skrening nyeri namun memiliki spesifitas yang sedang sebagai alat diagnostik nyeri pada anak.
Jumlah Trombosit dan Mean Platelet Volume Sebagai Faktor Prognosis pada Sepsis Neonatorum Rocky Wilar; Yulia Antolis; Suryadi N.N. Tatura; Stefanus Gunawan
Sari Pediatri Vol 12, No 1 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.1.2010.53-7

Abstract

Latar belakang. Sepsis neonatorum merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatusdi negara berkembang. Penelitian terdahulu menunjukkan penurunan jumlah trombosit dan peningkatanmean platelet volume (MPV) berhubungan dengan infeksi invasif atau infeksi yang tidak responsif denganpemberian antibiotik.Tujuan. Untuk mengetahui apakah jumlah trombosit dan MPV berhubungan dengan mortalitas pada sepsisdan meneliti faktor klinis lain yang berhubungan dengan mortalitas pada sepsis neonatorum.Metode. Penelitian analisis retrospektif dari catatan medis sejak bulan Januari – Agustus 2009 di bangsalneonatus RSU Prof.Dr.R.D.Kandou, Manado. Subjek penelitian mencakup neonatus dengan sepsis yangdibuktikan melalui hasil biakan darah dan bayi dengan kelainan kongenital mayor dieksklusi. Variabel yangditeliti antara lain jumlah trombosit, MPV, berat badan lahir, usia gestasi, dan usia saat masuk rumah sakit.Analisis statistik dengan menggunakan metode analisis univariat dan analisis logistik regresi.Hasil. Terdapat 36 neonatus dengan sepsis neonatorum, di antara mereka 22 neonatus (61%) sembuh dan14 (39%) meninggal. Hubungan jumlah trombosit dan mean platelet volume tidak bermakna secara statistikdengan mortalitas (berturut-turut, p=0,589 and p=0,59) , demikian pula halnya dengan berat lahir, usiagestasi, dan usia saat masuk rumah sakit.Kesimpulan. Tidak ada hubungan antara penurunan jumlah trombosit dan peningkatan MPV denganmortalitas pada sepsis neonatorum.
Skrining Retinopathy of Prematuritydi Rumah Sakit dengan Fasilitas Terbatas Rizalya Dewi; Rudolf Tuhusula; Rinawati Rohsiswatmo
Sari Pediatri Vol 14, No 3 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.3.2012.185-90

Abstract

Latar belakang. Retinopathy of prematurity(ROP) adalah penyakit vasoproliferatif retina yang dihindari. Sebagian besar ROP derajat rendah dapat sembuh sendiri, namun beberapa kasus dapat berkembang sehingga retina lepas dan diakhiri dengan kebutaan. Oleh sebab itu skrining terhadap ROP telah dianjurkan di banyak negara.Tujuan. Melaporkan insiden ROP di RSIA Eria Bunda Pekanbaru dan melakukan evalusi pelaksanaan skrining ROP selama tiga tahun. Metode. Studi deskriptif terhadap semua bayi dengan risiko ROP. Pemeriksaan dilakukan oleh seorang dokter mata dengan menggunakan binocular indirect opthalmoscopy (BIO). Pemeriksaan dimulai pada usia kronologis 4 sampai 6 minggu dan dilanjutkan tiap 1-2 minggu sekali sampai vaskularisasi retina lengkap.Hasil. Diantara 60 orang bayi yang diperiksa, ROP ditemukan pada 11 (18,3%) bayi, enam (10%) diantaranya ROP berat. Tiga ROP berat dirujuk ke Jakarta, satu meninggal dunia, satu mengalami retinal detachmentdan satu orang sembuh. Tiga lainnya tidak dirujuk, satu mengalami kebutaan, satu meninggal, dan satu tidak diketahui.Kesimpulan. Skrining ROP di rumah sakit daerah dengan fasilitas terbatas dapat dilakukan. Dalam tiga tahun ditemukan insiden ROP sebanyak 18,3%. Tidak semua ROP berat dapat diterapi karena kesulitan transportasi dan keterbatasan biaya. Perlu dipikirkan kemungkinan pengobatan ROP di Pekanbaru, karena transportasi ke tempat rujukan masih menjadi masalah besar.
Hubungan Asupan Nutrisi dengan Kadar Vitamin D pada Tuberkulosis Anak Roza Erisma; Gustina Lubis; Finny Fitry Yani
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.40-44

Abstract

Latar belakang. Vitamin D dapat meningkatkan aktivitas antimikrobial makrofag terhadap Mycobacterium tuberculosis. Defisiensi vitamin D diindikasikan sebagai salah satu faktor risiko penyakit tuberkulosis (TB). Kekurangan asupan nutrisi yang mengandung vitamin D dapat memengaruhi kadar vitamin D dalam darah sehingga akan memengaruhi imunitas terhadap infeksi TB. Tujuan. Mengetahui hubungan asupan nutrisi yang mengandung vitamin D dengan kadar vitamin D darah pada anak yang terinfeksi TB. Metode. Penelitian cross sectional pada bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015 di Poliklinik Anak RS Dr M Djamil dan Puskesmas kota Padang. Subyek penelitian anak usia 1-14 tahun yang kontak serumah dengan TB dewasa BTA positif, dengan hasil tuberculin skin test positif. Asupan vitamin D diperoleh melalui food recall 2x24 jam dengan standar normal > 600 International Unit menurut Recommended Dietary Allowance (RDA) dan diolah menggunakan program Nutri-Survey Indonesia. Kadar vitamin D darah berupa 25(OH)D diukur dengan metode Cheluminescent Immunoassay, kategori nilai normal >30-50 ng/mL, insufisiensi >10-30 ng/mL, dan defisiensi <10 ng/mL. Hasil. Total subjek penelitian 57 anak. Asupan vitamin D di bawah RDA 54 (94,7%), 45 (83,3%) di antaranya mengalami insufisiensi vitamin D dan 9 (16,7%) memiliki kadar vitamin D cukup. Anak dengan asupan vitamin D sesuai RDA 3 (5,3%), tetapi hanya 1 (33,3%) di antaranya memiliki kadar vitamin D darah normal (p=0,446). Kesimpulan. Sebagian besar anak yang terinfeksi TB mengalami insufisiensi vitamin D meskipun secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan asupan nutrisi.
Pengaruh Susu yang Mengandung Sinbiotik Terhadap Tumbuh Kembang Anak Balita Ratih Puspita; Pramita G Dwipoerwantoro
Sari Pediatri Vol 18, No 2 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.332 KB) | DOI: 10.14238/sp18.2.2016.164-8

Abstract

Latar belakang. Saat ini semakin banyak susu dengan suplementasi sinbiotik. Beberapa studi menunjukkan bahwa sinbiotik dapat meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan morbiditas penyakit infeksi pada anak. Tujuan. Mengetahui pengaruh susu yang mengandung sinbiotik terhadap tumbuh kembang anak berusia di bawah lima tahun.Metode. Penelusuran pustaka database elektronik: PubMed, Cochrane, Highwire.Hasil. Didapatkan empat studi acak terkontrol yang relevan. Studi pertama menunjukkan kenaikan berat badan pada kelompok sinbiotik yang lebih tinggi (p=0,025), tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal kenaikan tinggi badan dan lingkar kepala, frekuensi dan karakteristik tinja, titer antibodi, serta perkembangan. Studi kedua menunjukkan pada kelompok intervensi terdapat peningkatan kadar IgA total lebih tinggi (p<0,01), efek positif pada berat badan dan tinggi badan, serta angka kejadian infeksi yang cenderung lebih rendah. Studi berikutnya menunjukkan rerata kecepatan kenaikan berat badan pada kelompok intervensi 0,13 kg/tahun lebih tinggi (p=0,02) dan pada analisis multivariat tampak kelompok intervensi mengalami kenaikan berat badan yang lebih tinggi (IK95% 0,006–0,21; p=0,04). Studi terakhir menunjukkan angka kejadian diare, disentri, pneumonia, penyakit berat,infeksi telinga, serta penggunaan antibiotik yang lebih rendah pada kelompok intervensi. Kesimpulan. Susu yang mengandung sinbiotik memilik kecenderungan efek positif terhadap pertumbuhan dan cenderung menurunkan morbiditas penyakit infeksi pada balita sehat, serta tidak menyebabkan reaksi simpang.  
Keluhan Utama pada Keterlambatan Perkembangan Umum di Klinik Khusus Tumbuh Kembang RSAB Harapan Kita Anna Tjandrajani; Attila Dewanti; Amril A. Burhany; Joanne Angelica Widjaja
Sari Pediatri Vol 13, No 6 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.243 KB) | DOI: 10.14238/sp13.6.2012.373-7

Abstract

Latar belakang.Keterlambatan perkembangan umum (KPU) pada pasien dengan fisik normal dan tidak ada riwayat penyakit berat atau penyakit penyerta lainnya seringkali tidak terdeteksi sejak dini. Keluhan utama orang tua seringkali menjadi prediktor mengenai keterlambatan atau gangguan perkembangan pada anak. Tidak jarang klinisi melakukan stimulasi dan intervensi hanya berdasarkan keluhan utama tanpa menilai perkembangan lain dan hal tersebut akan menyebabkan tata laksana yang tidak optimal. Tujuan.Mengetahui sebaran keluhan utama dan area yang mengalami keterlambatan. Metode.Desain penelitian deskriptif retrospektif dari rekam medik pada pasien baru berusia 0-5 tahun dengan KPU di Klinik Khusus Tumbuh Kembang (KKTK) RSAB Harapan Kita, pada Januari 2008 sampai dengan Desember 2009. Hasil.Terdapat 187 (30,9%) pasien baru dengan keterlambatan perkembangan umum, dan 94 (50,3%) kasus adalah KPU tanpa penyakit penyerta. Keluhan utama pasien KPU tanpa penyakit penyerta adalah gangguan bicara 46,8%, perkembangan gerak terlambat 30,9%, dan tanpa keluhan 12,8%. Kesimpulan.Keluhan utama terbanyak pasien KPU tanpa penyakit penyerta adalah keterlambatan atau gangguan dalam perkembangan bicara anak. Keluhan utama orang tua harus ditindaklanjuti dan dapat menjadi prediktor perkembangan anak
Infeksi Rotavirus pada Anak Usia di bawah Dua Tahun Berlian Hasibuan; Feraluna Nasution; Guntur Guntur
Sari Pediatri Vol 13, No 3 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.3.2011.165-8

Abstract

Latar belakang.Diare yang disebabkan oleh infeksi rotavirus merupakan penyebab diare terbanyak yang terjadi pada anak dengan usia di bawah 2 tahun. Manifestasi klinis antara lain diare cair (watery diarrhea),demam, muntah, dan intoleransi terhadap laktosa. Di negara sedang berkembang, angka kesakitan dan angka kematian masih tinggi.Tujuan. Mengetahui karakteristik, gejala klinis, dan lama rawat pasien diare rotavirus.Metode. Studi deskriptif dilakukan retrospektif dari data rekam medis pasien usia di bawah 2 tahun, yang didiagnosis dengan diare rotavirus pada pemeriksaan imunokromatografi. Dirawat di bangsal anak RS Dr. Pirngadi Medan, 18 Juni – 24 September 2007. Hasil. Di antara 96 kasus gastroenteritis akut atau diare, rotavirus dijumpai pada 58 kasus (60,4%). Satu kasus (1,7%) bayi usia di bawah 3 bulan, dan 57 kasus (98,3%) usia di atas 3 bulan, laki-laki 37 (63,8%), dan perempuan 21 (36,2%). Diare dengan dehidrasi ringan-sedang dijumpai pada 55 kasus (94.8%) diare dengan dehidrasi berat 2 kasus (3,4%), dan diare tanpa dehidrasi 1 kasus (1,7%). Limapuluh persen kasus rata-rata dirawat selama 3-5 hari dan 3 (5,2%) kasus dirawat lebih dari 7 hari.Kesimpulan. Diare rotavirus merupakan penyebab diare terbanyak pada anak di bawah usia 2 tahun, 57 kasus (98,3%) ditemukan pada usia di atas 3 bulan. Di samping diare cair, dijumpai muntah, demam, batuk, dan pilek. Lama rawat 3-5 hari dijumpai pada 50% kasus, dan tidak ada kematian.
Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi Omar Sazaly Aldy; Bugis M Lubis; Pertin Sianturi; Emil Azlin; Guslihan D Tjipta
Sari Pediatri Vol 11, No 3 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp11.3.2009.167-73

Abstract

Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi yang baik, meningkatkan daya tahan tubuh serta memelihara emosi selama masa pertumbuhan dan perkembangan bayi.1 Dilaporkan bahwa ASI mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan serta faktor anti bakteri dan anti virus yang melindungi bayi terhadap infeksi. Beberapa penelitian membuktikan ASI dapat mengurangi kejadian berbagai infeksi selama masa bayi dan balita terhadap gastroenteritis, infeksi saluran pernapasan, otitis media, sepsis neonatorum, dan infeksi saluran kemih.
Hubungan Kadar C-Reactive Proteindan Kadar Feritin Serum pada Gizi Kurang Usia 7-9 Tahun Endang Dewi Lestari; Fadhilah Tia Nur; Harsono Salimo
Sari Pediatri Vol 13, No 4 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.4.2011.275-79

Abstract

Latar belakang. Kekurangan mikronutrien masih banyak terjadi di negara berkembang. Protein fase akut meningkat secara signifikan selama proses inflamasi akut.Tujuan. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar C-reactive protein (CRP) dengan kadar feritin serum pada anak dengan gizi kurang usia 7-9 tahun di sekolah dasar di Surakarta.Metode. Penelitian uji potong lintang dilakukan di 10 SD di Surakarta pada 217 anak gizi kurang usia 7-9 tahun. Hubungan antara kadar CRP dan kadar feritin serum dinilai menggunakan analisis regresi logistik. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 17.0.Hasil.Analisis regresi logistik menunjukkan terdapat hubungan secara signifikan antara rata-rata kadar feritin serum dengan kadar CRP>5 mg/L (OR=6,38, p= 0,006, 95% CI 1,7–23,9).Kesimpulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar CRP dengan kadar feritin serum.
Pengaruh Stimulasi terhadap Perkembangan Bicara Anak 1-3 tahun di Daerah GAKY dan Non GAKY Saldi Fitra; Asri Purwanti; Niken Puruhita
Sari Pediatri Vol 15, No 1 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.1.2013.10-6

Abstract

Latar belakang. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Gangguan perkembangan bicara pada GAKY terjadi akibat kerusakan otak. Angka kejadian gangguan perkembangan bicara masih cukup tinggi. Stimulasi pada anak di bawah 3 tahun dapat meningkatkan kemampuan bicara berkat kemampuan plastisitas otak. Tujuan. Menilai pengaruh pemberian stimulasi terhadap perkembangan bicara anak 1-3 tahun di daerah GAKY dan Non GAKY.Metode.Studi quasi eksperimental one group pretest post test design dengan consecutive samplingdilakukan pada anak 1– 3 tahun yang memenuhi kriteria inklusi di Kecamatan Kepil (non endemis GAKY) dan Kertek (endemis GAKY), Wonosobo, pada bulan April-September 2011. Intervensi stimulasi sesuai dengan pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar 2006. Nilai standar ekuivalen bahasa global dari Early Language Milestones Scale2 diukur sebelum dan sesudah stimulasi pada daerah GAKY dan Non GAKY. Analisis statistik dengan Paired T-testdan Independent T test.Hasil. Delapanpuluh anak terdiri dari 57,5% laki-laki dan 43,5% perempuan. Rerata nilai perubahan perkembangan bicara daerah GAKY 8,4 (SB 7,94) dan Non GAKY 2,93 (SB 8,3) p= 0,004. Nilai standar ekuivalen perkembangan bicara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi di daerah Non GAKY meningkat dari 89,8 menjadi 92,7 (SB 8,3) p=0,032, dan meningkat dari 85,7 menjadi 94 (SB 7,94) (p=0,001) di daerah GAKY.Kesimpulan.Stimulasi berpengaruh terhadap peningkatan perkembangan bicara anak 1-3 tahun di daerah GAKY dan Non GAKY.

Page 4 of 151 | Total Record : 1509


Filter by Year

2000 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue